Anda di halaman 1dari 22

Laporan kasus :

Rekonstruksi dengan Metode Three Points Fixation pada Fraktur


Kompleks Zigomatikomaksilaris

Presentan : dr. Yayan Akhyar


Hari/ Tanggal : Rabu/ 24 Februari 2021
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Konfrens Poliklinik THT-KL RSUP Dr. M.
Djamil
Notulen : dr. Esmaralda Nurul Amany
Opponent : dr. M. Redza Qurniawan
Moderator : dr. Al Hafiz Djosan, Sp. THT-KL(K), FICS
Pembimbing : dr. Al Hafiz Djosan, Sp. THT-KL(K), FICS
Narasumber : Bagian Radiologi RSUP Dr. M. Djamil

Bagian Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher


FK UNAND / RSUP Dr. M. Djamil
Padang
2021
Rekonstruksi dengan Metode Three Points Fixation pada Fraktur
Kompleks Zigomatikomaksilaris
Yayan Akhyar

Abstrak
Pendahuluan: Kompleks zigomatikomaksilaris (KZM) merupakan landmark
fungsional dan estetika yang penting dari wajah. Penyebab tersering dari fraktur
KZM adalah kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan saat berolahraga,
trauma jatuh dan kekerasan interpersonal. Gejala fraktur KZM yang muncul
bergantung pada pola fraktur dan perluasan garis fraktur. Computed tomography
(CT-Scan) merupakan standar emas yang memungkinkan menentukan luasnya
fraktur orbita dan juga temuan seperti entrapment, enophthalmos, atau proptosis.
Laporan Kasus: Dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 53 tahun dengan
diagnosis fraktur displaced KZM sinistra multifragmen. Dilakukan tatalaksana
open reduction internal fixation (ORIF) dengan mesh, miniplate dan screw
menggunakan metode three points fixation. Kesimpulan: Pemilihan teknik ORIF
menggunakan mesh, miniplate dan screw pada fraktur KZM multifragmen dengan
metoda 3 titik fiksasi memberikan hasil yang memuaskan dari segi fungsi dan
estetika.
Kata Kunci: open reduction internal fixation, three points fixation, fraktur
kompleks zigomatikomaksilaris

Abstract
Introduction: The zygomaticomaxillary complex (ZMC) is an important functional
and aesthetic landmark of the face. The most common causes of ZMC fractures are
traffic accidents, work accidents, sports accidents, fall trauma and interpersonal
violence. Symptoms of ZMC fracture that appear depend on the fracture pattern
and the extent of the fracture line. (Computed tomography) CT-scan is the gold
standard that allows determining the extent of orbital fracture as well as findings
such as entrapment, enophthalmos, or proptosis. Case Report: Reported a 53 year
old female patient diagnosed with a displaced ZMC fracture multi-fragmented.
Open reduction internal fixation (ORIF) was performed with mesh, miniplate and
screw using the three points fixation method. Conclusion: The selection of ORIF
technique using mesh, miniplate and screw on the fracture of the multi-fragment
ZMC by the 3 point fixation method gave satisfactory results in terms of function
and aesthetics.
Keywords: open reduction internal fixation, three points fixation, zygomatico-
maxillary complex fracture

1
PENDAHULUAN pendekatan terbaik untuk
Kompleks zigomatiko- penatalaksanaan dan kapan perbaikan
maksilaris (KZM) merupakan diindikasikan, bervariasi dari
landmark fungsional dan estetika observasi sederhana (konservatif),
yang penting dari wajah. Zigoma hingga intervensi bedah untuk fiksasi
pada bagian medial terhubung dengan kaku internal.3,8 Meskipun telah
tulang maksila (sutura disarankan bahwa semua fraktur
zigomatikomaksilaris), pada bagian KZM yang displaced memerlukan
atas dengan tulang frontal (sutura intervensi bedah. Tatalaksana
frontozigomatik), pada bagian lateral konservatif sering digunakan dalam
dengan tulang temporal (sutura kasus cedera asimtomatik, fraktur
zigomatikotemporal), dan tulang displaced minimal, dan pasien tanpa
sphenoid (sutura zigomatiko- keluhan.3
1,2,3
sphenoidalis).
Fraktur KZM terjadi pada FRAKTUR KOMPLEK
sekitar 25% - 40% dari semua fraktur ZIGOMATIKOMAKSILARIS
wajah, urutan kedua terbanyak di Anatomi
antara fraktur di daerah wajah setelah Struktur kerangka midfasial
fraktur nasal tertutup dan umumnya terkait dengan adaptasi mekanisnya
merupakan akibat dari kecelakaan terhadap gaya yang dihasilkan oleh
lalu lintas, kecelakaan industri, cedera gerakan mengunyah (200 pound2).
olahraga, dan kekerasan Selain itu, kontur wajah juga
interpersonal.2,4 Fraktur KZM juga dipengaruhi akibat pneumatisasi
dikenal sebagai fraktur tripod, sinus paranasal. Sinus-sinus ini
tetrapod atau quadripod, fraktur terlibat dalam resonansi suara,
trimalar atau fraktur malar.5 Area bertindak sebagai peredam kejut, dan
KZM merupakan bagian integral dari memperhitungkan perkiraan
tulang wajah pada anterolateral dan keringanan kepala sebesar 1 kg jika
merupakan bagian yang menonjol dan tulang tersebut merupakan tulang
cembung dari tulang wajah sehingga yang kokoh. Konsep buttresses
rentan terhadap cedera, pada trauma menggambarkan area yang relatif
kecepatan rendah (seperti serangan lebih kuat dari kerangka midfasial
sederhana) dan cedera kecepatan yang menahan sebagian besar gaya
tinggi (seperti yang terlihat pada berorientasi vertikal dan horizontal
tabrakan kendaraan bermotor), dan yang dihasilkan selama pengunyahan.
sering merupakan fraktur multipel Gaya-gaya ini diserap dan diteruskan
tulang wajah.6 Kondisi ini dapat ke dasar tengkorak (gambar 1).9,10
menyebabkan deformitas secara Sistem buttresses vertikal
fungsional (trismus, diplopia dan memiliki tujuh komponen, termasuk
parastesia) dan estetika (tulang malar tiga pilar berpasangan dan satu
mendatar, perluasan midfasial dan struktur yang tidak berpasangan: (a)
malposisi orbita).2,7 Buttress nasomaksilaris (NM),
Terlepas dari prevalensi memanjang dari alveolus maksila
fraktur KZM, belum terdapat anterior dan orbita medial, melalui
konsensus dalam literatur mengenai nasal dan tulang lakrimal ke tulang

2
frontal. (b) Buttress lurus tulang ethmoid,
zigomatikomaksilaris (ZM) meluas menghubungkan prosesus palatina
dari alveolus maksila lateral ke dari maksila ke tulang frontal.
puncak malar dari zigoma, kemudian Buttresses vertikal yang sebagian
ke arah superior sepanjang tepi orbita besar melengkung diperkuat oleh
lateral ke tulang frontal. (c) Buttress sejumlah buttresses horizontal. Ini
pterigomaksilaris, memanjang ke termasuk palang frontal (rim orbital
posterior dari maksila ke pterigoid superior), rim orbital inferior, dan
tulang sphenoid. (d) Buttress garis alveolus maksila.9,11,12
tengah, terdiri dari vomer dan tegak

Gambar 1. Anatomi buttresses midfasial (vertical dan horizontal)13

Klasifikasi fraktur terisolasi, tipe B - fraktur


Fraktur KZM awalnya segmen tunggal, dan tipe C - fraktur
diklasifikasikan menjadi displaced comminuted.2,15,16
dan undisplaced.14 Fraktur ini
melewati garis dan foramen Etiologi
infraorbital. Beberapa skema Penyebab tersering dari
klasifikasi fraktur KZM telah fraktur KZM adalah kecelakaan lalu
dikembangkan, namun salah satu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan
sistem klasifikasi yang umum saat berolahraga, trauma jatuh dan
digunakan adalah klasifikasi oleh kekerasan interpersonal.2,5,7,8,14
Rowe dan Killey, Knight dan North Hwang K et al melaporkan dalam
(table 1).12 Klasifikasi lain yang juga penelitian mereka etiologi terbanyak
sering digunakan adalah klasifikasi fraktur KZM adalah akibat
oleh Zingg dkk pada tahun 1992 kecelakaan lalu lintas (23%) diikuti
(gambar 2). Pada klasifikasi ini dibagi kekerasan interpersonal (19,4%),
menjadi 3 kelompok yaitu tipe A - trauma jatuh (12,2%), kecelakaan

3
kerja (11,5), kecelakaan saat orbito-zigomatik juga mengalami
berolahraga (10,4%) dan penyebab cedera mata.19
lain (6%).17

Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan
fisik sangat penting dalam
mengevaluasi fraktur KZM. Pasien
mempunyai riwayat menerima
pukulan dari benda tumpul, bola, atau
benda tumpul lainnya atau pernah
terlibat dalam kecelakaan kendaraan
bermotor.18 Pemeriksaan pasien Gambar 2. Klasifikasi fraktur KZM. A1
dengan trauma wajah mungkin sulit (fraktur arkus zigoma terisolasi), A2
karena adanya edema dan ekimosis. (fraktur dinding lateral orbita), A3
Evaluasi utama pasien trauma harus (fraktur rim infraorbital), B (fraktur
mencakup evaluasi mata yang komplit zigoma monofragmen), C
terlibat, karena 4-12% dari fraktur (fraktur zigoma multifragmen).2

Tabel 1. Klasifikasi fraktur KZM menurut Rowe dan Killey, Knight dan North12
Rowe dan Killey Knight dan North
Tipe 1 tidak ada pergeseran yang signifikan Grup 1 Fraktur undisplaced
Tipe 2 fraktur arkus zigoma terisolasi Grup 2 fraktur displaced terisolasi
Tipe 3 fraktur berotasi di sekitar sumbu Grup 3 Fraktur displaced body (tidak berotasi)
vertikal
Tipe 3a internal, 3b: eksternal Grup 4 Fraktur yang berotasi secara medial
Tipe 4 fraktur berotasi di sekitar sumbu Grup 4a ke luar di buttress malar
horizontal
Tipe 4a medial, 4b: lateral Grup 4b ke dalam di sutura FZ
Tipe 5 Pergeseran fraktur kompleks en bloc Grup 5 fraktur yang berotasi secara lateral
Tipe 5a medial, 5b: inferior, 5c: lateral Grup 5a ke atas di margin infraorbital
Tipe 6 Pergeseran lantai orbita Grup 5b keluar di sutura FZ
Tipe 6a inferior, 6b: superior Grup 6 garis fraktur tambahan di sepanjang
Tipe 7 Pergeseran segmen rim orbita fragmen utama
Tipe 8 Fraktur comminuted kompleks

Pemeriksaan intraoral juga 3. Ekimosis dan hematom periorbita


diperlukan karena fraktur buttress 4. Epistaksis
maksila biasanya dapat dipalpasi, dan 5. Deformitas area rim infraorbita
ekimosis ruang depan maksila adalah 6. Gangguan pergerakan bola mata
temuan umum dari fraktur ini.19 7. Gangguan penglihatan seperti
Gejala fraktur KZM yang muncul diplopia, epifora dan kornea
bergantung pada pola fraktur dan kering
perluasan garis fraktur. Gejala klinis 8. Enoftalmus atau eksoftalmus
yang dapat ditemui antara 9. Gangguan membuka mulut
5,6,12,18,19
lain: (trismus)
1. Nyeri 10. Disfungsi temporomandibular
2. Wajah asimetris karena area joint (TMJ), seperti maloklusi
zigoma yang mendatar atau
edema bukal

4
11. Hipoestesi, parastesi, anestesi dan dapat dilakukan dengan berbagai
neuropraksia sepanjang distribusi pendekatan lokasi insisi, antara
nervus (n) infraorbita lain melalui bekas luka, subsilier,
Rongent foto polos proyeksi transkonjungtiva, koronal,
Waters dan submentoverteks telah temporal (Gillies), bukal, subtarsal
digunakan untuk mendiagnosis dan lain sebagainya.
fraktur KZM, meskipun CT-scan Pada reduksi dan fiksasi terbuka,
sekarang menjadi standar emas yang beberapa metode fiksasi yang
memungkinkan gambaran kerangka digunakan dapat berupa one point
wajah 2 dimensi (2D) atau 3 dimensi fixation, Two points fixation, dan
(3D). Ketika fraktur KZM melibatkan three points fixation dengan
orbita, CT-scan dapat berguna untuk pendekatan insisi alis, insisi subsiliar,
menentukan luasnya fraktur orbita atau insisi intraoral. Pada fraktur
dan juga temuan seperti entrapment, kompleks zigomatikomaksilaris yang
enophthalmos, atau proptosis.19 bergeser jauh, kominutif, atau
multifragmented dapat
Tatalaksana dipertimbangkan penggunaan four
Kegagalan dalam pengenalan points fixation sebagai metode
dan penatalaksanaan yang tepat rekonstruksi.21
fraktur KZM dapat menyebabkan
morbiditas yang signifikan seperti
asimetri malar, gangguan LAPORAN KASUS
penglihatan, diplopia, distopia orbital, Dilaporkan seorang pasien
enopthalmos, dan defisit sensorik perempuan berusia 53 tahun datang
yang melibatkan saraf infraorbita.17 ke Poliklinik RSUP dr. M. Djamil
Terdapat dua indikasi primer dalam Padang pada tanggal 24 Juni 2019
tatalaksana fraktur KZM, yaitu dengan keluhan utama pipi kiri turun
terdapat deformitas secara fungsional sejak 16 hari sebelum masuk RS.
dan estetika. Tujuan dari semua Pasien terjatuh saat mengendarai
tatalaksana fraktur KZM harus dapat sepeda motor dengan wajah sisi kiri
mengatasi defisit yang terjadi, baik menghantam stang sepeda motor.
secara fungsional maupun estetika Pasien dibawa ke Puskesmas,
untuk mengembalikan atau kemudian dilakukan penjahitan pada
merekonstruksi struktur KZM seperti luka di pelipis kiri dan dirawat selama
sebelum trauma dengan kerusakan 1 hari. Tidak ada penurunan
jaringan lunak wajah yang kesadaran saat dan setelah kejadian.
2,6,8,19
minimal. Pasca kecelakaan pasien
Tatalaksana fraktur KZM mengeluhkan pipi sebelah kiri turun,
antara lain:2,12,19,20 rasa kebas pada pipi kiri, nyeri ada,
1. Konservatif bengkak ada, mata kiri merah ada,
2. Reduksi dan fiksasi tertutup dan sukar membuka mulut. Sukar
3. Reduksi dan fiksasi terbuka menggerakkan bola mata tidak ada,
(operatif) pandangan ganda tidak ada, padangan
Pilihan teknik operatif open kabur tidak ada. Riwayat keluar darah
reduction internal fixation (ORIF) dari hidung tidak ada. Hidung

5
tersumbat tidak ada. Riwayat keluar trismus (+) 2 cm. Bimanual palpasi
darah dari telinga tidak ada. Rasa immobile. Pemeriksaan tenggorok
darah mengalir ke tenggorok tidak sukar dinilai. Pada pemeriksaan regio
ada. Sukar menelan tidak ada. frontal didapatkan dalam batas
Riwayat kelemahan anggota gerak normal. Regio orbita dekstra dalam
sebelumnya tidak ada. Nyeri dan batas normal. Regio orbita sinistra
sukar menggerakkan leher tidak ada. ditemukan edema pada palpebra
Luka di tempat lain tidak ada. Satu inferior, laserasi sudah dijahit pada
hari sebelum masuk RS pasien pelipis bagian lateral sinistra,
berobat ke spesialis THT-KL dan krepitasi tidak ada, nyeri tekan ada
dicurigai fraktur pada tulang wajah, gerakan bola mata bebas ke segala
kemudian pasien dirujuk ke RSUP arah. Regio zigoma dekstra dalam
Dr. M. Djamil Padang. batas normal. Regio zygoma sinistra
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema, krepitasi
didapatkan keadaan umum sakit ada tidak ada, nyeri tekan ada. Regio
sedang, kesadaran komposmentis maksila dekstra dalam batas normal.
kooperatif GCS15, tekanan darah Regio maksila sinistra terdapat edema
130/80 mmHg, frekuensi nadi dan nyeri tekan, tampak depresi regio
86x/menit, frekuensi pernafasan infraorbital-maksila sinistra, nyeri
20x/menit dan temperatur 36,8°C. tekan ada. Regio mandibula dan regio
Pada pemeriksaan lokalis THT-KL, temporomandibular bilateral dalam
telinga dan hidung dalam batas batas normal (gambar 3).
normal. Pemeriksaan rongga mulut

Gambar 3. Foto wajah 6 posisi sebelum operasi

6
Dari hasil pemeriksaan CT- kategorikan sebagai Orang Dalam
scan brain 3D (gambar 5) didapatkan Pemantauan (ODP) Covid-19 dan
kesan depressed fracture dinding dirawat di ruang isolasi Paru sebelum
anterior sinus maksilaris sinistra dilakukan tindakan operatif yang
hingga margo inferior cavum orbita direncanakan.
sinistra + lateral rim orbita sinistra +
fraktur dinding lateral sinus
maksilaris sinistra + fraktur os
zygomaticus sinistra (gambar 4).

Gambar 4. CT-Scan paranasal potongan


axial
Dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosis dengan fraktur
komplek zigomatikomaksilaris
(KZM) sinistra displaced
multifragmen + hematosinus sinistra.
Pada pasien direncanakan untuk
dilakukan open reduction internal
fixation (ORIF) menggunakan mesh,
miniplates dan screws dengan three
points fixation dalam anastesi umum.
Pada pemeriksaan
laboratorium lengkap didapatkan
hasil dalam batas normal. Pemeriksan
rontgen foto polos thoraks didapatkan Gambar 5. CT-Scan Brain 3D
hasil pemeriksaan jantung dan paru Pada tanggal 3 Juli 2020
dalam batas normal. Hasil konsultasi dilakukan tindakan Open Reduction
toleransi operasi dari Bagian Penyakit Internal Fixation (ORIF) dengan
Dalam dan Anestesiologi tidak mesh, miniplate dan screw dengan
terdapat kontraindikasi untuk prosedur sebagai berikut pasien tidur
pelaksanaan tindakan operasi dalam posisi supine di atas meja operasi
anestesi umum. Hasil konsultasi dari dalam anestesi umum. Dilakukan
Bagian Paru didapatkan pasien di tindakan aseptik dan antiseptik pada

7
lapangan operasi. Dilakukan infiltrasi orbita sinistra. Pada supraorbital,
dengan Epinefrin:Lidocain 1:100.000 dilakukan fiksasi dengan straight
pada area supratroklear sinistra, miniplate 4 lubang dan dipasangkan
infraorbital sinistra, angularis dan menggunakan screw 1,6x6 mm
nasolabial. Dilakukan insisi infra sebanyak 2 buah. Tindakan
orbita kiri ± 4 cm lapis demi lapis, dilanjutkan dengan rekonstruksi
kemudian dilebarkan dengan arterial fragmen fraktur melalui insisi
klem tumpul, tampak sekret keruh gingivobukal, dipasangkan mesh
dan jaringan granulasi lalu yang dibentuk sesuai kontur sinus dan
dibersihkan, tampak garis fraktur difiksasi dengan menggukan screw
pada rim orbita inferior ditutupi 1,6x6 mm sebanyak 3 buah. Luka
jaringan fibrosa dan kalus, jaringan insisi infraorbita dan supraorbita
dilepaskan dengan menggunakan dijahit lapis demi lapis dengan
osteotome, insisi diperlebar sampai Vicryl® 4.0 secara interrupted dan
tampak garis dan fragmen fraktur dilanjutkan dengan jahitan kulit
melibatkan foramen infraorbital menggunakan Prolene® 6.0 secara
maksila anterior sinistra. Insisi continues. Luka insisi gingivobukal
diperluas ke superior sampai lantai dijahit dengan Vicryl® 4.0 secara
orbita terpapar, tampak clotting dan inter-locking. Evaluasi tidak terdapat
jaringan granulasi lalu dibersihkan. pendarahan. Operasi selesai.
Tampak fraktur comminuted pada Terapi paska operasi
lantai orbita. Dilakukan insisi pada diberikan IVFD RL + drip 30 mg
supra orbita lateral sinistra ± 3 cm Ketorolak 8jam/kolf, Seftriakson 2x1
lapis demi lapis, sampai tampak gr (iv), Deksametason 3x5 mg (iv),
segmen fraktur ditutupi jaringan Ambroxol tab 30 mg 3 x 1 tab (po),
fibrosa dan kalus, jaringan dilepaskan dan Pseudoefedrin HCl 120
dengan menggunakan osteotome pada mg+Loratadin 5 mg 2x1 Cap (po).
bagian lateral-atas rim orbita sinistra. Kloramfenikol salf 1%.
Dilakukan insisi pada 5 mm di atas Pada tanggal 6 Juli 2020 (hari
sulkus ginggivobukal dan dilakukan ke-3 pasca operasi) rasa kebas pada
diseksi secara tumpul lapis demi lapis wajah ada. Nyeri pada daerah operasi
ke arah superior kiri atas, tampak minimal. Bengkak dan kebiruan pada
clotting dan jaringan nekrotik, wajah minimal. Mata merah tidak
tampak fraktur comminuted pada ada. Pandangan kabur tidak ada.
maksila kiri, dan dilakukan pencucian Nyeri dan sukar membuka mulut ada.
sinus dengan NaCl 0,9% dan Gangguan mengunyah tidak ada.
dibersihkan. Tindakan dilanjutkan Trismus (+) 2,4 cm. Pemeriksaan
dengan fiksasi dengan menggunakan regio orbita sinistra didapatkan edema
straight miniplate dengan 8 lubang pada palpebra superior dan inferior
lalu dipasangkan menggunakan screw minimal. Regio infra dan supra orbita
1,6x6 mm sebanyak 6 buah pada sinistra jahitan pasca operasi tenang.
infraorbital sinistra dan tindakan Pada regio gingivobukal didapatkan
rekonstruksi dengan pemasangan edema minimal, jahitan post operasi
mesh yang difiksasi dengan 2 buah tenang. Diberikan terapi Sefiksim
screw 1,6x6 mm pada area lantai 2x200 mg (po), Deksametason 3x0,5

8
mg (po), Ranitidin 2x150 mg (po), cm. Pemeriksaan regio orbita sinistra
Ambroxol 3x30 mg (po), didapatkan edema pada palpebra
Pseudoefedrin HCl 120 superior dan inferior minimal. Regio
mg+Loratadin 5 mg 2x1Cap (po) dan infra orbita sinistra jahitan pasca
Kloramfenikol salf 1%. Pasien operasi tenang. Pada regio zigoma
diperbolehkan pulang. sinistra didapatkan edema minimal.
Pada tanggal 10 Juli 2020 Dilakukan aff suturing pada
(hari ke-7 pasca operasi) rasa kebas infraorbital sinistra dan supraorbital
pada wajah ada. Nyeri pada daerah sinistra. Diberikan terapi Sefiksim
operasi minimal. Bengkak dan 2x200mg, Ambroxol 3x30 mg (po),
kebiruan pada wajah minimal. Pseudoefedrin HCl 120
Pandangan kabur tidak ada. Nyeri dan mg+Loratadin 5 mg 2x1Cap (po)
sukar membuka mulut ada. Gangguan (gambar 6).
mengunyah tidak ada. Trismus (+) 2,4

Gambar 6. Foto pasien 6 posisi 7 hari pasca operasi

Pada tanggal 17 Juli 2020 pada palpebra superior dan inferior


(hari ke-14 pasca operasi) rasa kebas tidak ada. Regio infra orbita sinistra
pada wajah minimal. Nyeri pada bekas jahitan pasca operasi tenang,
daerah operasi minimal. Bengkak dan edema minimal. Pada regio zigoma
kebiruan pada wajah minimal. sinistra tenang. Diberikan terapi
Pandangan kabur tidak ada. Nyeri dan Ambroxol 3x30 mg (po),
sukar membuka mulut tidak ada. Pseudoefedrin HCl 120
Gangguan mengunyah tidak ada. mg+Loratadin 5 mg 2x1Cap (po)
Trismus (-) 3,1 cm. Pemeriksaan (gambar 7).
regio orbita sinistra didapatkan edema

9
Pada tanggal 16 Oktober 2020 daerah operasi tidak ada. Mata merah
(bulan ke-3 pasca operasi) rasa kebas tidak ada. Bengkak pada wajah tidak
pada wajah tidak ada. Nyeri pada ada. Pandangan kabur tidak ada.

Gambar 7. Foto 6 posisi pasien 14 hari pasca operasi

Gambar 8. Foto pasien 6 posisi 3 bulan pasca operasi

10
Nyeri dan sukar membuka mulut tahun). Etiologi terbanyak pada usia
tidak ada. Gangguan mengunyah muda adalah kekerasan interpersonal
tidak ada. Pemeriksaan regio orbita (41%) diikuti kecelakaan lalu lintas
sinistra dalam batas normal. Regio (30%), trauma jatuh (13%),
infra orbita sinistra bekas jahitan kecelakaan saat berolahraga (7%) dan
paska operasi tenang. Pada regio lain-lain (9%). Pada usia tua etiologi
zigoma sinistra dalam batas normal terbanyak dilaporkan karena trauma
(gambar 8) jatuh (72%) diikuti kecelakaan lalu
lintas (18%), kekerasan interpersonal
DISKUSI (5%) dan lain-lain (5%). Faktor
Telah dilaporkan satu kasus predisposisi yang dilaporkan antara
perempuan usia 53 tahun dengan lain karena penurunan status
diagnosis fraktur komplek kesehatan yang berdampak pada
zigomatikomaksilaris (KZM) sinistra kekuatan dan keseimbangan,
displaced multifragmen + komorbiditas terkait usia seperti
hematosinus sinistra. Telah dilakukan osteoartritis, gangguan refraksi,
tindakan open reduction internal demensia, polifarmasi, pemakaian
fixation (ORIF) menggunakan mesh, alas kaki tertentu, musim gugur dan
mini plates dan screws dengan three lain sebagainya.23,24 Angka kejadian
points fixation dalam anastesi umum fraktur KZM lebih besar pada jenis
oleh Sub Bagian Fasial Plastik dan kelamin laki-laki dibanding dengan
Bedah Rekonstruksi THT-KL RSUP perempuan.16,25
dr. M. Djamil Padang. Anamnesis curiga fraktur
Fraktur KZM adalah salah KZM harus mencakup tingkat
satu fraktur wajah yang paling sering kesadaran, jenis cedera (kecepatan
terjadi. Struktur KZM dibentuk oleh tinggi atau kecepatan rendah),
tulang zigoma bersama dengan tulang mekanisme cedera (tumpul atau
frontal (ZF), tulang temporal (ZT), tembus), dan riwayat cedera wajah
tulang sphenoid (ZS), dan dengan sebelumnya.2 Pada pasien didapatkan
tulang maksila (ZM). Buttress gejala bengkak dan adanya kebas
zigomatikomaksilaris selanjutnya pada pipi kiri disertai nyeri, merah
dapat dibagi lagi menjadi tepi pada mata kiri, dan nyeri serta sukar
infraorbital (ZM1) dan buttress membuka mulut, setelah wajah pasien
maksila lateral (ZM2). Struktur unik menghatam stang sepeda motornya
zigoma dan hubungannya dengan saat jatuh berkendara. Pasien tidak
tulang wajah lainnya memberikan pernah trauma wajah sebelumnya.
kontribusi pentingnya dalam estetika Dalam satu penelitian dilaporkan
dan proporsi wajah.22 Mekanisme sebagian besar pasien dengan fraktur
umum fraktur KZM termasuk KZM datang dengan perdarahan
kecelakaan kendaraan bermotor, subkonjungtiva (90%), diikuti oleh
kecelakaan kerja, jatuh saat depresi tepi orbital inferior,
berkegiatan, dan kekerasan pembengkakan disertai deformitas
interpersonal.14,22 Jika ditinjau dari daerah malar (80%), ekimosis
usia, etiologi berbeda antara usia periorbita (60%), trismus (40%),
muda (<65 tahun) dan tua (≥65

11
parastesia di sisi wajah (30%), dan untuk membiarkan edema jaringan
diplopia (20%).16 lunak berkurang terlebih dahulu
CT-Scan adalah standar emas sebelum memutuskan apakah
untuk diagnosis fraktur tulang wajah. tindakan bedah diperlukan. Misalnya,
Kepastian, spesifisitas, dan resolusi banyak fraktur arkus zigoma yang
jauh lebih baik daripada radiografi depresi terlihat jelas pada satu
polos. CT-Scan aksial potongan tipis minggu setelah insiden.19 Indikasi
(0,625-1,0 mm) dengan rekonstruksi estetika untuk penatalaksanaan
koronal, sagital, dan 3D bergantung pada derajat deformitas
direkomendasikan pada kasus curiga puncak malar dan malposisi bola
fraktur KZM. Potongan aksial lebih mata. Hilangnya proyeksi malar
baik dalam mengevaluasi buttress menyebabkan wajah asimetri di mana
zigomatikosphenoidalis, zigomatiko- sisi yang terkena tampak lebih datar
temporalis, zigomatikomaksilaris dan lebih lebar dari sisi kontralateral.6
serta proyeksi malar secara Gangguan fungsional dapat
keseluruhan. Rekonstruksi 3D dapat diakibatkan oleh hubungan yang erat
memberikan perspektif keseluruhan antara buttress KZM dengan orbita
tentang cedera yang mungkin sulit dan isinya yang memberikan indikasi
untuk dikonseptualisasikan hanya mutlak untuk penatalaksanaan.
dengan menggunakan tampilan 2D. Temuan ini mungkin termasuk
Gambaran 3D ini juga dapat diplopia, enophthalmos, dan
menggambarkan jumlah dan lokasi hematoma retrobulbar yang jarang
fragmen tulang yang hancur/ terlibat, menyebabkan kompresi saraf optik.
berpotensi mengurangi luasnya Sukar membuka mulut merupakan
diseksi bedah, serta juga sangat akibat dari penghambatan/ gangguan
membantu untuk kepentingan edukasi pada prosesus koronoid terhadap
pasien. Pada CT-Scan pasien arkus zygomatik yang bergeser.19
didapatkan kesan depressed fracture
dinding anterior sinus maksilaris
sinistra hingga margo inferior cavum
orbita sinistra + lateral rim orbita
sinistra + fraktur dinding lateral sinus
maksilaris sinistra + fraktur os
zigomatikus sinistra (gambar 9).
Didasarkan klasifikasi fraktur KZM
oleh Zingg, pasien termasuk dalam
kelompok tipe C (fraktur zigoma
multifragmen).
Indikasi dan pemilihan
metode penatalaksanaan fraktur KZM
bergantung pada dua faktor yaitu
estetika dan fungsi.2,6,19 Gangguan
estetika akibat fraktur KZM mungkin Gambar 9. CT-Scan Brain 3D
sulit untuk diketahui pada saat pasca memperlihatkan garis fraktur pasien
trauma akut. Seringkali bijaksana

12
Saat mempertimbangkan sejak mengalami kecelakaan lalu
pilihan tatalaksana untuk fraktur lintas, sangat besar kemungkinan
KZM, ada tiga metode yang dapat penyebab dari hal ini adalah kompresi
menjadi pilihan; tatalaksana n. Infraorbita oleh fragmen fraktur
konservatif, reduksi tanpa fiksasi, dan pada pasien atau cedera langsung
reduksi dengan fiksasi.19 Tatalaksana dikarenakan garis fraktur yang
konservatif diperlukan dalam kasus melewati foramen infraorbita. Dalam
fraktur KZM yang undisplaced atau satu penelitian dilaporkan bahwa dari
bergeser minimal. Ini termasuk dari 245 pasien dengan keluhan
tindakan fisik seperti pendinginan dan hipestesia/ parastesia praoperatif, 45
terapi obat seperti pemberian pasien masih mengeluhkan hal yang
analgetik atau dekongestan. Pasien sama paska operatif setelah 1 bulan,
diinstruksikan untuk makan makanan 14 pasien setelah 3 bulan, dan 5
lunak untuk menghindari dislokasi pasien pada 6 bulan.17 Pada pasien
sekunder zigoma akibat traksi otot parastesi tidak dirasakan lagi setelah
masseter. Pasien dengan komplikasi 3 bulan pasca operasi.
orbital, bahkan tanpa dislokasi KZM, Dislokasi fragmen fraktur ke
merupakan kandidat untuk operasi arah medial dapat menyebabkan
darurat.12,19 Fraktur KZM yang gangguan fungsi koronoid, dan
undisplaced tanpa gangguan dengan demikian mengganggu
fungsional tidak memerlukan pembukaan mulut. Kasus seperti itu
penatalaksanaan operatif. Fraktur biasanya membutuhkan reduksi
kompleks menyebabkan kerusakan terbuka atau tertutup pada fragmen
saraf infraorbital (sementara atau fraktur.12,26 Pada pasien ditemukan
permanen) karena trauma atau trismus setelah trauma. Paska
benturan pada foramen infraorbita. dilakukan reduksi dan fiksasi terbuka
Penekanan nervus infraorbital oleh trimus pasien tidak ditemukan lagi
fragmen tulang yang bergeser pada 1 bulan paska operasi. Menurut
memerlukan koreksi dengan Hwang et al,17 5 persen (dari 222
12,26
pembedahan. pasien) masih mengalami trismus 1
Keterlibatan n. infraorbita bulan pasca tindakan operasi, namun
pada fraktur KZM mencapai hingga akan mengalami perbaikan seiring
95% kasus. Kerusakan yang terjadi dengan waktu.
bisa akibat trauma langsung yang Tatalaksana bedah diperlukan
melewati lantai orbita dan/atau jika terjadi displaced, ketidakstabilan,
anterior maksila yang menyebabkan atau kominusi fragmen tulang
robekan, terpotong atau kompresi n. (comminuted). Tindakan ORIF pada
infraorbita sebagaimana nervus ini fraktur KZM diindikasikan jika
melewati kanal untuk mensarafi terjadi ketidakstabilan fragmen
struktur midfasial.27 Keluhan fraktur atau pada fraktur comminuted
hipoestesi, parastesi, anestesi dan (gambar 12). Tujuan utamanya adalah
neuropraksia sepanjang distribusi n. untuk menetapkan reduksi 3-dimensi
infraorbital dapat membaik dalam 2-6 yang memadai dan fiksasi yang stabil
bulan.17 Pada pasien ditemukan pada fragmen fraktur.26 Reduksi dan
keluhan parasteri pada wajah sisi kiri fiksasi yang akurat pada fraktur KZM

13
displaced diperlukan untuk subciliary; D dengan aksen subtarsal; E
memastikan penyembuhan yang tepat dengan aksen infraorbital; F,
dan mencegah komplikasi pasca transkonjungtival; G, ekstensi kantotomi
operasi. Jumlah pendekatan bedah lateral.26
dan tempat fiksasi yang diperlukan Ditinjau dari onset waktu
untuk memastikan hal ini bervariasi terjadinya trauma, tatalaksana fraktur
berdasarkan jenis cedera.3 midfasial dibagi menjadi tatalaksana
Pendekatan yang paling akut (dalam waktu 72 jam pasca
banyak digunakan pada trauma), immediate (dalam waktu 2
penatalaaksanaan reduksi terbuka minggu) dan delayed (setelah 2
dapat di lihat pada table 2 dan gambar minggu).20 Ketika tidak ditemukan
10.2,12 Pada pasien dilakukan 3 insisi adanya entrapment, pendarahan
untuk pendekatan dan akses retrobulbar atau sindroma apeks pada
pemasangan fiksasi interna, yaitu fisura orbita superior, maka fraktur
insisi infraorbital (rim orbita) sinistra, KZM tidak memerlukan intervensi
insisi alis mata lateral sinistra, dan emergensi. Menunggu edema
insisi intraoral sublabial pada 5 mm di jaringan membaik dalam waktu 1-2
atas sulkus gingivobukal. minggu pada pasien dewasa masih
dapat diterima karena konsolidasi
tulang terjadi antara 2-3 minggu
setelah trauma dan dan lebih cepat
pada anak-anak sehingga tatalaksana
dilakukan dalam waktu 1 minggu. Hal
ini karena kondisi edema akan
mengkamuflase derajat deformitas
yang sebenarnya.6
Gambar 10. Insisi periorbital. A alis; B,
kelopak mata lateral atas; C dengan aksen
Tabel 2. Pendekatan bedah pada penatalaksanaan zigomatikomaksilaris buttress2
Buttress Pendekatan bedah
Zigomatikomaksilaris (buttress inferior) Intraoral sublabial
Zigomatikomaksilaris (rim orbita) Insisi kelopak mata
(transkonjungtiva/ transkutaneus)
Zigomatikofrontal Insisi kelopak mata atas lateral
Zigomatikosphenoidalis Blepharoplasty atau koronal
Zigomatikotemporal Koronal

Pada pasien dilakukan KZM tidak dikenal/ dicurigai pada


penatalaksanaan fiksasi dengan ORIF periode awal pasca trauma, kemudian
dalam anestesi umum 24 hari setelah pasien direncanakan untuk tindakan
trauma, pasien termasuk dalam ORIF namun tertunda beberapa hari
kategori penatalaksanaan delayed. disebabkan prosedur persiapan
Pasien datang ke RS untuk operasi pasien dengan status ODP
mendapatkan penangan setelah 16 Covid-19. Daerah fraktur mulai
hari paska trauma yang sembuh secara spontan pada 10
dimungkinkan karena adanya fraktur sampai 14 hari setelah trauma tanpa

14
penanganan segera. Secara umum insisi intraoral, atau bahkan
diterima bahwa reduksi fraktur sulit pendekatan four points fixation
atau tidak mungkin dalam kasus dengan insisi preaurikuler
21
delayed, bahkan dengan kekuatan tambahan. Paling umum, fraktur
maksimal yang dimungkinkan KZM displaced ditatalaksana dengan
dengan penggunaan ekstraktor. Kasus reduksi terbuka dan three points
fraktur delayed seperti itu mungkin fixation pada sutura frontozigomatik
memerlukan prosedur pembedahan (FZS), buttress zigomatiko-
seperti melonggarkan fragmen tulang maksillaris (ZMB), dan lingkar
yang fraktur dengan menipiskan atau orbital inferior (IOR) melalui lateral
mematahkan daerah fraktur alis, sulkus gingivobukus dan insisi
sebelumnya dengan osteotome atau subsiliaris. Berdasarkan hasil, teknik
menambal area defek menggunakan fiksasi 3 titik lebih baik dibandingkan
bone graft. Pada pasien ini ditemukan dengan teknik fiksasi 2 titik. Namun
jaringan fibrosa dan kalus yang demikian, dilema klinis masih
menutupi garis fraktur, sehingga terdapat pada fakta bahwa komplikasi
tindakan reduksi dan fiksasi pasca operasi seperti palpasi implan,
menemukan kesulitan. Pada pasien ektropion, pembentukan parut
dilakukan pelepasan jaringan fibrosa hipertrofik di area IOR sering
dan kalus dengan menggunakan dilaporkan dalam literatur.15
osteotome sampai garis fraktur
tervisualisasi baik dan fragmen
fraktur dapat dimobilisasi, reduksi
dan fiksasi dapat dilakukan dengan
baik.28 Penyembuhan fraktur
sekunder (> 6 minggu) bisa sangat
menantang dalam penatalaksanaan
dikarenakan distorsi lanmark yang
menjadi patokan saat tindakan
operatif.2
Menurut klasifikasi Zingg,
metode penatalaksanaan yang
berbeda untuk fraktur KZM telah
dijelaskan dalam literatur. Beberapa
penulis telah mengusulkan bahwa one Gambar 11. Pendekatan Berbasis
point fixation dapat memberikan buttress. Lokasi paling stabil yang
reduksi dan stabilitas yang cukup digunakan untuk dilakukan fiksasi pada
untuk fraktur KZM non- fraktur KZM.2
15,17
comminuted. Sementara yang lain
Secara historis, ahli bedah
menyatakan bahwa tatalaksana yang
telah memfokuskan jumlah dan lokasi
tepat dan optimal dari fraktur KZM
buttress yang harus diperbaiki untuk
dapat dicapai setidaknya melalui
stabilitas optimal pada fraktur
metode two points fixation dengan
KZM.2,8 Meskipun perangkat keras
pendekatan yang berbeda seperti
dapat digunakan pada garis sutura
insisi lateral alis, insisi subsiliaris dan

15
zigomatikosphenoidal, fiksasi 3 pada zigomatikofrontal (ZF), orbital
buttress KZM paling umum rim (inferior), dan
digunakan untuk stabilisasi fraktur zigomatikomaksilaris (ZM).
(Gambar 11). Kebutuhan fiksasi 1 Miniplate difiksasi dengan
titik, 2 titik, 3 titik, atau 4 titik harus menggunakan screw, kemudian mesh
didasarkan pada stabilitas fraktur; difiksasikan pada lantai orbita sinistra
menerapkan jumlah minimum dan maksila sinistra dilokasi fragmen
perangkat keras untuk fraktur comminuted.
mempertahankan reduksi fraktur Teknik three points fixation
selama proses penyembuhan. adalah teknik fiksasi standar pada
Pendekatan ini disebut titik fiksasi kasus fraktur KZM.30 Hasil meta-
stabil secara fungsional.2 analisis menunjukkan bahwa 3 (tiga)
Fiksasi dengan perangkat titik pemaparan dan fiksasi pada
keras adalah prosedur standar untuk fraktur KZM memberikan
menstabilkan fraktur. Tempat terbaik peningkatan stabilitas fiksasi fraktur
untuk fiksasi adalah buttress dan distopia orbita vertikal yang lebih
zigomatikomaksilaris (one point sedikit. Bahkan ketika two points
fixation), karena memberikan efek fixation tampak memberikan fiksasi
antagonis pada tarikan otot masseter, yang stabil, manfaat potensial dari
selain itu, lokasi fiksasi ini dalam penggunaan fiksasi titik tambahan
sehingga plate tidak teraba pada harus dipertimbangkan dari sisi biaya,
palpasi area ini dan disarankan untuk waktu operasi, paparan periosteal
menggunakan plate yang panjang dan yang adekuat, dan morbiditas yang
kuat (2,0 mm). Sutura mungkin muncul pasca tindakan
frontozigomatik cukup tebal untuk ditinjau kasus per kasus.31 Dilema
digunakan secara ideal untuk fiksasi yang menarik adalah bahwa titik
dengan perangkat keras (two points terbaik untuk tindakan reduksi dan
fixation). Kekurangannya adalah, fiksasi belum tentu merupakan titik
plate yang diletakkan di area ini kesejajaran (alignment) terbaik. Titik
kadang dapat diraba paska tindakan, fiksasi terbaik adalah sutura
jadi sebaiknya plate yang digunakan zigomatikofrontal, buttress
lebih kecil (1,6 - 2,0 mm). zigomatikomaksilaris, arkus zigoma
Direkomendasikan untuk rim orbital dan tepi rim orbita inferior. Tepi
inferior (three points fixation) jika orbita lateral (sutura
terdapat fraktur nasoorbitoethmoid zigomatikofrontal) sempit tetapi
ipsilateral. four points fixation rentan terhadap rotasi.31,32
mungkin diperlukan untuk Pasien dengan fraktur KZM
mengembalikan proyeksi yang tepat yang ditangani dengan fiksasi
di ketiga dimensi. Posisi akurat dari menggunakan plate resorbable
fraktur arkus zygoma akan menunjukkan hasil estetika dan
mengembalikan proyeksi AP dan fungsional yang sebanding dengan
lebar wajah.29 Pada pasien dilakukan fiksasi menggunakan titanium dalam
Tindakan ORIF dengan mesh, tindak lanjut jangka panjang. Fungsi
miniplate dan screw non-absorbable dan kepuasan secara keseluran rendah
(titanium) pada 3 titik fiksasi, yaitu pada kelompok resorbabel dalam 4

16
minggu pertama bila dibandingkan resorbable akan semakin puas seiring
dengan kelompok titanium. Namun, berjalannya waktu dari
33
pasien dengan plate dan screw pembedahan.

Gambar 12. Diagram penatalaksanaan fraktur KZM.26

Salah satu kerugian dari plate tulang yang stabil.6,19,17 Faktor


resorbable adalah instalasi screw terpenting dalam mengelola
yang tidak optimal disebabkan screw komplikasi adalah melalui
tidak dapat difiksasi secara maksimal pencegahan dengan teknik bedah
karena rusak atau patah. Oleh karena yang baik, bersama dengan
itu, diperlukan ahli bedah yang pendidikan pasien yang tepat terkait
berpengalaman untuk menangani dengan rehabilitasi dan tindak lanjut
resorbable screw secara biologis. pasca operasi.19
Selain itu, waktu operasi rata-rata 136 Tabel 3. Komplikasi dari tatalaksana
menit lebih lama pada penggunaan fraktur KZM6
resorbable plate dibandingkan pada
Asismetris wajah
kelompok plate titanium.34 Bekas luka
Komplikasi fraktur KZM Infeksi
dapat terjadi dari trauma awal, dari Perdarahan (epistaksis)
intervensi operatif, atau dari Hardware dehiscence
tatalaksana bedah yang tidak akurat Neuropraksia
(table 3). Sebagian besar dapat Facial nerve palsy
dihindari dengan penilaian yang Kebutaan/ penurunan visus
cermat, paparan fraktur lengkap, dan Diplopia
reduksi anatomis dengan fiksasi Ektropion/ entropion

17
KESIMPULAN 5-year review. J Pharm Bioallied
Fraktur KZM menjadi satu hal Sci. 2015;7(April):S242-7.
yang harus dipertimbangkan pada 6. Birgfeld CB, Mundinger GS,
trauma yang melibatkan wajah, Gruss JS. Evidence-Based
khususnya bila diikuti dengan Medicine: Evaluation and
keluhan pipi turun, atau sukar Treatment of Zygoma Fractures.
Plast Reconstr Surg.
membuka mulut. Pemilihan Teknik
2017;139(1):168e-180e.
open reduction internal fixation
7. Llandro H, Langford R. Reasons
(ORIF) menggunakan mesh, for plate removal after treatment
miniplate dan screw dengan metode of orbitozygomatic complex
pada fraktur komplek fractures. J Cranio-Maxillofacial
zigomatikomaksilaris (KZM) Surg. 2015;43(1):17–20.
multifragmen dengan metode three 8. Farber SJ, Nguyen DC, Skolnick
points fixation memberikan hasil GB, Woo AS, Patel KB. Current
yang memuaskan dari segi fungsi dan Management of
estetika. Zygomaticomaxillary Complex
Fractures: A Multidisciplinary
DAFTAR PUSTAKA Survey and Literature Review.
1. Cortese A, D’Alessio G, Brongo Craniomaxillofac Trauma
S, Gargiulo M, Claudio PP. Reconstr. 2016;9(4):313–22.
Management of zygomatic 9. Brendan C. Stack Jr FPR.
fractures in young patients: Midface fracture. In: Bailey’s
Technical modifications for Head and Neck Surgery
aesthetic and functional results. J Otolaryngology. Lippincott
Craniofac Surg. Williams & Wilkins; 2014. p.
2016;27(8):2073–7. 1209–23.
2. Strong EB, Gary C. Management 10. Winters R, Kellman RM.
of Zygomaticomaxillary Diagnosis and management of
Complex Fractures. Facial Plast Frontal and Periorbital Facial
Surg Clin North Am. Bone Fractures. In: Robert T
2017;25(4):547–62. Sataloff, Sclafani AP, editors.
3. Ashwin DP, Rajkumar GC. A Sataloff’s Comprehensive
Study on Assessing the Etiology Textbook Of Otolaryngology
and Different Treatment Head And Neck Surgery : Facial
Modalities of Plastic And Reconstructive
Zygomaticomaxillary Complex Surgery. New Delhi: Jaypee
Fracture. Int J Contemp Med Brothers Medical Publishers;
Res. 2017;4(6):1423–30. 2016. p. 929–45.
4. Soodan KS, Priyadarshni P, Das 11. Swetaa A, Yuvaraj Babu K,
D, Gupta M. Zygomatic Mohanraj KG. Zygomatic
Complex Fractures and its complex fracture - A review.
Management. 2018;2(9):88–91. Drug Invent Today.
5. Balakrishnan K, Ebenezer V, 2018;10(Special Issue 2):3058–
Dakir A, Kumar SK, Prakash D. 61.
Management of tripod fractures 12. Malaviya P, Choudhary S.
(zygomaticomaxillary complex) Zygomaticomaxillary buttress
1 point and 2 point fixations: A and its dilemma. J Korean Assoc

18
Oral Maxillofac Surg. 21. Choi KY, Ryu DW, Yang JD,
2018;44(4):151–8. Chung HY, Cho BC. Feasibility
13. Adam J. Oppenheimer SRB. of 4-point fixation using the
Midface and Maxillary preauricular approach in a
Fractures. In: Serletti JM, Taub zygomaticomaxillary complex
PJ, Wu LC, Slutsky DJ, editors. fracture. J Craniofac Surg.
Current Reconstructive Surgery. 2013;24(2):557–62.
The McGraw-Hill; 2013. p. 265– 22. Prabhu SS, Rudolph MA, Hemal
77. K, Steele T, Runyan CM. A
14. Starch-Jensen T, Linnebjerg LB, Novel Classification Method of
Jensen JD. Treatment of Zygomaticomaxillary Complex
Zygomatic Complex Fractures Fractures by Suture
with Surgical or Nonsurgical Comminution to Better Predict
Intervention: A Retrospective Clinical Outcomes. Face.
Study. Open Dent J. 2020;1–7.
2018;12(1):377–87. 23. Atisha DM, Van Rensselaer Burr
15. Si J, Ren R, Wang M, Li H, Shen T, Allori AC, Puscas L, Erdmann
SGF, Shi J. Three-point fixation D, Marcus JR. Facial Fractures in
of displaced tripod the Aging Population. Plast
zygomaticomaxillary complex Reconstr Surg.
fracture: A modified surgical 2016;137(2):587–93.
technique. Int J Clin Exp Med. 24. Liu FC, Halsey JN, Oleck NC,
2017;10(4):7199–203. Lee ES, Granick MS. Facial
16. Uddin S, Rathor A, Fractures as a Result of Falls in
Bhattacharjee A. Analysis & the Elderly: Concomitant
Management Of Tripod Injuries and Management
Fractures : Our Experience. Int J Strategies. Craniomaxillofac
Sci Res. 2013;2(5):322–30. Trauma Reconstr.
17. Hwang K, Kim DH. Analysis of 2019;12(1):45–53.
zygomatic fractures. J Craniofac 25. Thiagarajan B, Narashiman S,
Surg. 2011;22(4):1416–21. Arjunan K. Fracture zygoma and
18. Donald PJ. Facial Fractures. In: its management our experience.
JR JBS, WACKYM PA, editors. 2013;3(1):1–17.
Ballenger’s 26. Moreira Marinho RO, Freire-
Otorhinolaryngology Head And Maia B. Management of
Neck Surgery. 17th ed. Shelton: fractures of the
BC Decker Inc; 2009. p. 677–98. zygomaticomaxillary complex.
19. Peretti N, MacLeod S. Oral Maxillofac Surg Clin North
Zygomaticomaxillary complex Am. 2013;25(4):617–36.
fractures: Diagnosis and 27. Noor M, Ishaq Y, Anwar MA.
treatment. Curr Opin Frequency of infra-orbital nerve
Otolaryngol Head Neck Surg. injury after a
2017;25(4):314–9. Zygomaticomaxillary complex
20. Chouinard AF, Troulis MJ, fracture and its functional
Lahey ET. The Acute recovery after open reduction
Management of Facial Fractures. and internal fixation. Int Surg J.
Curr Trauma Reports. 2017;4(2):685–9.
2016;2(2):55–5. 28. Baek MK, Jung JH, Kim ST,

19
Kang G. Delayed treatment of
zygomatic tetrapod fracture. Clin
Exp Otorhinolaryngol.
2010;3(2):107–9.
29. Kreshanti P, Gianni LF.
Tetrapod Fracture: Surgical
Anatomy Revisited As A Guide
For 3D Reduction Using Carroll
Girard T-Bar Screw. J Plast
Rekonstruksi. 2018;4(1):82–7.
30. Nasr WF, ElSheikh E, El-Anwar
MW, Sweed AH, Bessar A,
Ezzeldin N. Two- versus Three-
Point Internal Fixation of
Displaced Zygomaticomaxillary
Complex Fractures.
Craniomaxillofac Trauma
Reconstr. 2018;11(4):256–64.
31. Jazayeri HE, Khavanin N, Yu
JW, Lopez J, Shamliyan T,
Peacock ZS, et al. Fixation
Points in the Treatment of
Traumatic Zygomaticomaxillary
Complex Fractures: A
Systematic Review and Meta-
Analysis. J Oral Maxillofac
Surg. 2019;77(10):2064–73.
32. Ellis E, Kittidumkerng W.
Analysis of treatment for isolated
zygomaticomaxillary complex
fractures. J Oral Maxillofac
Surg. 1996;54(4):386–400.
33. Mahmoud SM, Liao HT, Chen
CT. Aesthetic and Functional
Outcome of Zygomatic Fractures
Fixation Comparison With
Resorbable Versus Titanium
Plates. Ann Plast Surg.
2016;76(March):S85-90.
34. Wu CM, Chen YA, Liao HT,
Chen C hao, Pan CH, Chen CT.
Surgical treatment of isolated
zygomatic fracture: Outcome
comparison between titanium
plate and bioabsorbable plate.
Asian J Surg. 2018;41(4):370–6.

20

Anda mungkin juga menyukai