PENDAHULUAN
manusia tidak akan lepas dari fungsi normal sistem muskuloskeletal. Salah
satunya tulang yang merupakan alat gerak utama pada manusia. namun dari
tulang rawan epifisis, baik ang bersifat total maupun parsial. Fraktur biasanya
terjadi pada cruris, karena cruris sangat kurang dilindungi oleh jaringan lunak,
bahwa resiko terjadinya patah tulang tidak hanya ditentukan oleh densitas
massa tulang melainkan juga oleh faktor-faktor lain yang berkaitan dengan
kerauhan fisik (Sudoyo, 2010). Kematian dan kesakitan yang terjadi akibat
patah tulang umumnya disebabkan oleh komplikasi akibat patah tulang dan
trombosis vena dalam dan paru, infeksi pnemonia dan infeksi saluran kemih
akibat tirah baring yang lama (Sudoyo, 2010). Walaupun dalam kasusnya tidak
sering terjadi kematian, namun bila tidak ditangani secara tepat atau cepat
1
Sehingga perawat perlu memperhatikan langkah-langkah yang harus
fraktur
1.3.2 Tujuan khusus
A. Untuk mengetahui konsep fraktur
B. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kegawat daruratan pada
pasien fraktur
1.4 Manfaat penulisan
fraktur.
BAB II
KONEP DASAR
2.1 Pengertian
2
jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar
2002).
adalah terputusnya kontinuitas tulang oleh karena adanya trauma atau tenaga
tulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit
yaitu:
3
lunak sekitarnya.
jaringan subkutan.
kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang
patah.
1. Derajat I
2. Derajat II
jelas.
3. Derajat III
yaitu:
4
a. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)
Salah satu sisi patah yang lainya biasanya hanya bengkok yang
Menurut Price dan Wilson ( 2005) kekuatan dan sudut dari tenaga
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap
terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
juga.
5
d. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
4. Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple : fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak
2.3 Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:
c. Fraktur beban
Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru
angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.
2.4 Patofisiologis
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
6
Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit (Smelter dan Bare,2002).
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan
dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur
tendon, otot, ligament dan pembuluh darah ( Smeltzer dan Bare, 2001).
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi
antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot.
7
mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri (Carpenito, 2007).
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
warna.
tulang.
8
4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus
1. Rekognisi (Pengenalan )
akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat
fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak
9
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada
3. Retensi (Immobilisasi)
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator
dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian
proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan
satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama
atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga
dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000).
10
Gambar 3 : Pemasangan OREF pada tibia dan fibula
Sumber : www.google.com
yang diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau
dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi
definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada
4. Rehabilitasi
2.7 Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005)
antara lain:
11
1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak,
a. Syok
c. Sindroma Kompartement
d. Kerusakan Arteri
12
Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi,
pembedahan.
e. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias
juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
f. Avaskuler nekrosis
2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union,
a. Malunion
13
b. Delayed Union
c. Nonunion
Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang (Price dan
Wilson, 2006).
14
15
BAB III
ASKEP KEGAWATDARURATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway
b. Breathing
pernapasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi,aspirasi.
c. Circulation
tahap lanjut.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
mobilitas
b. Sirkulasi
16
2) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardi
c. Neurosensori
1) Kesemutan
3) kelemahan
d. Kenyamanan
e. Keamanan
1) laserasi kulit
2) perdarahan
3) perubahan warna
4) pembengkakan local
terhadap fraktur.
17
- Melaporkan gejala nyeri terkontrol
Intervensi :
Manajemen nyeri
perkembangan.
ketidaknyamanan
4) Kelola nyeri pasca operasi dengan pemberian analgesik tiap 4 jam, dan
18
7) Informasikan kepada klien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
neuromuskuler.
- Tergantung total
Dalam hal :
intervensi :
2) Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan
keluarga.
19
3) Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker
4) Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.
5) Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara
Latihan Keseimbangan
8) Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri
hari.
9) Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar
terhadap fraktur.
20
- Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit utuh
Intervensi :
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah makan dan
bila perlu
4) Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan
6) Ganti pakaian klien setelah personal hygiene, dan pakaikan pada ektremitas
21
9) Fasilitasi alat bantu yg mudah digunakan klien
10) Dampingi dan dorong keluarga untuk membantu klien saat makan
13) Sediakan alat bantu (pispot, urinal) di tempat yang mudah dijangkau
14) Ajarkan pada klien dan keluarga untuk melakukan toileting secara teratur
hidrasi)
Intervensi keperawatan :
22
Pencegahan Luka Karena Tekanan
Pengawasan kulit
DX.5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit, trauma jaringan.
kriteria hasil :
pengendalian infeksi
1) Ajarkan pada klien & keluarga cara menjaga personal hygiene untuk
23
dan meninggalkan ruang klien
5) Pantau tanda dan gejala infeksi : peningkatan suhu tubuh, nadi, perubahan
kondisi luka, sekresi, penampilan urine, penurunan BB, keletihan dan malaise.
penyakit infeksi: transmisi secara seksual, oral, fekal, sekresi tubuh, kontak
11) Kolaborasi dengan Tim Medis untuk pemberian therapi sesuai indikasi, dan
(Wikinson: 2007)
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
adalah terputusnya kontinuitas tulang oleh karena adanya trauma atau tenaga
Manifestasi klinis dari fraktur tu sendiri yaitu nyeri, hiangnya fugsi dan
perubahan warna.
rehabilitasi
fraktur.
neuromuskuler.
terhadapfraktur.
jaringan.
Klien juga perlu diberikan pendidikan kesehatan baik tentang proses penyakit
25
dan program pengobatan sehingga tidak timbul penyakit yang berulang.
4.2 Saran
fraktur sehingga dapat membuat kita lebih hati-hati dalam bekerja atau
26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah. Edisi 8 Vol
3. Jakarta: EGC
Editor, Aru W Sudoyo dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi
EGC
http://forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/22/konsep-fraktur-
Smeltzer Suzanne, C . 2001. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.
Jakarta: EGC
27