PENDAHULUAN
Keperawatan adalah individu yang sehat atau sakit dengan aktivitas yang
klien menjalani terapi yang diprogramkan dan menjadi mandiri dari bantuan
intraoperatif, dan pascaoperatif. Masing-masing dari setiap fase ini dimulai dan
keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses
dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik, biologis, dan psikologis sangat diperlukan
hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operatif karena mental
pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
1
integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres psikologis maupun
dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi (Asmadi 2009).
reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini sebagai respon antisipasi
pasien terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai suatu ancaman terhadap
Persiapan mental merupakan proses persiapan operasi karena mental pasien yang
tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Persiapan
mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga atau perawat. Persiapan mental
ini, dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani
Operasi merupakan suatu tindakan invasif dengan cara membuat sayatan atau
luka pada bagian tubuh yang bermasalah secara sengaja dengan tujuan untuk
menyembuhkan penyakit atau masalah pada tubuh yang dilakukan dengan terlebih
dahulu memberikan anastesi baik general maupun lokal kepada pasien. Operasi
terbagi atas operasi minor dan operasi mayor, operasi minor melibatkan sebagian
kecil pembedahan dari tubuh dan tidak menimbulkan resiko terlalu serius
2
sedangkan operasi mayor menimbulkan resiko yang serius karena melibatkan
sebagian besar perubahan pada tubuh (Uskenat, Puguh, & Solechan, 2012).
The World Bank menyatakan hingga tahun 2015 jumlah tindakan operasi
bedah di dunia terjadi sebanyak 4.511.101 per 100.000 populasi dengan benua
Australia yang menempati posisi tertinggi sekitar 28.907 per 100.000 populasi.
Data dari Wolrd Health Organization (WHO) tahun 2013 jumlah pasien yang
Tahun 2011 tercatat 140 juta jiwa pasien yang mengalami tindakan operasi di
3
4
Jumlah ini semakin meningkat pada tahun 2012 sebesar 148 juta jiwa. Kejadian di
urutan ke-11 dengan persentase 12,8%. Sepanjang tahun 2012 menurut data dari
angka hingga mencapai 1,2 juta jiwa. Prevalensi bedah mayor tercatat sebanyak
75 kasus yang dilakukan dalam tiga bulan. Lebih dari 60% bedah mayor terjadi
pada kasus bedah digestif (DEPKES, 2009 dalam Anggraeni, 2018; WHO, 2013;
Julianto, Romadoni, Astuti, 2014; Wicaksono, 2015 dalam Barus, Simanullang, &
Gea, 2018).
pengobatan. Operasi mayor memiliki beberapa derajat resiko bagi pasien yang
menimbulkan dampak atau pengaruh psikologis pada pasien yang akan dilakukan
operasi (Ahsan, Lestari, & Sriati, 2017). Respon psikologis yang timbul pada
tindakan operasi yang direncanakan antara lain kecemasan atau ketakutan (Bansal
kematian, kehilangan fungsi normal tubuh, menderita selama operasi, nyeri akibat
luka operasi, takut tidak akan bangun lagi setelah dianastesi, kehilangan organ
perubahan kebiasaan hidup, serta takut kehilangan pekerjaan (Cakir & Gursoy,
5
2017; Berhe, Lemma, Tawye, & Gebregzi, 2017). Kecemasan berlebihan apabila
tidak ditangani dengan benar akan mengaktifan sistem saraf otonom simpatis yang
energi yang besar dan menambah beban kerja jantung. Penggunaan anastesi lebih
banyak diperlukan selama operasi, serta masalah lain seperti hipotermi, dan
Data World Health Organization (WHO) tahun 2007 menyatakan bahwa 25,
1% atau 8.922 jiwa klien post operasi yang dirawat di unit perawatan intensif
dilakukan oleh Masood (2006), mengatakan bahwa 57,65% pasien pre operasi
besar pasien pre operasi mengalami kecemasan karena takut dengan pembiusan
salah satu tindakan yang dapat diterapkan pada kecemasan adalah dengan
perawatan kepada klien yang sakit dengan secara langsung, peran keluarga
dengarkan. Ada pula dukungan penilaian yaitu dukungan yang diberikan dalam
dalam masalah, memeri support, penghargaan dan perhatian. Seta keluarga juga
Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2018 di RSUD. Dr.
periode Januari hingga Oktober 2018 berjumlah 1.743 jiwa dengan kejadian
operasi paling banyak yaitu pada bedah ortopedi. Pada bulan September sampai
Oktober 2018 tercatat sebanyak 432 kasus bedah mayor dengan 86 kasus bedah
orthopedi, 36 kasus bedah anak, 60 kasus bedah umum, 66 kasus bedah gigi dan
mulut, 46 kasus bedah urologi, 46 kasus bedah plastik, 19 kasus bedah THT, 49
kasus bedah mata dan syaraf, dan 23 kasus bedah genekologi. Dari hasil
pengukuran kuisoner APAIS yang dilakukan di ruang bedah kepada 7 pasien yang
akan menjalani operasi didapatkan 2 orang dengan kecemasan ringan pada pasien
operasi urologi dengan jenis operasi orif tibia dan jenis srtriktur urea, 3 orang
dengan kecemasan sedang pada pasien yang akan operasi jenis 2 striktur urea dan
orif tibia, dan 3 orang dengan kecemasan berat pada pasien cancer mamae, cancer
RSUD Dr. Soedarso bahwa ada kasus pasien yang mengalami kecemasan dapat
diketahui dari tekanan darah meningkat, nadi meningkat, dan akral dingin.
Perawat biasanya menggunakan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk
menurunkan kecemasan pasien karena relaksasi napas dalam adalah yang paling
RSUD Dr. Soedarso bahwa pasien mengalami kecemasan karena suasana ruangan,
pengaruh dari pasien yang postoperasi dalam satu kamar, takut tidak dapat
keluarga pasien di ruang bedah RSUD Dr. Soedarso bahwa pasien biasanya
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Mayor di RSUD.
BAB II
dengan penutupan dan penjahitan luka (Susetyowati, dkk, 2010). Selain itu
atau membuat sayatan dengan sengaja pada bagian tubuh yang mengalami
maupun regional akan diberikan kepada pasien (Uskenat, Puguh, & Solechan,
2012).
suatu tindakan invasif bertujuan untuk pengobatan yang diawali dengan tindakan
yaitu.
a. Kedaruratan / Emergency
Pada pasien yang membutuhkan tindakan segera yang mengancam
obstrukti kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak
atau tusuk, luka bakar sangat luas (Smeltzer & Bare, 2013).
b. Urgensi
Pada pasien yang akan dilakukan penundaan operasi dalam rentang
waktu 24-30 jam seperti infeksi kandung kemih akut dan batu ginjal
perbaikan hernia (Potter & Perry, 2005; Taylor, Lillis, LeMone, & Lynn,
obstruksi arteri misalnya bypass arteri koroner (Potter & Perry, 2005).
12
c. Efektif
pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak
cangkok kulit, rekonstruksi payudara (Potter & Perry, 2005; Taylor, Lillis,
hip replacement (Potter & Perry, 2005; Taylor, Lillis, LeMone, & Lynn,
2008).
g. Kontruktif
13
Contohnya bibir sumbing, penutupan defek katup jantung (Potter & Perry,
2. Menurut faktor resiko operasi ada minor dan mayor, tergantung pada
keseriusan dari penyakit atau bagian tubuh yang terkena sulit dilakukan
kulit, operasi plastik, ekstraksi gigi (Parker M., et al., 2010; Potter &
Perry, 2005).
b. Bedah Mayor
Bedah Mayor adalah operasi yang melibatkan organ tubuh secara
hidup klien. Contoh operasi mayor bypass arteri koroner, reseksi kolon,
reseksi lobus paru, angkatan laring (Parker M., et al., 2010; Potter &
Perry, 2005).
praoperasi adalah waktu yang tepat untuk pendonoran darah untuk digunakan
14
dalam proses pembedahan dan mulai mengonsumsi zat besi, asam folat,
Dig14 \l 1057 ].
1) Persiapan Praoperasi
Pada tahap ini, semua perawat praktisi dan dokter harus mengetahui
riwayat medis pasien dan pengobatan yang sekarang pasien jalani, serta
PET, atau tes tingkat stres dapat dilakukan kepada pasien berdasarkan
15
individu itu sendiri (Smeltzer & Bare, 2013). Menurut Ahsan, Lestari,
& Sriati (2017) operasi mayor memberikan resiko besar yang harus
ketakutan muncul seperti takut tidak bangun lagi setelah anastesi, nyeri
citra diri dan konsep diri, serta kematian (Cakir & Gursoy, 2017).
16
nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan, atau secara aktif
mencari dukungan dari teman dan keluarga. Jika pasien merasa tidak
dan kehilangan fungsi fisik atau mental. Pikiran bahwa pasien tidak
dirinya mungkin memiliki harga diri yang rendah atau sedang menguji
2005).
d) Citra diri
Pembedahan yang melibatkan bagian tubuh yang luas
e) Sumber koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu
yang terlibat dalam proses pembedahan, pilihan alternatif dan risiko yang
pasien untuk diberikan obat secara IV secara cepat. Persiapan kulit dapat
19
pencukuran bagian yang akan dibedah. Akan dapat terjadi luka kecil atau
makanan di dalam usus sebelum tim bedah memotong usus besar ataupun
1057 ].
5) Pemindahan Pasien
Pada sebagian besar rumah sakit, klien lebih dulu masuk ke ruangan
pakaian, topi, dan alas kaki khusus ruang operasi sesuai dengan
berfokus pada asepsis dan perlindungan pasien. Dalam masa ini, tim
c. Periode Pascaoperasi
Setelah dioperasi, pasien memasuki masa pascaperasi. Pada masa ini,
proses selanjutnya. Tanda vital (denyut nadi, RR, dan TD) dicek
Dig14 \l 1057 ].
2) Pengkajian neurologis
Pengkajian neurologis dilakukan untuk memeriksa tingkat
melalui informasi dari pasien yang sadar, maupun secara obyektif dari
mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi akibat dari proses anastesi.
Kaji adanya distensi abdomen dan bising usus, Monitor drainase dari
\l 1057 ].
Hasil laboratorium juga diperlukan untuk melihat tingkat
hilang darah saat operasi, dan jenis operasi yang telah dilakukan
Bedah mayor adalah operasi yang biasanya membawa resiko bagi pasien
yang menjadlani pembedahan di bagian tubuh yang hilang yang akan berdampak
kecacatan dan terjadi perubahan bentuk tubuh. Bedah mayor juga dapat
menimbulkan trauma fisik yang luas dan resiko kematian yang sangat serius,
menimbulkan dampak atau pengaruh psikologi pada pasien preoperasi itu sangat
berbeda-beda respon nya namun yang dirasakan pada pasien preoperasi rasa takut
dan kecemasan yang umum yaitu takut dianastesi, takut nyeri pascaoperasi, takut
terjadi perubahan fisik menjadi buruk atau tidak berfungsi normal, takut mati
Bedah Mayor adalah operasi yang melibatkan semua rongga tubuh seperti
fungsi bagian dari jaringan tubuh (Guide, 2004). Bedah mayor adalah juga biasa
dilakukan pada pembedahan kepala, leher, dada dan perut. Pemulihan dapat dalam
waktu panjang dan dapat melibatkan perawatan intensif dalam beberapa hari di
rumah sakit. Pembedahan ini memiliki resiko komplikasi yang lebih tinggi setelah
24
pembedahan (Virgina, 2004). Bedah mayor juga sering dilakukan di salah satu
(craniotomy) dan dapat juga pada organ vital. Operasi yang biasanya dilakukan
dengan menggunakan anastesi umum di rumah sakit ruang operasi oleh tim
dokter. Setidaknya pasien menjalani perawatan satu malam di rumah sakit setelah
operasi. Bedah mayor biasanya membawa beberapa derajat resiko bagi pasien
hidup, atau potensi cacat parah jika terjadi suatu kesalahan dalam operasi.
Misalnya dalam sebuah prosedur operasi besar dapat terjadi perubahan signifikan
ke anatomi yang terlibat. Seperti dalam situasi di mana organ akan dihilangkan,
atau sendi yang dibangun dengan komponen buatan. Setiap penetrasi organ tubuh
dianggap sebagai operasi besar, seperti pembedahan ekstensif pada tulang pada
kaki. Bedah syaraf umumnya dianggap utama karena resiko kepada pasien.
kasrdiovaskular, dan transplantasi organ. Prosedur ini pasti membawa risiko bagi
2.3.1 Definisi
Kecemasan merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan,
khawatir, gugup, atau tidak nyaman tentang sesuatu dengan hasil yang
25
2013). Faktor yang berhubungan dengan pasien seperti usia, jenis kelamin,
1057 ].
Faktor yang terkait dengan prosedur seperti operasi besar, kronisitas
masalah, prosedur darurat dan tidak terjadwal, dan prosedur yang salah
selain itu kecemasan juga pada sebagian orang dianggap sebagai motivator
untuk berbuat sesuatu (Utama, 2013; Yanti Erlamsyah, & Zikra, 2013).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
dengan hasil yang belum pasti, ditandai dengan gejala seperti ketegangan
dan spesifikasi serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
(Prabowo, 2014).
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis terbagi menjadi 3 pandangan, yaitu :
a) Padangan psikoanalitik
Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara
3) Sosial budaya
Kecemasan dapat ditemukan di dalam keluarga. Terdapat hal
b. Faktor presipitasi
1) Ancaman integritas
Ancaman integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
(Sutejo, 2017).
orang
d. Mengalami gangguan pola tidur, mimpi buruk
e. Gangguan konsentrasi dan mudah lupa
f. Gejala somatik berupa rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
sering berkemih.
reflek. Salah satu contoh ketika terjadi kesulitan mendengar yang akan
(Suliswati, 2005).
d. Respon afektif
Respon pasien terhadap keemasan adalah mengekspresikan
2014).
2) Respon kognitif
31
(Prabowo, 2014).
3) Respon emosional
Respon emosional berupa tidak nyaman, mudah tersinggung,
(Prabowo, 2014).
d. Kecemasan berat sekali/Panik
1) Respon fisik
Respon fisik berupa flight, fight, atau freeze, ketegangan otot
(Prabowo, 2014).
2) Respon kognitif
Respon kognitif berupa persepsi sangat sempit, pikiran
(Prabowo, 2014).
33
pasien untuk memberi tanda pada suatu garis horizontal yang panjangnya
100 milimeter. Ujung sebelah kiri (angka 0) tidak ada kecemasan, untuk
dalam milimeter dari ujung kiri sampai titik yang ditandai oleh pasien
tahun 1970 untuk mengukur kecemasan. Kuesioner STAI terdiri dari dua
bentuk yang pertama untuk mengukur kecemasan trait dan yang kedua
diberi nilai oleh pasien sendiri mengenai bagaimana perasaan pasien pada
situasi khusus yang dihadapi. Setiap pernyataan di isi oleh pasien sendiri
menurut skala Likert 1-4. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisisn cukup
dengan skala Likert. Enam item APAIS dibagi menjadi 3 komponen yaitu
positif antara APAIS dan STAI. Pada studi penggunaan instrumen APAIS
(Firdaus, 2014).
Alat ukur ini terdiri dari 6 item kuesioner yaitu (Firdaus, 2014) :
a) Mengenai anastesi
35
1) Saya takut dibius (1= sama sekali tidak, 2= tidak terlalu, 3= sedikit, 4=
agak, 5= sangat).
3) Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang pembiusan (1= sama sekali
1) Saya takut dioperasi (1= sama sekali tidak, 2= tidak terlalu, 3= sedikit, 4=
agak, 5= sangat).
3) Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang operasi (1= sama sekali tidak,
(sinyal pengahantar saraf) disusunan saraf pusat otak (sistem limbic). Jenis
obat – obatan yang sering digunakan adalah obat anti cemas (anxiolytic),
salah satu benzodiazepin yang paling umum digunakan untuk tujuan ini
ditopang dalam posisi berbaring atau duduk di kursi. Hal utama yang
Teknik relaksasi gengam jari adalah cara mudah untuk mengelola emosi
terhadap hal lain agar orang tersebut lupa terhadap suatu masalah yang
dapat terjadi jika ada konflik dalam keluarga yang akan menghadapi
penderitaan fisik dan mental terutama pasien yang memiliki penerimaan diri
rendah, harga diri rendah. Putus asa, cemas, frustasi, tertekan an takut
individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga
seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan menghargai
sosial. Dalam semua tahap dukungan sosial keluarga dapat keluarga mampu
informasi, akses ke hubungan sosial dan peran sosial yang baru (Smeltzer &
Bare, 2013).
.
terhadap emosi.
– ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat
afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan
mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.
dengan stress.
2.4.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Liandi (2011)
sedang 6,67% didapat pada anak yang memperoleh dukungan tinggi (baik)
pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa
alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini menggunakan skala model likert
yang terdiri dari pernyataan dari empat alternatif 43 jawaban yaitu 1= tidak
1057 ]
2.6 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up. Penelitian ini
3.2.1 Populasi
subjek atau objek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
orang, Oktober dengan jumlah 210 orang, dan November dengan jumlah
184 orang.
3.2.2 Sampel
44
Sampel terdiri dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
digunakan.
Jumlah atau besaran sample yang dijadikan responden pada penelitian ini,
sesuai dengan hasil rumus sampel untuk populasi kecil atau kurang dari
N
n=
1+ N ( d) 2
45
Keterangan
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
N
Diketahui : n=
1+ N ( d ) 2
432
n=
1+ 432 ( 0,1 ) 2
n=81,2
n=81
Jadi, jumlah sampel pada penelitian ini adalah sejumlah 81 oraang responden.
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian. Stratified
Populasi penelitian terdiri dari 3 kelompok, yaitu ruang rawat inap kelas 1, ruang
46
58
Jumlah sampel rawat inap kelas1= ×81=10,87=11 responden
432
49
Jumlah sampel rawat inap kelas2= × 81=9,1=9 responden
432
329
Jumlah sampel rawat inap kelas3= × 81=61,6=61 responde n
432
Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
Kriteria ekslusi adalah kriteria tiap anggota populasi yang tidak dapat
a. Lokasi penelitian
47
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak.
b. Waktu penelitian
hubungan atau kaitan konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang
48
Operasi mayor
Praoperatif
Pascaoperatif
Intraoperatif
Respon fisik/fisiologis tubuh:
Kecemasan
1. kecemasan ringan
2. kecemasan sedang
3. kecemasan berat
Keterangan : 4. kecemasan berat/ panik
(Sumber : Pinandita, Purwanti, & Utoyo, 2012; Digiulio, Jackson, & Keough,
49
3.4.2 Variabel Dependen (Terikat)
dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada pasien pre
50
Dukungan Dukungan Kuesioner Kuesioner tentang Skor Ordina
Keluarga Keluarga adalah tentang dukungan kelurga <20= l
dukungan yang dukungan dalam bentuk rendah
diberikan keluarga kelurga yang pengukuran : 21-
dalam bentuk terdiri dari 15 1= Selalu 39=
dukungan pernyataan 2= sering sedang
penilaian,dukungan untuk melihat 3= kadang-kadang 40=
instrumental, dukungan 4= tidak pernah tinggi
dukungan keluarga
informasioal, dan
dukungan
emosional kepada
pasien pre operasi
mayor
Variabel Dependen
Kecemasan Kecemasan adalah Kuesioner Kuesioner, scoring 1-30 Interv
ketakutan tidak APAIS menggunakan skala al
jelas yang terjadi (Amsterdam yang ditetapkan
pada responden Pre Operative dalam alat ukur
pada saat akan Anxiety and APAIS yaitu:
dilakukan operasi Information Sangat (5), Lumayan
Scale) yang (4), Agak (3), Tidak
terdiri dari 6 terlalu(2),Tidak
pernyataan sama sekali (1).
untuk melihat
tingkat
kecemasan
3.6 Instrumen Penelitian
hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai bukti dari penelitian yang
51
dilakukan (Dharma, 2017). Penelitian ini akan dilakukan dengan instrumen
keluaarga (Liandi,2011).
digunakan dalam pengujian oleh peneliti ini adalah kuesioner APAIS yang
Kelompok penterjemah pertama terdiri dari 2 orang yang berasal dari suatu
dua terdiri dari 2 orang yang berasal dari Institusi Lembaga Bahasa
Universitas Indonesia.
52
Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan
yang sudah baku dan memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang baik.
tahun 2014 Hasil yang didapatkan adalah nilai r tabel = 0,632 dan hasil
adalah 0,77. APAIS merupakan alat praktis baru yang menjanjikan untuk
Donen, 2002).
53
seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007).
dengan menggunakan alpha = 5%, sehingga r tabel dalam uji validitas ini
sebesar 0,514. Jika r hitung > r tabel maka butir pernyataan dinyatakan
dan 2 pernyataan yang tidak valid yaitu soal nomer 9 dan 13, sehingga
keluarga merupakan alat ukur yang sudah baku dan memiliki nilai validitas
pernah dilakukan uji validitas oleh Lianti tahun 2011 dalam tesisnya.
harga reliabilitas dengan r tabel, apabila hasil hitung kurang dari r pada
54
derajat kemaknaan dengan taraf signifikan 5%, maka alat ukur tersebut
reliabilitas tinggi.
Soedarso Pontianak
disiapkan peneliti
55
dilanjutkan pengisian kuesioner dukungan keluarga dan hasilnya dicatat
oleh peneliti
Data yang telah terkumpul selama penelitian akan diolah dan disajikan
3.9.1 Editing
dan jelas. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
berikut :
a. Jenis kelamin
1 : Laki –laki
56
2 : Perempuan
b. Usia
1 : 17- 25 tahun
2 : 26-35 tahun
3 : 36-45 tahun
4 : 46-55 tahun
c. Pekerjaan
1 : Bekerja
2 : Tidak bekerja
d. Pendidikan
1 : SD
2 : SMP
3 : SMA/SLTA
e. Tingkat kecemasan
1 : Kecemasan ringan
2 : Kecemasan sedang
3 : Kecemasan berat
f. Dukungan Keluarga
1: Selalu
2: sering
3: kadang-kadang
4: tidak pernah
57
3.9.3 Scoring
0 : < 20 Ringan
1 : 21-39 Sedang
2 : > 40 Tinggi
3.9.4 Procesing
untuk diolah. Dalam entry data diperlukan ketelitian agar tidak terjadi bias.
3.9.5 Cleaning
58
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing
kecemasan pada pasien pra operasi, maka dilakukan tabulasi dan analisis
data dengan menggunakan uji statistik uji pearson. Uji pearson ini
digunakan apabila distribusi datanya normal, dan jika distribusi data tidak
59
prinsip etika dalam penelitian. Menurut Dharma (2015), beberapa prinsip-
3.11.1 Beneficence
peran keluarga.
3.11.3 Autonomy
maka tidak ada paksaan dari peneliti kepada responden serta tetap
60
menjadi subjek penelitian. Subjek yang setuju menjadi responden secara
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, Lestari, R., & Sriati. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kecemasan Pre Operasi Pada Pasien Sectio Caesarea Di Ruang Instalasi
61
Bedah Sentral Rsud Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Ejournal
UMM, 8(1), 1-12.
Anggraeni, R. (2018). Pengaruh Penyuluhan Manfaat Mobilisasi Dini Terhadap
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca Pembedahan Laparotomi.
Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(2), 107-121.
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Asmadi. (2009). Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta: Salemba Medika..
Bansal, T., & Joon, A. (2017). A Comparative Study To Assess Preoperative
Anxiety In Obstetric Patients Undergoing Elective Or Emergency
Cesarean Section. Anaesth, Pain & Intensive Care, 21(1) , 25-30.
Barus, M., Simanullang, M. S., & Gea, E. C. (2018). Pengaruh Progresif Muscle
Relaxation Terhadap Tingkat Kecemasan Pre Operasi Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2018. . Jurnal Mutiara Ners, 1(2), 98-108.
Berhe, Y. W., Lemma, G. F., Tawye , H. Y., & Gebregzi , A. H. (2017). Prevalence
And Associated Factors Of Preoperative Anxiety Among Elective Surgical
Patients At University Of Gondar Hospital. Gondar, Northwest Ethiopia,
2017. International Journal Of Surgery Open, 10, 1-23.
Boker , A., Brownell, L., & Donen , N. (2002). The Amsterdam preoperative
anxiety and information scale provides a simple and reliable measure of
preoperative anxiety . CAN J ANESTH, 49(8), 792-798.
Cakir , G., & Gursoy, A. (2017). The Effect Of Pre-Operative Distress On The
Perioperative Period. Journal Of Anasthesia & Intensive Care Medcine,
2(3), 1-3.
Carpenito. (2009) Diagnosa Keperawatan, aplikasi pada praktek klinis : Edisi 9.
Jakarta : EGC
Dahlan, S. (2012). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta:
Salemba Medika
Dharma, K. K. (2015). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans
Infomedia
Digiulio, M., Jackson, D., & Keough, J. (2014). Medical surgical nursing second
edition. Amerika Serikat: Mc Grew Hill.
Fawcett, J. (2017). Applying Conceptual Models Of Nursing : quality
improvement, research, and practice . New York: Company,LLC.
62
Firdaus, M. F. (2014). Uji Validasi Konstruksi dan Realibilitas Instrumen The
Amsterdam Preoperative and Information Scale (APAIS) Versi Bahasa
Indonesia. Tesis. tidak dipublikasikan.
Friedman,M.M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan
Praktek. Jakarta: EGC.
Guo, P. (2014). Preoperative education interventions to reduce anxiety and
improve recovery among cardiac surgery patients: a review of randomised
controlled trials. Journal of Clinical Nursing, 1-13.
Hidayat, A. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hill, R. Y. (2011). Nursing From The Inside-Out:Living and nursing from the
Huda, A. M. (2016). Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Qur’an
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak di RSD. Dr.
Soebandi Jember. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Liandi, R. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pre
Operasi pada Anak Usia Sekolah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Skripsi tidak dipublikasikan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiah.
Maryunani,A.(2014). Nyeri dalam persalinan " teknik dan cara penangananya".
Jakarta:Trans Info Media.
Mitchell, M. (2013). Anaesthesia type, gender and anxiety. Clinical Feature, ISSN
1750-4589, 23(3), 41-47.
Notoatmodjo, S. (2015). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
Nurbaeti, I. (2015). Efektivitas Dzikrullah Terhadap Penurunan Kecemasan dan
nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Ibu Promigravida. Jurnal Ners, 10(1),
30-37.
Nursalam. (2017). Metodelogi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktik.
Jakarta: Salemba Medika.
Nurwulan, D. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi Di Rsud
Sleman. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Parker , M., Bowers , S., Bray, J., Harris , A., Belli , E., Pfluke, J., et al. (2010).
Hiatal mesh is associated with major resection at revisional operation.
Surgical Endoscopy,24(12), 3095–3101.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Edisi 4, Volume 1, Alih Bahasa, Asih, Y., dkk.
Jakarta: EGC.
Pujianai, A., Kristyawati, S.P., Supriyadi. (2015). Jurnal Imu Keperawatan dan
Kebodanan (JIKK), 1-10.
63
Setiadi. 2008. Konsep Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu
Rahmayati, E., & Handayani, R.S. (2017). Perbedaan Pengaruh Terapi
Psikoreligius dengan Terapi Musik Klasik terhadap Kecemasan Pasien Pre
Operatif di RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal
Kesehatan, 8(2) , 191-198.
Rahmayati, E., Silaban, R. N., & Fatona, S. (2018). Pengaruh Dukungan Spritual
terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi. Jurnal Kesehatan,
9(1), 138-142.
Smeltzer & Bare B, G. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth, vol 1, edisi 8. Jakarta ; EGC.
Smeltzer & Bare B, G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth edisi 9. Jakarta ; EGC.
64
Utama, Hendra.(2013). Buku ajar psikiatri edisi 2. Jakarta: FKUI.
Vadhanan, P., Tripaty, D. K., & Balakrishnan, K. (2017). Pre-operative anxiety
amongst patients in a tertiary care hospital in India- a prevalence study.
Journal of Society of Anesthesiologists of Nepal, 4(1), 5-10.
Widyastuti, Y. (2013). Efektivitas Aromaterapi Lavender Dalam Menurunkan
Nyeri dan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Femur Di Rs
Ortopedi Prof. Dr.R Soeharso Surakarta. Prosiding Konferensi Nasional
PPNI Jawa Tengah 2013. 92-94.
Windartik, E., Yuniarti, E. V., & Akbar, A. (2017). Effectiveness of Relaxation
Handheld Finger Technique and Benson Relaxation to the Changes Level
of Post Operative Pain Sectio Caesarea in RSU Sakinah Mojokerto.
International Journal of Scientific Research and Management (IJSRM),
5(9), 7107-7111.
Yanti, S., Erlamsyah & Zikra. (2013). Hubungan Antara Kecemasan Dalam
Belajar Dengan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Konseling, 2(1),
283-288.
Yuliastuti, Christina. (2016). Effect Of Handheld Finger Relaxation On Reduction
Of Pain Intensity In Patients With Post-Appendectomy At Inpatient Ward,
Rsud Sidoarjo. International Journal Of Medicine And Pharmaceutical
Sciences (Ijmps), 5(3), 53-58.
Vadhanan, P., Tripaty, D. K., & Balakrishnan, K. (2017). Pre-operative anxiety
amongst patients in a tertiary care hospital in India- a prevalence study.
Journal of Society of Anesthesiologists of Nepal, 4(1), 5-10.
Widyastuti, Y. (2013). Efektivitas Aromaterapi Lavender Dalam Menurunkan
Nyeri dan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Femur Di Rs
Ortopedi Prof. Dr.R Soeharso Surakarta. Prosiding Konferensi Nasional
PPNI Jawa Tengah 20s13. 92-94.
Windartik, E., Yuniarti, E. V., & Akbar, A. (2017). Effectiveness of Relaxation
Handheld Finger Technique and Benson Relaxation to the Changes Level
of Post Operative Pain Sectio Caesarea in RSU Sakinah Mojokerto.
International Journal of Scientific Research and Management (IJSRM),
s5(9), 7107-7111.
Yanti, S., Erlamsyah & Zikra. (2013). Hubungan Antara Kecemasan Dalam
Belajar Dengan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Konseling, 2(1),
283-288.
Yuliastuti, Christina. (2016). Effect Of Handheld Finger Relaxation On Reduction
Of Pain Intensity In Patients With Post-Appendectomy At Inpatient Ward,
Rsud Sidoarjo. International Journal Of Medicine And Pharmaceutical
Sciences (Ijmps), 5(3), 53-58.
65
66
67
Lampiran 1
Lampiran 2
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini. Mahasiswa Program Studi Keperawatan
NIM : I1031151041
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi bedah mayor.
kecemasan.
proses penelitian. Calon reponden dapat bertanya lebih lanjut mengenai penelitian
ini secara langsung kepada peneliti atau lewat telepon 08981834302. Calon
responden juga memiliki hak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi serta
mengundurkan diri dalam penelitian ini. Jika bersedia menjadi responden, maka
Terimakasih
Peneliti
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jenis operasi :
penelitian ini dengan judul “Relaksasi Genggam Jari terhadap Tingkat Kecemasan
pada Pasien Pre Operasi Bedah Mayor di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak”.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya dan dengan
Pontianak, 2019
Nama Responden
( )
Kode Responden
70
Lampiran 4
Nama Inisial :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tanggal observasi :
sekali terlalu
tidak
1. Saya takut dibius
2. Saya terus-menerus memikirkan
tentang pembiusan
3. Saya ingin tahu sebanyak mungkin
tentang pembiusan
4. Saya takut dioperasi
5. Saya terus menerus memikirkan
tentang operasi
6. Saya ingin tahu sebanyak mungkin
tentang operasi
Keterangan :
Tidak terlalu :2
Sedikit :3
Agak :4
Sangat :5
Pontianak,
Mengetahui
Nama jelas
72
73
74