Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL PENGARUH INFORMED CONSENT PADA PASIEN BEDAH

SYARAF YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN NEUROANESTESI


TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

Dosen Pembimbing : Dr. Catur Budi Susilo, S.Pd, S.Kp, M.Kes

Disusun oleh kelompok 6 :

1. Sintia Cahya Wulandari (P07120318026)


2. Bunga Alam Syafira (P07120318027)
3. Kania Ratna Arimbi (P07120318028)
4. Mella Handayani (P07120318029)
5. Lucy Perlita Putri Mawarni (P07120318030)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi dan
merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap tubuh,
integritas dan jiwa seseorang.Tindakan pembedahan yang direncanakan
dapat menimbulkan respon fisiologis dan psikologis pada pasien.Rentang
respon akibat pembedahan tergantung pada individu, pengalaman masa
lalu, pola koping, kekuatan dan keterbatasan.Pasien dan keluarga
memandang setiap tindakan pembedahan sebagai peristiwa besar yang
dapat menimbulkan takut dan cemas tingkat tertentu. Respon psikologis
pada pasien dan keluarga tergantung pada pengalaman masa lalu, strategi
koping yang biasa digunakan, signifikasi pembedahan serta sistem
pendukung.
Pembedahan merupakan stressor yang dapat menimbulkan cemas
psikologik dan fisik. Pada pasien pre operasi yang terjadi karena pasien
tidak dapat mengekspresikan sesuatu yang tidak diketahui dan antisipasi
pada sesuatu yang tidak dikenal dan prosedur-prosedur yang mungkin
menyakitkan akan menjadi penyebab utama yang paling umum.
Kecemasan yang mereka hadapi dikarenakan ketidaktahuan pasien tentang
prosedur operasi, dampak operasi serta lingkungan asing bagi pasien.
Kecemasan merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan
kekhawatiran yang berlebihan terhadap berbagai peristiwa kehidupan
sehari-hari. Kecemasan yang dirasakan sulit dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala somatik, seperti ketegangan otot, iritabilitas,
kesulitan tidur dan kegelisahan (Utama, 2013).
Pada keadaan emergensi, informed consent tetap merupakan hal
yang penting walaupun prioritasnya diakui paling bawah. Prioritas yang
paling utama adalah tindakan menyelamatkan nyawa. Walaupun tetap
penting, namun informed consent tidak boleh menjadi penghalang atau
penghambat bagi pelaksanaan emergency care sebab dalam situasi kritis di
mana dokter berpacu dengan maut, ia tidak mempunyai cukup waktu
untuk menjelaskan atau berdiskusi sampai pasien benar-benar menyadari
kondisi dan kebutuhannya serta memberikan keputusan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh informed consent yang dilakukan pada pasien bedah
syaraf terhadap tingkat kecemasan?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dalam proposal ini adalah mengetahui pengaruh
informed consent pasien bedah syaraf dengan tingkat kecemasan
b. Tujuan khusus
a) Diketahuinya kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan
informasi tentang prosedur pembiusan.
b) Diketahuinya kecemasan pasien pre operasi setelah diberikan
informasi tentang prosedur pembiusan.
c) Diketahui perbedaan sebelum dan sesudah pemberian informasi
tentang prosedur pembiusan terhadap kecemasan pada pasien pre
operasi.
D. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
kemajuan di bidang ilmu keperawatan terutama tentang pengaruh
pemberian informasi prosedur pembiusan terhadap kecemasan pada
pasien pre operasi.
b. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Sebagai salah satu sumber bacaan untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa khusunya yang terkait dengan aplikasi pencegahan
kecemasan pasien pre operasi.
c. Bagi mahasiswa keperawatan anestesi
Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat anestesi dalam
melaksanakan praktik keperawatan anestesi pada tahap pre operasi
dalam pemberian informasi pada pasien pre operasi.

Anda mungkin juga menyukai