Anda di halaman 1dari 93

TRAUMA

MUSKULOSKELETAL

PENDAHULUAN

Trauma merupakan kerusakan fisik / mental


akibat dari suatu kekerasan (Violence)

2/3 trauma pada tubuh adalah trauma pada


musculoskeletal
Sifat trauma: High morbidity & Low
mortality.

Trauma paling sering:


Tulang : Fraktur
Sendi : Dislokasi

Jar. Lunak : Ruptur tendon dll


Perlu penanganan yg tepat & memadai
Trauma muskuloskeletal tidak mengubah urutan
prioritas resusitasi (ABCDE)
Perlu pemeriksaan berulang untuk mencegah
cedera luput (missed injuries)

Trauma Muskuloskeletal
Mengancam :
- Nyawa
- Ekstremitas
Emergency di bidang orthopedi !!!

FRAKTUR
Diskontinuitas korteks tulang, kartilago atau lempeng
pertumbuhan
Disertai kerusakan jaringan lunak sekitar

Fraktur... (lanjutan)
Pemeriksaan
Nyeri, bengkak, deformitas, nyeri tekan, krepitasi dan
gerakan abnormal
Pemeriksaan neurovaskular berulang

Foto radiologis :
2 view
Dilakukan pada keadaan stabil
Mencakup 2 sendi

Pengelolaan
Imobilisasi yang mencakup sendi atas dan dibawah
fraktur

Pelayanan Pra Rumah Sakit


Di tempat kejadian
Posisi penderita
Perdarahan
Luka terbuka dan tulang yang keluar
Deformitas
Gangguan motorik dan sensorik
Waktu transportasi
Informasi lain
Kondisi ekstremitas setelah imobilisasi dan
transportasi
Reposisi fraktur atau dislokasi
Pemasangan bidai

Primary Survey & Resusitasi


Fraktur tulang panjang
dapat menimbulkan
perdarahan berat
Perdarahan dikenal &
dihentikan dengan
tekanan langsung
Pemasangan bidai yang
baik dan resusitasi cairan
merupakan hal penting

Tindakan Tambahan
Imobilisasi Fraktur
PRINSIP IMOBILISASI :
Bila tidak mengancam jiwa,
ditunda sampai secondary survey
Harus dilakukan sebelum
merujuk
Setelah pasang bidai : pem.
neurovaskular
Fraktur tertentu, dipasang bidai
khusus :
Fraktur pelvis : PASG
Trauma spinal : Long spine
board

Splinting - Pembidaian
Splint atau pembidaian merupakan tindakanmemfiksasi bagian tubuh
yang mengalami cedera dengan menggunakan benda yang bersifat
kaku maupun fleksibel sebagai fiksator / imobilisator.
Bertujuan sebagai immobilisasi sehingga:
Mengurangi rasa sakit
Memastikan penyambungan yang terjadi
dalam posisi yang baik
Memungkinkan gerakan awal ekstremitas
PRINSIP :
Sesuai dengan posisi anatomi
Pembidaian meliputi 2 sendi
Beri bantalan empuk
Ikatlah bidai diatas atau dibawah daerah fraktur
Gunakan 3 bilah kayu pada ekstremitas bawah untuk mencegah
rotasi

Ekstermitas Atas
Bahu :
Sling & swath / balutan velpeau

Lengan atas :
Sling & swath / balutan torako-brakial

Siku :
Posisi fleksi dgn bidai / sling & swath

Lengan dan pergelangan tangan :


Imobilisasi dengan bidai disertai bantalan

Tangan :
Posisi pergelangan sedikit dorsifleksi & MCP fleksi 45 dgn kasa
rol & bidai pendek

Ekstremitas Bawah
Fraktur femur :
Traksi kulit / skeletal / traction splint

Trauma lutut :
Imobilisasi pd lutut fleksi 10
Long leg splint, gips / bidai kayu

Fraktur tibia
Meliputi tungkai bawah, lutut & ankle
Long leg splint, gips / bidai kayu

Fraktur ankle
Dapat dgn bidai, bantal / karton dgn bantalan

Dunlaps traction

Russells traction

Perkins traction

Pelvic sling traction

Secondary Survey

Riwayat trauma
Mekanisme trauma
Penting untuk mencari cedera lain
Dalam kendaraan :
Dimana posisi penderita sebelum / setelah kecelakaan
Kerusakan bagian luar / dalam kendaraan
Apa menggunakan sabuk pengaman
Jatuh dari ketinggian :
Berapa jaraknya dan bagaimana mendaratnya
Apa terlindas sesuatu (crush) :
Sisi cedera, berat benda dan lama penekanan
Ledakan :
Besar ledakan,dan jarak dengan sumber ledakan
Pejalan kaki yang ditabrak
Lingkungan
Trauma termal
Gas / bahan beracun
Pecahan kaca
Sumber kontaminasi

Secondary Survey
Keadaan sebelum trauma dan faktor
predisposisi
Riwayat AMPLE (Allergy, Medications, Past :
illness, injury & surgery, Last meal &
Environment)
Kemampuan fisik dan tingkat aktifitas
Penggunaan obat dan alkohol
Masalah emosional dan penyakit lain

Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan, menemukan :
Masalah yang mengancam jiwa
Masalah yang mengancam ekstermitas

Re-evaluasi utk menghindari cedera luput


Empat komponen :

Kulit
Fungsi neuromuskular
Status sirkulasi
Integritas ligamentum dan tulang

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Warna kulit dan perfusi,
luka, deformitas, bengkak
dan memar
Seluruh tubuh : laserasi /
abrasi
Log-rolling
Luka + patah tulang,
dianggap fraktur terbuka
sampai terbukti tidak.
Observasi gerakan motorik

Pemeriksaan Sirkulasi
Pulsasi dan pengisian kapiler
Ggn. vaskuler : parestesia kaus kaki / sarung tangan
Trauma arteri :
Luka terbuka atau fraktur
Perbedaan pulsasi, dingin, pucat, parestesi dan
motorik yang abnormal
Doppler : ankle-brachial index < 0,9

Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan bila hemodinamik stabil.
Ditentukan berdasarkan temuan klinis :
Trauma sendi : efusi, nyeri tekan / deformitas
Fraktur : nyeri dan deformitas

Ditunda pada fraktur / dislokasi dgn


gangguan vaskuler

OPEN FRACTURE
(PATAH TULANG TERBUKA)
Fraktur di mana fragmen fraktur sedang atau
pernah berhubungan dengan dunia luar
Bila didapatkan luka yang menghubungkan tulang
yang fraktur dengan udara luar atau permukaan
kulit.
Merupakan salah satu kegawatdaruratan di
bidang orthopaedi
Resiko terjadi infeksi/Osteomyelitis
Resiko non union
Resiko tetanus

Mechanism of Injury
Low energy
biasanya suatu trauma tidak langsung
menghasilkan luka in out
High energy
Trauma langsung
Kerusakan jaringan sangat parah sesuai
rumus fisika : Ek = mv2

Klasifikasi Open Fracture menurut Gustillo


Anderson

Grade I
Luka kurang dari 1 cm
Grade II
Luka lebih dari 1 cm

Grade III
Luka lebih dari 10 cm
Grade IIIA : kulit masih bisa menutup
Grade IIIB : kulit tidak bisa menutup
Grade IIIC : terdapat gangguan vaskular

Grade III A
Grade I

Grade II

Grade III B

Grade III C
resiko
amputasi dan

Tatalaksana Open fracture


Tahapan Penanganan : 3S

STOP BLEEDING :
-Bila ada perdarahan lakukan bebat tekan secara langsung.. (Bukan Torniket
atau Klem)
-Luka tutup dengan kasa yang telah dibasahi dengan larutan saline
SPLINT :
- Lakukan koreksi awal patah tulang dan immobilisasi dalam sistem bidai (splint)
STABILISASI :
- Berikan antibiotik
Open Fracture grade I dan II
Cefazolin 2 gram selanjutnya 1 gram setiap 6 jam
Open Fracture grade III
2 gr cefazolin+3-5 mg/kg aminoglycoside
-Berikan Anti tetanus ATS, TIGh, atau TT
-Rujuk ke senter bedah terdekat

FRAKTUR KLAVIKULA
Fraktur klavikula adalah
terputusnya kontinuitas tulang
klavikula sepertiga tegah, yaitu
bagian tegah dari sebuah
bidang yg terbagi menjadi 3
bagian
Klasifikasi
Sepertiga tengah (80%)
Sepertiga lateral (15%)
Sepertiga medial (5%)

Anatomi
clavicula
Clavicula merupakan tulang pertama yg mengalami osifikasi
pda fetus, terletak di subkutan
Tulang ini jenis tulang pipi pendek, bagian lateral tulang ini
nampak pipih.
Berbentuk hurus S terbalik, dengan dua pertiga bgian medial
memiliki potongan sirkular dan melengkung ke depan
Dan sepertiga lateral datar dan melengkung ke belakang,
permukaan atas lebih halus dibanding dgn permukaan inferior
Ujung medial/ ujung sternal mempunyai facies articularis
sternalis yg brhubgan dgan ducus articularis sendi / articulatio
sternoclavicularis

Gambaran klinis
Pembengkakan serta nyeri pada daerah klavikula
Pemeriksaan radiologis
Pada fraktur 1/3 tengah, klavikula bagian medial terangkat
ke atas oleh tarikan otot sterno-kleidomastoideus dan
fragmen lateral tertarik ke bawah oleh muskulus pektoralis
mayor.

Fraktur klavikula 1/3 tengah

PENGOBATAN
1. Konservatif dengan
mitela

2. Operasi
Dilakukan bila ada indikasi seperti
fraktur terbuka, adanya tekanan pada
pembuluh darah, non-union, fraktur
1/3 lateral serta penderita aktif yang
segera akan kembali pada pekerjaan
semula.

TRAUMA SENDI
Sendi : pertemuan dua tulang untuk mobilisasi
1. Soft Tissue (Jar. lunak) Otot, Tendon ligamen, Kapsul sendi,
dll
2. Hard Tissue (Jaringan keras)
Trauma Pada Sendi
1. T. Jaringan Lunak (Soft tissue)
Sprain Terkilir
Strain Keseleo
Ruptur ligamen (Putus ligamen)
2. T. Jaringan Keras (Hard tissue)
Dislokasi, Subdislokasi
Fraktur dislokasi

Trauma Jaringan Lunak

1. Strain

2. Sprain
3. Ruptur

Laserasi otot pada sendi


Laserasi ligament pada sendi
putusnya tendon/ ligamen

Penyebab : Trauma dengan gerakan tiba-tiba


Klinis Nyeri, bengkak panas, biru, kemerahan
Grade :
Grade 1 teregang sembuh 2- 10 hari
Grade 2 putus partial sembuh 10 hr 6 mg
Grade 3 putus total (Avulsi) sembuh 3 -10 mg

Pengobatan
Grade 1 & 2 RICE
R = rest
I = ice
C = compress
E = elevate
Anti Inflamasi (NSAIDs)
Grade 3
Penyambungan kembali (Tendorafi)

RUPTUR TENDON
ACHILLES

Definisi : Robek ,pecah atau terputusnya tendon Achilles atau cedera yang
mempengaruhi bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot
betis dengan tulang tumit.

Anatomi
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot
yaitu : Gastrocnemius,Soleus dan otot plantaris,
Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan kuat
pada tubuh manusia.Panjangnya sekitar 15 Cm.
Melekat pada bagian tengah-belakang tulang
calcaneus.

Etiologi
Penyakit tertentu,seperti arthritis dan
diabetes.
Obat-obatan : Kortikosteroid.
Cedera dalam olahraga : Melompat
dan berputar,ataupun olahraga
berat.
Trauma benda tajam atau tumpul
pada bagian bawah betis.

Manifestasi Klinis
Rasa sakit mendadak yang berat
dirasakan pada bagian belakang
pergelangan kaki atau betis.
Bengkak,kaku,memar
Terlihat depresi di tendon 3-5cm di
atas tulang tumit.
Tumit tidak bisa digerakan turun
ataupun naik.

Faktor Predisposisi
Meningkatnya aktifitas (jarak,kecepatan)
Berkurangnya waktu relaksasi di antara
sesi latihan.
Perubahan permukaan.
Pergantian alas kaki .
Berkurangnya fleksibilitas kaki.
Fleksibilitas otot yang rendah.
Berkurangnya ruang gerak sendi.
Kondisi alas kaki yang buruk.

Patofisiologi
Ruptur traumatik tendon Achilles,biasanya
terjadi dalam selubung tendon akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba
atau
mendadak
dalam
keadaan
dorsoflekxi pasif maksimal sehingga
terjadi kontraksi mendadak otot betis
dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan
diluar,ketidak mampuan tendon Achilles
untuk menerima suatu beban.

Ruptur tendon Achilles sering terjadi pada


atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat. Kondisi klinik ruptur tendon ini
menimbulkan
berbagai
keluhan
meliputi,nyeri
hebat,penurunan
fungsi
tungkai
dalam
mobilisasi
dan
ketidakmampuan
dalam
melakukan
plantarfleksi.

Diagnosis

Pemeriksaan fisik
Thompson Test

Posisisi pasien tengkurap,kemudian betis pasien diremas. Apabila


tendon achilles normal,maka akan terjadi plantar dleksi tendon
achilles.Namun apabila terjadi ruptur,maka tidak ada
pergerakan.
Obriens Test
Posisi pasien tengkurap,kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal dari calcaneus masukkan jarum berukuran 25.
Lakukakan gerak dorsofleksi secara pasif,apabila gerak jarum
seperti plantar fleksi pertanda tendon achilles tidak mengalami
cedera,namun apabila jarum tidak bergerak,menandakan
tendon achilles yang mengalami ruptur.
Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan
sadar.
Copeland Test
Posisi pasien tengkurap,kemudian pada betis dipasang
torniket,pergerakan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif.

Diangnosis Banding

1.Tendon Calcaneal Bursitis


2.Achilles tendooncitis
3.Achilles tendinopathy atau
tendonosis

Pemeriksaan penunjang
Foto Roentgen.
MRI(Magnetic Resonance Imaging).
Ultra Sonografi.

Penatalaksanaan :
1. Stabilisasi awal.
2. Non-operative.
3. Operative(Terapi fisik,Operasi).

DISLOKASI

Terlepasnya kompresi jaringan tulang dari


kesatuan sendi

1.

Kepala sendi keluar dari mangkok sendi

2.

Subluksasi dislokasi parsial sendi

3.

Fraktur Dislokasi Disertai dengan fr.

4.

Fraktur dan Dislokasi

2
3
4

Etiologi
1.

Trauma Berat dan hebat

2.

Non Trauma /Trauma ringan


Dislokasi Habitual lebih 4 kali
Dislokasi Kongenital

Bisa mengenai seluruh sendi

Tersering Bahu, Panggul, siku, lutut jari dll

Diagnosa
Anamnesa
Riwayat trauma hebat
Nyeri hebat :
Spasme otot sekitar sendi
Ransangan cairan sendi
Terjepit saraf

Pemeriksaan
Deformitas (Perobahan bentuk sendi)
Disfungsi Sendi tak bisa digerakkan
Radiologis : Rontgen Foto, CT Scan

Penatalaksaan R R R R

REPOSISI mengembalikan posisi kaput


1.

Tertutup

2.

Terbuka (Open Reduction), jika


a.

Gagal reposisi tertutup


Interposisi jaringan
Button hole dislocation
Dislokasi disertai fraktur

b.

Neglected cases & Dislokasi lama

Retaining mempertahan hasil reposisi

Rehabilitation Mengembalikan pada fungsi

Komplikasi
Segera
Shock
Sepsis terutama yang terbuka
Nekrosis kepala sendi

Lanjut
Kaku sendi
Gangguan pertumbuhan cacat

Dis.Bahu (D. Glenohumeralis)

Keluarnya caput humerus dari cavum gleinodalis

Etio : 99% trauma

Pembahagian

1.

Dis. Anterior (98 %)

2.

Dis.Posterior (2 %)

3.

Dis. Inferior

Mekanisme Trauma
1.

Puntiran sendi bahu tiba-tiba

2.

Tarikan sendi bahu tiba-tiba

3.

Tarikan & puntiran tiba-tiba

Dislokasi Anterior
Lengkung (contour) bahu berobah,
Posisi bahu abduksi & rotasi ekterna
Teraba caput humeri di bhg anterior
Back anestesi ggn n axilaris
Radiologis memperjelas D
Rontgen Foto
CT Scan

Penanganan
Reduction, as quickly and gently as possible
Tertutup atau Terbuka
1. Tarikan langsung
1) Teknik Traksi & Teknik kounter traksi
2) Teknik Hippokrates
2. Reposisi sesuai arah trauma
1) Teknik Stimson (Gravitasi),
2) Teknik Milch
3) Teknik Kocher

1.Teknik Tarikan langsung


Reposisi dengan penarikan langsung
Teknik Hipokrates
Penderita tidur telentang
Tangan ditarik dan kaki mendorong
diketiak
Teknik Traksi & Kounter Traksi
Penderita duduk
Tangan ditarik kebawah dan ketiak ditarik
keatas
Keduanya sangat traumatis n axilaris

2.Teknik Sesuai Arah Trauma


Teknik Stimson

Reposisi oleh berat tangan & gravitasi

Telungkup dipinggir meja, Beban 2,5 kg


selama 15- 20 min

Teknik Milch

Reposisi: tarikan dalam posisi telungkup

Humerus di abduksi & rotasi ekterna

Caput humeri didorong kedalam

Teknik Kocher

Reposisi menyesuaikan arah trauma

Humerus diputar keluar & siku kedada

Perawatan Pasca Reposisi

Imobilisasi bahu posisi adduksi & rotasi interna


Pelvow sling

Komplikasi
1.

Ggn ligament & kapsul sendi

2.

Fraktur tulang sekitar sendi

3.

Trauma vaskular (a. axilaris)

4.

Habitual Dislocation

5.

Trauma syaraf (10 %) n. axilaris

Kontrol Nyeri
Analgesia : trauma sendi / fraktur
Bila perlu :
Narkotika IV dosis rendah
Sedativa & muscle relaxants
Tersedia peralatan resusitasi

TRAUMA TULANG BELAKANG


Mekanisme trauma servikal :
1. Hiperekstensi
2. Fleksi
3. Kompresi
4. Fleksi-kompresi dengan
distraksi posterior
5. Fleksi-rotasi
6. Horisontal-translasi

Tulang Belakang Normal


Tulang belakang, 33
ruas
7 servikal
12 torakal
5 lumbal
Fusi sakral & koksik

Trauma Tulang Belakang


Lesi spinal cord :
Trauma
Komplit

Inkomplit
1. Anterior cord syndrome
2. Central cord syndrome
3. Brown-Sequard syndrome
4. Posterior cord syndrome

Trauma Tulang Belakang


Penanganan trauma spinal cord :
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Umum
Pemeriksaan neurologis

Trauma Tulang Belakang


Umum :
Posisi netral
Pasien sadar / tidak
sadar
Flaccid areflexia
Pernafasan diafragma
Bisa fleksi elbow,
ekstensi (-)
Hipotensi + bradikardi,
hipovolemik (-)
Priapismus

Pemeriksaan neurologis :
1. Motorik
2. Sensorik
3. Refleks
4. Otonom

Lesi komplit spinal cord


Lesi inkomplit spinal cord

Trauma Tulang Belakang


Efek terhadap organ lain :
Paralisis interkostalis hipoventilasi
Paralisis diafragma
C3-C5
Trauma abdomen
masking effect

Trauma Tulang Belakang


Penatalaksanaan :
Umum :
Tekanan sistolik diperhatikan
Log-rolled pada matras
Khusus :
Medikamentosa
Konservatif
Operatif

Trauma Tulang Belakang


Penatalaksanaan khusus :
Medikamentosa :
Metilprednisolon < 8 jam
30 mg/kgBB, IV, 1 jam pertama
5,4 mg/kgBB drip dalam 23 jam

Trauma Tulang Belakang


Defisit Neurologis
(-) : Konservatif
(+)
Operatif :
Dekompresi
Stabilisasi anterior/posterior

COMPARTMENT SYNDROME
Peningkatan tekanan intertisial di dalam ruangan yang
terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial yang
tertutup. Dimana ruangan tersebut berisi otot, saraf dan
pembuluh darah.
tekanan intrakompartemen

perfusi darah ke jaringan

iskemik otot (4-6 jam tanpa tindakan)


Gejala klinis CS 5P :

1. Painfull
iskemia otot total
2. Pale/ Pallor
3. Pulseless
4. Parasteshia
5. Paralysis

Sindroma Kompartemen

PENANGANAN :
Luruskan ekstremitas
Tinggikan bagian distal
Awasi dengan ketat kemungkinan tindakan bedah eksplorasi
pembuluh darah arteri
Fasiotomi segera, jika perbedaan antara tekanan distal dan
tekanan kompartemen < 30 mmHg atau terdapat 3 atau lebih
gejala CS
Bila perlu spasmolitik

Orthopaedic
surgeon

Crush Syndrome
Rhabdomiolisis Traumatika
Keadaan klinis yang disebabkan
pelepasan zat akibat kerusakan otot
Crush injury gangguan perfusi otot
iskemia pelepasan mioglobin & zat
toksik lainnya
Dapat menyebabkan kegagalan ginjal
(Acute Tubular Necrosis)

Crush Syndrome
Pemeriksaan
Urine yg gelap & pemeriksaan hemoglobin (+)
Pemeriksaan mioglobin
Dapat menyebabkan hipovolemia, metabolik
asidosis, hiperkalemia, hipokalsemia dan DIC

Pengelolaan
Pemberian cairan IV
Diuresis osmotik
Alkalinisasi urine dgn Na. bikarbonat

CARPAL & TARSAL


TUNNEL SYNDROME

CARPAL TUNNEL
SYNDROME
DEFINISI : merupakan focal peripheral
neuropathy yang paling umum, hasil
kompresi dari saraf medianus
pergelangan tangan.

Gejala klinis

Nyeri
Mati rasa kesemutan
Perasaan perih
Gejala biasa memburuk pada malam
hari & dapat membangunkan
penderita dari tidurnya
Untuk meringankan gejala biasanya
penderita menggerakkan
pergelangan tangan seperti
mengocok sebuah termometer (flick
sign).

Pemeriksaan Fisik

Phalens maneuver
Tinels sign
weak thumb abduction
two-point discrimination

Tinels sign

Diagnostic
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Nerve Conduction Study

DD

Tendonitis
Tenosynovitis
Diabetic neuropathy
Kienbock's disease
Compression of the Median nerve at the
elbow

TATA LAKSANA
PERAWATAN KONSERVATIF
Secara umum
Wrist splints
Pengobatan oral
INJEKSI LOKAL (bukan dokter umum)
ULTRASOUND THERAPY (bukan dokter
umum)
SURGERY (Bukan dokter umum)

SECARA UMUM
Singkirkan faktor-faktor resiko
Hindari gerak pergelangan berulang &
pergerakan tangan yang menyebabkan
muncul gejala
Tidak menggunakan alat yang bergetar

WRIST
SPLINTS
Kemungkinan
yang paling efektif
jika dilakukan 3
bulan pertama
mulai dari
munculnya gejala

PENGOBATAN ORAL

Diuretics
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
pyridoxine (vitamin B6)
Kortikosteroid oral (tappering off)
Prednisolone
20 mg per hari selama 2 minggu
Kemudian diikuti 10 mg per hari selama 2
minggu

TARSAL TUNNEL
SYNDROME

Definisi
Nyeri nervus tibialis pada maleolus medial

Lokasi nyeri: Medial


Calcaneus/Medial
Arch

Gejala
Nyeri pada saat fleksi,
mati rasa (kesemutan),
atau
parasthesia sepanjang
medial atau sudut
plantar kaki
Onset
Akut
Kronik

Faktor resiko
Permukaan pijakan
kaki yang tidak rata
Penggunaan
sepatu
Orang dengan Pes
planus (tidak
memiliki
lengkungan bagian
medial kaki)

Tata Laksana
Kompres dingin
(menggunakan es
batu)
NSAIDs
Orthotics
Surgical release
(beberapa kasus)

Penutup
Trauma muskuloskeletal yang mengancam jiwa
harus dikenal & ditangani cepat
Trauma tulang belakang sering terjadi : bag dari
trauma multipel
Mekanisme cedera & riwayat kejadian
membantu mengenali cedera yang terjadi
Pemasangan bidai segera utk mencegah
komplikasi berat dan cacat lebih lanjut

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai