FRAKTUR
( Diajukan untuk memenuh tugas stase keperawatan kegawat daruratan )
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2021
A. Pengertian
Terdapat beberapa pengrtian mangenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan
para ahli melalui berbagai interature.
1) Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas
tulang.
2) Menurut Boenges, ME., Moorhause, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang.
3) Back dan Marassarian (1993) berpendapat bahwa fraktue adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebih.
4) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ketentuan sesuai jenis dan
luasnya. (smeltzer S.C & Bare B.G,2001)
5) Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. (reeves C.J, Roux G
& Lockhart R,2001)
Fraktur adalah patahan yang terjadi didalam kontinuitas struktural tulang. Hal
ini mungkin tidak lebih dari sebuah retakan, suatu pengisutan, atau pecahnya
korteks; lebih sering disebut sebagai patahan yang sempurna. Fragmen tulang
yang dihasilkan mungkin akan berada di tempatnya atau keluar dari tempatnya.
Jika kulit atasnya tetap utuh, maka disebut juga fraktur tertutup. Namun jika kulit
atau salah satu dari rongga tubuh menerobos keluar atau tertembus, maka disebut
juga fraktur terbuka (atau compound) yang dapat menyebabkan kontaminasi dan
infeksi (Apley & Solomon,2018)
B. Klasifikasi Fraktur
1) Berdasarkan luasnya fraktur terbagi atas :
a) Fraktur komplet (patah total): tulang yang fraktur terbagi menjadi dua fragmen
atau lebih.
b) Fraktur inkomplet (patah sebagian): tulang yang fraktur terpisah secara tidak
lengkap dan periosteum teyap menyatu.
2) Berdasarakan ada tidaknya hubungan patah dengan dunia luar, yaitu:
a) Fraktur terbuka
Fraktur disertai kerusakan kulit diatasnya, sehingga bagian tulang yang patah
berhubungan langsung dengan dunia luar. Tulang yang patah bisa menonjol
keluar kulit, tertarik kembali kedalam atau tetap berada di bawah kulit. Kontak
dengan lingkungan luar memungkinkan kuman dari luar dapat masuk sampai
ke tulang yang patah.
b) Fraktur tertutup:
Menurut Nursing Care Related to the Musculoskeletal system
(2013),Dalam fraktur tertutup, atau sederhana, tidak ada retakan pada kulit
yang berhubungan dengan patah tulang yang terjadi. Fraktur sederhana (sering
disebut "tertutup") yaitu fraktur dengan keadaan kulit belum pecah dan tetap
utuh (Andra & Yessie, 2013). Fraktur tertutup atau fraktur sederhana adalah
patah tulang yang tidak menyebabkan robekan pada kulit (Brunner &
Suddarth, 2013).
3) Berdasarkan bentuk garis patahan, ada 5 jenis:
a) Transversal (melintang)
b) Obliqual (serong)
c) Spiral (melingkar)
d) Comminuted (remuk)
e) Compressi (kompresi)
4) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya:
a) Tidak bergeser (undisplaced)
b) Bergeser (displaced)
C. Etiologi
Menurut Apley & Solomon (2018), Fraktur disebabkan oleh 1) Cedera, yang
terbagi atas :
a) Cedera langsung, yaitu tulang patah pada titik benturan; jaringan lunak juga
rusak. Pukulan langsung biasanya membagi tulang secara melintang atau
membengkokkannya di atas titik tumpu sehingga menciptakan patahan
dengan fragmen ‗kupu-kupu‘. Kerusakan pada kulit diatasnya adalah umum;
Jika penghancuran terjadi atau dalam cedera energi tinggi, pola fraktur akan
diperhitungkan dengan kerusakan jaringan lunak yang luas.
b) Cedera tidak langsung, yaitu tulang patah pada jarak dari tempat gaya
diterapkan; kerusakan jaringan lunak di situs fraktur tidak bisa dihindari.
c) Stress berulang, atau fraktur kelelahan, fraktur ini terjadi pada tulang normal
yang mengalami pemuatan berat berulang, biasanya pada atlet, penari atau
personil militer yang memiliki program latihan yang melelahkan atau ketika
intensitas latihan meningkat secara signifikan dari baseline. Pembebanan
berat menciptakan deformasi menit yang memulai proses normal remodelling
- kombinasi dari resorpsi tulang dan pembentukan tulang baru sesuai dengan
hukum Wolff. Ketika paparan stres dan deformasi berulang dan
berkepanjangan, resorpsi tulang terjadi lebih cepat daripada penggantian
(pembentukan tulang baru) dan meninggalkan daerah yang bisa patah.
Masalah serupa terjadi pada pasien dengan penyakit inflamasi kronis yang
sedang dalam pengobatan dengan steroid atau methotrexate, yang mengubah
keseimbangan normal dari resorpsi tulang dan penggantian.
d) Kelainan tulang yang abnormal (fraktur 'patologis'), yaitu fraktur yang dapat
terjadi bahkan dengan tekanan normal jika tulang telah dilemahkan oleh
perubahan dalam strukturnya atau karena proses penyakit(misalnya pada
pasien dengan osteoporosis, osteogenesis imperfecta atau penyakit Paget,
terapi bifosfonat) atau melalui lesi lisis (misalnya kista tulang atau
metastasis). Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstremitas,
organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh
fraktur atau akibat fragmen tulang. (Brunner & Suddarth, 2010). Menurut
Andra & Yessie (2013)
Etiologi fraktur dibagi menjadi :
a) Kekerasan langsung, menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung, menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c) Kekerasan akibat tarikan otot, hal ini sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya dan penarikan.
D. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah
ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur
yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorsi dan sel-sel tulag baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh adrah atau
penekanan serabut syaaf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstermitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf
perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peingkatan tekanan
jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut
syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment
(Brunner dan Suddart, 2002).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidakseimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan tertutup. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament, dan
pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara
lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot.
Pathway
Jatuh, hantaman dan kecelakaan Jatuh bertumpu (jatuh karena menahan) Adanya suatu penyakit. Ex: osteoporosis,
osteomielitis, keganasan/cancer
Tekanan pada tulang
Tulang rapuh
Tidak mampu menahan energi yang terlalu besar
Tidak mampu menahan BB
FRAKTUR
Menembus kulit Pelepasan mediator Pelepasan mediator Trauma arteri/vena Deformitas Pikiran tidak
(fraktur terbuka) nyeri (histamin, inflamasi terkontrol
prostaglandin,bradi
Perdarahan Gangguan fungsi
MK: KERUSAKAN kinin, serotonin, dll) Vasodilatasi Adanya ancaman
pergerakan
INTEGRITAS KULIT kematian
Ditangkap reseptor Tidak terkontrol
nyeri perifer Peningkatan aliran Keterbatasan
Pertahanan primer darah rentang gerak Krisis situasional
rusak Kehilangan volume
Impuls ke otak cairan yg berlebih
MK: ANSIETAS
Port the entry Adanya persepsi Permeabilitas MK: RESIKO SYOK MK: HAMBATAN
bakteri nyeri kapiler meningkat MOBILISASI FISIK
Oedema
Menekan pembuluh
darah perifer
MK: KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN
PERIFER
E. Tanda Fraktur
Tanda-tanda fraktur adalah sebagai berikut:
1) Perubahan bentuk/deformitas (pemendekan atau terpuntir)/diskrepansi (hilangnya
kontinuitas permukaan tulang)
2) Bengkak/ hematom.
3) Nyeri
Jenis nyeri pada diagnosa:
Nyeri subjektif. Tidak ada persepsi nyeri yang sama pada tiap orang. Sebagai
contoh, orang yang memiliki toleransi tinggi terhadap nyeri akanberbeda persepsi
dengan toleransi rendah.
Nyeri objektif. Dapat juga di namakan deskriptif dapat diukur dengan
menggunakan skala. Menurut Smeltzer skala nyeri di bagi menjadi 0-10 (0= tidak
nyeri, 1-3= nyeri ringan, 4-6= nyeri sedang, dapat mengikuti perintah dengan
baik, pasien mendesis ,7-9= nyeri hebat, nyeri sudah mengganggu konsentrasi,
pasien masih dapat mendeskripsikan nyeri dan 10= nyeri sangat hebat, pasien
tidak lagi dapat berkomunikasi, tidak dapat mendeskripsikan nyeri)
Nyeri lingkar. Dapat berupa lingkar tulang rusuk, panggul, tulang lingkar paha
dan sebagainya.
Nyeri sumbu pada tarikan dan atau tekanan.
G. Penatalaksanaan
1. Pertolongan pertama dilapangan :
b. Live saving : cek ABCD
c. Limb saving :nmencegah kerusakan lanjut bagi yang fraktur
Caranya :
a) Pembalutan
Tujuan :
Mencegah kontaminasi
Penekanan untuk menghentikan perdarahan
Pemasangan bidai
Memperbaiki suhu tubuh
b) Pemasangan bidai
Tujuan :
Immobilitas
Mengurangi rasa nyeri
Mencegah terjadinya komplikasi
Memudahakan transportasi korban
2. Penilaian klinis
Sebelum melakukan penilaian farktur, perlu dilakukan penilaian klinis, apakan
luka itu tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataupun ada trauma alat-
alat dalam yang lain.
a. bidai anatomis/ body splint, menggunakan bagian yang sehat sebagai terhadap
bagian yang lain.
b. Bidai kayu/ rigid splint, prosedur pemasangan rigid splint:
a) Sesuaikan ukuran bidai dengan panjang tangan atau kaki (melewati dua
sendi)
b) Periksa fungsi sensorik (peraba), motorik (pergerakan) dan nadi di
ujung bagian yang cedera.
c) Letakan dua belah bidai di kanan dan kiri bagian yang cedera
d) Balut bidai dengan kasa menggunakan sistem roll on sampai melewati
dua sendi
e) Periksa ulang fungsi sensorik, motorik serta nadi dibagian ujung yang
cedera.
H. Komplikasi Fraktur
1) Syok dan perdarahan
Trauma tajam maupun tumpul yang merusak sendi atau tulang di dekat arteri
maupun menghasilkan trauma. Cedera in dapat menimbulkan perdarhan besar
pada luka terbukla tau perdarhan di dalam jaringan lunak. Ekstrimitas yang
dingin, pucat, dan menghilangnya pulsasi ekstrimitas menunjukan gangguan aliran
darah arteri. Hematoma yang membesar dengan cepat, menunjukan adanya trauma
vaskular. Cedera ini menjadi berbahaya apabila kondisi hemodinamik pasien tidak
stabil.
2) Sindrom emboli lemak
Merupakan keadaan pulmonary akut. Terjadi ketika gelembung-gembung lemak
terlepas dari sumsung tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Apabila
terbawa sirkulasi darah dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh darah
pulmonar dan menyebabkan sukar bernafas.
3) Compartment sydrome
Kompartemen sindrom ditemukan pada tempat dimana otot dibatasi oleh rongga
fasia yang tertutup. Pada keadaan ini terjadi iskemia dapat dikarenakan balutan
yang terlalu ketat. Tanda dan gejala CS dikenal dengan 5P (pain, pallor,
parasthesia, pulselessness, dan paralysis).
4) Infeksi
Merupakan komplikasi jangka pendek dari fraktur. Pada fraktur terbuka
kemungkinan terjadi infeksi lebih besar dari fraktur tertutup.
5) Gangguan pertumbuhan
Dapat terjadi apabila pada fase penyembuhan patahan tulang tidak dapat bersatu
baik karena terlambat maupun terjadi penyembuhan yang patologis. Kelainan
penyatuan ini dapat dibagi menjadi dalayed union, non onion dan mal union.
6) Kecacatan
2. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa
akut atau kronik tergantungng dan lamanya serangan
3. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk, benda asing.
b. Breathing
Baju pada bagian dada klien harus dibuka untuk melihat pernafasan yang baik.
Auskultasi dilakukan untuk memaksimalkan masuknya udara ke dalam paru.
Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga
pleura. Inspeksi dan palpasi dapat mengetahui kelainan dinding dada yang
mungkin menggangu ventilasi.
c. Circulation
Kontrol perdarahan vena, curigai hemoragi internal ( pleural, pericardial atau
abdomen ) pada kejadian syok lanjut dan adanya cedera pada dada dan
abdomen. Atasi syok, dimana klien dengan fraktur biasanya mengalami
kehilangan darah. Kaji tanda-tanda syok yaitu penurunan TD, kulit dingin,
lembab dan nadi halus. Pertahankan TD dengan infus IV, plasma atau plasma
ekspander sesuai indikasi. berikan transfusi darah untuk terapi komponen
darah sesuai ketentuan setelah tersedia darah , berikan oksigen karena
obstruksi jantung paru menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan
dan menyebabkan kolaps sirkulasi. Berikan analgetik sesuai ketentuan untuk
mengontrol nyeri.
d. Disability
Menjelang akhir survei primer dievaluasi keadaan neurologis secara cepat,
yang dinilai adalah tingkat kesadaran , ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure
Exposure dilakukan di RS, tetapi jika perlu dapat membuka pakaian, misalnya
membuka baju untuk melakukan pemeriksaan fisik toraks. Di RS klien harus
dibuka keseluruhan pakaiannya, untuk evalusi klien.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas/istirahat
1) Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardi
4) Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
5) CRT melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena
7) Masa hematoma pada sisi cidera
c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan
3) Kelemahan
d. Kenyamanan
1) Nyeri tiba-tiba saat cidera
2) Spasme otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit
2) Perdarahan
3) Perubahan warna
4) Pembengkakan lokal
3. Analisa Data
- hematoma ↓
Merusak jaringan sekitar
↓
Menebus kulit (fraktur
terbuka)
↓
Kerusakan Integritas kulit
3 DS :- Trauma langsung Ketidakefektifan perfusi
DS ↓ jaringan perifer
DO : Trauma tidak langsung
- pengisian kapiler ↓
>3 detik Tekanan pada tulang
↓
- akral teraba
Pergeseran pigmen tulang
dingin
↓
- Cedera medulla ↓
- Enggan ↓
pergerakan ↓
Gangguan fungsi pergerakan
- Merasa cemas ↓
saat bergerak Keterbatasan rentang gerak
↓
- Kekuatan otot
menurun
- ROM menurun
DO (minor) :
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
4. Diagnosa Keperawatan