Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung, Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat
menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang
terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenaisendi dapat menyebabkan patah tulang
disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi, sedangkan trauma tumpul dapat
menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit.1
Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut yang
terjatuh, dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbuka dengan fraktur
kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering adalah
kecelakaan kendaraan bermotor. Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau kecelakaan. Sedangkan pada Usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada
wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon. Di
Amerika Serikat, insidens tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11 per 100.000
orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah. Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum
terjadi pada diafisis tibia.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan
luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan
luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya. Fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringau tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa.2 Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga
timbul komplikasi berupa infeksi.luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam
keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma
langsung. Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah yang
terdiri dari tulang tibia dan fibula.3
Fraktur Cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikena stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.3

2.1.2 Epidemiologi
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal karena insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang. Penyebab
terbanyaknya adalah insiden kecelakaan tetapi faktor lain seperti proses degenerative dan
osteoporosis juga dapat berpengaru terjadinya fraktur.3

2.1.3 Etiologi4
Penyebab fraktur diantaranya adalah sebagai berikut:

2
1) Trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang
terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. jika
kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur
mungkin tidak ada. Fraktur karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung. Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

2) Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan
tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau osteoporosis.
3) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan.
Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak
mampu mengabsorpsi energi atau kekuatan yang menimpanya.
4) Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
5) Fraktur tibia dan fibula
Terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi atau gerakan
memuntir yang keras. Fraktur tibia dan fibula secara umum akibat dari pemutaran
pergelangan kaki yang kuat dan sering dikait dengan gangguan kesejajaran.
2.1.4 Klasifikasi Fraktur
Ada 2 tipe dari fraktur cruris diantara adalah sebagai berikut 5:
1) Fraktur intra capsuler : yaitu terjadi dalam tulang sendi panggul dan captula. Contoh
(Kapital fraktur, dibawah kepala femur, melalui ekstra kapsuler)
2) Fraktur ekstra kapsuler
Terjadi diluar sendi dan kapsul melalui trokanter cruris yang lebih besar atau yang lebih
kecil pada daerah intertrokanter. Terjadi di bagian distal menuju leher cruris tetapi tidak
lebih dari 2 inci di bawah trokanter terkecil.
Selain 2 tipe diatas ada beberapa klasifikasi fraktur diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi menjadi :

3
a. Fraktur complete, dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau
lebih.

Gambar 1. Tipe fraktur

b. Fraktur incomplete (parsial)


Fraktur incomplete terbagi lagi menjadi
2.1.3.1 Fissure/Crack/Hairline, tulang terputus seluruhnya tetapi masih di tempat,
biasa terjadi di tulang pipih
2.1.3.2 Greenstick Fracture, biasa terjadi pada anak-anak dan pada os. radius,
ulna, clavikula dan costae.
2.1.3.3 Buckle Fracture, fraktur dimana korteksnya melipat ke dalam.
2) Berdasarkan garis patah atau konfigurasi tulang:
a. Transversal, garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-1000 dari sumbu tulang)
b. Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (<800 atau >1000 dari sumbu tulang)
c. Longitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang
d. Spiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
e. Comminuted, terdapat dua atau lebih garis fraktur.
3) Berdasarkan hubungan antar fragman fraktur :
a. Undisplace, fragment tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya
b. Displace, fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya.
4) Secara umum berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan dunia
luar.

4
a. Fraktur tertutup (closed fracture), apabila kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur terbuka (open fracture), apabila kulit diatasnya tertembus dan terdapat luka
yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar yang memungkinkan
kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang sehingga cenderung
untuk mengalami kontaminasi dan infeksi. Fraktur Terbuka diklasifikasikan menjadi :
klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo:
 TIPE 1
Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari
fragmen tulang yang menembus kulit.terdapat sedikit kerusakan jaringan
lunak, tanpa penghancuran dan fraktur tidak kominutif.
 TIPE 2
Laserasi kulit melebihi 1cm tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak,
avulsi kulit, serta fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang.
 TIPE 3
Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan
struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.tipe ini biasanya di
sebabkan oleh karena trauma dengan kecepatan tinggi.
tipe 3 di bagi dalam 3 subtipe:

5
a. TIPE 3 a
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat
laserasi yang hebat ataupun adanya flap.fraktur bersifat segmental atau
komunitif yang hebat.
b. TIPE 3 b
Fraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan
kehilangan jaringan, terdapat pendorongan periost, tulang terbuka,
kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif yang hebat.
c. TIPE 3 c
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan
perbaikan tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

2.1.4 Manifestasi Klinis 6


Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna (Smeltzer, 2002). Gejala
umum fraktur menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk:
1) Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti rotasi pemendekan tulang dan
penekanan tulang
2) Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur
3) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
4) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan),
pergerakan abnormal, dan shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.

6
2.1.5 Anatomi 7
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi
menyanggah berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan caput
fibulae, di bawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung atas yang
melebar dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada ujung atas terdapat
condyli lateralis dan medialis (kadang-kadang disebut plateau tibia lateral dan medial),
yang bersendi dengan condyli lateralis dan medialis femoris, dan dipisahkan oleh menisci
lateralis dan medialis. Permukaan atas facies articulares condylorum tibiae terbagi atas
area intercondylus anterior dan posterior; di antara kedua area ini terdapat eminentia
intercondylus.
Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis circularis
yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior condylus medialis
terdapat insertio m.semimembranosus.
Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyai tiga
margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta facies medialis diantaranya
terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. Pada
pertemuan antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang
merupakan tempat lekat ligamentum patellae. Margo anterior di bawah membulat, dan
melanjutkan diri sebagai malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus
memberikan tempat perlekatan untuk membrane interossea.
Facies posterior dan corpus tibiae menunjukkan linea oblique, yang disebut linea
musculi solei, untuk tempatnya m.soleus. Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada
aspek inferiornya terdapat permukaan sendi berbentuk pelana untuk os.talus. ujung
bawah memanjang ke bawah dan medial untuk membentuk malleolus medialis. Facies
lateralis dari malleolus medialis bersendi dengan talus. Pada facies lateral ujung
bawahtibia terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk bersendi dengan fibula. Musculi
dan ligamenta penting yang melekat pada tibia.
Merupakan tulang tungkai bawah yang terletak disebelah lateral dan bentuknya
lebih kecil sesuai os ulna pada tulang lengan bawah. Arti kata fibula adalah kurus atau
kecil. Tulang ini panjang, sangat kurus dan gambaran korpusnya bervariasi diakibatkan
oleh cetakan yang bervariasi dari kekuatan otot – otot yang melekat pada tulang tersebut.

7
Tidak urut dalam membentuk sendi pergelangan kaki, dan tulang ini bukan merupakan
tulang yang turut menahan berat badan.
Pada fibula bagian ujung bawah disebut malleolus lateralis. Disebelah bawah kira –
kira 0,5 cm disebelah bawah medialis, juga letaknya lebih posterior. Sisi – sisinya
mendatar, mempunyai permukaan anterior dan posterior yang sempit dan permukaan –
permukaan medialis dan lateralis yang lebih lebar. Permukaan anterior menjadi tempat
lekat dari ligamentum talofibularis anterior. Permukaan lateralis terletak subkutan dan
berbentuk sebagai penonjolan lubang. Pinggir lateral alur tadi merupakan tempat lekat
dari retinakulum. Permukaan sendi yang berbentuk segi tiga pada permukaan medialis
bersendi dengan os talus, persendian ini merupakan sebagian dari sendi pergelangan kaki.
Fosa malleolaris terletak disebelah belakang permukaan sendi mempunyai banyak
foramina vaskularis dibagian atasnya. Pinggir inferior malleolus mempunyai apek yang
menjorok kebawah. Disebelah anterior dari apek terdapat sebuah insisura yang
merupakan tempat lekat dari ligamentum kalkaneofibularis.(Anatomi fisiologi untuk
siswa perawat, 1997).1
Cruris atau tibio fibular dibentuk oleh os tibia dan os fibula, dimana terdiri dari
cruris proksimal dan distal. Pada bagian proksimal membentuk knee joint bersama
dengan patella dan femur, sedangkan pada bagian distal membentuk ankle joint bersama
dengan ossa tarsal.Tibiofibular superior joint adalah sendi sinovial plane joint dibentuk
oleh caput fibula & facet pada bagian postero-lateral dari tepi condylus tibia.Tibiofibular
inferior joint adalah sindesmosis dengan jaringan fibrous antara tibia &
fibula.Tibiofibular inferior joint ditopang oleh ligamen interosseous tibiofibular serta
ligamen tibiofibular anterior dan posterior.Gerak yg dihasilkan adalah gerak slide.

8
Gambar 2. Anatomi Cruris7

2.1.6 Fisiologi Cruris3


Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan
terletak medial dari fibula atau tulang betis, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung yaitu : Ujung atas yang merupakan permukaan dua dataran
permukaan persendian femur dan sendi lutut. Ujung bawah yang membuat sendi dengan
tiga tulang, yaitu femur fibula dan talus.
Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang ini
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Fungsi Tulang:
1. Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2. Tempat melekatnya otot.
9
3. Melindungi organ penting.
4. Tempat pembuatan sel darah.
5. Tempat penyimpanan garam mineral.

2.1.7 Patofisiologi Fraktur Cruris8


Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat
kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen
tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.3
Ketika patah tulang, terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang
dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medul antara tepi
tulang bawah periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya
respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik ditandai dengan fase vasodilatasi dari
plasma dan leukosit, ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses
penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk biasa menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan
lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler
di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada
otot yang iskemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal
ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf,
yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrom comportement.4
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang
panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan
yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di
bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka.
Fraktur dapat disebabkan oleh :
a. Trauma
1) Trauma langsung : benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut
2) Trauma tidak langsung : titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan

10
3) Trauma karena tarikan otot yang kuat
b.Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang, dll.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri (usia lanjut)
d.Spontan
• Tibia kurang dilindungi oleh jaringan lunak sehingga sangat mudah terjadi fraktur
akibat adanya trauma eksternal, dan seringkali terjadi open fraktur
• Pada fraktur terbuka, biasanya terjadi fraktur obliq atau spiral, sedangkan pada
fraktur tertutup sering terjadi fraktur transversal

2.5 Komplikasi5
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus fraktur, antara lain:
1. Infeksi. Hal ini dapat terjadi pada fraktur terbuka dimana organisme dapat masuk melalui
luka terbuka. Infeksi superfisial dapat terjadi dan tidak menimbulkan masalah tetapi jika
infeksi tembus ke area fraktur maka dapat menyebabkan osteomyelitis dan dapat berujung
pada delayed atau non-union.
2. Avascular necrosis. Kurangnya suplai darah ke bagian tulang akan menyebabkan tulang
tersebut mati (nekrosis). Hal ini dapat menjadi masalah ketika satu bagian/fragmen tidak
mendapatkan suplai darah.
3. Mal-union. Hal ini terjadi jika buruknya penjajaran dari fragmen tulang dan
mengakibatkan deformitas yang dapat mempengaruhi fungsi afektif. Overlapping dari
fragmen dapat menyebabkan pemendekan dan akan mengakibatkan gangguan fungsi
khususnya pada ekstremitas inferior.
4. Gangguan Sendi. Jika fraktur meluas pada permukaan sendi dan ada pergeseran, maka
menjadi tidak mungkin untuk menghasilkan kesejajaran yang sempurna dari fragmen dan
mengakibatkan keterbatasan dari pergerakan sendi. Gangguan dari permukaan sendi
nantinya dapat berkembang mengakibatkan osteoarthritis
5. Adhesi/Pelekatan. Hal ini bisa terjadi di dalam persendian dan/atau periartikular. Adhesi
intraartikular terjadi ketika fraktur meluas hingga ke permukaan sendi dan terdapat
haemarthrosis. Adhesi periartikular bisa terjadi jika edema tidak berkurang dan

11
memungkinkan untuk mengatur dalam jaringan. Hal ini akan mengakibatkan pelekatan
antara jaringan seperti ligamen dan kapsul yang dapat mengakibatkan kekakuan sendi.
6. Cedera pada pembuluh darah besar. Hal ini terdiri dari haemorage karena sobekan dari
pembuluh darah besar atau oklusi. Jika terjadi pada arteri besar misalnya terpotong,
praktis seluruh suplai darah menuju ekstremitas mengakibatkan gangren atau jika terjadi
oklusi parsial maka dapat mengakibatkan ischemia.
7. Cedera pada otot. Serabut otot mungkin sobek atau putusnya otot sebagai akibat dari
cedera dan akan menyebabkan perdarahan dan pembengkakan Intervensi bedah
dibutuhkan untuk memperbaiki ruptur.
8. Cedera pada saraf. Cedera saraf mungkin terjadi pada saat fraktur terjadi. Jika saraf putus
maka kemudian akan terjadi paralisis dan anastesia dari bagian yang disuplai dan
pembedahan dibutuhkan untuk memperbaiki saraf. Namun demikian, jika saraf tidak
terputus, penyembuhan dapat terjadi walaupun waktu penyembuhannya bervariasi apakah
terdapat axonotmesis atau neuropraxia.
9. Sudeck’s Atrophy. Merupakan komplikasi yang terjadi setelah melepaskan fiksasi. Pasien
merasakan nyeri yang hebat pada saat ingin bergerak dan tangan membengkak. Kulit
nampak berkilauan dan tangan terasa dingin. Hal ini biasanya mudah ditangani oleh
physio tetapi penyembuhannya memerlukan waktu hingga bulan. Untungnya komplikasi
ini jarang terjadi.
10. Cedera pada visera. Mungkin merupakan komplikasi khususnya pada fraktur dari
pelvis atau thorax.

2.6 Penatalaksanaan8
1. Selama imobilisasi
Tujuan fisioterapi selama imobilisasi adalah:

a. Mengurangi edema.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pembentukan adhesi dan juga dapat
membantu menurunkan rasa nyeri
b. Membantu menjaga sirkulasi.

12
Latihan aktif yang giat pada ankle, jari-jari kaki, gluteus dan hamstring memainkan
peranan penting dalam meningkatkan sirkulasi seluruh anggota badan dan juga
memudahkan early healing pada area yang mengalami luka.
c. Memelihara fungsi otot dengan kontraksi aktif/statis
d. Memelihara jarak sendi (Range of motion) yang possible
e. Memberikan edukasi pada pasien bagaimana cara menggunakan alat khusus

2. Setelah pelepasan fiksasi


Tujuan fisioterapi setelah pelepasan fiksasi adalah:
a. Untuk mengurangi pembengkakan. Bengkak tidak akan menjadi masalah yang
besar jika latihan dan aktivitas secara umum di perhatikan selama periode
imobilisasi. Hal ini dapat menjadi sebuah masalah pada tunkai bawah jika otot –
ototnya sangat lemah dan kehilangan jarak sendi sebagai faktor kedua yang akan
mencegah aksi pompa adekuat pada vena.
b. Untuk mendapatkan kembali jarak gerak sendi. Sebelum mencoba untuk
mengembalikan jarak gerak sendi, yang berkurang, fisioterapis harus menentukan
penyebab hilangnya jarak. Hal ini seharusnya untuk memelihara edema, adhesi atau
kelemahan otot.
c. Untuk mendapatkan kembali kekuatan otot. Kekuatan otot akan bergantung dalam
memperoleh aktivitas maksimal dari otot dan penggunaannya disetiap gerakan-
gerakan utama, antagonis, fixator dan gerakan tambahan dengan beberapa grup otot.
d. Untuk mengembalikan fungsi optimal. Sebagian besar dari kasus ini seharusnya
memungkinkan untuk mendapatkan kembali fungsi penuh tetapi jika tidak,
fisioterapis harus mengembalikan fungsi optimum, dan besarnya pengembalian
fungsi optimal ini bergantung pada komplikasi yang menghambat pemulihan
sepenuhnya.

13
BAB III
KESIMPULAN
Open fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang pada kaki yang disebabkan oleh
rudapaksa. Mekanisme cedera dan fraktur kruris dapat terjadi akibat adanya daya putar atau
punter, menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda. Daya
angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama
padacedera tidak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit. Sedangkan
pada cedera langsung, akan menembus atau merobek kulitdiatas fraktur.
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan local,dan perubahan warna. Gejala umum fraktur
adalah rasa sakit, pembengkakan dan kelainan bentuk. Pengaturan posisi dan imobilisasi
dilakukan sesuai area fraktur,kemudian lakukan pembidaian untukmemudahkan transportasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidajat, R & Jong, D.W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2). Jakarta: EGC
2. Mansjoer, Arif. dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapsis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Brinker. Review of orthopaedic trauma. 11th ed. Saunders Company. Pennsylvania; 2001
4. Price, Sylvia. 2006. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta: EGC.
5. Snell, Richard S. Anatomim Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006
6. SMF Ilmu Bedah Orthopaedi dan traumatologi. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Surabaya: RSU Dr. Soetomo & FK Unair; 2008.
7. Apley, Graham, Solomon Louis. Buku ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi
ketujuh. Jakarta : Widya Medika ; 2004.
8. Thompson c.jon. Netter’s concist orthopaedic anatomy.Ed 2.philadelpia 2010

15

Anda mungkin juga menyukai