Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN TUMOR OTAK DI RUANG ICU RUMAH SAKIT


RSUP SANGLAH DENPASAR BALI

OLEH:
Sintya Ayu Puspitasari, S.Kep
NIM 132311101049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan berikut dibuat oleh:


Nama : Sintya Ayu Puspitasari, S.Kep
NIM : 132311101049
Judul : Laporan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Tumor
Otak Di Ruang ICCU RSUP Sanglah Denpasar Bali

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Denpasar, September 2018

Mahasiswa

Sintya Ayu Puspitasari


NIM. 132311101049

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

............................................. ............................................
NIP. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK

a. Definisi tumor otak


Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Bare, 2001).Tumor otak
merupakan adanya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.Tumor otak adalah
suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intrakranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya
dapat berupa tumor primer maupun metastase, apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-
organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostat, ginjal, dan lain-lain
disebut tumor otak sekunder (Sylvia & Wilson, 2005).
b. Etiologi
Penyebab tumor otak hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti, walaupun telah banyak penelitian yang dilakukan.Beberapa faktor resiko
yang dapat menimbulkan resiko terjadinya tumor otak sebagai berikut
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sindrom herediter seperti tuberous sclerosis
retinoblastoma, multiple endrocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko
tumor otak. Selain itu sindroma seperti turcot dapat menimbulkan
kecenderungan genetik untuk glioma tetapi hanya 2%.
2. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi. Radiasi jenis ionizing radiation bisa
menyebabkan tumor otak jenis neuroephitelial tumors, meningiomas, dan
nerve sheath tumors, selain itu paparan terhadap sinar x dapat
meningkatkan rsiko tumor otak.
3. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat. Infeksi virus yang dipercayai bisa menyebabkan tumor otak
adalah virus Epseien-barr.
4. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan.Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea, nitrosamides, dan nitrosoureas
bisa menyebabkan tumor sistem saraf pusat.
5. Gaya hidup
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar berkorelasi dengan peningkatan risiko
tumor otak. Risiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih
banyak buah dan sayuran.
c. Klasifikasi tumor otak
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut Batticaca (2008):
1. Klasifikasi tumor otak berdasarkan jenis tumor adalah sebagai
berikut :
Jinak
a. Acoustic neuroma
Tumor pada saraf kranial ke delapan saraf untuk pendengaran
dan keseimbangan. Neuoma akustik dapat tumbuh lambat dan
mencapai ukuran besar sebelum diagnosa ditegakan.
b. Meningioma
Jenis tumor yang berkembang pada meningenatau membran
yang melapisi sistem saraf pusat, yaitu otak dan tulang belakang
c. Pituitary adenoma
Jenis tumor yang menyerang kelenjar pituitari dan dapat
mengganggu produksi hormon
d. Astrocytoma (grade I)
Astrocytoma polisitik menyerang sel penyokong otak, tumbuh
lambat namun tidak menyerang jaringan sekitarnya
- Maligna
a. Astrocytoma (grade 2,3,4)
Astrocytoma grade 2 adalah tumor yang memiliki pertumbuhan
yang lambat namun menyerang jaringan disekitarnya.
Astrocytoma grade 3 merupakan tumor maligna yang memiliki
pertumbuhan cepat dan menyebar ke jaringan disekitarnya.
Astrocytoma grade 4 yaitu tumor yang menyebar agresif
menyerang jaringan otak.
b. Oligodendroglioma
Tumor langka yang berkembang di otak, hal ini terjadi karena
sel-sel yang terletak di jaringan ikat mengelilingi sel-sel saraf
otak.
2. Klasifikasi tumor otak berdasarkan lokasi tumor adalan sebagai berikut:
- Tumor intradural
1) Ekstramedular
a. Cleurofibroma
b. Meningioma
2) Intramedular
a. Astrocytoma
Tumor yang menyerang sel penyokong otak
b. Oligodendroglioma
Tumor langka yang berkembang di otak, hal ini
terjadi karena sel-sel yang terletak di jaringan ikat
mengelilingi sel-sel saraf otak.
c. Hemangioblastoma
- Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer biasanya pada payudara,
prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.
d. Tanda gejala tumor otak
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini
menyebabkan peningkatan TIK serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak. Gejala klinis tumor otak sering
dikaitkan dengan gejala peningkatan TIK yaitu sebagai berikut (Smeltzer & Bare,
2001).
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala tersering dapat bersifat dalam dan terus-
menerus dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri hebat pada pagi hari dan
lebih hebat saat beraktivitas sehingga dapat meningkatkan TIK pada saat
membungkuk, batuk dan mengejan. Nyeri kepala dapat berkurang bila
diberi aspirin dan kompres air dingin di daerah yang sakit. Nyeri kepala
digambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus. Tumor
frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral, tumor kelenjar
hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara 2 pelipis, tumor
serrebelum menghasilkan nyeri daerah suboksipital bagian belakang
kepala.
2. Muntah
Muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah (vagal) pada
medula oblongata.Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai pergeseran batang otak.
Muntah dapat terjadi didahului dengan mual dan dapat proyektil
3. Papiledema
Papil edema disebabkan oleh stres vena yang menimbulkan
pembengkakan papila saraf optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan
oftalmoskopi tanda ini mengisyaratkan terjadinya kenaikan tekanan intra
kranial. Terkadang disertai gangguan penglihatan termasuk pembesaran
bintik buta dan fungsi penglihatan berkurang.
4. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak
yang terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal seperti
pada ketidaknormalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan, dan
kejang. Tanda gejala berdasarkan letak tumor dapat dilihat sebagai berikut
(Smeltzer & Bare, 2001).
1) Lobus frontalis
Perubahan mental, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan
dalam kepribadian. Beberapa penderita mengalami periode
depresi, bingung atau periode ketika tingkah laku penderita
menjadi aneh. Perubahan tersering adalah perubahan dalam
berargumentasi yang sulit dan memberi penilaian. Hemiparesis
disebabkan oleh tekanan pada daerah lintasan motorik dekat
tumor.
2) Lobus oksipital
Tumor pada bagian ini dapat menyebabkan timbulnya kejang
konvulsif, gangguan penglihatan, halusinasi penglihatan, dan
hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan pada
sisi yang berlawanan dari tumor.
3) Lobus temporalis
Tumor pada bagian ini menyebabkan tinitus, halusinasi
pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah.
4) Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi
sensorik, gangguan penglihatan.
5) Cerebulum
Tanda dan gejalan yaitu pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang kecenderungan jatuh
kesisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan mistagmus
(gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menimbulkan gerakan horizontal. Papil oedema, nyeri kepala,
gangguan motorik, hipotonia, dan hiperekstremitas sendi
6) Korteks motorik
Biasanya timbul kejang pada salah satu sisi tubuh (kejang
Jacksonian)
7) Intrakranial
Biasanya menunjukkan adanya gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara, dan gangguan gaya berjalan terutama
pada lansia
8) Kortek parasentalis posterior dan lobus parasentralis
Tumor yang menyerang korteks prasentralis posterior
menyebabkan kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah,
lidah dan ibu jari. Tumor yang menyerang bagian ini
menyebabkan kelemahan pada kaki ekstremitas bawah.
e. Patofisiologi tumor otak
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis yang progresif yang
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan
intrakranial (TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulakn tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak yang
mengakibatkan terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat diperparah dengan
gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan
kepekaan neuron akibat kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke dalam
jaringan otak(Batticca, 2008).
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak
yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan sawar di otak menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan
meningkatkan TIK(Batticca, 2008).
Peningkatakan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan
untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah
intrakranial, volume CSS, kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel
parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan menimbulkan herniasi
unkus serebellum. Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus melalui
insisura tentorial karena adanya lobus temporalis bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke 3.
Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior.Kompresi medulla oblongata dan henti nafas
terjadi dengan cepat.Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan
intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik dan
gangguan pernafasan (Batticca, 2008).
f. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan pada tumor otak yaitu (Ariani, 2012):
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak berlebih yang menumpuk disekitar lesi
sehingga menambah efek massa yang mendesak.
2. Hidrosefalus
3. Herniasi Otak
4. Epilepsi
5. Kematian
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada tumor otak yaitu
(Gisenberg, 2005):
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
data awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal dan salah satu
tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor.

Gambar 5 Gambaran neuroma akustik

Gambar 6 Glioma serebri (kanan) Meningioma intrakranial (kiri)

2. Pemeriksaan cairan serebrospinal


Tujuan untuk melihat adanya sel-sel tumor. Pemeriksaan ini tidak
rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
3. Biopsi
Tujuan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis
4. Angiografi Serebral
Tujuan memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
5. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk megevaluasi lobus temporal
pada waktu kejang
h. Penatalaksanaan
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya yaitu (Gisenberg, 2005):
1. Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk kejang dan kortikosteroid seperti
dexametason untuk mengurangi peningkatan tekanan intra kranial.
Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara
dengan mengobati edema otak.
2. Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan
dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Pembedahan
memerlukan insisi tulang (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan
untuk mengobatai pasien meningioma, neuroma akoustik,
astrositoma kistik pada serebellum, tumor kongenital, dan beberapa
granuloma.
3. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Radioterapi memiliki banyak
peranan pada berbagai jenis tumor otak. Radioterapi diberikan pada
pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvant pasca operasi,
atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan
operasi.Pada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D
conformal radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan
untuk pasien tertentu seperti stereotactic
radiosurgery/radiotherapy (Kemenkes RI, 2015).
4. Chemotherapy
Kemoterapi pada kasus tumor otak saat ini sudah anyak digunakan
karena diketahui dapat memperpanjang survival rate dari pasien
terutama pada kasus oligodendroglioma. Kemoterapi pada tumor
otak tidak bersifat kuratif, tujuan utama dari kemoterapi adalah
untuk menghambat pertumbuhan tumor dan meningkatkan kualitas
hidup (quality of life) pasien selama mungkin (Kemenkes RI,
2015).
PATHWAY

Herediter, virus, radiasi, gaya hidup, bahan karsinogenik

Pertumbuhan sel otak abnormal

Tumor otak Risiko nutrisi kurang dari Hipertermi


kebutuhan tubuh

Peningkatan massa otak Obtruksi saluran CSS


muntah Suhu tubuh >>

Penekanan jaringan otak Penyumbatan di ventrikel


Kehilangan fungsi Perubahan suplai darah Batang otak Subkortikal
secara akut sesuai akibat tumor menyebabkan Infiltrasi invasi jaringan otak Ventrikel otak membesar tertekan tertekan
area yang terkena nekrosis jaringan otak

Gangguan suplai darah otak Udema serebral Hidrosefalus Kehilangan


autoregulasi serebral
Tumor cerebellum
Hipoksia serebral TIK >>
Kompresi subkortikal
dan batang otak
Papiledema dini,
Tubuh melakukan kompensasi Tubuh melakukan kompensasi
Nyeri kepala, Traksi dan
dengan mempercepat pernafasan (butuh waktu berhari-hari sampai
gangguan pergerakan pergeseran
berbulan bulan) dengan cara:
Gagal struktur peka Nyeri akut
<<volume darah intrakranial
nyeri dalam
Pola nafas tidak efektif <<volume cairan serebospinal
Nyeri rongga
<< kandungan cairan intra sel
Hambatan mobilitas fisik intrakranial
mengurang sel-sel parenkim

Gangguan perfusi jaringan Herniasi serebral Bergesernya ginus medialis Statis vena serebral
lobus temporal ke inferior

Obstruksi sistem
Gangguan Gangguan penglihatan serebral
Papil edema
persepsi sensori Obtruksi drainage
vena retina
Tumor serebrum
Lobus parasentralis Korteks motorik

Kelemahan pada kaki kejang Lobus temporalis Lobus frontalis Lobus parietalis Lobus oksipitalis
dan ekstremitas bawah

Afasia, halusinasi Gangguan perubahan Hilangnya fungsi Gangguan penglihatan,


Hambatan Mobilitas Resiko cedera emosi dan tingkah laku, sensorik, gangguan halusinasi penglihatan
Fisik gangguan mental, lokalisasi sensorik,
gangguan bicara, gratestesia, kesan posisi
hemiparesis

Gangguan persepsi sensori


Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Fokus
Anamnesis
Anamnesis pada klien dengan tumor otak dapat dilakukan sebagai berikut
1) Data demografi
nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung
jawab, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa
medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan TIK
dan adanya gangguan fokal sepeti nyeri kepala hebat, muntah-muntah,
kejang dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji bagaimana terjadi nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan
penurunan tingkat keasadaran dengan pendekatan PQRST.Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan
perubahan didalam intrakranial.Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi.Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif dan koma.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya.Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga sebelumnya apakah ada
yang memiliki riwayat tumor otak atau tidak
6) Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Dikaji apakah klien mengerti tentang penyakitnya dan bagaimana
pengambilan keputusan saat sakit
b. Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan hilang, adanya mual muntah selama fase akut,
kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan, kesulitan
menelan gangguan pada refleks palatum dan faringeal
c. Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar
d. Pola aktifitas dan latihan
Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat
kesadaran, resiko trauma karena epilepsi, hemiparesis, ataksia,
gangguan penglihatan dan merasa mudah lelah
e. Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
Pusing, sakit kepala, kelemahan, tinitus, afasia motorik, gangguan
rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan, penurunan memori,
pemecahan masalah, kehilangan kemampuan masuknya rangsang
visual, menurunan kesadaran sampai dengan koma, tidak mampu
merekam gambar, tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya dan putus asa, emosi labil dan kesulitan
untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Masalah bicara dan ketidakmampuan dalam berkomunikasi
(kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas atau
pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar ataupun marah, perasaan
tidak berdaya, putus asa, respon emosional klien terhadap status saat
ini, mudah tersinggung, mekanisme koping yang biasa digunakan
dan orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k. Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu atau tidak
b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati sadar
sepenuhnya (komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma,
koma, keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tampak
tidak sakit.
Pengkajian rangsang meningeal
Bila ada peradangan selaput otak atau di rongga sub arachnoid terdapat
benda asing seperti darah, maka dapat merangsang selaput otak.
a. Kaku kuduk
Kaku kuduk dengan cara tangan pemeriksa ditempatkan di bawah
kepala pasien yang sedang berbaring Kemudian kepala ditekukkan
(fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada.Selama
penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.Bila terdapat kaku
kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai dada.Kaku
kuduk dapat bersifat ringan atau berat.Pada kaku kuduk yang berat,
kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke
belakang.Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari
tahanan yang dialami waktu menekukkan kepala.
b. Tanda laseque
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi klien berbaring lurus.
Lakukan ekstensi pada kedua tungkai.Kemudian salah satu tungkai
diangkat lurus, di fleksikan pada sendi panggul.Tungkai yang satu
lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus.Normal : Jika kita
dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit atau
tahanan.Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum
kita mencapai 70
c. TandaKerniq
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berbaring lurus di tempat
tidur.Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai
membuat sudut 90o.Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada
persendian lutut.Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut
135 o, antara tungkai bawah dan tungkai atas.Tanda kerniq (+) =
Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut 135̊
d. TandaBrudzinskyI
Pemeriksaan dilakukan dengan klien diminta berbaring di tempat
tidur. Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu
mencapai dada.Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di
dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.Brudzinsky I (+)
ditemukan fleksi pada kedua tungkai.
e. Tanda Brudzinsky II
Pemeriksaan dilakukan dengan klien diminta berbaring di tempat
tidur.Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai
yang satu lagi berada dalam keadaan lurus.Brudzinsky I (+)
ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi perhatikan
apakah ada kelumpuhan pada tungkai.
Pengkajian saraf kranial
a) Saraf I
Pada klien tumor otak yang tidak mengalami kompresi saraf ini
tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
b) Saraf II
Gangguan lapang pandang disebabakan lesi pada bagian tertentu
dari lintasan visual. Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan
adanya papiledema. Tanda yang menyertai papailedema dapat
terjadi gangguan penglihatan termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks (saat ketika penglihatan berkurang).
c) Saraf III, IV, dan VI
Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiforms

Gambar 8 glioblastoma multiforms


d) Saraf V
Pada tumor otak yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada
kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang menekan saraf
ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral
e) Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
f) Saraf VIII
Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang
mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau
korteks yang berbatasan
g) Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik dan terdapat kesulitan membuka
mulut
h) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
i) Saraf XII
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, indra
pengecapan normal
Pengkajian sistem motorik
Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebellum mengakibatkan
gangguan pergerakan. Gangguan ini bervariasi bergantung pada ukuran
dan lokasi spesifik tumor dalam serebellum. Gangguan yag paling
sering dijumpai yang kurang mencolok tetapi memiliki karakteristik
yang sama dengan tumor serebellum adalah hipotonia (tidak ada
resistensi normal terhadap regangan dan perpindahan anggota tubuh
dari sikap aslinya) dan hiperekstenbilitas sendi. Gangguan dalam
koordinasi berpakaian merupakan ciri khas pada klien dengan tumor
lobus temporalis.

Gambar 9 Gangguan koordinasi berpakaian


Pengkajian refleks
Gerakan involunter: pada lesi tertentu yang memberikan tekanan pada
area fokal kortikal tertentu, biasanya menyebabkan kejang umum,
terutama pada tumor lobus oksipital
Pengkajian sistem sensorik
Mungkin nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering
dijumpai pada klien tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat
dalam, terus-menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri
ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas
yang biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti
membungkuk, batuk dan mengejan. Nyeri kepala dapat berkurang bila
diberi aspirin dan kompres air dingin di daerah yang sakit. Nyeri kepala
digambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus.
Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral, tumor
kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara 2 pelipis,
tumor serrebelum menghasilkan nyeri daerah suboksipital bagian
belakang kepala. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama pada
tumor fosa posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial
menyebabkan nyeri kepala frontal.
Pemeriksaan fisik (B1-B6)
a. B1 (Breathing)
Inspeksi pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi
pada medulla oblongata didapatkan adanya gangguan pernafasan
seperti irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan
nafas, disfungsi neuromuskuler
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi .
c. B3 (Brain)
Tumor otak sering menyebabkan berbagai defisit neurologi
tergantung dari gangguan fokal dan adanya peningkatan TIK.
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya. Trias klasik
pada tumor kepala adalah nyeri kepala, muntah dan papiledema.
d. B4 (Bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis yang luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual dan muntah pada fase akut.Mual dan muntah terjadi
sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata.Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan
berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial disertai
pergeseran batang otak.Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual
dan dapat berupa muntah proyektil.
f. B6 (Bone)
Adanya gangguan beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensorik mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas
dan istirahat.
5. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
data awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal dan salah satu
tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor.
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Tujuan untuk melihat adanya sel-sel tumor. Pemeriksaan ini tidak
rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
c. Biopsi
Tujuan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis
d. Angiografi Serebral
Tujuan memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
e. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk megevaluasi lobus temporal
pada waktu kejang
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan tumor otak
adalahsebagai berikut:
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, terhambatnya suplai darah ke otak
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompresi pada pusat
pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,
kegagalan fungsi pernapasan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/ perubahan tempat
jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial
4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan kompresi/
perubahan tempat jaringan otak, obstruksi drainage vena retina
5. Hipertermi berhubungan dengan kompresi subkortikal akibat
peningkatan tekanan intrakranial
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kompresi/
perubahan tempat jaringan otak
7. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
8. Risiko cedera yang berhubungan dengan gangguan dalam cara
berjalan, vertigo, dan/ atau gangguan penglihatan, sekunder akibat
kompresi/ perubahan tempat jaringan otak.
c. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Monitoring TIK
perfusi keperawatan selama ...x24 1. Pantau tanda dan gejala 1. Trias klasik meningkatan TIK yaitu
serebral jam terjadi dengan kriteria peningkatan TIK yaitu muntah, nyeri kepala, dan papil
berhubungan hasil: mengkaji GCS klien, tanda- edema
dengan 1. Tidak ada tanda tanda vital, respon pupil, 2. Fleksi / rotasi leher berlebihan,
peningkatan peningkatan TIK dancatat adanya muntah, sakit stimulasi panas dingin, menahan
TIK dan 2. Klien mampu bicara kepala, perubahan tersebunyi nafas, mengejan, perubahan posisi
edema dengan jelas, (mis; letargi, gelisah, perubahan yang cepat, mengejan, batuk dapat
serebral menunjukkan mental meningkatkan tekanan intrakranial
konsentrasi, perhatian 2. Hindarkan situasi atau 3. Panas merupakan reflek dari
dan orientasi baik manuever yang dapat hipotalamus.Peningkatan kebutuhan
3. Peningkatan tingkat meningkatkan TIK (fleksi / metabolisme dan O₂ akan
kesadaran (GCS 15, rotasi leher berlebihan, menunjang peningkatan TIK
tidak ada gerakan stimulasi panas dingin, 4. Memberikan suasana yang tenang
involunter) menahan nafas, mengejan, dapat mengurangi respon psikologis
4. TTV dalam batas perubahan posisi yang cepat) dan memberikan istirahat untuk
normal (TD: 120/80, 3. Monitor lingkungan yang dapat mempertahankan TIK yang rendah
RR 16-20x/mnt, Nadi menstimulus peningkatan TIK 5. Steroid untuk mengurangi inflamasi
80-100x/mnt, Suhu 4. Berikan lingkungan yang dan mengurangi edema
36,5-37,5oC) tenang
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi seperti steroid dexametason
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
2 Pola nafas Setelah dilakukan tindakan Airway management and
tidak efektif keperawatan selama ..x 24 respiartory monitoring
berhubungan jam pasien menunjukkan 1. Monitor respirasi dan status O2 1. Untuk mengetahui status respirasi
dengan keefektifan pola nafas, 2. Pantau frekuensi, irama, sebagai dasar untuk melakukan
kompresi dibuktikan dengan kriteria kedalaman pernafasan. tindakan keperawatan
pada pusat hasil: 3. Berikan posisi yang nyaman 2. Distres pernapasan dan perubahan
pernapasan di 1. Suara nafas yang yaitu semifowler pada tanda vital dapat terjadi sebagai
medulla bersih, tidak ada 4. Anjurkan pasien untuk akibat stres fisiologi dan dapat
oblongata, sianosis dan dyspneu melakukan nafas dalam. menunjukkan terjadinya syok
kelemahan 2. Irama nafas, frekuensi 5. Kolaborasi dengan dokter untu sehubungan dengan hipoksia.
otot-otot pernafasan dalam pemberian terapi oksigen. 3. Meningkatkan inspirasi maksimal,
pernapasan, rentang normal (16- meningkatkan ekspansi paru
kegagalan 20x/menit) 4. Memaksimalkan oksigen pada darah
fungsi 3. TTV dalam batas arteri dan membantu dalam
pernapasan normal (TD: 120/80, pencegahan hipoksia
RR 16-20x/mnt, Nadi 5. Memenuhi oksigen dalam tubuh.
80-100x/mnt, Suhu
36,5-37,5oC)

3 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


(kepala) keperawatan selama ...x24 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui karakteristik nyeri untuk
berhubungan jam pasien dapat secara komprehensif termasuk pemilihan intervensi
dengan mengontrol nyeri dengan lokasi, karakteristik, durasi, 2. Mengetahui reaksi pasien terhadap
kompresi/ kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor nyeri yang dirasakan
perubahan 1. Menggunakan metode presipitasi 3. Guna memilih intervensi yang tepat
tempat non-analgetik untuk 2. Observasi reaksi non-verbal dari yang dapat digunakan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
jaringan otak mengurangi nyeri ketidaknyamanan 4. Mengurangi faktor yang dapat
dan 2. Menggunakan 3. Gunakan teknik komunikasi memperparah nyeri pasien
peningkatan analgetik sesuai terapeutik untuk mengetahui 5. Mengurangi nyeri tanpa obat-obatan
tekanan kebutuhan pengalaman nyeri pasien 6. Mengurangi nyeri
intrakranial 3. Melaporkan nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat
sudah terkontrol mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
5. Ajarkan teknik non-farmakologi
untuk mengatasi nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, T.A. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta : Salemba Medika.

Batticca FB. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Gisenberg L. 2005. Neurologi. Jakarta: Erlangga

Kemenkes RI. 2015. Panduan Nasional Penanganan Kanker: Tumor Otak.


Jakarta: Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN)

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Price, S, Wilson L. M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC

Puspitawati, Ira. 2009. Psikologi Faal. Jakarta: Universitas Gunadarma

Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Sylvia,P. A, et al. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ekg Abnormal: Gelombang P
    Ekg Abnormal: Gelombang P
    Dokumen9 halaman
    Ekg Abnormal: Gelombang P
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen12 halaman
    Soal
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • Buklet
    Buklet
    Dokumen13 halaman
    Buklet
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • Lembar Balik
    Lembar Balik
    Dokumen10 halaman
    Lembar Balik
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • Literatur Review
    Literatur Review
    Dokumen17 halaman
    Literatur Review
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Klavikula 1
    Fraktur Klavikula 1
    Dokumen29 halaman
    Fraktur Klavikula 1
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • Resume IBS
    Resume IBS
    Dokumen2 halaman
    Resume IBS
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Humerus Yeni
    LP Fraktur Humerus Yeni
    Dokumen44 halaman
    LP Fraktur Humerus Yeni
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat
  • Clinical Pathway
    Clinical Pathway
    Dokumen3 halaman
    Clinical Pathway
    SintyaAyuPuspitasari
    Belum ada peringkat