Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR KLAVIKULA


DI POLI ORTOPEDI RUMAH SAKIT DAERAH
DR. SOEBANDI JEMBER

OLEH:
Rommiyatun Zainiyah, S.Kep
NIM 142311101126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Kumpulan laporan kasus yang disusun oleh :


Nama : Rommiyatun Zainiyah, S.Kep
NIM : 142311101126

Telah diperiksa dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Jember, .....................................2018

FAKULTAS KEPERAWATAN
Mengetahui
PJ Program Profesi Ners, PJMA

Ns. Erti I. Dewi, M.Kep., Sp.Kep.J Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB
NIP 19811028 200604 2 002 NIP 19810319 201404 1 001
Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns. Wantiyah, S.Kep., M.Kep


NIP 19810712 200604 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus berikut disusun oleh :


Nama : Rommiyatun Zainiyah
NIM : 142311101126
Judul : Asuhan Keperawatan Fraktur Klavikula Di Poli Ortopedi Rumah Sakit
Daerah Dr. Soebandi Jember

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada :

Hari :
Tanggal :

Jember, .....................................2018

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

___________________________
NIP NIP

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN ......................................................... 1
1.1 Definisi ................................................................................................... 2
1.2 Epidemiologi........................................................................................... 3
1.3 Etiologi ................................................................................................... 4
1.4 Klasifikasi ............................................................................................... 4
1.5 Patofisiologi ............................................................................................ 4
1.6 Manifestasi Klinis ................................................................................... 6
1.7 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 6
1.8 Kemungkinan Komplikasi ...................................................................... 7
1.9 Penatalaksanaan ...................................................................................... 8
1.9.1Farmakologi .................................................................................... 8
1.9.2 Non-farmakologi............................................................................ 8
1.10 Clinical Pathways .................................................................................. 9
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................... 10
2.1 Pengkajian............................................................................................... 10
2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 13
2.3 Perencanaan/ Nursing Care Plan............................................................ 13
2.4 Evaluasi ............................................................................................................ 16
2.5 Discharge Planning ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

iv
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, umunya diakibatkan oleh
trauma (Tambayong, 2000). Menurut Helmi dalam Handayani (2013), Fraktur
klavikula adalah fraktur yang terjadi pada tulang klavikula biasanya di
sepertiga mid klavikula yang diakibatkan trauma langsung maupun tidak
langsung.

Gambar 1. Fraktur Clavicula

Klavikula atau tulang selangka adalah tulang panjang yang horizontal


berbentuk S dengan ujung medial melekat pada manubrium dari sternum pada
sendi sternoclavicularis, sedangkan ujung lateral meletak pada acromion dari
scapula pada sendi acromioclavicularis. Tulang klavikula memungkinkan
lengan mengantung pada sisi tubuh dan memberikan rentang gerak yang luas
pada sendi bahu sedangkan fraktur klavikula adalah fraktur yang sering terjadi
pada pertengahan clavicula (Gibson, 2003).

2
Gambar 2. Sendi pada klavikula

Syaraf yang berada didaerah klavikula adalah syaraf braciialis yang


merupakan syaraf spinal C5-T1, berhubungan dengan syaraf radial, medial,
ulnar, musculocutaneous dan axillary. Vaskularisasi yang berada di dekat
clavicula adalah arteri subclavia yang akan mengaliri darah ke ekstermitas
bagian atas yaitu lengan dan vena subclavia. Apabila vaskularisasi mengalami
kerusakan akan menyebabkan gangguan sirkulasi pada bagian ekstermitas atas
begitupun dengan gangguan pada syaraf brakialis apabila terkena akan muncul
paralisis pada otot dan kesulitan untuk mengerakkan ekstermitas.

Gambar 3. Syaraf di klavikula

3
1.2 Epidemiologi
Penelitian Kihlstrom dkk (2017) menyebutkan bahwa 48% fraktur
klavikula lebih sering terjadi pada laki-laki yang berusia 15-24 tahun
sedangkan pada usia 65 tahun keatas, perempuan lebih sering mengalami
fraktur clavicula dibandingkan laki-laki.
Fraktur klavikula atau collar bone fracture adalah 5-10% kejadian fraktur
yang sering terjadi pada pria dewasa muda dan wanita lanjut usia. Sebagian
besar (69-82%) kasus fraktur terjadi pada sepertiga tegah mid clavicula yang
disebabkan oleh trauma langsung yaitu jatuh (Faldini dkk, 2010).

1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya fraktur clavicula yang utama dalah trauma pada
daerah bahu. Seseorang dapat mengalami fraktur clavicula apabila terjatuh
dengan bahu yang terluka, mengalami kecelakaan, terjadi kontak yang parah
saat bermain bola, permainan hockey dan lain-lain dapat memicu terjadinya
fraktur klavikula apabila bahu atau badan pemain saling menabrak ( Arciero,
2017) sedangkan fraktur klavikula yang dapat terjadi pada bayi dikarenakan
adanya distosia bahu saat proses persalinan bayi (Caitanya dan Arjana, 2017).

1.4 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur klavikula yaitu : (Wicaksono dkk, 2012)
1. Mid klavikula 1/3 tengah klavikula : terjadi pada medial ligament korako-
klavikula ( antara medial dan 1/3 lateral), cedera ini adalah cedera yang
sering ditemui dengan insidensi 75-80% sering terjadi pada pasien yang
masih muda dikarenakan pada daerah ini tulangnya lemah dan tipis.
2. Fraktur 1/3 lateral klavikula, terbagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan lokasi ligament coracoclaviculal :
a. Tipe 1 : patah tulang yang terjadi pada daerah lateral tanpa adanya
perpindahan tulang maupun gangguan pada ligaent coracoclevicual

4
b. Tipe 2A : fraktur yang tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang serta
ligamen coracoclavicular yang masih melekat pada fragmen
c. Tipe 2B : terjadi gangguan pada ligament
d. Tipe 3 : patah tulang yang pada bagian lateral clavicula melibatkan AC
joint
e. Tipe 4 : ligament tetap melekat pada perioteum sedang fragmen
proksimal pindah keatas
f. Tipe 5 : patah tulang klavikula terpecah menjadi beberapa fragmen
3. Fraktur 1/3 medial, patah tulang klavikula yang biasanya disebabkan
cidera neurovaskuler.

Gambar 4. Klasifikasi fraktur klavicula

1.5 Patofisiologi
Klavikula adalah tulang melengkung yang membentuk bagian anterior
gelang bahu, ujung medial disebut tremitas sternal dan membentuk sendi
sternum sedangkan ujung lateral disebut ekstermitas akromial yang bersendi
pada prosesus akromion skapula, fungsi tulang ini memberik kaitan pada
beberapa otot leher, bahu dan lengan yang bekerja sebangai penopang lengan
manusia. Tulang klavikula dapat mengalami patah yang disebabkan oleh
trauma langsung maupun tidak langsung seperti jatuh, biasanya posisi patah
berada pada tengah-tengah atau 1/3 tengah tulang. Deformitas sering terjadi
apabila seseorang mengalami fraktur kalvikula (Pearce, 2016).

5
1.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau tanda gejala dari fraktur klavikula seperti : (Natasia
dkk, 2015)
1. Mengalami nyeri pada daerah yang mengalami fraktur , pada fraktur
klavikula nyeri terasa dibahu dan bertambah parah apabila lengan
digerakkan.
2. Deformitas akibat hilangnnya kelurusan (aligament) yang dialami
3. Adanya pembengkakan akibat vasodilatasi dalam infiltrasi leukosit dan
sel-sel mast
4. Saat diperiksa terdapat derik tulang atau krepitus yang teraba akibat
adanya gesekan antara fragmen satu dengan fragmen lain
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit dikarenakan trauma
atau pendarahan yang terjadi pada tulang yang mengalami fraktur
6. Bunyi Krepitasi kadang terdengar
7. Spasme otot

Fraktur klavikula pada bayi memiliki tanda gejala seperti : (Dwiendra, 2014)
1. Bayi tidak dapat mengerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena
2. Terdengar bunyi krepitasi dan ketidakteraturan tulang
3. Adanya perubahan warna pada daerah yang mengalami fraktur
4. Tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena
5. Adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai hilangnya
depresi supraklavikula pada daerah fraktur

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik atau pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk memastikan adanya fraktur seperti : (Pearce, 2016)
1. Pemeriksaan rontgen

6
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan lokasi/luas fraktur, skan
tulang, dan temogram. Pasien yang mengalami fraktur klavikula akan
memiliki hasil rontgen seperti :

Sumber : Orthoinfo
2. Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
jumlah hemoglobin atau hb apakah mengalami penurunan atau tidak (Nilai
normal hemoglobin pria adalah 14-18 gr/dL dan perempuan 12-16 gr/dL)
dan jumah leukosit untuk mengetahui apakah terjadi infeksi atau tidak
(Nilai Normal leukosit adalah 9000-30000 sel/mm).
3. Arteriogram, dilakukan apabila dicurigai adanya kerusakan vaskuoler

1.8 Kemungkinan Komplikasi


Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada seseorang yang mengalami fraktur
klavikula seperti : (Wicaksono dkk, 2012)
1. Delay union, terjadinya proses penyembuhan tulang yang lebih lama dari
keadaan normal hal ini dikarenakan kegagalan tulang berkonsolidasi yang
disebabkan oleh penurunan suplai darah ke tulang.

7
2. Nonunion , terjadinya kegagalan tulang untuk berkonsolidasi dan memiliki
sambungan yang lengkap, kuat dan stabil setelah 6 sampai 9 bulan setelah
dilakukan tindakan.
3. Malunion, tulang yang mengalami fraktur telah mengalami sambungan
tetapi posisi tidak sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini ditandaid engan
adanya deformitas.
4. Kompartemen sindrom
Kompartemen adalah ruang yang berisi kumpulaan otot manusia, pemisah
lapisan otot disebut fascia. Ruang kompartemen apabila mengalami
peningkatan tekanan akan menyebabkan kompartemen sindrom, sindrom
ini lebbih sering terjadi pada ekstermitas bawah (femural, tibia) dan lengan
bawah (radius). Penyebab peningkatan ruang kompartemen ada 2, yaitu :
(Aprianto, 2017)
1. Peningkatan volume ruang kompartemen, dikarenakan darah mengisi
ruang kompratemen, luka bakar yang menyebabkan perpindahan
cairan ke ruang kompartemen, trauma langsung jaringan otot yang
menyebabkan pembengkakan
2. Penurunan luas ruang kompartemen, dikarenakan kompresi tungkai
dikarenakan imobilisasi fraktur yang terlalu ketak, luka bakar yang
menyebabkan kekakuan jaringan ikat.

Gejala kompartemen sindrom (5P) : (Aprianto, 2017)

1. Pain, nyeri seperti terbakar


2. Pallor, pucat dikarenakan penurunan perfusi
3. Pulselessness, berkurangnya denyut nadi
4. Parestesia, rasa kesemutan
5. Poikilothermia

8
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
fraktur klavikula bisa secara non farmakologi dan farmakologi.
1.9.1 Farmakologi
1. NSAID : digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan (Brigeforth
dkk, 2010).
2. Operasi : operasi dilakukan untuk mengatasi fraktur klavikula, fraktur tipe 2
distal sangat dianjurkan untuk dilakukan operasi (Brigeforth dkk, 2010).

1.9.2 Non-farmakologi
Tindakan yang dapat dilakukan pertama kali untuk fraktur klavikula :
1. Menghindari mengangkat lengan yang cedera diatas 70 derajat ke segala
arah
2. Menghindari untuk mengangkat beban dengan berat lebih dari 50 pon
3. Menggunakan kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri, bengkak dan
peradangan
4. Menggunakan bidai untuk mengimmobilasasi bahu
5. Melakukan tindakan distraksi nyeri
Distraksi nyeri adalah metode yang dilakukan untuk mengurangi
nyeri dengan mengalihkan perhatian pasien, seperti : teknik relaksasi nafas
dalam, guided imagery, menganjurkan untuk membaca, menonton TV
acara kegemarannya, dan terapi musik (Rondonuwu dkk, 2015).
6. Melakukan latihan exercise, seperti : (Kushartanti, 2009)
a. Pendulum exercise
Latihan pendulum adalah latihan yang digunakan untuk mencegah
terjadinya perlengketan sendi bahu yaitu sendi acromioclavicular. Latihan
ini menggunakan gaya gravitasi untuk memperluas rongga suprahumeral
yang dapat berakibat adanya pelepasan tekanan (Kushartanti, 2009)

9
Cara latihan :
1. pasien diposisikan berdiri dengan tangan yang sehat memegang kursi
atau meja dan fleksi (membungkuk) sekitar 90o sedangkan lengan yang
terluka dibiarkan mengantung dan salh satu ditekuk ke depan.
2. Meminta pasien untuk menggerakan tangan yang terluka dengan ayunan
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi dan ayunan memutar.

b. Wall lader/ merambat tembok


Latihan ini dilakukan dengan
klien menyamping atau
menghadap tembok dengan
lengan cedera lurus menyentuh
tembok diteruskan dengan tangan
merambat keatas setinggi
mungkin dan pertahankan posisi
tersebut (Kushartanti, 2009).

10
c. Supine internal/external rotation
Tidur telentang dengan bahu
regang dan siku tersangga dalam
posisi menekuk, angkat tangan
keatas dan kedepan sejauh mungkin
tahan selama 1-2 detik, kembalikan
keposisi semula (Kushartanti, 2009).

d. Supine flexion dan Active flexion


Tidur terlentang dan pegang tongkat dengan
kedua tangan kemudian angkat lengan diatas
kepala sejauh mungkin tahan selama 5-10 detik,
kembalikan keposisi semula sedangkan active
flexion dilakukan dengan posisi berdiri, luruskan
siku dan ujung jari menghadap ke depan, angkat
lengan yang cedera keatas setinggi mungkin,
kemudian turunkan secara perlahan (Kushartanti,
2009).

11
e. Bent arm flextion (angkat lengan ke depan dan atas)
Latihan dilakukan dengan menyangga lengan yang cedera dan perlahan
angkat lengan tersebut ke depan dan keatas dan turunkan (Kushartanti,
2009).

f. Shrugs
Berdirilah dengan
lengan disamping badan,
angkat bahu ke telinga
pertahankan kemudian
tarik bahu ke belakang.
Kembalikan keposisi
semula dan ulang
beberapa kali
(Kushartanti, 2009).

7. Nutrisi yang baik untuk tulang


Proses penyembuhan tulang membutuhkan asupan nutrisi yang cukup
untuk mempercepat penyembuhan, nutrisi yang dibutuhkan seperti calsium,
vitamin D, sodium, fosfor, ikan, vitamin C, Protein dan lain-lain (Karpouzos
dkk, 2017). Tujuan dari diet pasca operasi untuk mengupayakan agar proses
penyembuhan dan daya tahan tubuh pasien dapat meningkat dengan
memenuhi kebutuhan cairan, energi, protein.

12
1.10 Clinical Pathways
Risiko perlambatan
pemulihan pasca
bedah
Trauma

Kerusakan integritas
Konservatif Fraktur Operasi jaringan

Eksternal fiksasi
Resiko
Deformitas Kerusakan pembuluh darah Kerusakan jaringan disekitarnya
Infeksi

Gips/ Traksi
Impuls membawa ke otak
Kehilangan fungsi Perdarahan

Otak menerjemahkan
Risiko Risiko syok
Keterbatasan gerak
dissue
syndrom
Nyeri Akut
imobilisasi

Hambatan mobilisasi fisik

12
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Pasien terlihat meringis dan lemah, kesadaran compos mentis (E4V5M6)
Tanda vital:
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 95 x/mnt
- RR : 20/mnt
- Suhu : 37,2oC

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
Inspeksi : Bentuk normal, simetris, distribusi rambut merata, warna rambut
hitam, kulit kepala bersih dan tidak ada ketombe serta tidak ada
jejas.
Palpasi : tekstur rambut kembut, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan

2. Mata
Inspeksi : posisi dan kesejajaran, mata normal, ukuran pupil normal,
konjungtiva pink, sklera putih, ada reaksi dengan cahaya, tidak
memakai kacamata, fungsi penglihatan normal, tidak memakai
kaca mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan

3. Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan
pembengkakan, telinga bersih, ketajaman pendengaran normal.

14
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

4. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung, tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

5. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi, gigi tampak besih,
rongga mulut tidak berbau
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

6. Leher
Inspeksi : rentang gerak normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Palpasi : teraba nadi karotis, tidak ada nyeri tekanan dan benjolan

7. Dada
Jantung
a. Inspeksi : normal, tidak ada jejas, ictus kordis tidak tampak
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan , ictus kordis tampak di ICS 5
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : S1, S2 normal dan tunggal;

Paru-paru
a. Inspeksi : bentuk dada normal, simetris , tidak ada penggunaan otot bantu
nafas
b. Perkusi : Sonor
c. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus ka=ki
d. Auskultasi : suara paru vesikuler, tidak terdapat bunyi ronkhi dan
wheezing

15
Payudara dan ketiak
a. Inspeksi : tidak ada lesi, putih berwarna coklat dan kelihatan bersih
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekanan

8. Abdomen
a. Inspeksi : keadaan kulit baik, bersih, tidak ada asites, bentuk simetris dan
tidak ada jejas
b. Auskultasi: bising usus 12x/menit (normal : 5-30x/menit)
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi: timpani pada lapang abdomen

9. Genetalia dan Anus


a. Inspeksi: Klien tidak terpasang kateter urin
b. Palpasi : tidak terkaji

10. Ekstremitas
Ekstermitas atas
a. Inspeksi : kedua tangan tidak semetris, kekuatan otot 3/3
b. Palpasi : ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Ekstermitas bawah
a. Inspeksi : kedua kaki simetris, kekuatan otot 5/5
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan

11. Kulit dan kuku


Kulit
a. Inspeksi : warna kulit sawo matang, dan bersih
b. Palpasi : tidak ada benjolan, akral teraba hangat dan turgor kulit baik

Kuku
a. Inspeksi : warna kuku putih, panjang dan kotor

16
b. Palpasi : CRT < 2 detik, tidak ada pembengkakakan dan tanda-tanda
sianosis

12. Keadaan lokal


Terdapat fraktur clavicula di 1/3 midclavicula dextra

1.2 Diagnosa
1. Nyeri akut b.d adanya fraktur
2. Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3. Kerusakan integritas jaringan b.d adanya fraktur
4. Resiko infeksi
5. Risiko syok
6. Risiko perlambatan pemulihan pasca bedah
7. Risiko sindrom disuse

17
2.3 Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut b.d adanya fraktur Kontrol Nyeri (1605) Aplikasi panas/dingin (1380)
1. Menggunakan tindakan 1. Menskrining kontraindikasi penggunaan kompres dingin
pencegahan 2. Menjelaskan pengunaan kompres dingin
2. Melaporkan nyeri yang 3. Memposisikan senyaman mungkin
terkontrol 4. Memberikan penjelasan frekuensi dan prosedur kompres
dingin
Tingkat Nyeri (2102) 5. Mengevaluasi respon terhadap kompres dingin
3. Nyeri yang dilaporkan
tidak ada Pengurangan kecemasan (5820)
4. Ekspresi Nyeri wajah 6. Membiarkan keluarga mendampingin pasien
tidak ada 7. Mendengarkan pasien
8. Memberikan pujian
9. Mendorong verbilisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
pasien
10. Memberikan aktivitas pengganti :
a. Distraksi nyeri : teknik relaksasi nafas dalam, guided
imagery, menganjurkan membaca atau mendengarkan
musik dll
b. Melatih ROM : pendulum exercise, wall lader, internal
dan eksternal rotasi, shrugs, dll

18
2. Hambatan mobilisasi fisik b.d Pergerakan Sendi : Bahu Perawatan tirah baring (0740)
(0219) 1. Menjelaskan pentingnya tirah baring
kerusakan integritas struktur
1. Fleksi depan 180 2. Menjaga kebersihan lingkungan
tulang 2. Ekstensi 50 3. Memonitor komplikasi tirah baring
3. Abduksi 4. Memonitor keadaan kulit
4. Adduksi
5. Rotasi eksternal Peningkatan mekanika tubuh (0140)
6. Rotasi ekternal 1. Menjelaskan pentingnya postur tubuh yang benar
2. Mendemonstrasikan posisi tidur yang benar
3. Menghindari posisi tidur tengkurap
4. Melakukan ROM : latihan fleksi/ekstensi, pendulum
exercise, wall lader, dll
5. Menjelaskan frekuensi latihan
6. Memonitor perbaikan postur
3. Resiko infeksi b.d terjadinya Keparahan infeksi (0703) Kontrol infeksi (6545)
1. Nyeri 1. Mengajarkan teknik cuci tangan
gangguan integritas kulit
2. Demam 2. Melakukan prinsip cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Peningkatan jumlah sel 3. Meningkatkan intake nutrisi
darah putih 4. Mengajurkan meminum obat sesuai indikasi
4. kemerahan
Perlindungan infeksi (6550)
1. Memonitor tanda infeksi
2. Memonitor kerentanan infeksi
3. Memonitor hasil lab
4. Membatasi jumlah pengunjung
5. Mempertahankan asepsis
6. Memeriksa kondisi kulit atau luka
7. Tingkatkan asupan nutrisi

19
8. Menganjurkan untuk istirahat
9. Memantai tingkat energi atau malaise
10. Meningkatkan mobilitas atau latihan ROM : latihan
fleksi/ekstensi, pendulum exercise, wall lader, dll

4. Risiko syok b.d hipovolemik Keparahan syok hipovolemik Pencegahan syok (4260)
(0419) 1. Memonitor adanya respon syok awal
1. Penurunan tekanan nadi 2. Monitor adanya tanda inflamasi
perifer 3. Mencatat adanya memar dan membran mukosa
2. Penurunan tekanan darah 4. Memberikan cairan melalui IV
3. Akral dingin, kulit basah 5. Memberikan oksigen
4. Penurunan tingkat 6. Memberikan anti inflamasi
kesadaran 7. Mengajarkan tanda syok kepada keluarga

Pengurangan pendarahan (4020)


1. Memberikan penekanan pada daerah yang berdarah
2. Memberikan kompres dingin
3. Memonitor jumlah dan karakter hematoma
4. Memeriksa kadar hb
5. Memonitor balance cairan
6. Memberikan transfusi darah
7. Membatasi aktivitas klien

5. Kerusakan integritas jaringan Konsekuensi imobilitas : fisik Pembidaian (0910)


(0204) 1. Memonitor sirkulasi darah (Cek CRT, suhu, warna kulit)
b.d adanya fraktur
1. Nyeri tekan 2. Merawat luka dan Kontrol pendarahan sebelum di bidai
2. Demam 3. Monitor keutuhan atau kondisi kulit
3. Fraktur tulang 4. Menginstruksikan mengenai perawatan bidai

20
4. Kontraktur sendi
5. Pergerakan sendi Pencegahan luka tekan (3540)
1. Memeriksa suhu klien
2. Menganjurkan tidak merokok dan alkohol
3. Menghindari kulit untuk basah
4. Menghindari peminjatan
5. Melembabkan kulit kering dan pecah-pecah

6. Risiko perlambatan Pemulihan pembedahan : Pemulihan daerah sayatan :


segera setelah operasi 1. Memeriksa daerah sayatan
pemulihan pasca bedah
1. Perdarahan tidak ada 2. Membiarkan pasien melihat lukanya
2. Nyeri tidak ada 3. Mengajurkan untuk tidak menekan daerah sayatan
3. Cairan merembes ke
balutan tidak aada Bantuan perawatan diri (1800)
4. Pembengkakan disisi luka 1. Mempertimbangkan budaya dan usia pasien
tidak ada 2. Memonitor kemampuan perawatan diri
3. Memberikan bantuan perawatan diri sampai klien mampu
merawat mandiri
4. Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas normal
5. Menciptakan rutinitas perawatan diri
7. Risiko sindrom disuse Penyembuhan tulang Terapi latihan : mobilitas (pergerakan sendi )
11. Nyeri tidak ada 1. Menentukan level motivasi untuk meningkatkan pergerakan
12. Edema tidak ada 2. Membantu mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk
13. Infeksi disekitar jaringan melakukan gerakan sendi
tidak ada 3. Melatih ROM
14. Infeksi didalam tulang a. Pendulum exercise
tidak ada b. Wall lader
15. Pengembalian fungsi c. Eksternal dan internal rotasi

21
skletal d. Bent arm flextion
e. Supine/ active flextion
f. shrugs
4. Memonitor lokasi dan adanya nyeri

Manajemen Nyeri (1400)


1. Mengkaji Nyeri
2. Mengobservaasi respon non verbal
3. Mengali pengetahuan mengenai nyeri
4. Memberikan informasi mengenai nyeri
5. Ajarkan manajemen nyeri : distraksi nyeri ( teknik
relaksasi nafas dalam, guided imagery, dan latihan ROM)

22
2.4 Evaluasi

No Dx Evaluasi
1 Nyeri akut b.d adanya fraktur S: pasien mengatakan nyeri sudah tidak
ada
O: ekspresi klien terlihat normal dan tidak
meringis
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2 Gangguan mobilisasi fisik b.d S: pasien mengatakan ketika mengerakkan
kerusakan integritas struktur tangannya sudah tidak sakit
tulang O: pasien dapat melakukan abduksi,
adduksi, rotasi dengan tidak meringis
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
3 Resiko infeksi b.d terjadinya S: -
gangguan integritas kulit O: tidak ada tanda kemerahan, tidak ada
peningkatan suhu tubu
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
4 Risiko syok b.d hipovolemik S:-
O: tidak ada peningkatan tekanan darah
dan nadi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
5 Kerusakan integritas jaringan b.d S: pasien mengatakan lukanya telah
adanya fraktur menutup
O: tidak ada tanda kemerahan dan tanda
kelembapan, luka telah menutup
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

24
6 Risiko perlambatan pemulihan S:-
pasca bedah O: tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
7 Risiko sindrom disuse S:-
O: tidak ada tanda-tanda risiko sindrom
disuse
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

2.5 Discharge planning


Discharge planning yang dilakukan pada klien dengan fraktur klavikulasi
sebagai berikut:
1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas terutama
menggerakan bahu secara hati-hati;
2. Berikan informasi tentang gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi serta
hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut;
3. Berikan informasi untuk tidak memijat daerah yang terluka

25
DAFTAR PUSTAKA

Arciero, R. A. 2017. Shoulder and Elbow Injuries in Athletes : Prevention,


Treatment, and Return to Sport. Philadelphia : Elseiver.
Aprianto, P. 2017. Sindrom Kompartemen Akut Tungkai Bawah. Riau : CDK.
Bridgeforth, G. M., S. J. Nho., R. M. Frank., dan B. J. Cole. 2010. Clavicle
fracture. Diakses dari http://www.briancolemd.com/wp-
content/themes/ypo-theme/pdf/clavicle-fractures-overview-and-
treatment.pdf (13 April 2018)
Citanya, I. B. A. K., dan I. G. N. W. Aryana. 2017. Gambar Karakteristik Fraktur
Klavikula pada Neonatus Pasca Persalinan di Rumah Sakit Umum Pusat
Sangla Denpasar Tahun 2011-2014. Denpasar : E-Jurnal Medikal.
Dwiendra, R. O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita, dan
Anak Prasekolah untuk Bidan. Yogjakarta : Deepublish.
Faldini, C. 2010. Nonoperative Treatment of Closed Displaced Midshaft Clavicle
Fracture.Italia. University of Bologna.
Gibson, J. 2003. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta : EGC
Handayani, N. S. 2013. Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Pre Operasi
Kondisi Fraktur Clavicula Dextra 1/3 Lateral dan Fraktur Costaer 3,4,5,6,
Dextra di PROF. DR. SOEHARSO. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Karpouzus, A., E. Diamantis., dan P. Farmaki. 2017. Nutritional Aspects of Bone
Health and Fracture Healing. Hindawi : Journal of osteoporosis.
Kihlstrom, C. Moller., Lonn., dan Wolf, O. 2017. Clavicle fractures:
epidemiology, classification and treatment of 2 422 fractures in the Swedish
Fracture Register; an observational study. Swedia : BioMed Central
Kushartanti, B. W. 2009. Terapi Latihan Pascacedera Bahu. Yogjakarta :
Universitas Negeri Yogjakarta.

26
Natasia, C., Hiswani., dan Jemadi. 2015. Karakteristik Penderita Fraktur pada
Lansia Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2011-
2012. Medan : FKM USU.
Pearce, E. C. 2016. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT
GRamedia Pustaka Utama.
Rondonuwu, R., J. Tuegeh., dan F. Manado. 2015. Studi Pelaksanaan Metode
Distraksi Penanganan Nyeri pada Pasien Fraktur oleh Perawat di Irina A
Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Mando : Juiperdo.
Wicaksono, A. 2013. Perbandingan Komplikasi pada Pasien Fraktur Klavikula
Pasca Penatalaksanaan Operatif Dibandingkan dengan Kontralateral.
Jember : Universitas Jember.

27

Anda mungkin juga menyukai