BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada
tubuh yang terdiri dari tiga fase: pre operatif, intra operatif, dan pasca operatif
(Kozier, Erb, Berman, Snyder, 2010). Menurut Muttaqin dan sari (2009), fase
praoperatif merupakan waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan.
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
bergantung pada fase ini. Tindakan operasi atau pembedahan merupakan
pengalaman yang bisa menimbulkan kecemasan, oleh karena itu berbagai
kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan pasien. Kecemasan
biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang harus
dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur
pembedahan dan tindakan pembiusan (Paryanto, 2009)
Kecemasan merupakan suatu kondisi kegelisaan mental, keprihatinan,
ketakutan, firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi
atau ancaman antisipasi yang tidak dapat di identifikasi terhadap diri sendiri
atau terhadap hubungan yang bermakna (Farida & Hartono, 2010).
Kecemasan merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari–
hari yang menggamnbarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik (Dalami & et al, 2009). Kecemasan merupakan
rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan ketidakamanan. Kecemasan pada pasien yang akan
dilakukan operasi biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing
yang harus dialami pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat
prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Pasien yang mengalami
1
2
Amerika Serikat menganalisis data dari 35.539 klien bedah dirawat di unit
perawatan intensif antara 1 Oktober 2003 dan 30 September 2006. Dari 8.922
pasien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan dan 2,473 klien (7%) mengalami
kecemasan (Safitri, 2015).
Hasil dari Kementrian Kesehatan Indonesia (2015) terkait tindakan
bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta pasien di dunia menerima pelayanan
bedah dimana setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat
kejadian yang tidak diinginkan yang bisa dicegah. Hasil survey yang
dilakukan oleh peneliti di RSUD Kota Madiun, rata–rata pasien operasi
sebanyak 430 setiap bulannya pada tahun 2016. Hasil penelitian dari
Fatmawati (2016), dengan menggunakan pengukuran HARS menunjukan
75% dari subyek yang diteliti mengalami kecemasan sebelum operasi. Hasil
penelitian dari Dewi (2012) dengan hasil gambaran tingkat kecemasan
responden sebelum diberikan aromaterapi inhalasi yaitu tidak ada responden
(0%) yang tidak cemas, sebanyak 22 responden (73%) mengalami cemas
ringan, 8 responden (27%) termasuk ke dalam kategori cemas sedang, dan
tidak ada responden (0%) yang mengalami cemas berat. Setelah diberikan
aromaterapi inhalasi sebanyak empat kali perlakuan, terjadi perubahan yang
signifikan pada tingkat kecemasan responden, dimana tingkat kecemasan
responden mengalami penurunan.
Pre-survey pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mulyawan
(2018) hasil wawancara didapatkan data dari petugas kesehatan atau (perawat)
di Ruang Kutilang, mengatakan beberapa dari tindakan operasi 80% biasanya
mengalami kecemasan pre operasi. Untuk mengurangi kecemasan pre operasi
di berikan informed concent tentang tindakan operasi yang akan dilakukan
tetapi tindakan itu dirasakan belum efektif untuk mengurangi kecemasan pre
operasi.
Pre-survey pada peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Melsa (2019)
jumlah pasien di RSUD Dr.H Abdoel Moeloek Provinsi Lampung didapatkan
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, apakah ada pengaruh
pemberian aromaterapi minyak essensial cytrus (orange) terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung 2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
aromaterapi minyak essensial cytrus (orange) terhadap penurunan
kecemasan pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi kecemasan pada pasien pre operasi sebelum
diberikan aromatherapy minyak essensial cytrus (orange) di ruang
bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi
mahasiswa atau calon perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
dengan memberikan aromatherapy minyak essensial cytrus (orange).
2. Manfaat Aplikatif
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan yang dapat digunakan
untuk merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya pada
pasien pre operasi sehingga dapat menjadikan aromaterapi minyak
essensial cytrus (orange) sebagai salah satu metode untuk menurunkan
kecemasan secara non-farmakologis terutama pada pasien pre operasi.
E. Ruang Lingkup
Peneliti ingin mengetahui Pengaruh Aromaterapi Minyak Essensial
Cytrus (Orange) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Pasien Pre
Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi di Ruang
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Desain penelitian
yang digunakan adalah desain pre experimental dengan rancangan (one-group
pre-post tes design). Desain ini disebut dengan istilah quasi experiment.
Observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah eksperiment.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep pembedahan
Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada
tubuh yang terdiri dari tiga fase yaitu pre operatif, intra operatif, dan pasca
operatif. Tiga fase ini secara bersamaan disebut periode perioperatif. Fase
praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat
dan berakhir ketika klien dipindahkan kemeja operasi (Kozier, Erb,
Berman, Snyder, 2010).
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambaarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperaatif” adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan perioperatif,
intra operatif, dan pasca operatif. masing–masing dari setiap fase ini
dimulai dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah, dan masing–masing mencakup rentang
perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik
keperawatan (Brunner & Suddarth, 2001).
2. Pra Operasi
Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan
dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan kemeja operasi. Aktivitas
keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain mengkaji klien,
mengidentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau aktual,
8
9
B. Konsep Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Stuart (2012) menyatakan
bahwa ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar–samar karena
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak
menentu dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang
akandatang dan membuat individu untuk siap mengambil tindakan
menghadapi ancaman.
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar–samar karena
adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons.
Sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan
takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan
merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil
tindakan untuk menghadapi ancaman (Sutejo, 2017).
3. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
4. Tingkat Kecemasan
Sutejo (2017), tingkat ansietas dibagi menjadi 4 yaitu.
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam hidup sehari–
hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan
perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecendrungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain.
d. Tingkat Panik
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa siteror, serta tidak
mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panic
meningkatkan aktivitas motoric, menurunkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta
kehilangan pemikiran rasional.
C. Konsep Aromaterapi
1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan
minyak essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik dan
psikologi agar seseorang menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial
memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus,
16
3. Bentuk–Bentuk Aromaterapi
Menurut Rafika (2013) bentuk–bentuk aromaterapi sebagai berikut.
a. Minyak Pijat Aromaterapi
Jenis ini memiliki wangi yang sama dengan bentuk aromaterapi yang
lain, hanya cara penggunaannya yang berbeda, karna jenis ini
digunakan untuk minyak pijat.
b. Minyak Essensial Aromaterapi
Jenis ini berbentuk cairan atau minyak. Penggunaan nya bermacam–
macam, namun umumnya digunakan dengan cara dipanaskan pada
tungku atau di teteskan ke dalam wadah/baskom yang berisikan air
hangat. Namun bisa juga dioleskan pada kain atau pada saluran udara.
c. Dupa Aromaterapi
Jenis ini awalnya hanya digunakan pada acara keagamaan tertentu,
namun seiring dengan perkembangan zaman, dupa kini sudah menjadi
bagian dari salah satu bentuk aromaterapi. Bentuknya padat dan
berasap apabila dibakar, biasanya digunakan untuk ruangan berukuran
besar atau ruang terbuka. Jenis dupa aromaterapi ini terdiri dari tiga
jenis, yaitu dupa aromaterapi panjang, dupa aromaterapi pendek, dan
dupa aromaterapi bentuk kerucut.
d. Lilin Aromaterapi
Ada dua jenis lilin yang digunakan, yaitu lilin untuk pemanas tungku
dan lilin aromaterapi. Lilin yang digunakan untuk memanaskan tungku
aromaterapi tidak memiliki wangi aroma, karena hanya berfungsi
untuk memanaskan tungku yang berisi minyak essensial oil.
Sedangkan lilin aromaterapi akan mengeluarkan wangi aromaterapi
jika dibakar.
e. Sabun Aromaterapi
Jenis ini bentuknya berupa sabun padat dengan berbagai wangi
aromaterapi, namun tidak hanya sekedar wangi saja. Tapi memiliki
18
4. Jenis–Jenis Aromaterapi
Wangi dan jenis yang dihasilkan oleh aromaterapi tersebut
memberikan dampak terapis yang berbeda. Berikut mengenai manfaat dari
setiap jenis aromaterapi.
a. Orange (Cytrus)
Dapat membantu mengurangi stress dan anti depresi, meningkatkan
mood, membuat rileks pikiran, dan perasaan segar.
b. Apel Hijau (Green Apple)
Dapat menyembuhkan mabuk dan diare, menguatkan system
pencernaan, menjernihkan pikiran dan meringankan gejala panas
dalam.
c. Lavender
Dapat membantu memudahkan tidur, meredahkan kegelisaan,
mengatasi masalah depresi, dan mengurangi perasaan ketegangan.
d. Kayu putih (Eucalyptus)
Dapat membantu untuk melegakan pernafasan, meringankan masalah
hidung sensitif, bronchitis, asma, batuk, pilek, demam, dan juga flu.
19
e. Citronella
Dapat mengurangi ketegangan, meredakan hidung tersumbat,
mengatasi insomnia, dengkur, dan migrain.
f. Cendana (Sandalwood)
Bermanfaat untuk menghilangkan rasa cemas dan aromanya
bermanfaat untuk meditasi
g. Bunga Kenanga (Ylang–Ylang)
Dapat berguna untuk meringankan tekanan darah tinggi, mengeluarkan
sebum pada kulit. Memiliki aroma yang menyegarkan, membangkitkan
suasana, mengurangi sakit perut, ketegangan, dan menyembuhkan sakit
kepala.
h. Bunga Mawar (Rose)
Berguna untuk menciptakan suasana romantic dan penuh gairah,
memperbaiki metabolisme dan system peredaran darah,
menyeimbangkan hormone, meringankan kepekaan kulit sensitif, dan
alergi.
i. Dandelion
Berfungsi mengobati sakit sendi, maslah ginjal, kantung kemih,
hepatitis, penyaringan darah, mengatasi masalah pencernaan, dan juga
efek untuk menyembuhkan sengatan lebah.
j. Chammomile
Dapat digunakan untuk menenangkan dan mengakhiri stress, membuat
tidur menjadi lebih nyenyak.
3. Berendam
Metode cara ini menggunakan aromaterapi dengan cara menambahkan
tetesan minyak essensial ke dalam air hangat yang digunakan untuk
berendam. Dengan menggunakan cara ini efek minyak essensial akan
membuat perasaan menjadi lebih rileks, dapat menghilangkan nyeri dan
pegal, dan memberikan efek kesehatan.
4. Kompres
Penggunaan melalui kompres membutuhkan sedikit minyak
aromaterapi. Kompres hangat menggunakan minyak aromaterapi dapat
digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeri perut. Kompres
dingin yang mengandung minyak lavender dapat digunakan pada bagian
perineum saat persalinan.
7. Manfaat Aromaterapi
Dengan perkembangan jaman, memberikan pembuktian lebih mengenai
manfaat dari penggunaan aromaterapi. Manfaatnya tidak hanya sekedar
wewangian yang dapat menyembuhkan penyakit, tetapi dapat juga sebagai.
a. Membersihkan racun dalam tubuh
b. Meringankan pikiran dan mengurangi rasa stress.
c. Peningkatan memori jangka panjang
d. Membangkitkan semangat
e. Meningkatkan kekebalan tubuh baik secara jasmani maupun rohani
f. Mencegah insomnia
g. Membersihkan udara dan penangkalan kuman
h. Pencegahan rambut rontok
i. Pencegahan dingin dan flu pada balita
j. Mengurangi eksim gatal.
D. Penelitian Terkait
Menurut (Primadiati, Rachmi, 2002), sweet orange termasuk dalam
kelas cytrus yang meliputi nevel, jaffa, valencia, seville, atau jeruk manis
biasa. Dapat digunakan untuk merangsang nafsu makan. Pada aromaterapi
digunakan untuk mengatasi masalah pernafasan dan saluran cerna tetapi bisa
juga sebagai tonikum pada mereka yang mengalami depresi atau kecemasan.
Wiji Astuti dkk (2015) dengan judul Pengaruh Aromaterapi Bitter
Orange (Citrus Aurantium) terhadap Nyeri dan Kecemasan Fase Aktif Kala
23
E. Kerangka Teori
Pasien pre operasi yang akan dilakukan tindakan operasi biasanya mengalami
kecemasan, adapun respon kecemasan yang dirasakan seperti kecemasan ringan,
sedang, berat, serta panik. Kecemasan pasien pre operasi disebabkan berbagai
faktor seperti, faktor predisposisi dan presifitasi. Oleh karena itu berbagai
kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan pasien. Kemudia
pasien yang mengalami kecemasan akan diberikan Aromaterapi Minyak
24
Essensial Cytrus (Orange) dengan cara Inhalasi untuk mengetaui berkurang atau
tidaknya kecemasan pasien yang mengalami kecemasan pre operasi. Seperti dapat
disimpulkan pada kerangka teori dibawah ini.
Pre Operasi
Faktor Predisposisi :
- Biologis = Cemas
Rentang Respon
operasi, gangguan fisik,
Kecemasan
menurunkan kapasitas
untuk mengatasi 1. Kecemasan Ringan
stressor. 2. Kecemasan Sedang
- Psikologis = Takut akan 3. Kecemasan berat
kelainan bentuk tubuh, 4. Kecemasn Panik
pengalaman masa lalu.
- Sosial = Pengetahuan,
dukungan, sosial
Aromaterapi
ekonomi.
Manfaat Aromaterapi :
Cara Penggunaan : Tidak
Meringankan pikiran, Berkurang
menguran rasa stress dan Inhalasi (Penguapan)
kecemasan.
Sumber: (Kozier & Synder, 2010), Stuart & Laraia (2005), (Rafika, 2013)
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2018). Berdasaran konsep diatas, maka penulis membuat kerangka konsep
sebagai berikut.
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pernyataan peneliti.
Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah suatu rancangan penelitian untuk menentukan
subyek penelitian. Jenis penelitian dibagi menjadi dua yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif
karena, penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah. Oleh karna itu
peneliti menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti,
berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip analisa,
menggunakan hipotesa, menggunakan ukuran objektif dan menggunakan data
kuantitatif dan yang di kuantitatifkan (Notoadmojo, 2018). Dalam penelitian
ekperimen atau percobaan, peneliti melakukan percobaan atau perlakuan
terhadap variabel independen kemudian mengukur akibat atau pengaruh
percobaan tersebut pada variabel dependen.
01 X 02
26
25
27
Keterangan
01 pretest
X perlakuan
02 post test
D. Subyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari suatu objek yang nantinya
akan dijadikan objek peneliti (Arikunto, 2014). Populasi peneliti ini
seluruh pasien pre operasi yang di rawat di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung sebanyak 60 responden.
2. Sampling Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sample pada penelitian ini adalah pasien pre
operasi. Agar karakteristik sample tidak menyimpang maka perlu kriteria
inklusi dan eksklusi (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dan eksklusi
dalam penelitian ini, antara lain.
a) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah.
Kriteria inklusi merupakan suatu kriteria atau ciri–ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota yang dapat diambil sebagai sample
(Notoatmodjo, 2018).
1. Pasien pre operasi
2. Pasien dengan kesadaran penuh
3. Pasien dengan semua jenis pembedahan
28
E. Teknik Sampling
Pada penelitian ini, peneliti mengambil menggunakan teknik non random
sampling dengan pendekatan purposive sampling. Didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdsarkan sifat-sifat
yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2018).
𝑧²1−∝/2. 𝑃(1 − 𝑃)𝑁
𝑛=
d2 (N − 1)
+ z 2 1−∝/2. 𝑃(1 − 𝑃)
1,96.0,5(1 − 0,5). 60
𝑛=
(0,05)2 (60 − 1) + 1,96.0,5(1 − 0,5)
29,4
𝑛=
0,1475 + 0,49
29,4
𝑛=
0,6375
𝑛 = 46,11
Keterangan :
N = Populasi
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki oleh satuan peneliti tentang suatu konsep pengertian tertentu,
misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010)
1. Variabel Terkait (Dependen)
Variabel terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel terkait
adalah kecemasan pasien pre operasi
2. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau dianggap
menentukan variabel terkait. Pada variabel bebas di penelitian ini yaitu
Aromaterapi Minyak Essensial Cytrus (Orange) dengan Inhalasi.
G. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2018). Definisi operasional digunakan untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel–variabel diamati atau
diteliti. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan variabel–variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument alat–alat ukur.
30
Table 1.
Definisi Operasional
Variabel Aromaterapi - - - -
bebas : cytrus
Aromaterapi (orange) yang
Cytrus digunakan
(Orange) dalam bentuk
minyak
essensial oil,
yang diberikan
pada pasien
pre operasi H-
1 dengan
metode
inhalasi.
Variabel Tingkat Observasi Lembar - Skala Ratio
terkait : kecemasan mengukur observasi kecemasan
Tingkat pada pasien skala Amsterdam sebelum
kecemasan pre operasi kecemasan Preoperative dilakukan
pasien sebelum dan Anxiety and pemberian
sebelum dan sesudah Information aromaterapi
sesudah diberikan Scale cytrus
diberikan aromaterapi (APAIS) (Orange)
aromaterapi cytrus (orange) - Skala
cytrus yang diukur kecemasan
(orange) minimal 6 jam sesudah
sebelum diberikan
pembedahan aromaterapi
cytrus
(Orange)
- Skor 4-8 =
kecemasan
ringan
- Skor 9-14 =
kecemasan
sedang
- Skor 15-20=
kecemasan
berat
31
H. Pengumpulan Data
a. Instrument Pengumpulan Data
Menurut Notoatmodjo (2018), instrument penelitian adalah alat – alat
yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrument penelitian ini
dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formuli observasi, formulir –
formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Notoatmodjo, 2010). Secara umum pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dngan mengukur penurunan kecemasan sebelum dilakukan dan
setelah dilakukan pemberian aromaterapi minyak essensial cytrus
orange), kemudian ukur kembali kecemasan setelah dilakukan pemberian
aromaterapi minyak essensial cytrus orange).
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menerapkan etik penelitian menurut
(Notoatmodjo, 2010) yaitu.
a. Persetujuan riset (Informed Concent)
Informed concent merupakan proses pemberian informasi yang cukup
dapat dimengerti kepada responden mengenai partisipasinya dalam suatu
penelitian. Peneliti memberikan informasi kepada responden tentang hak–
hak dan tanggung jawab mereka dalam suatu penelitian dan
mendokumentasikan sifat kesepakatan dengan cara menandatangani
lembar pesetujuan riset bila responden bersedia diteliti, namun apabila
responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa.
b. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti harus menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden
dan tidak menyampaikan kepada orang lain. Identitas responden dibuat
32
kode, hasil pengukuran hanya peneliti dan kolektor data yang mengetahui.
Selama proses pengolahan data, analisis dan publikasi identitas responden
tidak diketahui oleh orang lain.
c. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Peneliti akan memberikan informasi yang sebenar–benarnya yang
responden alami sehingga hubungan antara peneliti dan responden dapat
terbina dengan baik dan penelitian ini berjalan sesuai tujuan.
d. Beneficience
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.
e. Nonmaleficience
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Apabila
responden dengan terapi ini menimbulkan ketidak nyamanan maka
responden berhak untuk menghentikan terapi. Peneliti juga akan
membatasi responden sesuai kriteria inklusi.
2. Scoring
Peneliti melakukan penelitian kecemasan responden sebelum dan
sesudah diberikan intervensi dengan mengukur tingkat kecemasan
menggunakan kuesioner APAIS dengan skor 4-20 dengan klasifikasi
4-8, 9-14, 15-20. Menyatakan semakin buruk tingkat kecemasan
responden.
3. Processing
Pada proses ini peneliti memasukan data–data hasil dari penelitian
pada program komputerisasi, data–data hasil penelitian yang dibuat
dalam bentuk pengelompokan data.
4. Cleaning
Setelah semua data dilakukan analisis, kemudian data dicek kembali
untuk melihat adanya kesalahan–kesalahan dan ketidak lengkapan
kemudian dilakukan koreksi.
b. Analisa Data
Menurut Notoatmodjo (2010), analisa data ada 2 jenis yaitu univariat dan
bivariate, dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Anlisis
univariat dalam penelitian ini adalah penurunan skala kecemasan pada
pasien pre operasi yang dikumpulkan dengan lembar observasi
kemudian dihitung dengan menggunakan nilai mean, median, dan
standar deviasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariate adalah analisis yang digunakan terhadap dua
variabel yang digunakan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkoreksi (Notoatmodjo, 2018). Analisis bivariate
34