Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA


HIDUNG TENGGOROK – KEPALA LEHER
RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA
Implan Koklea

Pembimbing:
dr. Chonifa, Sp.THT-KL

Oleh:
Kelompok DM 04L
Catharina Clarissa Ursia 1522317068
Irene Melati Ayu Larasati 1522317069
Winny Dilafarah 1522317072
Meike Elvana Deriyanti 1522317073

PROGRAM KEPANITERAAN KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………… ...................................................................................... 2


BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 4
1. Definisi .............................................................................................................................. 3
2. Cara Kerja Implan Koklea .......................................................................................... 3
3. Seleksi dan Evaluasi Pasien ......................................................................................... 5
4. Kandidat Implan Koklea ............................................................................................... 8
5. Tekhnik Operasi .............................................................................................................. 10
6. Komplikasi........................................................................................................................ 12
7. Penyulit (Special Circumstance) ............................................................................... 14
8. Follow up Post Operasi Implan Koklea ................................................................... 15
9. Fakor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implan Koklea .................................. 16
BAB 3 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Cochlear implant (CI) merupakan atat elektronik yang sebagian ditanam melalui prosedur
pembedahan komponen internal) dan sebagian lagi berada di luar tubuh (komponen eksternal),
yang memiliki fungsi memperbaiki proses mendengar dan komunikasi baik pada dewasa maupun
anak-anak dengan ketulian sensorineural berat (severe) hingga sangat berat (profound). CI
mengalami perkembangan selama 25 tahun baik dari segi teknologi maupun dalam kriteria seleksi
terhadap pasien dan metode rehabilitasinya. Sekalipun aman, CI tetap memiliki sejumlah
komplikasi yang berpotensi timbul. Komplikasi pcmasangan CI dapat berkaitan dengan irisan kulit
dan skin flap, tindakan mastoidektomi dan kokleostomi, dan yang berkaitan dengan alat.
Pengelompokan komplikasi yang lain adalah komplikasi mayor dan minor serta komplikasi intra,
peri, dan paska operasi. Tinjauan pusraka ini akan menyajikan beberapa hal seputar CI, yaitu
bagaimana cara kerja alat, memilih kandidat (kriteria pasien), mengevaluasi pasien dengan CI,
prosedur pembedahan (secara singkat), komplikasi, dan rehabilitasi pasien dengan CI.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Cochlear implant (CI) adalah perangkat elektronik canggih yang diimplantasikan dengan
pembedahan yang dirancang untuk menghasilkan pendengaran yang bermanfaat bagi seseorang
dengan gangguan pendengaran sensorineural berat hingga berat dengan merangsang secara
elektrik saraf pendengaran di dalam telinga bagian dalam.
Alat elektronik yang menyediakan pendengaran pada pasien dengan gangguan
pendengaran yang parah hingga profound. Ganti sistem transduser sel rambut dalam telinga yang
tidak berfungsi dengan mengubah energi suara mekanik menjadi sinyal listrik. Merangsang sel
ganglion koklea dan saraf koklea pada pasien tuli. Sel rambut rusak atau hilang sehingga koklea
dipotong dan sinyal dikirim ke otak. Mikrofon mengambil akustik di ormation. Prosesor
menghasilkan rangsangan atau array elektroda dengan tautan transmission. Array elektroda:
penekanan arus pada array yang kecil, sehingga, fleksibel, memiliki panjang bervariasi untuk
melindungi struktur koklea.

2. Cara Kerja Implan Koklea


CI merupakan alat elektronik yang mengambil alih fungsi, sel-sel rambut koklea yang
mengalami kerusakan ataupun tidak terbentuk dengan cara memberikan stimulasi lansung, pada
serabut-serabut saraf yang ada. Komponen internal terdiri dari penerima dan array elektroda.
Penerima ditanamkan tepat di bawah kulit di belakang telinga, dan array elektroda dimasukkan ke
dalam koklea. Komponen eksternal terdiri dari prosesor suara, mikrofon, dan kumparan transmisi..
Mikrofon berfungsi untuk menangkap sinyal suara. Selanjutnya sinyal suara tersebut dikonversi
menjadi suatu sinyal pulsa elektrik oleh pengolah suara dan dihantarkan oleh suatu 4mplan
transmisi hingga berakhir pada sederetan electrode yang siap untuk menstimulasi serabut-serabut
saraf. Stimulasi ini akan ditangkap oleh pusat dengar di otak sebagai suara. Pulsa elektrik kecil
dipersepsikan sebagai suara dipengaruhi beberapa hal antara lain, karakteristik khusus bicara yang
sangat penting untuk pemahaman kata secara selektif dikodekan oleh pengolah bicara. Sinyal
berkode dikirim melalui saraf pendengaran ke otak, di mana kode ditafsirkan menjadi sensasi

4
pendengaran yang berguna untuk memungkinkan pemahaman ucapan. Kualitas suara bervariasi,
tetapi sebagian besar penerima dapat memahami ucapan tanpa isyarat visual.

Gambar 1. Implan Koklea

3. Seleksi dan Evaluasi Pasien


1. Penilaian Audiologi
Kandidat untuk implan koklea sangat bergantung pada penilaian audiologi.
Meskipun kriteria implan terus berubah, tujuannya tetap sama yaitu mengidentifikasi
pasien dimana implant dapat bekerja maksimal sehingga memberikan pendengaran yang
lebih baik. Akhir ini kualitas implan koklea mengalami peningkatan, sehingga kemampuan
untuk mendengar dengan implan telah meningkat secara implan dari waktu ke waktu.
Karena itu, kriteria implan untuk implantasi telah diperluas untuk mencakup pasien dengan
kelainan pendengaran lebih parah.
Pada orang dewasa, pencalonan didasarkan pada sentence recognition test scores
(Hearing-in-Noise Test, or HINT) dengan syarat alat bantu dengar dipasang dengan benar.
Hasil skor 60% atau kurang bias ditetapkan sebagai kandidat.
Pada anak-anak, sebelum mendapatkan implan koklea, pertama perlu untuk
menetapkan ambang batas pendengaran. Kemudian, uji coba alat bantu dengar dapat
dilakukan dan dilakukan juga penilaian kemampuan berbicara dan bahasa. Bahkan anak-
anak dengan gangguan pendengaran yang parah dapat menjalani uji coba alat bantu dengar
ini. Input dilakukan oleh audiolog, orang tua, guru, dan ahli patologi bicara dan bahasa.
Tim implan koklea kemudian menggabungkan informasi dan tujuannya dibuat berdasarkan
peningkatan progesifitas anak. Jika audiogram menunjukkan tingkat pendengaran yang

5
buruk implan keterbatasan dalam kemampuan bahasa, anak tersebut adalah kandidat untuk
implantasi.
2. Penilaian Otologis
Riwayat otologis menyeluruh dan pemeriksaan fisik diperlukan sebagai bagian dari
penilaian praimplantasi dan termasuk mencari etiologi dari gangguan pendengaran.
a. Penilaian Pasien Pediatri
Pada pasien implan, penting untuk memastikan apakah ada riwayat infeksi telinga
berulang, pressure equalization (PE) tube placement, atau operasi otologis lainnya.
Pasien dengan otitis media akut harus dirawat dengan implan konvensional yang tepat
dan terbukti terbebas dari infeksi sebelum melanjutkan dengan operasi. Untuk pasien
dengan otitis media kronis efusifa atau otitis media akut berulang, myringotomi dengan
PE tube dapat dipertimbangkan. Implan koklea dapat berdampingan dengan PE tube,
meskipun idealnya, pasien akan memiliki implan timpani yang utuh di RS waktu
operasi. Karena anak-anak dapat menerima implan pada usia sangat muda ada
kemungkinan yang tinggi untuk mengalami otitis media setelah dilakukan implan.
Infeksi ini harus segera diobati dan dengan implan spektrum luas. Tetapi ada yang
menyebutkan bahwa telinga dengan implan koklea kurang mungkin untuk terjadi otitis
media daripada telinga kontralateral, mungkin karena fakta bahwa mastoidektomi
dilakukan juga sebagai bagian dari implan koklea.
b. Patensi koklea
Ketika ketulian adalah akibat dari meningitis, perhatian khusus diperlukan sebelum
operasi untuk memperhitungkan kemungkinan osifikasi koklea. Jika seorang pasien
kehilangan pendengaran sebagai akibat dari meningitis, patensi koklea dapat terjadi
dan dievaluasi dengan computed tomography (CT) scanning atau magnetic resonance
imaging (MRI). CT Scan umumnya menunjukkan osifikasi koklea. Lalu, obliterasi
karena fibrosis dan adanya jaringan lunak dinilai dengan T2- weighted MRI. Saat
koklea tampak secara aktif mengalami obliterasi, dokter bedah mungkin menghendaki
pemasangan implan dengan cepat — dengan asumsi bahwa pendengaran tidak bisa
pulih.

6
c. Membran Timpani
Untuk kandidat penerima implan koklea pada dewasa, implan timpani utuh lebih
disarankan. Oleh karena itu, pasien-pasien dengan perforasi implan timpani, chronic
draining ear, atau kolesteatoma diperlukan prosedur bedah lain sebelum dilakukannya
implantasi. Untuk pasien dengan penyakit telinga kronis tidak aktif dan modified
radical cavity, tidak jarang saat operasi dilakukan implantasi koklea, penutupan saluran
telinga, dan pengangkatan rongga mastoid dan telinga tengah digabung dalam prosedur
bedah tunggal. Namun, pasien dengan penyakit telinga kronis aktif, lebih baik dilayani
dengan operasi otologis konvensional awal dengan implantasi koklea tertunda sampai
telinga stabil.
d. Evaluasi Vestibular
Evaluasi vestibular, termasuk setidaknya electronystagmography (ENG), harus
diperoleh jika ada kecurigaan hipofungsi vestibular unilateral atau bilateral. Meskipun
risiko kehilangan fungsi keseimbangan di telinga yang mendapatkan implan koklea
rendah, jika fungsi itu hilang dan telinga kontralateral sudah tidak berfungsi untuk
kemampuan keseimbangannya, masalah keseimbangan yang dialami dapat sangat
serius, terutama pada lanjut usia.
e. Kondisi Otologis Lainnya
Kondisi otologis lain yang harus mendapat perhatian khusus dalam proses
perencanaan bedah implantasi koklea adalah otosklerosis dan implant koklea
kongenital. Pasien dengan otosklerosis cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap
stimulasi saraf wajah yang tidak diinginkan karena demineralisasi tulang di sekitarnya.
Jika pasien sebelumnya telah menjalani prosedur stapes, implan biasanya tidak
mengganggu. Untuk pasien dengan implan koklea, posisi anatomi yang tidak biasa dan
insiden kebocoran cairan serebrospinal yang lebih tinggi harus diantisipasi. Imaging
pra operasi sangat diperlukan dalam upaya untuk menghindari komplikasi.
3. Penilaian Radiologi
Penilaian radiologis untuk implantasi koklea biasanya terdiri dari CT scan dan /
atau MRI tulang temporal. CT Scan lebih disarankan karena dapat menggambarkan
anatomi tulang yang lebih rinci, yang mungkin termasuk dapat menggambarkan adanya
osifikasi koklea, saraf wajah yang abnormal, atau kelainan bawaan. Pada pasien yang

7
memerlukan gambaran jaringan lunak lebih jelas, seperti pada pasien dengan kecurigaan
tinggi terhadap patologi sentral atau paten koklea, MRI dengan dan tanpa gadolinium plus
T2-weighted beresolusi tinggi dapat dilakukan. Saat ini MRI dapat memungkinkan
pencitraan yang dapat menggambarkan isi saluran pendengaran internal dan memberikan
konfirmasi keberadaan saraf pendengaran. Deformitas Michel (yaitu, agenesis koklea
kongenital) dan tidak adanya saraf pendengaran, yang mungkin didapatkan dengan
malformasi kanal auditori yang sempit atau dalam keadaan neuropati auditori, adalah dua
kontraindikasi absolut untuk implantasi koklea yang dapat ditemukan pada pencitraan
radiologis.

4. Kandidat Implan Koklea


Selain memenuhi kriteria implan dan medis, diperlukam hal lain untuk mengevaluasi
kandidat implant koklea menganalisis banyak implan lain, seperti:

Kriteria Umum Kandidat Implan Koklea

Anak-anak Prelingual dan Postlingual


1. Bilateral Hearing Loss yang parah (hanya gangguan pendengaran yang sangat
parah pada anak-anak <2 tahun).
2. Kurangnya perkembangan pendengaran dengan alat bantu dengar yang tepat seperti
yang dilakukan dengan pengujian obyektif atau parental kuesioner (untuk anak-
anak yang sangat muda).
3. Open setwork recognition scores <20-30% pada anak-anak yang bias di scoring.
4. Anak mampu mengikuti rencana pelatihan pendengaran setelah dipasang alat
implan.
5. Tidak ada kontraindikasi medis.
Dewasa Postlingual
1. Usia minimal 18 tahun.
2. Bilateral Hearing Loss sedang-parah.
3. HINT-recognition scores <40%.
4. Tidak ada kontraindikasi medis, dengan koklea dan saraf pendengaran utuh.
Dewasa Prelingual
1. Usia minimal 18 tahun.
2. Tuli Bilateral yang parah
3. Tidak efektif dengan alat bantu dengar yang lain
4. Tidak ada kontraindikasi medis, dengan koklea dan saraf pendengaran utuh

8
Tujuan dilakukannya evaluasi adalah:

a. Untuk menentukan apakah pasien mendapat manfaat dari implant


b. Untuk menentukan harapan yang realistis mengenai hasilnya
c. Untuk menilai kebutuhan dan harapan pasien, keluarga pasien, atau keduanya.

Tidak semua pasien yang memenuhi kriteria audiometri dan medis harus dipasang implant.
Harus ada komitmen yang kuat untuk menjalankan rehabilitasi paska implan. Selain itu,
beberapa implan keterbatasan keuangan sehingga menghalangi pemasangan implan kepada
semua individu yang memenuhi syarat.

Indikasi Menurut FDA:

a. Dewasa (> 18 tahun)


 Gangguan dengar bilateral sedang hingga berat.
 Tidak mendapat manfaat dari alat bantu dengar yang laindan dibuktikan dengan
skor tes ≤50% di telinga yang akan dipasang implan, dan ≤60% di telinga
kontralateral.
 Semua kandidat harus memiliki harapan yang baik dari hasil implan koklea, serta
menunjukkan keinginan kuat untuk mendengar kembali, dan didukung oleh
keluarga atau orang terdekat.
b. Anak-anak (2–17 tahun)
 Tuli sensorineural bilateral sedang hingga berat.
 Tidak mendapat manfaat dari alat bantu dengar yang lain dibuktikan dengan skor
kurang dari atau sama dengan 30%.
c. Bayi (12-24 bulan)
 Tuli sensorineural bilateral berat.
 Tidak ada kemajuan dalam perkembangan pendengaran dengan alat bantu dengar
binaural (uji coba minimal 3 bulan kecuali dalam kasus meningitis, di mana uji
coba alat bantu dengar dapat dilewati dan implantasi dapat dilakukan di bawah usia
12 bulan karena kemungkinan osilasi koklea) dan intervensi.

9
 Untuk anak-anak dan bayi, penting dilakukan rencana terapi rehabilitasi yang
menekankan pada pengembangan keterampilan dengar untuk hasil yang baik
dengan implan koklea.
 Motivasi tinggi dan harapan realistis dari keluarga.

5. Tekhnik Operasi
Pembedahan dilakukan di bawah anestesi umum tanpa relaksasi otot untuk memungkinkan
monitor nervus fasialis. Lokasi perangkat ditandai dengan penggunaan template. Perangkat
internal perlu diletakkan cukup jauh ke belakang sehingga prosesor yang diletakkan di belakang
telinga tidak bersandar pada telinga (agar tidak membahayakan kulit di sekitarnya). Dalam upaya
untuk menghindari komplikasi yang terkait dengan kerusakan flap kulit, sangat penting untuk
merencanakan sayatan kulit untuk memberikan paparan yang memadai sekaligus menjaga
kelayakan jaringan dan menghindari penempatan garis jahitan langsung di atas perangkat keras
yang ditanamkan. Lokasi insisi sebelumnya harus diperhitungkan. Kebanyakan ahli bedah
menggunakan sayatan postaurikular yang dapat diperpanjang sedikit lebih superior daripada insisi
yang biasanya digunakan dalam operasi telinga rutin. Perangkat yang lebih kecil yang digunakan
dapat ditempatkan sejauh 3-4 cm dari sayatan. Pada anak-anak, bekas luka cenderung melebar
dengan pertumbuhan kepala jika terletak hanya di daerah postaurikular dan tidak meluas ke kulit
kepala. Harus dipastikan jaringan flap kulit mengalami trauma minimal.

Setelah sayatan awal, periosteum diangkat dari mastoid dan dilakukan mastoidektomi.
Facial Resses dibuka untuk mendapatkan akses ke telinga tengah — khususnya ke promontorium,
jendela bundar, dan stapes. Saraf chorda tympani dipertahankan dan penopang incus dapat
dibiarkan atau dilepas bila perlu. Kokleostomi kemudian dibuat kira-kira 1 mm berlawanan dengan
ceruk jendela bundar. Ukuran aktual dari kokleostomi yang dibutuhkan mungkin berbeda
tergantung pada perangkat spesifik yang ditanamkan.
Menurut bentuk dan ukuran alat tertentu yang dipilih, sebuah sumur dapat dibor posterior
ke rongga mastoid di korteks untuk menampung receiver-stimulator. Pada anak-anak,
pembedahan ini sering dilakukan sampai ke lapisan dura sehingga perangkat dapat disembunyikan.
Hal ini dapat melindungi perangkat dari trauma dan lebih estetis secara kosmetik. Pada orang
dewasa, karena tulang yang lebih tebal, alat ini dapat disembunyikan cukup dengan memindahkan
tulang ke bagian dalam tengkorak. Perangkat ini dapat ditempatkan dalam saku subperiosteal atau

10
diamankan dengan berbagai cara, seperti jahitan permanen atau jaring di atasnya. Setelah
perangkat dipasang di lokasi tersebut, array elektroda dimasukkan perlahan ke skala tympani.
Setelah penyisipan yang berhasil, potongan-potongan kecil fasia atau periositum digunakan untuk
menyumbat kokleostomi dengan hati-hati.
Dalam prosedur, bila terdapat pendengaran residual, pendengaran tersebut dapat
dipertahankan. Ketika seorang pasien dengan pendengaran residual (biasanya dalam nada rendah)
menjalani implan koklea, berbagai strategi dapat digunakan untuk mempertahankan atau
menggunakan sisa pendengaran ini setelah implantasi. Caranya adalah elektroda “hibrid”
dipendekkan agar tidak meluas dan mengganggu elemen saraf koklea apikal. Ketika insersi
elektroda full-length direncanakan, “operasi lunak” mendekati implan yang ditujukan untuk
mempertahankan pendengaran alami dapat digunakan. Ketika pendengaran dipertahankan, implan
koklea dan alat bantu dengar di telinga yang sama mungkin bermanfaat.
Bergantung pada perangkat dan ketersediaan dukungan audiologi, tes listrik intraoperatif
dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi berfungsinya perangkat. Evoked potential dan refleks
stapedial dapat diukur dan sangat membantu dalam pemrograman dengan anak kecil. Jika potensi
aksi saraf koklea dapat direkam dan refleks stapedial muncul, artinya alat ini ada di koklea. Setelah
penutupan luka, x-ray Stenver dapat diperoleh untuk konfirmasi lebih lanjut dari lokasi perangkat
dan untuk referensi dalam kasus trauma masa depan atau migrasi perangkat. Pasien dapat keluar
dari rumah sakit pada hari yang sama.
Setelah pasien pulih dari operasi, biasanya dalam 1-4 minggu, perangkat keras digunakan
sepenuhnya dan diprogram. Pemrograman awal sering dilakukan selama 2-3 hari. Ada banyak
sekali variabel yang dapat disesuaikan untuk meningkatkan kualitas suara. Setelah hari pertama,
sebagian besar orang dewasa melaporkan bahwa bicara terdengar seperti statis atau suara-suara
terdengar seperti “Donald Duck” atau terdengar seperti logam. Meskipun semikian, tanpa ada
perubahan pada perangkat, selama 24 jam berikutnya kualitas suara membaik. Hal ini karena otak
berhasil beradaptasi dengan sinyal. Pembelajaran oleh otak ini terjadi sebagian besar dalam 3-6
bulan pertama, setelah itu tingkat peningkatan kualitas suara melambat. Sebagian besar orang
dewasa memiliki sesi pemrograman 4-6 kali pada tahun pertama, kemudian setiap tahun atau
sesuai kebutuhan.
Anak-anak (terutama bayi) lebih sulit untuk diprogram karena kurangnya tanggapan umpan
balik yang konsisten mengenai volume dan kejelasan. Pengukuran intraoperatif yang objektif

11
sangat membantu dalam memperkirakan ambang pendengaran dan tingkat kenyamanan.
Pemrograman sangat penting untuk keberhasilan perangkat untuk anak.

6. Komplikasi
lmplantasi koklea merupakan tindakan operatif yang implan aman dengan insiden
komplikasi antara 0,27% hingga 37%. Pengamatan yang lain menunjukkan adanya penurunan
insiden komplikasi dalam lima tahun (1994-1999) dari 11% menjadi 5%. Pada anak-anak, insiden
komplikasi lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda.
Sebagian besar komplikasi yang timbul berkaitan dengan insisi dan pembuatan skin flap
yang meliputi infeksi luka operasi, kegagalan penutupan luka operasi, dan transmisi perkutan yang
buruk. Komplilasi yang lain terkait operasi mastoidektomi dan kokleostomi meliputi paralisa
nervus fasialis, perdarahan sinus duramater, fistula perilimfe, dan meningitis. Sedangkan
komplikasi terkait alat antara lain patahnya implan saat insersi alat, kerusakan intra koklea yang
berat akibat insersi alat, flase route elektroda keluar dari koklea, penempatan dereten elektroda
yang kurang tepat dan kegagalan alat.
Sejumlah komplikasi yang dijumpai dapat juga dikelompokkan menjadi komplikasi mayor
dan minor, ataupun komplikasi intra, peri atau paska operatif. Komplikasi mayor didefinisikan
komplikasi yang membutuhkan revisi operasi yang meliputi permasalahan skin flap, migrasi alat
dan kegagalan alat. Paralisa fasialis juga sering dikategorikan dalam komplikasi mayor apabila
membutuhkan operasi korektif. Komplikasi minor akan rnembaik tanpa perlu tindakan operatif,
misalnya pada stimulasi listrik nervus fasialis yang dapat diatasi dengan pemrograman alat, infeksi
ringan sekitar-luka operasi ataupun migrasi alat yang minimal. Selama operasi berlangsung dapat
terjadi komplikasi antara lain lesi nervus fasialis, kebocoran perilimfe, dan insersi implan yang
kurang adekuat. Komplikasi peri operatif utamanya berkaitan dengan penyembuhan luka operasi
dan merupakan komplikasi terbanyak pada anak-anak. Sedangkan komplikasi paska operatif
meliputi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain
stimulasi nervus petrosus superfisialis mayor sehingga terjadi produksi air mata berlebih dan
stimulasi nervus fasialis yang dapat menimbulkan rasa nyeri (neuralgia). Komplikasi jangka
panjang meliputi kegagalan alat dan migrasi deretan elektroda. Sekalipun demikian, angka
kegagalan alat adalah kurang dari dua persen.

12
Berikut disampaikan beberapa jenis komplikasi yang didapatkan pada pemasangan CI.
a. Fistula perilimfe
Kejadian kehilangan keseimbangan dan vertigo setelah implantasi koklea berkisar
antara 13% hingga 74% dimana sebagian besar mengalami resolusi setelah mendapat terapi
implan dan rehabilitasi vestibular. Terdapat satu laporan kasus kehilangan keseimbangan
yang persisten yang disebabkan adanya fistula perilimfe paska implantasi koklea. Setelah
didahului dengan evaluasi CT-scan dilakukan penutupan bekas kokleostomi dengan
periosteun dan otot melalui suatu eksplorasi telinga tengah yaitu timpanotomi eksploratif.
b. Lesi nervus fasialis
Paralisa nervus fasialis merupakan komplikasi implantasi koklea yang jarang.
Suatu penelitian retrospektif pada 705 pasien paska implantasi antara tahun 1980 – 2002
didapatkan insiden sebesar 0,71% (lima pasien) dengan delayed onset, bervariasi antara
delapan belas jam hingga implan belas hari paska implantasi. Terapi implan yang diberikan
adalah steroid (implan dosis 1 mg/kg selama sepuluh hari) dan kombinasi steroid-antivirus
(Vatasiklofir 3x500 mg/hari selama l0 hari) dimana diperoleh pemulihan pada semua kasus
setelah dua hingga enam bulan paska terapi. Pada anak-anak insiden mencapai 0,5% dan
risiko ini dapat dipetkecil dengan pemasangan monitor elektromiografi intra operatif.
c. Meningitis
Meningitis paska implantasi terjadi akibat infeksi yang menyebar lewat cairan
serebrospinal atau tindakan operasi yang kurang aseptis. Deretan implan sendiri berpotensi
sebagai jembatan penghubung penyebaran infeksi. Penelitian kohort di UK Kingdom pada
tahun 2002 terhadap l85l anak dan 1779 dewasa paska implantasi menunjuklan insiden
meningitis yang tidak berkaitan dengan implantasi itu sendiri. Dengan kata lain,
disimpulkan bahwa komplikasi meningitis tidak terjadi pada obyek penelitian tersebut.
d. Permasalahan peletakan komponen implan CI
Salah penempatan (false route) pada kanalis karotis merupakan komplilasi yang
jarang dijumpai pada pemasangan CI. Risiko lesi arteri karotis pada kesalahan penempatan
ini dikatakan minimal, yang jelas terjadi adalah kerusakan alat. Identifikasi yang tepat letak
koklea dan kokleostomi menghindari false route, tetapi tetap tidak menjamin sepenuhnya.
Pemeriksaan implan stapedius dan neural response telemetry (NRT) memastikan bahwa
CI telah berada pada tempat yang tepat.

13
7. Penyulit (Special Circumstance)
Terdapat beberapa penyulit yang dapat terjadi dalam pemasangan implan koklea. Kelainan
ringan seperti displasia koklea atau malformasi telinga bagian dalam mungkin termasuk Mondini’s
malformation dan saluran air vestibular yang membesar. Anak-anak yang mengalami kelainan
seperti ini dapat ditanamkan dengan teknik yang relatif standar dan mengalami hasil yang
sebanding dengan mereka yang memiliki CT normal. Kelainan cukup berat seperti rongga umum
tidak menghalangi implantasi koklea; Namun, teknik bedah dilakukan lebih rumit dan hasilnya
kurang dapat diprediksi.
 Osifikasi Koklea
Ketika osifikasi koklea ditemukan, berbagai pendekatan dapat digunakan untuk mencapai
penempatan elektroda yang memuaskan. Seringkali penghapusan hanya melibatkan
beberapa milimeter pertama dari putaran basal, yang dapat dihilangkan dengan bor atau
instrumen kecil lainnya. Dalam kasus ini, perangkat kemudian dapat sepenuhnya
dimasukkan. MRI sebelum operasi biasanya dapat memprediksi situasi ini. Untuk penyakit
yang lebih luas, ada pilihan lain, seperti penyisipan elektroda parsial, penyisipan ke dalam
scala vestibuli, atau pendekatan drill-out yang lebih rumit. Split elektroda (yaitu, dua
elektroda berbeda) telah dirancang sehingga satu elektroda dapat sebagian dimasukkan
dalam skala tympani dan yang kedua dapat dimasukkan dalam scala vestibuli atau lebih
jauh di sepanjang skala tympani.
 Malformasi Koklea
Malformasi koklea memberikan tantangan bedah lain. Semuanya, mulai dari menemukan
rongga hingga memasukkan dan menstabilkan elektroda mungkin bermasalah. Sayangnya,
elektroda yang dirancang khusus tersedia untuk memfasilitasi implantasi. Kebocoran CSF
harus diantisipasi dan mungkin perlu menyumbat tabung eustachius dan mengemas telinga
tengah.
 Implantasi Bilateral
Manfaat implantasi koklea bilateral baru-baru ini dipelajari. Secara khusus, peningkatan
lokalisasi suara dan pemahaman pembicaraan telah dicatat. Implantasi bilateral dapat
dilakukan beberapa bulan secara terpisah atau dilakukan dengan aman dalam satu
pengaturan. Ketika implan kedua ditempatkan, kauterisasi monopolar harus dihindari.

14
8. Follow Up Post Operasi Implan Koklea
1. Pengukuran Subyektif
Dahulu implant koklea dipandang sebagai percobaan, sekarang merupakan pengobatan
yang disetujui untuk gangguan pendengaran sensorineural pada pasien yang dipilih dengan
benar. Pada orang dewasa yang menerima implant sangat mendapat manfaat seperti
kembalinya kemampuan untuk berkomunikasi melalui telepon (dicapai oleh sekitar 60%
penerima implan) dan kemampuan untuk berkomunikasi tanpa perlu membaca bibir. Hasil
yang lebih sederhana termasuk mendengar suara lingkungan sekitar yang lebih baik.
Manfaat-manfaat lainnya yang telah dideskripsikan termasuk hilangnya sensasi berdenging
atau implan, dan peningkatan kualitas hidup yang dirasakan paska implantasi koklea
(dilaporkan sebanyak 96% penerima implan koklea).
Jarang dalam dunia kedokteran ada prosedur yang memiliki dampak positif yang sangat
besar pada kualitas hidup. Implan koklea berhasil memberikan manfaat bagi anggota tim
implan dan pasien. Namun, penting untuk menekankan bahwa hasil yang terlihat dengan
implantasi koklea sangat bervariasi baik dalam populasi pasien yang diberikan maupun di
antara kelompok yang berbeda. Beberapa implan telah terbukti berpengaruh pada tingkat
manfaat yang diperoleh pasca implantasi, yaitu:

Faktor-Faktor Terkait Dengan Hasil Yang Lebih Baik Dalam Implantasi Koklea

Dewasa dan Anak


1. Durasi tuli yang lebih pendek
2. Pengenalan kata atau kalimat sebelum operasi yang lebih baik (atau keduanya)
3. Mempunyai kemampuan membaca bibir
4. Tingkat kecerdasan yang lebih tinggi (IQ)
5. Penyebab tuli (misalnya, meningitis yang berhubungan dengan hasil yang buruk
6. Koklea intak dan tidak terjadi ossifikasi pada koklea
Faktor Tambahan pada Anak
1. Usia dini saat implantasi
2. Dukungan keluarga yang optimal
3. Menjalani pendidikan oral pra operasi implan
4. Menjalani pendidikan rehabilitasi oral sebagai pemicu dapat terjadinya
komunikasi yang lancar

15
2. Pengukuran Obyektif
a. Open-Set Sentence And Word Recognition Scores
Langkah obyektif yang lebih spesifik untuk melakukan penilaian pada orang dewasa
tuli postlingual setelah implantasi adalah dengan Open-Set Sentence dan Word
Recognition Scores. Berbagai laporan telah didapatkan, rata-rata skor untuk Open-Set
Sentence adalah 60-70% dan rata-rata skor untuk Word Recognition adalah 30-50%.
b. Penilaian pada Pediatri
Pada anak-anak, hasil memiliki variabilitas yang lebih besar dan lebih sulit untuk
diukur.
 Mainstream schooling
Tujuan umum (dan tujuan yang sering dicapai) untuk penerima 16mplant dalam
populasi anak yang sangat muda adalah untuk mencapai kemampuan komunikasi
yang cukup untuk memungkinkan anak dapat bersekolah di sekolah umum.
 Pemahaman kata-Penilaian obyektif pada anak tuli postlingual (minoritas anak-
anak tuli) yaitu menggunakan skor tes pemahaman kata, 3 tahun setelah implantasi
tercatat bahwa skor pemahaman kata mencapai setinggi 100%.

9. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implan Koklea


a. Tuli pre vs post lingual: Gangguan pendengaran post-lingual mengacu pada kehilangan
pendengaran setelah perkembangan bahasa lisan dasar. Gangguan pendengaran pre-lingual
terjadi sebelum pengembangan keterampilan bahasa dasar. Pasien tuli post-lingual
memiliki performa lebih baik dengan implan koklea daripada pasien tuli pre-lingual.
b. Lamanya tuli: Semakin lama pasien tidak mendengar sebelum menerima implan koklea,
semakin buruk hasilnya.
c. Sejarah amplifikasi: Telinga yang telah disuport secara konsisten dan yang baru disupoer
akan menghasilkan outcome lebih baik daripada telinga yang belum diamplifikasi baru-
baru ini.
d. Integritas struktur telinga bagian dalam: Malformasi koklea yang ada mungkin
memerlukan modifikasi implantasi konvensional dan hasilnya mungkin bervariasi.
e. Motivasi pasien dan keluarga.
f. Kondisi medis lain yang ada.

16
BAB 3
DAFTAR PUSTAKA

1. Lee K, Chan Y, Goddard J. Essential otolaryngology. 11th ed. New York: McGraw Hill;
2016;355-363.
2. Lalwani A. CURRENT Diagnosis & Treatment Otolaryngology--Head and Neck Surgery,
Third Edition. 2nd ed. Blacklick: McGraw-Hill Publishing; 2008;890-899.
3. Scholes M, Ramakrishnan V. ENT secrets. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016;249-255.
4. Adams G, Boies L, Higler P. BOIES Fundamentas Of Otolaryngology. 6th ed. Philadelphia:
W.B. Saunders; 1989;119-139.
5. Soepardi E, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hiidung
Tenggorok Kepala & Leher. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2012;23-30.
6. Lin H, Harris J, Roberts D. Cummings review of otolaryngology. Amsterdam: Elsevier;
2017;75-114.

17

Anda mungkin juga menyukai