Anda di halaman 1dari 23

TREND DAN ISSUE

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI DAN PERSARAFAN

Dosen Pengampu :

Mukhamad Rajin, S. Kep., Ns. M. Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Shintia Amelia Vernanda 7318004


2. Lisa Munika 7318008
3. Alna Apriliana 7318016
4. Ega Safira 7318020
5. Siti Maufiroh 7318024
6. Elfina Wahyuningtias 7318026
7. Imroatul Muta’fiah 7318028
8. Nadhira 7318039
9. Brian Handika Rama P. 7318040

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan mengenai “GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI DAN PERSARAFAN” dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.Oleh
karena itu, kami harap pembaca dapat memberikan saran serta kritik yang dapat memberikan
wawasan bagi kami. Kritik yang baik dari pembaca sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.

Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami semua, dalam
hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “GANGGUAN SENSORI DAN
PERSARAFAN”.

Jombang, 08 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cochlear implant (Cl) merupakan alat elektronik yang sebagiannya ditanam melalui
prosadur pembedahan dan sebagian lagi berada di luar lubuh, memiliki fungsi memperbaiki
proses mendengar dan komunikasi baik pada dewasa maupun anak-anak dengan ketulian
sensorineural berat (severe) hingga sangat berat (profound). Mula-mula gelombang suara
ditangkap oleh telinga luar kemudian dikonversi menjadi vibrasi mekanik oleh rantai tulang
pendengaran. Dalam telinga bagian dalam, koklea yang berisi cairan berperan dalam mengubah
vibrasi mekanik menjadi vibrasi dalam medium cair. Variasi tekanan dalam cairan koklea
memicu terjadinya perubahan posisi dari membran fleksibel yang disebut membran basilaris.
Sel-sel rambut melekat erat pada membran basilar membengkok sesuai dengan perubahan posisi
dari membran basilar dan memicu pelepasan bahan elektrokimiawi yang selanjutnya terjadi
potensial listrik pada sisi tersebut. Sel-sel saraf yang tereksitasi mengadakan komunikasi dengan
sistem saraf pusat dan mengirim infomasi sinyal akustik tersebut menuju otak. CI merupakan alat
elektronik yang mengambil alih fungsi sel-sel rambut koklea yang mengalami kerusakan ataupun
tidak terbentuk dengan cara memberikan stimulasi langsung pada serabut-serabut saraf yang ada.
Kandidat adalah pasien yang padanya akan dilakukan pemasangan CI. Sebelum memilih
kandidat perlu dilakukan evaluasi pendahuan berupa evaluasi medis, audiologis, psikologjs,
kognitif, dan sosiolosik serta ada tidaknya kontra indikasi. Terdapat beberapa kontra indiksi
pemasangan CI antara lain agenesis koklea kerusakan nervus koklearis, otitis media, penyakit
system saraf sentral. maupun kondisi medis yang tidak memungkinkan dilakukannya Tindakan
operasi. Komplikasi pemasangan CI dapat berkaitan dengan irisan kulit dan skin flap, tindakan
mastoidektomi dan kokleostomi, dan yang berkaitan dengan alat. Rehabilitasi pasca pemasangan
membutuhkan suatu tim ahli audiologi dan terapi wicara yang berpengalaman. (JKS 2008;
3:157- 165)
Akupuntur
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

I. TREND DAN ISSUE PERSEPSI SENSORI


A. Implan Koklea
1. Pengertian
Cochlear Implant (CI) merupakan atat elektronik yang sebagian ditanam melalui
prosedur pembedahan (komponen intemal) dan sebagian lagi berada di luar tubuh (komponen
ekstemal), yang memiliki fungsi memperbaiki proses mendengar dan komunikasi baik pada
dewasa maupun anak-anak dengan ketulian sensorineural berat (severe) hingga sangat berat
(profound).

2. Fisiologi Mendengar
Fisiologi mendengar merupakan sentral penelitian diciptakannya Cl. Simplifikasi dari
telinga manusia yang terdiri dari telinga luar, tengah, dan telinga dalam. Suara mengalami
serangkaian transformasi saat melewati bagian-bagian telinga tersebut hingga nervus
auditivus dan mencapai otak.
Mula-mula gelombang suara ditangkap oleh telinga luar kemudian dikohversi menjadi
vibrasi mekanik oleh rantai tulang pendengaran. Dalam telinga bagian dalam, koklea yang
berisi cairan berperan dalam mengubah vibrasi mekanik menjadi vibrasi dalam medium cair.
Variasi tekanan dalam cairan koklea memicu terjadinya perubahan posisi dari membran
fleksibel yang disebut membran basilaris.
Perubahan posisi ini akan memberikan informasi mengenai frekuensi sinyal akustik yang
ada saat itu. Frekuensi tinggi akan ditangkap pada basis koklea, sedangkan frekuensi rendah
ditangkap pada apeks koklea.
Sel-sel rambut melekat erat pada membran basilar membengkok sesuai dengan perubahan
posisi dari membran basilar dan memicu pelepasan bahan elektrokimiawi yang selanjutnya
terjadi potensial listrik pada sisi tersebut. Sel-sel saraf yang tereksitasi mengadakan
komunikasi dengan sistem syaraf pusat dan mengirim informasi sinyal akustik tersebut
menuju otak.

3. Cara Kerja alat CI


Cl rnerupakan alat elektronik yang mengambil alih fungsi sel-sel rambut koklea yang
mengalami kerusakan atsupun tidak terbentuk dengan cara memberikan stimulasi langsung
pada serabut.serabut syaraf yang ada.
Cl mengalami perkembangan sejak ditemukan tahun 1790. Pada tahun 1961, berhasil
dibuat Cl kanal tunggal (single channel cochlear implant) yang diterapkan pada penderia tuli
dan dapat dideteksi adanya suara (sound). Selanjutnya multichannel cochlear implant yang
merupakan penyempurnaan dari kanal tunggal berhasil dibuat pada rahun 1978. Pada tahun
1985 multichannel cochlear implant mendapat pengakuan dari FDA untuk digunakan pada
orang dewasa sedangkan penggunaan Nucleus 22-channel cochlear implant pada anak-anak
dimulai pada tahun 1990.
Secara umum, CI terdiri dari empat komponen utama yaitu mikrofon, unit pengolah
suara, sistem transmisi, dan eloktrode. Mikrofon, pengolah suara dan sebagian sistem
transmisi merupakan komponen ekstemal sedangkan deretan elektrode dan sebagian sistem
transmisi (penerima) merupakan komponen internal (ditanam). Mikofon berfungsi untuk
menangkap sinyal suara.
Selanjutnya sinyal suara tersebut dikonversi menjadi suatu sinyal elektrik oleh pengolah
suara dan dihantarkan oleh suatu sistem transmisi hingga berakhir pada sederetan elektrode
yang siap untuk menstimulasi serabut - serabut saraf. Stimulasi ini akan ditangkap oleh pusat
dengar di otak sebagai suara.

4. Macam - Macam Alat


CI merupakan satu dari beberapa macam alat implan. Adapun macam-macam alat implan
sendiri didasarkan pada karakteristik berikut :
a. Desain elektrode (jumlah elektrode, kofigurasi elektrode)
Desain elektrode berkaitan dengan penempatan elektrode, jumlah elektode,
orientasi elektrode terhadap jaringan yang dapat dirangsang, dan konfigurasi elektrode.
Tergantung dari jenis alat implan, maka elektrode dapat ditempatkan dekat
foramen rotundum koklea (ekstrakoklea), sebagian besar dalam skala timpani
(intrakoklea) atau pada permukaan nukleus koklearis.
Jumlah elektrode bervariasi menurut pabrik datr jenis alat implan. Pada
prinsipnya, semakin banyak jumlah elektrode semakin tinggi tingkat resolusinya. Namun,
pada kenyataannya sangat bergantung pada jumlah neuron yang tersisa dan sebaran
impuls yang ditimbulkan oleh stimulus listrik.
b. Tipe stimulasi (analog atau pulsative)
Pada tipe analog, stimulus listrik diteruskan pada semua elektrode sehingga
memberikan potensi terjadinya inteaksi antar kanal elektrode. Sedangkan pada tipe
pulsatif, stimulus listrik tertentu diteruskan pada elektrode tertentu pula (spesifik)
sehingga terjadi pemisahan antar kanal.
c. Sistem transmisi (transkutan atau perkuatan)
Pada transmisi transkutan, terdapat pemancar (bagian dari komponen eksternal)
dan penerima (bagian dari komponen intemal) yang dipisahkan oleh kulit. Sedangkan
pada transmisi perkutan, tidak terdapat pemancar dan penerima karena stimulus listrik
diteruskan langsung ke dalam kulit melalui colokan penghubung (plug connection).
d. Pengolah sinyal (waveform representation atau feature extraction)
Pengolah sinyal merupakan bagian yang paljng penting dalam memberikan
informasi bunyi yang diterima oleh pemakai alat implan.

5. Pemilihan kandidat dan evaluasi


a) Evaluasi pendahuluan
Kandidat adalah pasien yang padanya akan dilakukan pemasangan Cl. Sebelum
memilih kandidat perlu dilakukan evaluasi pendahuluan berupa evaluasi medis,
audiologis, psikologis, kognitif, dan sosiologik serta ada tidaknya kontra indikasi.
Evaluasi ini penting untuk turut menentukan optimalisasi manfaat/keberhasilan
pemasangan implan sehingga dapat menekan risiko kerugian yang dapat terjadi.
Evaluasi medis meliputi penilaian keadaan secaru umum (termasuk harapn hidup
dan kesiapan untuk dilakukan anestesi umum), usia pertama kali mengalami ketulian
(hearing loss), etiologi ketulian, penggunaan alat pembantu mendengar (APM) dan
komunikasi lisan, dan lama ketulian. Selain itu, perlu pula dievaluasi ada tidaknya otitis
media, riwayat operasi telinga atau fossa posterior sebelumnya, meningitis, trauma
kepala, terapi radiasi, serta penyakit - penyakit lain yang berpotensi mengganggu fungsi
pendengaran sentral.
Pemeriksaan penunjang sebelum dilakukannya pemasangan Cl meliputi
pemeriksaan laboratorium dan radiologis. Kadang-kadang juga dilakukan pemeriksaan
genetik. CT-scan merupakan pemeriksaan yang penting dan dianggap sebagai gold
standar guna memastikan anatomi koklea, membantu perencanaan teknik operasi, dan
menekan risiko tindakan operasi itu sendiri. Magnetic resonance imaging (MRI) berguna
dalam mengidentifikasi cairan koklea, Schwannoma vestibular, anatomi koklea dan
kecurigaan adanya proses patologi pada pendengaran sentral.
Pemeriksaan audiologis yang dikerjakan adalah audiometri nada murni,
audiometri tutur, dan bila perlu dilakukan pemeriksaan Auditory Brainstem-evoked
Response (ABR). Pada kasus ketulian kongenital yang mencurigakan adanya aplasia
nervus auditivus perlu dilakukan pemeriksaan ABR untuk memastikan keadaan tersebut,
dan apabila hasilnya masih menunjukkan adanya sisa serabut-serabut syaraf, maka tidak
menutup kemungkinan bahwa Cl dapat dimanfaatkan.

b) Indikasi
Kandidat yang dianggap memenuhi persyaratan seleksi ini adalah mereka dengan
ketulian sensorineural bilateral berat dan sangat berat (ketulian sebesar 90 dB atau lebih),
terbukti tidak terbantu oleh APM, dan pada pasien tuli post-lingual didapatkan skor 30%
atau lebih rendah pada pemeriksaan speech discrimation pada keadaan terpasang APM.
Anak-anak berusia dua tahun atau lebih dengan ketulian sensorineural bilateral sangat
berat juga merupakan kandidat.
Ketulian sangat berat didefinisikan sebagai kondisi ketulian sebesar 90 dB atau
lebih. Tingkat ketulian ini diperoleh dari mengukur rata-rata ambang dengar audiometer
nada murni pada frekuensi 500, 1000, dan 2000 Hertz.

c) Kontra Indikasi
Kontra indikasi terhadap pemasangan CI berkaitan dengan faktor keamanan dan
manfaat atau keberhasilan pemakaian CI itu serdiri. Terdapat beberapa kontra indikasi
pemasangan Cl antara lain agenesis koklea, kerusakan nervus koklearis, otitis media,
penyakit sistem saraf sentral, maupun kondisi medis yang tidak mcmungkinkan
dilakukannya tindakan operasi. Kerusakan nervus koklearis yang merupakan kontra
indikasi tersebut dapat disebabkan oleh fraktura tulang temporal, tindakan operasi pada
daetah fossa posterior atau terapi radiasi.

d) Prediksi Keberhasilan
Setiap pemasangan CI tentu diharapkan dapar memberikan hasil yang terbaik
pada pasien. Namun, harapan tersebut tidak boleh terlalu dibesar-besarkan pada saat
melakukan konseling pra pemasangan karena banyak hal yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pemasangan Cl itu sendiri.
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada keberhasilan pemakaian CI antara
lain :
a. Usia saat timbulnya ketulian
Usia saat timbulnya ketulian merupakan faktor kritis yang sangat berpengaruh pada
hasil akhir pemasangan CI. Pasien anak maupun dewasa yang pemah mengenal
percakapan sebelumnya (postlingual) akan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan mereka yang belum pernah mendengar/mengenal
percakepan (prelingual). Namun, perbedaan di antara anak-anak dengan postlingual
dan prelingual akan berkurang sesuai perkembangan waktu.
b. Usia saat tindakan operasi implantasi
Semakin muda usia kandidat semakin baik prediksi keberhasilan pasca pemasangan
CI. Hal ini disebabkan kondisi system pendengaran / persarafan yang masih elastis
(high plasticity). FDA mengijinkan pemasangan CI pada kandidat yang berusia dua
belas bulan. Sebelum usia dua belas bulan pemasangan CI memungkinkan untuk
dilakukan, tetapi harus disertai oleh pengamatan dan evaluasi yang ketat termasuk
ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan derajat ketulian, dan evaluasi
keberhasilan penggunaan APM sebelum beralih ke CI.
c. Lama Ketulian
Lama ketulian mempengaruhi keberhasilan pasca pemasangan CI. Semakin cepat
ketulian ditangani maka semakin baik. Oleh karena itu, proses adaptasi terhadap
sensori pendengaran pada umumnya masih baik. Namun, pada kasus sudden deafness
perlu diamati secara seksama derajat ketulian, menunggu kemungkinan kesembuhan,
dan pemakaian APM terlebih dulu sebelum memutuskan pemasangan CI.
d. Pendengaran sisa (residual hearing)
Tidak hanya pendengaran sisa secara praktis diidentikkan dengan ketulian sangat
berat dan tidak ada pengenalan terhadap percakapan. Penelitian masih terus dilakukan
untuk betul - betul membedakan antara pentingnya sensitivitas terhadap nada murni
dibandingkan dengan kemampuan komunikais secara umum.
e. Faktor elektrofisiologis
Keberadaan sel-sel ganglion spiralis sangat penting bagi kemampuan dengar
(auditory performance) dengan CI. Sekalipun kaitan antara jumlah sel ganglion yang
masih ada dengan kemampuan psikofisikal berhasil ditentukan pada binatang. tidak
demikian pada manusia sehingga penelitian mengenai hal tersebut masih terus
dilakukan. Pada binatang, stimulasi listrik dapat meningkatkan kemampuan sel
ganglion untuk tumbuh dan selaniutnya memodifikasi fungsi pendengaran sentral.
f. Fakor alat
Desain alat CI juga memberikan pengaruh pada hasil. Desain bervariasi menurut
penempatan. jumlah dan kaitan antara deretan elektrode, transmisi sinyal hingga
mencapai electrode, maupun cara stimulus diterima oleh pengolah bicara.
g. Faktor lain
Faktor-faktor pendukung lainnya perlu diperhatikan juga antara lain kemudahan
rehabilitasi pasca operasi, kecacatan lain yang menyertai, tingkat kecerdasan,
kemampuan berkomunikasi, dan tentunya dukungan dari keluarga maupun
lingkungan.

e) Pemilihan Telinga Yang Di Operasi


Sebelum pemasangan CI dilakukan penentuan telinga mana yang akan dilakukan
operasi. Pilihan pertama ditujukan pada telinga dengan pendengaran sisa yang lebih jelek.
Apabila kedua telinga memiliki pendengaran sama jelek, maka pilihan ditetapkan pada
telinga yang dengan ketulian didapat, durasi ketulian yang lebih pendek, gambaran
radiologis lebih baik atau pada lelinga yang memakai APM lebih Iama.

1. Prosedur pembedahan
Prinsip pembedahan pada pemasangan Cl sebagaimana prosedur pembedahan
pada umumnya, antara lain minimalisasi komplikasi, sesederhana mungkin, dan
efisiensi waktu. Prosedur pembedahan dilakukan dengan anestesi umum, biasanya
memakan waktu kurang dari dua jam dan waktu rawat inap kurang dari 24 jam.
Secara garis besar dilakukan mastoidekomi dan pendekatan timpanotomi
posterior (pada resesus fasialis). Skala timpani dibuka melalui kokleostomi pada
promontorium anteroinferior. Setelah endosteum koklea teridentifikasi dilakukan
pembukaan dengan jarum berdiameter satu milimeter. Sebelum insersi alat, dilakukan
lubrikasi dengan Healon (mengandung Natrium hyalurinat).
Insersi CI (deretan elektrode) dilakukan secara manual berlawanan dengan arah
jarum jam setelah mencapai kedalaman lima sampai sepuluh milimeter. Selaniutnya,
insersi lima belas milimeter dilakukan dengan bantuan penuntun (claw) agar
elektrode berjalan sepanjang dinding laterokaudal.
Setelah insersi elektrode selesai, dilakukan pemeriksaan refleks stapedius dan
neural response telemetry (NRT) untuk rnemastikan elektrode telah berada pada
tempat yang tepat.
2. Komplikasi
lmplantasi koklea merupakan tindakan operatif yang relatif aman dengan insiden
komplikasi antara 0,27% hingga 3%. Pengamatan yang lain menunjukkan adanya
penurunan insiden komplikasi dalam lima tahun (1994-1999) dari 11% menjadi 5%.
Pada anak-anak, insiden komplikasi lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda.
Sebagian besar komplikasi yang timbul berkaitan dengan insisi dan pembuatan
skin flap yang meliputi infeksi luka operasi, kegagalan penutupan luka operasi, dan
transmisi perkutan yang buruk. Komplikasi yang lain terkait operasi mastoidektomi
dan kokleostomi meliputi paralisa nervus fasialis. perdarahan sinus duramater, fistula
perilimfe, dan meningitis. Sedangkan komplikasi terkait alat antara lain patahnya
elektrode saat insersi alat, kerusakan intra koklea yang berat akibat insersi alat false
route elektroda keluar dari koklea, penempatan dereten elektroda yang kurang tepat,
dan kegagalan alat.
Sejumlah komplikasi yang dijumpai dapat juga dikelompokkan menjadi
komplikasi mayor dan minor. Ataupun komplikasi intra, peri atau pasca operatif.
Komplikasi mayor didefinisikan komplikasi yang membutuhkan revisi operasi
yang meliputi permasalahan skin flap, migrasi alat, dan kegagalan alat. Paralisa
fasialis juga sering dikategorikan dalam komplikasi mayor apabila membutuhkan
operasi korektif. Komplikasi minor akan rnembaik tanpa perlu tindakan operatif,
misalnya pada stimulasi listrik nervus fasialis yang dapat diatasi dengan
pemrograman alat. Infeksi ringan sekitar luka operasi maupun migrasi alat yang
minimal.
Selama operasi berlangsung dapat terjadi komplikasi antara lain lesi nervus
fasialis, kebocoran perilimfe, dan insersi elektrode yang kurang adekuat. Komplikasi
peri operatif utamanya berkaitan dengan penyembuhan luka operasi dan merupakan
komplikasi terbanyak pada anak-anak. Sedangkan komplikasi pasca operatif meliputi
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain
stimulasi nervus petrosus superfisialis mayor sehingga terjadi produksi air mata
berlebih dan stimulasi nervus fasialis yang dapat menimbulkan rasa nyeri (neuralgia).
Komplikasi jangka panjang meliputi kegagalan alat dan migrasi deretan elektroda.
Sekalipun demikian, angka kegagalan alat adalah kurang dari dua persen.
Berikut disampaikan beberapa jenis komplikasi yang didapatkan pada pemasangan
Cl.
a. Fistula perilimfe
Kejadian kehilangan keseimbangan dan vertigo setelah implantasi koklea
berkisar anlara l3% hingga 74% dimana sebagian besar mengalami resolusi
setelah mendapat terapi medik dan rehabilitasi vestibular.
Terdapat satu laporan kasus kehilangan keseimbangan yang persisten yang
disebabkan adanya fistula perilimfe pasca implantasi koklea. Setelah didahului
dengan evaluasi CT-scan dilakukan penutupan bekas kokleostomi dengan
periosteum dan otot melalui suatu eksplorasi telinga tengah yaitu timpanotomi
eksploratif.
b. Lesi nervus fasialis
Paralisa nervus fasialis merupakan komplikasi implantasi koklea yang
jarang. Suatu penelitian retrospektif pada 705 pasien pasca implantasi antara
tahun 1980 - 2002 didapatkan insiden sebesar 0.71% (lima pasien) dengat delayed
onset, bervariasi antara delapan belas jam hingga sembilan belas hari pasca
implantasi. Terapi medik yang diberikan adalah steroid (prednison dosis 1 mg/kg
selama sepuluh hari) dan kombinasi steroid-aotivirus (Vatasiklofir 3x500 mg/hari
selama l0 hari) dimana diperoleh pemulihan pada semua kasus setelah dua hingga
enam bulan pasca terapi. Pada anak-anak, insiden mencapai 0,5% dan risiko ini
dapat diperkecil dengan pemasangan monitor elektromiografi intra operatit'.
c. Meningitis
Meningitis pasca implantasi terjadi akibat infeksi yang menyebar lewat
cairan serebrospinal atau tindakan operasi yang kurang aseptis. Deretan elektrode
sendiri berpotensi sebagai jembatan penghubung penycbaran infeksi.
Ponelitian kohort di UK Kingdom pada tahun 2002 terhadap l85l anak dan
1779 dewasa pasca implantasi menunjuklan insiden meningitis yang tidak
berkaitan dengan implantasi itu sendiri. Dengan kata lain, disimpulkan bahwa
komplikasi meningitis tidak terjadi pada obyek penelitian tersebut.
d. Permasalahan peletakan komponen intemal CI
Salah penempatan (false route) pada kanalis karotis merupakan komplilasi
yang jarang dijumpai pada pemasangan Cl. Risiko lesi arteri karotis pada
kesalahan penempatan ini dikatakan minimal, yang jelas terjadi adalah kerusakan
alat. Identifikasi yang tepat letak koklea dan kokleostomi menghindari false
route, tetapi tetap tidak menjamin sepenuhnya. Pemerikaan refleks stapedius dan
neural response telemetry (NRT) memastikan bahwa CI telah berada pada tempat
yang tepat.

3. Rehabilitasi Pasien dengan CI


Dalam waktu tiga hingga empat minggu pasca pemasangan CI dilakukan
pemogaman alat untuk mendapatkan ambang dan keras suara yang nyaman bagi
pasien. Sebagai rangkaian rehabilitasi pasca implantasi adalah pemograman lanjutan,
penjelasan mengenai pemakaian alat, dan pemeliharaan komponen ekstemal.
Pada anak-anak proses pembelajaran secara intensif tentang bagaimana
mendengar dengan CI sangatlah penting dan hal ini membutuhkan suatu tim ahli
audiologi dan terapi wicara yang berpengalaman.
II. TREND DAN ISSUE PERSARAFAN
B. Akupuntur
1. Pengertian
Akupuntur (Bahasa Inggris: Acupuncture; Bahasa Latin: acus, "jarum" (k.benda), dan
pungere, "tusuk" (k kerja) atau dalam Bahasa Mandarin standard, zhēn jiǔ (針灸 arti harfiah:
jarum - moxibustion) adalah teknik memasukkan atau memanipulasi jarum ke dalam "titik
akupunktur" tubuh. Menurut ajaran ilmu akupunktur, ini akan memulihkan kesehatan dan
kebugaran, dan khususnya sangat baik untuk mengobati rasa sakit. Definisi serta
karakterisasi titik-titik ini di-standardisasi-kan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Akupunktur berasal dari Tiongkok dan pada umumnya dikaitkan dengan Obat-obatan
Tradisional Tiongkok. Bermacam-macam jenis akupuntur (Jepang, Korea, dan Tiongkok
klasik) dipraktekkan dan diajarkan di seluruh dunia.

2. Teori Akupuntur
Teori akupuntur yang berasal dari Pengobatan / Obat-obatan tradisional Tiongkok tidak
melalui penggunaan metode ilmiah, dan mendapat berbagai kritik berdasarkan pemikiran
ilmiah. Tidak ada basis anatomis atau histologis yang secara fisik bisa diverifikasi tentang
keberadaan titik akupunktur atau meridian (akupunktur).

3. Jenis Akupuntur
Terapi akupuntur atau tusuk jarum secara umum dibagi menjadi dua kategori, yakni :
a. Akupuntur medis yang digunakan untuk mengobati penyakit umum seperti gangguan
pencernaan, rematik, arthritis, gangguan hormonal, migrain, insomnia, keseleo, salah
urat, sakit pinggang, stroke, asam urat, liver, stroke, gangguan seksualitas dan lain-lain.
b. Akupuntur kecantikan atau kosmetik yang dikhususkan untuk menaikkan atau
menurunkan berat badan, menghilangkan jerawat dan flek hitam, mengurangi kerutan di
wajah, mengobati kebotakan atau kerontokan rambut dan sebagainya.

4. Mekanisme Akupuntur
Mekanisme kerja akupunktur dalam penyembuhan diuraikan sebagai berikut, titik
akupunktur yang jumlahnya kurang lebih 720 titik, merupakan daerah kulit yang banyak
mengandung banyak serabut-serabut syaraf. Stimulasi pada titik akupunktur akan merangsang
syaraf di titik tersebut dan akan mempengaruhi berbagai neurotransmitter (Zat Kimiawi Otak)
serta perubahan biofisika. Zat kimiawi otak inilah yang di percaya mampu menjaga
keseimbangan fisiologik tubuh dalam keadaan sehat maupun stress serta meninggikan imunitas
dan resistensi (kekebalan dan perlawanan ) tubuh terhadap penyakit.
Efek penusukan terjadi melalui hantaran saraf dan melalui humoral/endokrin. Secara
umum efek penusukan jarum terbagi atas efek lokal, efek segmental dan efek sentral :
a. Efek lokal.
Penusukan jarum akan menimbulkan perlukaan mikro pada jaringan. Hal ini
menyebabkan pelepasan hormon jaringan (mediator) dan menimbulkan reaksi rantai
biokimiawi.
Efek yang terjadi secara lokal meliputi dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas
kapiler, perubahan lingkungan interstisial, stimulasi nosiseptor, aktivasi respons imun
nonspesifik, dan penarikan leukosit dan sel Langerhans. Reaksi lokal ini dapat dilihat sebagai
kemerahan pada daerah penusukan.
b. Efek segmental / regional.
Tindakan akupunktur akan merangsang serabut saraf Aδ dan rangsangan itu akan
diteruskan ke segmen medula spinalis bersangkutan dan ke sel saraf lainnya, dengan demikian
mempengaruhi segmen medula spinalis yang berdekatan.
c. Efek sentral.
Rangsang yang sampai pada medula spinalis diteruskan pula ke susunan saraf pusat
melalui jalur batang otak, substansia grisea, hipotalamus, talamus dan cerebrum.
Dengan demikian maka penusukan akupunktur yang merupakan tindakan invasif
mikro akan dapat menghilangkan gejala nyeri yang ada, mengaktivasi mekanisme pertahanan
tubuh, sehingga memulihkan homeostasis.

5. Manfaat Akupuntur
a. Sesi akupunktur bekerja pada menghilangkan penyebab nyeri punggung kronis rendah,
arthritis dan nyeri lainnya. Pasien Oleh karena itu dapat mengalami kesehatan fisik secara
keseluruhan dan penyembuhan alami.
b. Manfaat akupunktur orang yang menderita gangguan insomnia dan tidur. Daripada
minum obat yang sebagian besar memiliki efek samping negatif pada sistem tubuh
lainnya, cara terbaik untuk mengobati kondisi tersebut adalah pengobatan akupunktur.
c. Akupunktur juga manfaat orang-orang yang di jalan melebihi kecanduan tertentu seperti
kecanduan alkohol, merokok kecanduan dan kecanduan narkoba.
d. Salah satu manfaat terbaik dari terapi akupunktur adalah bahwa hal itu memberikan
sebuah metode holistik pengobatan. Akupunktur menangani semua masalah kesehatan
dan gangguan. Needling titik akupunktur membantu dalam menghilangkan semua
kemungkinan penyebab penyakit tertentu dan menyembuhkan pasien secara efektif.
e. Beberapa orang tidak menderita penyakit apapun tetapi sering mengalami jatuh dalam
tingkat energi karena ketegangan dan kecemasan. Orang-orang ini bisa mendapatkan
keuntungan banyak dari terapi akupunktur. Akupunktur membuat pasien merasa bebas
dari stres dan lega dari kecemasan.
f. Akupunktur memperkuat sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan sirkulasi darah
tubuh. Oleh karena itu, membantu pasien dalam penyakit mencegah.
g. Pengobatan akupunktur benar-benar bermanfaat bagi orang yang mengalami sakit kepala
biasa dan migren. Karena akupunktur tidak memerlukan obat kuat sama sekali, itu akan
menjadi yang terbaik bagi pasien dalam mengurangi rasa sakit.

6. Efek samping
a. Efek Positif
Secara umum, akupuntur atau tusuk jarum dipercaya sangat berkhasiat bagi
kesehatan atau penyembuhan penyakit. Metode yang digunakan adalah dengan
menusukkan jarum-jarum halus pada titik-titik tertentu di permukaan tubuh. Dengan
metode ini, pasien akan mendapatkan beberapa efek samping akupuntur yang positif,
sebagai contoh;
a) Rasa nyeri berkurang
b) Daya tahan tubuh meningkat
c) Produksi hormon dapat dikendalikan
d) Kulit dan selaput lendir menjadi peka
e) Sirkulasi darah meningkat
f) Otot yang kaku dapat terelaksasi sempurna

b. Efek Negatif
Pada umumya, terapi akupuntur atau tusuk jarum tidak memiliki efek samping
yang berbahaya. Pada saat jarum ditusukkan ke kulit, rasa nyeri yang ditimbulkan tidak
terlalu mengganggu. Rasa nyeri, ngilu atau pegal yang ditimbulkan dikatakan sebagai
tanda terangsangnya sistem syaraf pasien. Kecil sekali kemungkinan adanya pendarahan,
terkecuali bagi mereka yang memang mengalami kelainan pada hemoglobin darah.
Bahaya infeksi yang kemungkinan timbul, dapat diminimalisir dengan
penggunaan jarum sekali pakai. Beberapa penelitian juga tidak menemukan adanya
bahaya yang dapat timbul berkenaan dengan penggunaan jarum atau terapi ini.
Setidaknya, fakta ini menunjukkan bahwa efek samping akupuntur yang berbahaya, yang
selama ini dpertanyakan, tidak terbukti.

7. Meridian Akupuntur
Meridian adalah jalur lalu lintas energi dalam tubuh. Dan sebagaimana lalu lintas, pada
meridian ada jalur/jalan, ada hambatan, ada persimpangan, ada titik awal, ada titik akhir dan
sebagainya. Jika jalan energi pada meridian lancar, maka akan tercipta keharmonisan dalam
tubuh, dan tubuh kita mampu melawan penyakit, sebaliknya jika terjadi hambatan pada
meridian maka akan muncul gangguan kesehatan.
Yang membedakan meridian dengan jaringan lain dalam tubuh adalah jaringan darah
dan syaraf dapat terlihat oleh mata, sedangkan jaringan meridian tidak terlihat walaupun
nyata. Dalam ilmu kedokteran modern, rahasia teori jalur energi meridian ini masih belum
terungkap karena saat ini belum ada alat yang bisa mendeteksinya, akan tetapi teori ini sudah
dibuktikan manfaatnya selama ribuan tahun.
Fenomena teori meridian mungkin sama dengan keberadaan nyawa pada mahluk hidup.
Keberadaan nyawa sangat penting bagi kehidupan tapi belum ada yang bisa mengungkap
rahasia keberadaannya. Jadi Keberadaan meridian belum dapat dibuktikan secara fisik
menurut ilmu kedokteran, walaupun riset telah menunjukkan bagaimana transmisi dari
informasi dari chi dapat berhubungan di bagian-bagian internal manusia.
Di dalam jalur meridian mengalir 2 macam arus energi yaitu energi "Yang"
(positif,panas) dan energi "Ying" (negatif,dingin). Manusia atau bagian tubuh manusia akan
sehat apabila arus energi yang melalui meridian terdapat keseimbangan antara arus energi
"Yang" dan arus energi "Ying". Kalau "Yang" dan "Ying" tidak seimbang maka manusia
akan terganggu kesehatannya atau sakit.
Kelebihan energi "Yang" akan menimbulkan gangguan atau sakit dengan gejala
kelebihan energi misalnya panas, kejang-kejang, rasa nyeri. Kelebihan energi "Ying" atau
kekurangan energi "Yang" akan menimbulkan gangguan atau sakit yang ditandai dengan
gejala kekurangan energi misalnya dingin, lumpuh, baal/mati rasa/anaesthesia.
Di titik-titik tertentu pada meridian terdapat pusat kontrol yang mengatur arus energi
"Yang" dan "Ying" untuk suatu bagian tubuh atau organ tertentu. Titik inilah titik yang
dikenal sebagai titik akupunktur. Apabila terdapat kelebihan energi "Yang" di suatu bagian
tubuh atau organ tertentu maka sinshe akan menusuk titik akupunktur untuk menghambat
aliran energi "Yang" sehingga tercapai keseimbangan antara energi "Yang" dan "Ying".
Apabila terdapat kelebihan energi "Ying" atau dengan kata lain kekurangan energi "Yang"
maka sinshe akan menusuk titik akupunktur lalu memutar-mutar jarum akupunktur untuk
merangsang energi "Yang" sehingga tercapai keseimbangan antara energi "Yang" dan
"Ying". Jadi yang dilakukan pada akupunktur adalah merangsang atau menghambat energi
"Yang".

a. Fungsi Meridian
Fungsi meridian antara lain:
a) Penghubung bagian tubuh sebelah atas dan tubuh sebelah bawah
b) Penghubung bagian tubuh sebelah kanan dan tubuh sebelah kiri
c) Penghubung organ-organ dalam dengan permukaan tubuh
d) Penghubung organ-organ dalam dan alat gerak
e) Penghubung organ-organ dalam dengan organ-organ dalam lainnya
f) Penghubung organ dalam dengan jaringan penunjang tubuh
g) Penghubung jaringan penunjang tubuh dengan jaringan penunjang tubuh lainnya.

Hubungan ini terbentuk menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang beraksi
bersamaan terhadap rangsangan yang berperan dalam pertahanan tubuh. Akan tetapi, jika
ada penyakit masuk ke dalam meridian, maka meridian bisa menjadi jalur penyakit untuk
menyebar dalam tubuh, karena itu kita harus merangsang titik-titik pada meridian untuk
mengusir penyakit.

b. Letak
Meridian terletak di dalam tubuh, letaknya bervariatif tergantung jalurnya. Jalur
meridian ada yang melewati sela-sela tulang, ada yang berada di sela-sela otot, dan
karena wujudnya yang tidak nyata ada juga yang menembus atau menyelimuti organ.
Sebagian organ ada yang muncul dekat dengan permukaan kulit.

c. Macam – macam meridian


Ada 12 meridian utama yang menghubungkan organ tubuh kita
a) Meridian Paru (di jalurnya ada 11 pasang titik akupunktur)
b) Meridian Usus Besar (di jalurnya ada 20 pasang titik akupunktur)
c) Meridian Lembung (di jalurnya ada 45 pasang titik akupunktur)
d) Meridian Limpa (di jalurnya ada 21 pasang titik akupunktur)
e) Meridian Jantung (di jalurnya ada 9 pasang titik akupunktur)
f) Meridian Usus Kecil (di jalurnya ada 19 pasang titik akupunktur)
g) Meridian Kandung Kemih (di jalurnya ada 67 pasang titik akupunktur)
h) Meridian Ginjal (di jalurnya ada 27 pasang titik akupunktur)
i) Meridian Selaput Jantung (di jalurnya ada 9 pasang titik akupunktur)
j) Meridian Tri Pemanas (di jalurnya ada 23 pasang titik akupunktur)
k) Meridian Empedu (di jalurnya ada 44 pasang titik akupunktur)
l) Meridian Hati (di jalurnya ada 14 pasang titik akupunktur)

Meridian lainnya antara lain:


a) Meridian Ren (di jalurnya ada 24 titik akupunktur)
b) Meridian Du (di jalurnya ada 28 titik akupunktur)

d. Perkembangan Akupuntur
Perkembangan selanjutnya dari akupunktur adalah :
1. Memasukkan obat melalui jarum dengan menggunakan jarum akupunktur yang
berlubang ditengahnya.
2. Menghubungkan jarum akupunktur dengan arus listrik lemah (arus DC)
3. Menekan titik akupunkture dengan jari atau benda tumpul (accupressure)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai