OLEH:
Rommiyatun Zainiyah, S.Kep
NIM 142311101126
i
LEMBAR PENGESAHAN
Jember, .....................................2018
FAKULTAS KEPERAWATAN
Mengetahui
PJ Program Profesi Ners, PJMA
Ns. Erti I. Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB
NIP 19811028 200604 2 002 NIP 19810319 201404 1 001
Menyetujui,
Wakil Dekan I
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Jember, .....................................2018
TIM PEMBIMBING
___________________________
NIP NIP
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, umunya diakibatkan oleh
trauma (Tambayong, 2000). Menurut Helmi dalam Handayani (2013), Fraktur
klavikula adalah fraktur yang terjadi pada tulang klavikula biasanya di
sepertiga mid klavikula yang diakibatkan trauma langsung maupun tidak
langsung.
2
Gambar 2. Sendi pada klavikula
3
1.2 Epidemiologi
Penelitian Kihlstrom dkk (2017) menyebutkan bahwa 48% fraktur
klavikula lebih sering terjadi pada laki-laki yang berusia 15-24 tahun
sedangkan pada usia 65 tahun keatas, perempuan lebih sering mengalami
fraktur clavicula dibandingkan laki-laki.
Fraktur klavikula atau collar bone fracture adalah 5-10% kejadian fraktur
yang sering terjadi pada pria dewasa muda dan wanita lanjut usia. Sebagian
besar (69-82%) kasus fraktur terjadi pada sepertiga tegah mid clavicula yang
disebabkan oleh trauma langsung yaitu jatuh (Faldini dkk, 2010).
1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya fraktur clavicula yang utama dalah trauma pada
daerah bahu. Seseorang dapat mengalami fraktur clavicula apabila terjatuh
dengan bahu yang terluka, mengalami kecelakaan, terjadi kontak yang parah
saat bermain bola, permainan hockey dan lain-lain dapat memicu terjadinya
fraktur klavikula apabila bahu atau badan pemain saling menabrak ( Arciero,
2017) sedangkan fraktur klavikula yang dapat terjadi pada bayi dikarenakan
adanya distosia bahu saat proses persalinan bayi (Caitanya dan Arjana, 2017).
1.4 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur klavikula yaitu : (Wicaksono dkk, 2012)
1. Mid klavikula 1/3 tengah klavikula : terjadi pada medial ligament korako-
klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral), cedera ini adalah cedera yang
sering ditemui dengan insidensi 75-80% sering terjadi pada pasien yang
masih muda dikarenakan pada daerah ini tulangnya lemah dan tipis.
2. Fraktur 1/3 lateral klavikula, terbagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan lokasi ligament coracoclaviculal :
a. Tipe 1 : patah tulang yang terjadi pada daerah lateral tanpa adanya
perpindahan tulang maupun gangguan pada ligaent coracoclevicual
4
b. Tipe 2A : fraktur yang tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang serta
ligamen coracoclavicular yang masih melekat pada fragmen
c. Tipe 2B : terjadi gangguan pada ligament
d. Tipe 3 : patah tulang yang pada bagian lateral clavicula melibatkan AC
joint
e. Tipe 4 : ligament tetap melekat pada perioteum sedang fragmen
proksimal pindah keatas
f. Tipe 5 : patah tulang klavikula terpecah menjadi beberapa fragmen
3. Fraktur 1/3 medial, patah tulang klavikula yang biasanya disebabkan
cidera neurovaskuler.
1.5 Patofisiologi
Klavikula adalah tulang melengkung yang membentuk bagian anterior
gelang bahu, ujung medial disebut tremitas sternal dan membentuk sendi
sternum sedangkan ujung lateral disebut ekstermitas akromial yang bersendi
pada prosesus akromion skapula, fungsi tulang ini memberik kaitan pada
beberapa otot leher, bahu dan lengan yang bekerja sebangai penopang lengan
manusia. Tulang klavikula dapat mengalami patah yang disebabkan oleh
trauma langsung maupun tidak langsung seperti jatuh, biasanya posisi patah
berada pada tengah-tengah atau 1/3 tengah tulang. Deformitas sering terjadi
apabila seseorang mengalami fraktur kalvikula (Pearce, 2016).
5
1.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau tanda gejala dari fraktur klavikula seperti : (Natasia
dkk, 2015)
1. Mengalami nyeri pada daerah yang mengalami fraktur , pada fraktur
klavikula nyeri terasa dibahu dan bertambah parah apabila lengan
digerakkan.
2. Deformitas akibat hilangnnya kelurusan (aligament) yang dialami
3. Adanya pembengkakan akibat vasodilatasi dalam infiltrasi leukosit dan
sel-sel mast
4. Saat diperiksa terdapat derik tulang atau krepitus yang teraba akibat
adanya gesekan antara fragmen satu dengan fragmen lain
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dikarenakan trauma
atau pendarahan yang terjadi pada tulang yang mengalami fraktur
6. Bunyi Krepitasi kadang terdengar
7. Spasme otot
Fraktur klavikula pada bayi memiliki tanda gejala seperti : (Dwiendra, 2014)
1. Bayi tidak dapat mengerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena
2. Terdengar bunyi krepitasi dan ketidakteraturan tulang
3. Adanya perubahan warna pada daerah yang mengalami fraktur
4. Tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena
5. Adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai hilangnya
depresi supraklavikula pada daerah fraktur
6
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan lokasi/luas fraktur, skan
tulang, dan temogram. Pasien yang mengalami fraktur klavikula akan
memiliki hasil rontgen seperti :
Sumber : Orthoinfo
2. Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah hemoglobin atau hb apakah mengalami penurunan atau tidak (Nilai
normal hemoglobin pria adalah 14-18 gr/dL dan perempuan 12-16 gr/dL)
dan jumah leukosit untuk mengetahui apakah terjadi infeksi atau tidak
(Nilai Normal leukosit adalah 9000-30000 sel/mm).
3. Arteriogram, dilakukan apabila dicurigai adanya kerusakan vaskuoler
7
2. Nonunion , terjadinya kegagalan tulang untuk berkonsolidasi dan memiliki
sambungan yang lengkap, kuat dan stabil setelah 6 sampai 9 bulan setelah
dilakukan tindakan.
3. Malunion, tulang yang mengalami fraktur telah mengalami sambungan
tetapi posisi tidak sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini ditandaid engan
adanya deformitas.
4. Kompartemen sindrom
Kompartemen adalah ruang yang berisi kumpulaan otot manusia, pemisah
lapisan otot disebut fascia. Ruang kompartemen apabila mengalami
peningkatan tekanan akan menyebabkan kompartemen sindrom, sindrom
ini lebbih sering terjadi pada ekstermitas bawah (femural, tibia) dan lengan
bawah (radius). Penyebab peningkatan ruang kompartemen ada 2, yaitu :
(Aprianto, 2017)
1. Peningkatan volume ruang kompartemen, dikarenakan darah mengisi
ruang kompratemen, luka bakar yang menyebabkan perpindahan
cairan ke ruang kompartemen, trauma langsung jaringan otot yang
menyebabkan pembengkakan
2. Penurunan luas ruang kompartemen, dikarenakan kompresi tungkai
dikarenakan imobilisasi fraktur yang terlalu ketak, luka bakar yang
menyebabkan kekakuan jaringan ikat.
8
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
fraktur klavikula bisa secara non farmakologi dan farmakologi.
1.9.1 Farmakologi
1. NSAID : digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan (Brigeforth
dkk, 2010).
2. Operasi : operasi dilakukan untuk mengatasi fraktur klavikula, fraktur tipe 2
distal sangat dianjurkan untuk dilakukan operasi (Brigeforth dkk, 2010).
1.9.2 Non-farmakologi
Tindakan yang dapat dilakukan pertama kali untuk fraktur klavikula :
1. Menghindari mengangkat lengan yang cedera diatas 70 derajat ke segala
arah
2. Menghindari untuk mengangkat beban dengan berat lebih dari 50 pon
3. Menggunakan kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri, bengkak dan
peradangan
4. Menggunakan bidai untuk mengimmobilasasi bahu
5. Melakukan tindakan distraksi nyeri
Distraksi nyeri adalah metode yang dilakukan untuk mengurangi
nyeri dengan mengalihkan perhatian pasien, seperti : teknik relaksasi nafas
dalam, guided imagery, menganjurkan untuk membaca, menonton TV
acara kegemarannya, dan terapi musik (Rondonuwu dkk, 2015).
6. Melakukan latihan exercise, seperti : (Kushartanti, 2009)
a. Pendulum exercise
Latihan pendulum adalah latihan yang digunakan untuk mencegah
terjadinya perlengketan sendi bahu yaitu sendi acromioclavicular. Latihan
ini menggunakan gaya gravitasi untuk memperluas rongga suprahumeral
yang dapat berakibat adanya pelepasan tekanan (Kushartanti, 2009)
9
Cara latihan :
1. pasien diposisikan berdiri dengan tangan yang sehat memegang kursi
atau meja dan fleksi (membungkuk) sekitar 90o sedangkan lengan yang
terluka dibiarkan mengantung dan salh satu ditekuk ke depan.
2. Meminta pasien untuk menggerakan tangan yang terluka dengan ayunan
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan ayunan memutar.
10
c. Supine internal/external rotation
Tidur telentang dengan bahu
regang dan siku tersangga dalam
posisi menekuk, angkat tangan
keatas dan kedepan sejauh mungkin
tahan selama 1-2 detik, kembalikan
keposisi semula (Kushartanti, 2009).
11
e. Bent arm flextion (angkat lengan ke depan dan atas)
Latihan dilakukan dengan menyangga lengan yang cedera dan perlahan
angkat lengan tersebut ke depan dan keatas dan turunkan (Kushartanti,
2009).
f. Shrugs
Berdirilah dengan
lengan disamping badan,
angkat bahu ke telinga
pertahankan kemudian
tarik bahu ke belakang.
Kembalikan keposisi
semula dan ulang
beberapa kali
(Kushartanti, 2009).
12
1.10 Clinical Pathways
Risiko perlambatan
pemulihan pasca
bedah
Trauma
Kerusakan integritas
Konservatif Fraktur Operasi jaringan
Eksternal fiksasi
Resiko
Deformitas Kerusakan pembuluh darah Kerusakan jaringan disekitarnya
Infeksi
Gips/ Traksi
Impuls membawa ke otak
Kehilangan fungsi Perdarahan
Otak menerjemahkan
Risiko Risiko syok
Keterbatasan gerak
dissue
syndrom
Nyeri Akut
imobilisasi
12
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Pasien terlihat meringis dan lemah, kesadaran compos mentis (E4V5M6)
Tanda vital:
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 95 x/mnt
- RR : 20/mnt
- Suhu : 37,2oC
2. Mata
Inspeksi : posisi dan kesejajaran, mata normal, ukuran pupil normal,
konjungtiva pink, sklera putih, ada reaksi dengan cahaya, tidak
memakai kacamata, fungsi penglihatan normal, tidak memakai
kaca mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan
pembengkakan, telinga bersih, ketajaman pendengaran normal.
14
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi, gigi tampak besih,
rongga mulut tidak berbau
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi : rentang gerak normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Palpasi : teraba nadi karotis, tidak ada nyeri tekanan dan benjolan
7. Dada
Jantung
a. Inspeksi : normal, tidak ada jejas, ictus kordis tidak tampak
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan , ictus kordis tampak di ICS 5
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : S1, S2 normal dan tunggal;
Paru-paru
a. Inspeksi : bentuk dada normal, simetris , tidak ada penggunaan otot bantu
nafas
b. Perkusi : Sonor
c. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus ka=ki
d. Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak terdapat bunyi ronkhi dan
wheezing
15
Payudara dan ketiak
a. Inspeksi : tidak ada lesi, putih berwarna coklat dan kelihatan bersih
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekanan
8. Abdomen
a. Inspeksi : keadaan kulit baik, bersih, tidak ada asites, bentuk simetris dan
tidak ada jejas
b. Auskultasi: bising usus 12x/menit (normal : 5-30x/menit)
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi: timpani pada lapang abdomen
10. Ekstremitas
Ekstermitas atas
a. Inspeksi : kedua tangan tidak semetris, kekuatan otot 3/3
b. Palpasi : ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Ekstermitas bawah
a. Inspeksi : kedua kaki simetris, kekuatan otot 5/5
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Kuku
a. Inspeksi : warna kuku putih, panjang dan kotor
16
b. Palpasi : CRT < 2 detik, tidak ada pembengkakakan dan tanda-tanda
sianosis
1.2 Diagnosa
1. Nyeri akut b.d adanya fraktur
2. Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3. Kerusakan integritas jaringan b.d adanya fraktur
4. Resiko infeksi
5. Risiko syok
6. Risiko perlambatan pemulihan pasca bedah
7. Risiko sindrom disuse
17
2.3 Intervensi
18
2. Hambatan mobilisasi fisik b.d Pergerakan Sendi : Bahu Perawatan tirah baring (0740)
(0219) 1. Menjelaskan pentingnya tirah baring
kerusakan integritas struktur
1. Fleksi depan 180 2. Menjaga kebersihan lingkungan
tulang 2. Ekstensi 50 3. Memonitor komplikasi tirah baring
3. Abduksi 4. Memonitor keadaan kulit
4. Adduksi
5. Rotasi eksternal Peningkatan mekanika tubuh (0140)
6. Rotasi ekternal 1. Menjelaskan pentingnya postur tubuh yang benar
2. Mendemonstrasikan posisi tidur yang benar
3. Menghindari posisi tidur tengkurap
4. Melakukan ROM : latihan fleksi/ekstensi, pendulum
exercise, wall lader, dll
5. Menjelaskan frekuensi latihan
6. Memonitor perbaikan postur
3. Resiko infeksi b.d terjadinya Keparahan infeksi (0703) Kontrol infeksi (6545)
1. Nyeri 1. Mengajarkan teknik cuci tangan
gangguan integritas kulit
2. Demam 2. Melakukan prinsip cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Peningkatan jumlah sel 3. Meningkatkan intake nutrisi
darah putih 4. Mengajurkan meminum obat sesuai indikasi
4. kemerahan
Perlindungan infeksi (6550)
1. Memonitor tanda infeksi
2. Memonitor kerentanan infeksi
3. Memonitor hasil lab
4. Membatasi jumlah pengunjung
5. Mempertahankan asepsis
6. Memeriksa kondisi kulit atau luka
7. Tingkatkan asupan nutrisi
19
8. Menganjurkan untuk istirahat
9. Memantai tingkat energi atau malaise
10. Meningkatkan mobilitas atau latihan ROM : latihan
fleksi/ekstensi, pendulum exercise, wall lader, dll
4. Risiko syok b.d hipovolemik Keparahan syok hipovolemik Pencegahan syok (4260)
(0419) 1. Memonitor adanya respon syok awal
1. Penurunan tekanan nadi 2. Monitor adanya tanda inflamasi
perifer 3. Mencatat adanya memar dan membran mukosa
2. Penurunan tekanan darah 4. Memberikan cairan melalui IV
3. Akral dingin, kulit basah 5. Memberikan oksigen
4. Penurunan tingkat 6. Memberikan anti inflamasi
kesadaran 7. Mengajarkan tanda syok kepada keluarga
20
4. Kontraktur sendi
5. Pergerakan sendi Pencegahan luka tekan (3540)
1. Memeriksa suhu klien
2. Menganjurkan tidak merokok dan alkohol
3. Menghindari kulit untuk basah
4. Menghindari peminjatan
5. Melembabkan kulit kering dan pecah-pecah
21
skletal d. Bent arm flextion
e. Supine/ active flextion
f. shrugs
4. Memonitor lokasi dan adanya nyeri
22
2.4 Evaluasi
No Dx Evaluasi
1 Nyeri akut b.d adanya fraktur S: pasien mengatakan nyeri sudah tidak
ada
O: ekspresi klien terlihat normal dan tidak
meringis
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2 Gangguan mobilisasi fisik b.d S: pasien mengatakan ketika mengerakkan
kerusakan integritas struktur tangannya sudah tidak sakit
tulang O: pasien dapat melakukan abduksi,
adduksi, rotasi dengan tidak meringis
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
3 Resiko infeksi b.d terjadinya S: -
gangguan integritas kulit O: tidak ada tanda kemerahan, tidak ada
peningkatan suhu tubu
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
4 Risiko syok b.d hipovolemik S:-
O: tidak ada peningkatan tekanan darah
dan nadi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
5 Kerusakan integritas jaringan b.d S: pasien mengatakan lukanya telah
adanya fraktur menutup
O: tidak ada tanda kemerahan dan tanda
kelembapan, luka telah menutup
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
24
6 Risiko perlambatan pemulihan S:-
pasca bedah O: tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
7 Risiko sindrom disuse S:-
O: tidak ada tanda-tanda risiko sindrom
disuse
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Natasia, C., Hiswani., dan Jemadi. 2015. Karakteristik Penderita Fraktur pada
Lansia Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-
2012. Medan : FKM USU.
Pearce, E. C. 2016. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT
GRamedia Pustaka Utama.
Rondonuwu, R., J. Tuegeh., dan F. Manado. 2015. Studi Pelaksanaan Metode
Distraksi Penanganan Nyeri pada Pasien Fraktur oleh Perawat di Irina A
Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Mando : Juiperdo.
Wicaksono, A. 2013. Perbandingan Komplikasi pada Pasien Fraktur Klavikula
Pasca Penatalaksanaan Operatif Dibandingkan dengan Kontralateral.
Jember : Universitas Jember.
27