Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada
tubuh yang terdiri dari tiga fase: pre operatif, intra operatif, dan pasca operatif
(Kozier, Erb, Berman, Snyder, 2010). Menurut Muttaqin dan sari (2009), fase
praoperatif merupakan waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan.
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
bergantung pada fase ini. Tindakan operasi atau pembedahan merupakan
pengalaman yang bisa menimbulkan kecemasan, oleh karena itu berbagai
kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan pasien. Kecemasan
biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang harus
dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur
pembedahan dan tindakan pembiusan (Paryanto, 2009)
Kecemasan merupakan suatu kondisi kegelisaan mental, keprihatinan,
ketakutan, firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan terjadi
atau ancaman antisipasi yang tidak dapat di identifikasi terhadap diri sendiri
atau terhadap hubungan yang bermakna (Farida & Hartono, 2010).
Kecemasan merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari–
hari yang menggamnbarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik (Dalami & et al, 2009). Kecemasan merupakan
rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan ketidakamanan. Kecemasan pada pasien yang akan
dilakukan operasi biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing
yang harus dialami pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat
prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Pasien yang mengalami

1
2

kecemasan menunjukan gejala mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu,


mudah menangis dan tidur tidak nyenyak (Stuart & Gail W, 2006).
Kecemasan pasien pre operasi disebabkan berbagai faktor, salah satunya
adalah faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam mengaplikasikan
pencegahan ansietas pada pasien pre operasi elektif di Ruang Bedah. Pasien
banyak mengeluh dan bertanya, kapan mereka di operasi (Paryanto, 2009).
Kecemasan yang dialami pasien mempunyai bermacam–macam alasan
diantaranya adalah cemas karena menghadapi ruangan operasi dan peralatan
operasi, cemas menghadapi body image, yang berupa cacat anggota tubuh,
cemas takut mati saat dibius, cemas bila operasi gagal ataupun cemas masalah
biaya yang membengkak (Sawitri & Sudaryanto, 2008).
Menurut (Rondhianto, 2008), Efek kecemasan pada pasien pre operasi
berdampak pada jalannya operasi. Sebagai contoh, pasien dengan riwayat
hipertensi jika mengalami kecemasan maka akan berdampak pada sistem
kardiovaskuler yaitu tekanan darahnya akan tinggi sehingga operasi
dibatalkan. Pada wanita efek kecemasan dapat mempengaruhi menstruasinya
menjadi lebih banyak, itu juga memungkinkan operasi ditunda sehingga
pasien benar–benar siap untuk menjalani operasi (Suprihadi, 2015).
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi, dan
3,6% dari gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih
dari 18% antara tatun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar
kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami oleh orang–
orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah
(WHO, 2017).
Hampir sebagian besar pasien pre operasi mengalami kecemasan karena
menganggap tindakan operasi merupakan pengalaman yang menakutkan.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2007,
3

Amerika Serikat menganalisis data dari 35.539 klien bedah dirawat di unit
perawatan intensif antara 1 Oktober 2003 dan 30 September 2006. Dari 8.922
pasien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan dan 2,473 klien (7%) mengalami
kecemasan (Safitri, 2015).
Hasil dari Kementrian Kesehatan Indonesia (2015) terkait tindakan
bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta pasien di dunia menerima pelayanan
bedah dimana setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat
kejadian yang tidak diinginkan yang bisa dicegah. Hasil survey yang
dilakukan oleh peneliti di RSUD Kota Madiun, rata–rata pasien operasi
sebanyak 430 setiap bulannya pada tahun 2016. Hasil penelitian dari
Fatmawati (2016), dengan menggunakan pengukuran HARS menunjukan
75% dari subyek yang diteliti mengalami kecemasan sebelum operasi. Hasil
penelitian dari Dewi (2012) dengan hasil gambaran tingkat kecemasan
responden sebelum diberikan aromaterapi inhalasi yaitu tidak ada responden
(0%) yang tidak cemas, sebanyak 22 responden (73%) mengalami cemas
ringan, 8 responden (27%) termasuk ke dalam kategori cemas sedang, dan
tidak ada responden (0%) yang mengalami cemas berat. Setelah diberikan
aromaterapi inhalasi sebanyak empat kali perlakuan, terjadi perubahan yang
signifikan pada tingkat kecemasan responden, dimana tingkat kecemasan
responden mengalami penurunan.
Pre-survey pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mulyawan
(2018) hasil wawancara didapatkan data dari petugas kesehatan atau (perawat)
di Ruang Kutilang, mengatakan beberapa dari tindakan operasi 80% biasanya
mengalami kecemasan pre operasi. Untuk mengurangi kecemasan pre operasi
di berikan informed concent tentang tindakan operasi yang akan dilakukan
tetapi tindakan itu dirasakan belum efektif untuk mengurangi kecemasan pre
operasi.
Pre-survey pada peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Melsa (2019)
jumlah pasien di RSUD Dr.H Abdoel Moeloek Provinsi Lampung didapatkan
4

informasi kejadian pembedahan di Ruang Mawar dalam setahun sebanyak 723


pasien. Rata-rata pasien pre operasi mengalami kecemasan akan operasi yang
dijalani, sehingga pasien sulit untuk tidur dan beristirahat karena kecemasan
yang dirasakan. Perawat yang bekerja di RSUD Dr.H Abdoel Moeloek
melakukan beberapa tindakan untuk mengurangi kecemasan agar levih rileks
seperti mengurangi jumlah pengunjung pada jam istirahat, memberikan
penyuluhan tentang tindakan operasi, memberikan obat tidur.
Hasil penelitian Rahmayati dan Handayani (2017) menyimpulkan
kecemasan yang muncul pada pasien pre operatif umumnya disebabkan oleh
kekhawatiran akan tindakan pembiusan, suasana kamar operasi dengan
berbagai peralatan, nyeri, risiko kececatan atau kematian meskipun pasien
telah diberikan penjelasan pada saat informed concent dan penandatanganan
surat izin operasi (Handayani & Rahmayati, 2018).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mulyani (2008), menunjukan yang
mengalami kecemasan ringan (52,5%) dan kecemasan sedang (47,5%) dari 40
pasien klien rawat inap di ruang penyakit bedah dan non bedah.
Buckle (2002) mendefinisikan aromaterapi klinis sebagai pemakaian
minyak essensial untuk hasil tertentu yang dapat diukur. Orang mesir kuno
menggunakan aromaterapi untuk meredakan nyeri, dan pada abad ke-19, daun
rosemary dibakar di rumah sakit untuk pengasapan. Sekarang, ahli
aromaterapi menggunakan minyak essensial untuk meningkatkan hasil
kesehatan yang positif termasuk perbaikan alam perasaan, jerawat, edema,
alergi, memar dan stres (Kozier, Erb, Berman, & Synder, 2010).
Ketika minyak essensial dihirup, aroma dideteksi oleh sel reseptor
olfaktorius di lubang hidung. Stimulus tersebut berjalan di sepanjang saraf
olfaktorius (saraf kranial) ke bulbus olfaktorius dan kemudian menuju ke otak
tempat stimulus tersebut dianggap berperan pada emosi, ingatan dan berbagai
fungsi tubuh termasuk frekuensi jantung, tekanan darah, dan pernapasan.
Sekitar 300 minyak essensial saat ini digunakan dalam aromaterapi. Contoh
5

minyak essensial aromaterapi yaitu, kayu manis, lavender, cytrus (orange),


papermin dan sandalwood (Kozier, Erb, Berman, & Synder, 2010).
Menurut Primadiati, Rachmi (2002) aromaterapi cytrus (orange) dapat
membantu mengurangi stress dan anti depresi, meningkatkan mood, membuat
rileks pikiran, dan perasaan segar.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang pengaruh aromatherapy minyak essensial
cytrus (orange) dengan inhalasi terhadap penurunan kecemasan pada pasien
pre operasi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung 2020.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, apakah ada pengaruh
pemberian aromaterapi minyak essensial cytrus (orange) terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung 2020?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
aromaterapi minyak essensial cytrus (orange) terhadap penurunan
kecemasan pasien pre operasi di ruang bedah RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi kecemasan pada pasien pre operasi sebelum
diberikan aromatherapy minyak essensial cytrus (orange) di ruang
bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
6

b) Mengidentifikasi kecemasan pada pasien pre operasi setelah diberikan


aromatherapy minyak essensial cytrus (orange) di ruang bedah RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
c) Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
diberikan aromatherapy minyak essensial cytrus (orange) di ruang
bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi
mahasiswa atau calon perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
dengan memberikan aromatherapy minyak essensial cytrus (orange).
2. Manfaat Aplikatif
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan yang dapat digunakan
untuk merancang kebijakan pelayanan keperawatan khususnya pada
pasien pre operasi sehingga dapat menjadikan aromaterapi minyak
essensial cytrus (orange) sebagai salah satu metode untuk menurunkan
kecemasan secara non-farmakologis terutama pada pasien pre operasi.

E. Ruang Lingkup
Peneliti ingin mengetahui Pengaruh Aromaterapi Minyak Essensial
Cytrus (Orange) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada Pasien Pre
Operasi di Ruang Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operasi di Ruang
Bedah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Desain penelitian
yang digunakan adalah desain pre experimental dengan rancangan (one-group
pre-post tes design). Desain ini disebut dengan istilah quasi experiment.
Observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah eksperiment.
7

Pada penelitian ini intervensinya adalah berupa perlakuan nyata terhadap


responden yang mendapatkan tindakan keperawatan pemberian aromaterapi
minyak essesnsial cytrus (orange) pada pasien yang mengalami kecemasan
pre operasi.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep pembedahan
Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada
tubuh yang terdiri dari tiga fase yaitu pre operatif, intra operatif, dan pasca
operatif. Tiga fase ini secara bersamaan disebut periode perioperatif. Fase
praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan dibuat
dan berakhir ketika klien dipindahkan kemeja operasi (Kozier, Erb,
Berman, Snyder, 2010).
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambaarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperaatif” adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan perioperatif,
intra operatif, dan pasca operatif. masing–masing dari setiap fase ini
dimulai dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah, dan masing–masing mencakup rentang
perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik
keperawatan (Brunner & Suddarth, 2001).

2. Pra Operasi
Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk melakukan pembedahan
dibuat dan berakhir ketika klien dipindahkan kemeja operasi. Aktivitas
keperawatan yang termasuk dalam fase ini antara lain mengkaji klien,
mengidentifikasi masalah keperawatan yang potensial atau aktual,

8
9

merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan


memberikan penyuluhan praoperatif untuk klien dan orang terdekat klien
(Kozier, Erb, Berman, Snyder, 2010).
Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika
keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien
dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan
klinik atau dirumah, menjalani wawancara pra operatif, dan menyiapkan
pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan (Brunner &
Suddarth, 2001).

3. Faktor Risiko Terhadap Pembedahan


Menurut Perry & Potter (2005) mengenai faktor resiko terhadap
pembedahan antara lain.
1. Usia
Pasien dengan usia terlalu muda (bayi/anak) dan usia lanjut
mempunyai resiko yang lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan
fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun, sedangkan pada bayi
dan anak-anak disebabkan karena belum matur-nya semua fungsi
organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutrisi derta obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap
pembedahan dibandingkan dengan orang yang normal dengan gizi
baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutrisi maka
orang tersebut akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut
adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A,
vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
10

Pada pasien yang mengalami obesitas, selama pembedahan jaringan


lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi, selain itu,
obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh
karenanya defesiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obesitas
sering sulit dirawat karena tambahan berat badan, pasien bernafas
tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah mengalami
hipoventilasi, dan komplikasi pulmonary pasca operasi. Selain itu,
distensi abdomen, flebitis, kardiovaskuler, endokrin, hepatik, dan
penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obesitas.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM
(Penyakit Paru Obstruksi Menahun), dan insufisiensi ginjal menjadi
lebih sukar terkait dengan pemakaian energi kalori untuk
penyembuhan primer. Dan juga penyakit ini banyak masalah sistemik
yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca
pembedahan sangat tinggi.
Ketidak sempurnaan respon neuroendokrin pada pasien yang
mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti diabetes mellitus yang
tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat
dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin
terjadi selama pembiusan akibat agen anestesi, atau juga akibat
masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian
insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis
atau glukosuria.
4. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan
vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, dan akan
meningkatkan tekanan darah sistemik.
11

5. Alkohol dan Obat–Obatan


Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita
malmutrisi dan masalah–maslah sistemik, seperti gangguan ginjal dan
hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan.

B. Konsep Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Ansietas merupakan perasaan tidak tenang yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Stuart (2012) menyatakan
bahwa ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar–samar karena
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak
menentu dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang
akandatang dan membuat individu untuk siap mengambil tindakan
menghadapi ancaman.
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar–samar karena
adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons.
Sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan
takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan
merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil
tindakan untuk menghadapi ancaman (Sutejo, 2017).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Kecemasan dapat disebabkan karena individu terpapar zat
bahaya/racun (toksin). Konflik tidak disadari tentang tujuan hidup,
hambatan hubungan dengan kekeluargaan/keturunan, adanya keburuhan
yang tidak terpenuhi, gangguan dalam hubungan interpersonal, krisis
12

situasional/maturasi, ancaman kematian, ancaman terhadap konsep diri,


stress, penyalahgunaan zat, perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, perubahan lingkungan dan perubahan status
ekonomi (NANDA, 2005).
a. Faktor Predisposisi
Stuart dan Laraia (2005) menyatakan faktor penyebab terjadinya ansietas.
Adapun teori yang dapat menjelaskan ansietas, antara lain.
1. Faktor Biologis
Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor yang
dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA) yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berkaitan dengan ansietas
(Stuart, 2013). Reseptor benzodiazepine yang terdapat di otak, dapat
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan
penting dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya dengan endorphin. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Psikologis
Fsktor psikologis dapat dilihat dari pandangan psikonalitik,
pandangan interpersonal, dan pandangan perilaku.
a) Pandangan psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian (id seseorang dan superego). Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma–norma budaya seseorang.
b) Pandangan interpersonal
Kecemasan timbul akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
13

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang


menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga
diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas
yang berat.
c) Pandangan prilaku
Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan, sering menunjukan
ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
3. Sosial Budaya
Kecemasan dapat ditemukan dengan mudah dalam keluarga. Ada
ketumpang tindihan antara gangguan ansietas dan gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

3. Rentang Respon

Rentang Respon Kecemasan

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Panik Berat

(Sumber : Stuart, 2013)

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan


14

4. Tingkat Kecemasan
Sutejo (2017), tingkat ansietas dibagi menjadi 4 yaitu.
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam hidup sehari–
hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan
perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif, tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecendrungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain.
d. Tingkat Panik
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa siteror, serta tidak
mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panic
meningkatkan aktivitas motoric, menurunkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta
kehilangan pemikiran rasional.

5. Alat Ukur Kecemasan


Menurut Moerman (1996) dalam Firdaus (2014) untuk menegtahui
sejauh mana kecemasan pre operasi dengan menggunakan alat ukur
(instrumen) yang dikenal dengan nama Amsterdam Preoperative Anxiety
15

and Information Scale (APAIS). Instrument ini sudah di validasi, diterima


dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa didunia. APAIS bertujuan
untuk menskrining kecemasan pre operasi dan kebutuhan informasi pasien,
sehingga dapat diidentifikasi pasien-pasien yang membutuhkan dukungan
tambahan. Kuisioner terdiri dari 6 soal yang dibagi menjadi 4 pertanyaan
(1,2,4, dan 6) untuk mengkaji kecemasan dan 2 pertanyaan (3 dan 6 untuk
mengkaji kebutuhan informasi. Skor APAIS dihitung dengan ketentuan.
1 = Sama sekali tidak
2 = Tidak terlalu
3 = Agak
4 = Sangat
Penelitian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor dari 4
pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut.
Skor 4-8 = Kecemasan ringan
Skor 9-14 = Kecemasan sedang
Skor 15-20 = Kecemasan berat
Penelitian untuk mengkaji kebutuhan informasi yaitu dengan
menjumlahkan
nilai skor dari 2 pertanyaan (3 dan 6) dengan ketentuan bila skor 5 atau
lebih
pada komponen kebutuhan informasi seharusnya diberikan informasi pada
topik yang sesuai dengan keinginan pasien.

C. Konsep Aromaterapi
1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan
minyak essensial yang bermanfaat meningkatkan keadaan fisik dan
psikologi agar seseorang menjadi lebih baik. Setiap minyak essensial
memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus,
16

diuretic, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal (Runiari & Ana,


2010).
Aromaterapi adalah praktek terapi menggunakan minyak atsiri yang
diekstrak dari tanaman, pohin, bunga dan herbs. Aromaterapi organik
dikembangkan dari praktek kuno menggunakan berbagai jenis esensi
tumbuhan alami untuk mempromosikan sesorang memicu respons
biokimia tertentu di otak yang pada gilirannya mengaktifkan fungsi
tertentu dari tubuh dan pikiran untuk memberikan rasa kesejahtraan
(Rafika,2013). Menurut Primadiati, Rachmi (2002), aromaterapi adalah
istilah modern yang dipakai untuk proses penyembuhan kuno yang
menggunakan sari tumbuhan aromatik murni. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan tubuh, pikiran, dan jiwa. Sari
tumbuhan aromatic yang dipakai diperoleh melalui berbagai macam cara
pengelahan dan dikenal dengan nama minyak essensial.

2. Definisi Minyak Essensial


Minyak essensial merupakan sari pati tumbuhan hasil ekstraksi batang,
daun, daun bunga, kulit buah, kulit kayu, biji, atau tangkai tumbuhan yang
menghasilkan unsur aromatik tertentu. minyak essensial bukanlah minyak
sebagaimana minyak sesuai arti katanya, melainkan suatu bahan yang
mirip minyak karena bentuknya lebih cair daripada minyak dan
samasekali tidak “berminyak” sehingga tidak meninggalkan bekas pada
baju atau kertas.
Minyak essensial merupakan bahan yang sangat mudah menguap
sehingga sering juga disebut volatile oil (Primadiati, Rachmi, 2002).
17

3. Bentuk–Bentuk Aromaterapi
Menurut Rafika (2013) bentuk–bentuk aromaterapi sebagai berikut.
a. Minyak Pijat Aromaterapi
Jenis ini memiliki wangi yang sama dengan bentuk aromaterapi yang
lain, hanya cara penggunaannya yang berbeda, karna jenis ini
digunakan untuk minyak pijat.
b. Minyak Essensial Aromaterapi
Jenis ini berbentuk cairan atau minyak. Penggunaan nya bermacam–
macam, namun umumnya digunakan dengan cara dipanaskan pada
tungku atau di teteskan ke dalam wadah/baskom yang berisikan air
hangat. Namun bisa juga dioleskan pada kain atau pada saluran udara.
c. Dupa Aromaterapi
Jenis ini awalnya hanya digunakan pada acara keagamaan tertentu,
namun seiring dengan perkembangan zaman, dupa kini sudah menjadi
bagian dari salah satu bentuk aromaterapi. Bentuknya padat dan
berasap apabila dibakar, biasanya digunakan untuk ruangan berukuran
besar atau ruang terbuka. Jenis dupa aromaterapi ini terdiri dari tiga
jenis, yaitu dupa aromaterapi panjang, dupa aromaterapi pendek, dan
dupa aromaterapi bentuk kerucut.
d. Lilin Aromaterapi
Ada dua jenis lilin yang digunakan, yaitu lilin untuk pemanas tungku
dan lilin aromaterapi. Lilin yang digunakan untuk memanaskan tungku
aromaterapi tidak memiliki wangi aroma, karena hanya berfungsi
untuk memanaskan tungku yang berisi minyak essensial oil.
Sedangkan lilin aromaterapi akan mengeluarkan wangi aromaterapi
jika dibakar.
e. Sabun Aromaterapi
Jenis ini bentuknya berupa sabun padat dengan berbagai wangi
aromaterapi, namun tidak hanya sekedar wangi saja. Tapi memiliki
18

berbagai bentuk kandungan atau ekstrak dari tumbuh–tumbuhan yang


dibenamnkan dalam sabun ini, sehingga sabun ini baik untuk
kesehatan tubuh, seperti menghaluskan kulit dan menjauhkan dari
serangga.
f. Garam Aromaterapi
Fungsi dari garam aromaterapi ini dipercaya dapat mengeluarkan
toksin atau racun yang ada dalam tubuh. Biasanya digunakan dengan
cara merendam bagian ubuh tertentu seperti kaki, untuk mengurangi
rasa lelah.

4. Jenis–Jenis Aromaterapi
Wangi dan jenis yang dihasilkan oleh aromaterapi tersebut
memberikan dampak terapis yang berbeda. Berikut mengenai manfaat dari
setiap jenis aromaterapi.
a. Orange (Cytrus)
Dapat membantu mengurangi stress dan anti depresi, meningkatkan
mood, membuat rileks pikiran, dan perasaan segar.
b. Apel Hijau (Green Apple)
Dapat menyembuhkan mabuk dan diare, menguatkan system
pencernaan, menjernihkan pikiran dan meringankan gejala panas
dalam.
c. Lavender
Dapat membantu memudahkan tidur, meredahkan kegelisaan,
mengatasi masalah depresi, dan mengurangi perasaan ketegangan.
d. Kayu putih (Eucalyptus)
Dapat membantu untuk melegakan pernafasan, meringankan masalah
hidung sensitif, bronchitis, asma, batuk, pilek, demam, dan juga flu.
19

e. Citronella
Dapat mengurangi ketegangan, meredakan hidung tersumbat,
mengatasi insomnia, dengkur, dan migrain.
f. Cendana (Sandalwood)
Bermanfaat untuk menghilangkan rasa cemas dan aromanya
bermanfaat untuk meditasi
g. Bunga Kenanga (Ylang–Ylang)
Dapat berguna untuk meringankan tekanan darah tinggi, mengeluarkan
sebum pada kulit. Memiliki aroma yang menyegarkan, membangkitkan
suasana, mengurangi sakit perut, ketegangan, dan menyembuhkan sakit
kepala.
h. Bunga Mawar (Rose)
Berguna untuk menciptakan suasana romantic dan penuh gairah,
memperbaiki metabolisme dan system peredaran darah,
menyeimbangkan hormone, meringankan kepekaan kulit sensitif, dan
alergi.
i. Dandelion
Berfungsi mengobati sakit sendi, maslah ginjal, kantung kemih,
hepatitis, penyaringan darah, mengatasi masalah pencernaan, dan juga
efek untuk menyembuhkan sengatan lebah.
j. Chammomile
Dapat digunakan untuk menenangkan dan mengakhiri stress, membuat
tidur menjadi lebih nyenyak.

5. Cara Penggunaan Aromaterap


1. Inhalasi
Inhalasi atau penghirupan aromaterapi telah digunakan secara tradisional
sejak dahulu kala untuk mengatasi gangguan saluran pernafasan. Metode
yang paling umum digunakan adalah dengan meneteskan minyak
20

essesnsial di dalam wadah air panas kemudian menutupi kepala dengan


handuk sambil menghirup uap minyak tersebut selama beberapa menit.
Pada saat menyelimuti kepala untuk menghirup uap aroma, mata harus
tertutup untuk mencegah terjadinya iritasi pada lapisan bola mata.
Secara umum, dosis minyak essensial yang digunakan adalah 4 tetes
dalam campuran 1-2 liter air panas. Metode inhalasi hanyak boleh
digunakan maksimal selama 30 detik. Seandainya tidak timbul masalah
pada pemakaian pertama, perpanjang lama pemakaian sampai satu menit
untuk pemakaian selanjutnya. Demekian seterusnya sampai maksimal 3-
5 menit. Cara ini biasanya terbagi menjadi inhalasi langsung dan
inhalasi tidak langsung. Inhalasi langsung diperlukan secara individu,
dan inhalasi tidak langsung dilakukan secara bersama–sama dalam satu
ruangan.
2. Pijat
Pijat merupakan salah satu teknik yang paling umum. Melalui cara
pemijatan, daya penyembuhan yang terkandung dalam minyak essensial
dapat bisa menembus melalui kulit dan dibawa kedalam tubuh, dan
kemudian akan mempengaruhi jaringan internal dan organ–organ tubuh.
Minyak essensial berbahaya jika digunakan langsung ke kulit, maka
dalam menggunakan nya harus dilarutkan dengan minyak dasar seperti
minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak tertentu lainnya. Minyak
lavender, salah satu minyak yang terkenal sebagai minyak pijit yang
dapat memberikan relaksasi. Terapi aroma yang dilakukan dengan cara
pijat ini merupakan cara yang sangat digemari untuk mengatasi rasa
lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, merangsang tubuh untuk
mengeluarkan racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran. Dalam
penggunaannya dibutuhkan dua tetes minyak essensial yang
ditambahkan dengan 1ml minyak pijat.
21

3. Berendam
Metode cara ini menggunakan aromaterapi dengan cara menambahkan
tetesan minyak essensial ke dalam air hangat yang digunakan untuk
berendam. Dengan menggunakan cara ini efek minyak essensial akan
membuat perasaan menjadi lebih rileks, dapat menghilangkan nyeri dan
pegal, dan memberikan efek kesehatan.
4. Kompres
Penggunaan melalui kompres membutuhkan sedikit minyak
aromaterapi. Kompres hangat menggunakan minyak aromaterapi dapat
digunakan untuk menurunkan nyeri punggung dan nyeri perut. Kompres
dingin yang mengandung minyak lavender dapat digunakan pada bagian
perineum saat persalinan.

6. Dosis Aromaterapi Berdasarkan Usia


Menurut Primadiati, Rachmi (2002), dosis aromaterapi sebagai berikut.
a. Dewasa
Gunakan larutan standar (larutan dengan kadar 1-2% untuk penggunaan
pada wajah dan larutan dengan kadar 3% untuk penggunaan pada tubuh)
kecuali ada indikasi tertentu untuk mengurangi atau meningkatkan
konsentrasi laruran.
b. Wanita Hamil
Gunakan laruran standar dengan jenis minyak essensial yang sesui.
c. Bayi Baru Lahir
Gunakan setelah bayi berumur satu minggu, yaitu hanya lavende dan
roman chamomile, masing–masing maksimum 2 tetes yang dilarutkan
dalam 100 ml minyak karier.
d. Bayi Umur 3-18 Bulan
Gunakan seperempat dosis orang dewasa.
22

e. Bayi Umur 18 Bulan–7 Tahun


Gunakan sepertiga sampai separuh dosis orang dewasa.
f. Anak Umur 7-14 Tahun
Gunakan takaran setengah larutan sampai kadar larutan maksimum 2-
3%, contoh : 15 tetes pada 30 ml pelarut, 25 tetes pada 50 ml pelarut.

7. Manfaat Aromaterapi
Dengan perkembangan jaman, memberikan pembuktian lebih mengenai
manfaat dari penggunaan aromaterapi. Manfaatnya tidak hanya sekedar
wewangian yang dapat menyembuhkan penyakit, tetapi dapat juga sebagai.
a. Membersihkan racun dalam tubuh
b. Meringankan pikiran dan mengurangi rasa stress.
c. Peningkatan memori jangka panjang
d. Membangkitkan semangat
e. Meningkatkan kekebalan tubuh baik secara jasmani maupun rohani
f. Mencegah insomnia
g. Membersihkan udara dan penangkalan kuman
h. Pencegahan rambut rontok
i. Pencegahan dingin dan flu pada balita
j. Mengurangi eksim gatal.

D. Penelitian Terkait
Menurut (Primadiati, Rachmi, 2002), sweet orange termasuk dalam
kelas cytrus yang meliputi nevel, jaffa, valencia, seville, atau jeruk manis
biasa. Dapat digunakan untuk merangsang nafsu makan. Pada aromaterapi
digunakan untuk mengatasi masalah pernafasan dan saluran cerna tetapi bisa
juga sebagai tonikum pada mereka yang mengalami depresi atau kecemasan.
Wiji Astuti dkk (2015) dengan judul Pengaruh Aromaterapi Bitter
Orange (Citrus Aurantium) terhadap Nyeri dan Kecemasan Fase Aktif Kala
23

1 desain penelitiang yang digunakan adalah quasy eksperimental dengan dua


kelompok pretest–posttes control group desain dengan uji Wilcoxon dan uji
Man Whitney. ada perbedaan antara aromaterapi jeruk pahit untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan ibu saat melahirkan pada fase aktif
pertama dengan perbedaan rata–rata 2,33 nyeri, dan perbedaan kecemasan
rata–rata 10,95 sebelum dan sesudah diberikan kelompok intervensi
aromaterapi dengan nilai p : 0,000. Jeruk pahit aromaterapi dapat digunakan
untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan ibu fase aktif.
Arwani dkk (2013) dengan judul Pengaruh Pemberian Aromaterapi
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Sebelum Operasi dengan Anestesi
Spinal di RS Tegu Semarang dengan jenis penelitian quasi eksperimental
dengan rancangan one group without kontrol group design dilakukan pada 40
responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan
Hamilton Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian
dianalisis dengan uji statistik Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05. hasil
penelitian menunjukan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian
aromaterapi mengalami cemas berat (40,0%), dan setelah pemberian
aromaterapi terbanyak mengalami cemas sedang 42,5%). Hasil uji statistic
dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0,05). Disimpulkan
terdapat pengaruh pemberian aromaterapi dapat dijadikan sebagai alternative
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dilakukan operasi.

E. Kerangka Teori
Pasien pre operasi yang akan dilakukan tindakan operasi biasanya mengalami
kecemasan, adapun respon kecemasan yang dirasakan seperti kecemasan ringan,
sedang, berat, serta panik. Kecemasan pasien pre operasi disebabkan berbagai
faktor seperti, faktor predisposisi dan presifitasi. Oleh karena itu berbagai
kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan pasien. Kemudia
pasien yang mengalami kecemasan akan diberikan Aromaterapi Minyak
24

Essensial Cytrus (Orange) dengan cara Inhalasi untuk mengetaui berkurang atau
tidaknya kecemasan pasien yang mengalami kecemasan pre operasi. Seperti dapat
disimpulkan pada kerangka teori dibawah ini.

Pre Operasi
Faktor Predisposisi :

- Biologis = Cemas
Rentang Respon
operasi, gangguan fisik,
Kecemasan
menurunkan kapasitas
untuk mengatasi 1. Kecemasan Ringan
stressor. 2. Kecemasan Sedang
- Psikologis = Takut akan 3. Kecemasan berat
kelainan bentuk tubuh, 4. Kecemasn Panik
pengalaman masa lalu.
- Sosial = Pengetahuan,
dukungan, sosial
Aromaterapi
ekonomi.

Faktor Presifitasi : Jenis – Jenis Aroma


terapi :
- Sifat operasi yang
mengakibatkan 1. Apel Hijau
perubahan bentuk 2. Lavender
tubuh. 3. Kayu Putih
- Ancaman terhadap 4. Citronella
sistem diri. 5. Cytrus (Orange)
6. Bunga Kenanga
7. Bunga Mawar
8. Chamomile, dsb Berkurang

Manfaat Aromaterapi :
Cara Penggunaan : Tidak
Meringankan pikiran, Berkurang
menguran rasa stress dan Inhalasi (Penguapan)
kecemasan.

Sumber: (Kozier & Synder, 2010), Stuart & Laraia (2005), (Rafika, 2013)

Gambar 2. Kerangka Teori


25

F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2018). Berdasaran konsep diatas, maka penulis membuat kerangka konsep
sebagai berikut.

Nilai Kecemasan Nilai kecemasan


Pemberian Aromaterapi sesudah diberkan
sebelum diberikan
Minyak Essensial Aromaterapi Minyak
Aromaterapi Minyak
Cytrus (orange) Essensial Cytrus
Essensial Cytrus
(Orange) (orange)

Nilai Skor Alat Ukur kecemasan :

1. Skor 4-8 = Kecemasan Ringan


2. Skor 9-14 = Kecemasan Sedang
3. Skor 15-20 = Kecemasan Berat

Gambar 3. Kerangka Konsep

G. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pernyataan peneliti.
Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2018).

Ha : Ada pengaruh aromaterapi minyak essensial cytrus (orange) terhadap


penurunan kecemasan pada pasien pre operasi di ruang bedah RSUD. Dr.H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah suatu rancangan penelitian untuk menentukan
subyek penelitian. Jenis penelitian dibagi menjadi dua yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif
karena, penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah. Oleh karna itu
peneliti menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti,
berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip analisa,
menggunakan hipotesa, menggunakan ukuran objektif dan menggunakan data
kuantitatif dan yang di kuantitatifkan (Notoadmojo, 2018). Dalam penelitian
ekperimen atau percobaan, peneliti melakukan percobaan atau perlakuan
terhadap variabel independen kemudian mengukur akibat atau pengaruh
percobaan tersebut pada variabel dependen.

B. Desain dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan desai penelitian quasy ekperimental dengan
menggunakan rancangan penelitian one group pre-post test. Dalam
Notoatmodjo (2010) rancangan one group pre-post test ini tidak ada
kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan
observasi pertama (pretest). Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut.

Pretes Perlakuan Post test

01 X 02

Sumber (Notoatmodjo, 2018)

Gambar 4. Rancangan Penelitian

26
25
27

Keterangan
01 pretest
X perlakuan
02 post test

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di RSUD Dr.H. Abdoel Moeloek
dan waktu yang digunakan pada periode bulan tahun 2020.

D. Subyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari suatu objek yang nantinya
akan dijadikan objek peneliti (Arikunto, 2014). Populasi peneliti ini
seluruh pasien pre operasi yang di rawat di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung sebanyak 60 responden.
2. Sampling Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sample pada penelitian ini adalah pasien pre
operasi. Agar karakteristik sample tidak menyimpang maka perlu kriteria
inklusi dan eksklusi (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dan eksklusi
dalam penelitian ini, antara lain.
a) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah.
Kriteria inklusi merupakan suatu kriteria atau ciri–ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota yang dapat diambil sebagai sample
(Notoatmodjo, 2018).
1. Pasien pre operasi
2. Pasien dengan kesadaran penuh
3. Pasien dengan semua jenis pembedahan
28

b) Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah.


Kriteria ekskulasi adalah ciri–ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sample (Notoatmodjo, 2018).
1. Pasien yang tidak mengalami kecemasan
2. Pasien mengalami penurunan kesadaran
3. Pasien tidak bersedia menjadi responden.

E. Teknik Sampling
Pada penelitian ini, peneliti mengambil menggunakan teknik non random
sampling dengan pendekatan purposive sampling. Didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdsarkan sifat-sifat
yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2018).
𝑧²1−∝/2. 𝑃(1 − 𝑃)𝑁
𝑛=
d2 (N − 1)
+ z 2 1−∝/2. 𝑃(1 − 𝑃)

1,96.0,5(1 − 0,5). 60
𝑛=
(0,05)2 (60 − 1) + 1,96.0,5(1 − 0,5)

29,4
𝑛=
0,1475 + 0,49

29,4
𝑛=
0,6375

𝑛 = 46,11

Keterangan :

Nn = Besar sampel minumun

N = Populasi

Z1-∝/2 = Nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu(1,96)


29

P = Proporsi di populasi (0,5)

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi (0,05)

F. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki oleh satuan peneliti tentang suatu konsep pengertian tertentu,
misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010)
1. Variabel Terkait (Dependen)
Variabel terkait merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel terkait
adalah kecemasan pasien pre operasi
2. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau dianggap
menentukan variabel terkait. Pada variabel bebas di penelitian ini yaitu
Aromaterapi Minyak Essensial Cytrus (Orange) dengan Inhalasi.

G. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2018). Definisi operasional digunakan untuk
membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel–variabel diamati atau
diteliti. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamatan variabel–variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrument alat–alat ukur.
30

Table 1.
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

Variabel Aromaterapi - - - -
bebas : cytrus
Aromaterapi (orange) yang
Cytrus digunakan
(Orange) dalam bentuk
minyak
essensial oil,
yang diberikan
pada pasien
pre operasi H-
1 dengan
metode
inhalasi.
Variabel Tingkat Observasi Lembar - Skala Ratio
terkait : kecemasan mengukur observasi kecemasan
Tingkat pada pasien skala Amsterdam sebelum
kecemasan pre operasi kecemasan Preoperative dilakukan
pasien sebelum dan Anxiety and pemberian
sebelum dan sesudah Information aromaterapi
sesudah diberikan Scale cytrus
diberikan aromaterapi (APAIS) (Orange)
aromaterapi cytrus (orange) - Skala
cytrus yang diukur kecemasan
(orange) minimal 6 jam sesudah
sebelum diberikan
pembedahan aromaterapi
cytrus
(Orange)
- Skor 4-8 =
kecemasan
ringan
- Skor 9-14 =
kecemasan
sedang
- Skor 15-20=
kecemasan
berat
31

H. Pengumpulan Data
a. Instrument Pengumpulan Data
Menurut Notoatmodjo (2018), instrument penelitian adalah alat – alat
yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrument penelitian ini
dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formuli observasi, formulir –
formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Notoatmodjo, 2010). Secara umum pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dngan mengukur penurunan kecemasan sebelum dilakukan dan
setelah dilakukan pemberian aromaterapi minyak essensial cytrus
orange), kemudian ukur kembali kecemasan setelah dilakukan pemberian
aromaterapi minyak essensial cytrus orange).

I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menerapkan etik penelitian menurut
(Notoatmodjo, 2010) yaitu.
a. Persetujuan riset (Informed Concent)
Informed concent merupakan proses pemberian informasi yang cukup
dapat dimengerti kepada responden mengenai partisipasinya dalam suatu
penelitian. Peneliti memberikan informasi kepada responden tentang hak–
hak dan tanggung jawab mereka dalam suatu penelitian dan
mendokumentasikan sifat kesepakatan dengan cara menandatangani
lembar pesetujuan riset bila responden bersedia diteliti, namun apabila
responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa.
b. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti harus menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden
dan tidak menyampaikan kepada orang lain. Identitas responden dibuat
32

kode, hasil pengukuran hanya peneliti dan kolektor data yang mengetahui.
Selama proses pengolahan data, analisis dan publikasi identitas responden
tidak diketahui oleh orang lain.
c. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Peneliti akan memberikan informasi yang sebenar–benarnya yang
responden alami sehingga hubungan antara peneliti dan responden dapat
terbina dengan baik dan penelitian ini berjalan sesuai tujuan.
d. Beneficience
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.
e. Nonmaleficience
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Apabila
responden dengan terapi ini menimbulkan ketidak nyamanan maka
responden berhak untuk menghentikan terapi. Peneliti juga akan
membatasi responden sesuai kriteria inklusi.

J. Pengelolaan Data dan Analisis Data


a. Tahapan Pengelolaan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan data instrument test
melalui tahapan sebagai berikut.
1. Editing
Hasil questioner yang sudah terisi lengkap dilakukan editing. Data
yang diperoleh di masukan ke dalam program computer untuk
kemudian dilakukan proses berikutnya.
33

2. Scoring
Peneliti melakukan penelitian kecemasan responden sebelum dan
sesudah diberikan intervensi dengan mengukur tingkat kecemasan
menggunakan kuesioner APAIS dengan skor 4-20 dengan klasifikasi
4-8, 9-14, 15-20. Menyatakan semakin buruk tingkat kecemasan
responden.
3. Processing
Pada proses ini peneliti memasukan data–data hasil dari penelitian
pada program komputerisasi, data–data hasil penelitian yang dibuat
dalam bentuk pengelompokan data.
4. Cleaning
Setelah semua data dilakukan analisis, kemudian data dicek kembali
untuk melihat adanya kesalahan–kesalahan dan ketidak lengkapan
kemudian dilakukan koreksi.

b. Analisa Data
Menurut Notoatmodjo (2010), analisa data ada 2 jenis yaitu univariat dan
bivariate, dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Anlisis
univariat dalam penelitian ini adalah penurunan skala kecemasan pada
pasien pre operasi yang dikumpulkan dengan lembar observasi
kemudian dihitung dengan menggunakan nilai mean, median, dan
standar deviasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariate adalah analisis yang digunakan terhadap dua
variabel yang digunakan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkoreksi (Notoatmodjo, 2018). Analisis bivariate
34

dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh


Aromaterapi Minyak Essensial Cytrus (Orange) terhadap penurunan
tingkat kecemasan. Dalam penelitian ini menggunakan uji T tes
dependen dengan komputerisasi. Berdasarkan hasil perhatian statistic
dapat dilihat kemaknaan pengaruh antara dua variabel, yaitu :
a. Jika nilai p<∝ (0.05) maka terdapat pengaruh sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi minyak essesnsial cytrus (orange).
b. Jika nilai p>∝ (0.05) maka tidak ada pengaruh sebelum dan
sesudah diberikan aromaterapi minyak essensial cytrus (orange).

Anda mungkin juga menyukai