Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan bentuk organisasi yang mengelola jasa layanan

kesehatan secara menyeluruh yang didalamnya terdapat aktivitas yang

dikerjakan oleh profesi medis, keperawatan dan non medis, salah satu layanan

yang ada di rumah sakit adalah layanan pengobatan melalui operasi (Arif,

2017). Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara

invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat

sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak

perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka, tindakan

operasi ini banyak menimbulkan kecemasan kepada pasien (Ricky, 2018).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2019 dalam Sartika

(2020), jumlah pasien dengan tindakan operasi dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Tahun 2018 terdapat 148 juta jiwa pasien diseluruh Rumah Sakit

di dunia dengan tindakan operasi, sedangkan di Indonesia tindakan

pembedahan menempati urutan ke-11 dari 50 pertama penanganan penyakit di

Rumah Sakit se Indonesia dengan pasien operasi sebanyak 1,2 juta jiwa. Pada

tahun 2019 diperkiraan 11% dari beban penyakit di dunia dapat di tanggulangi

dengan pembedahan dan WHO menyatakan bahwa kasus bedah adalah masalah

kesehatan bagi masyarakat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

1
2

Pembedahan atau tindakan operasi dilakukan karena beberapa alasan

seperti diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor,

pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki

luka multiplek), rekonstruksi dan paliatif. Indikasi yang dilakukan dengan

tindakan bedah antara lain kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi,

mastektomi, amputasi, operasi akibat trauma, laparatomi dan sectio caesarea

(Kemenkes RI, 2017). Operasi laparatomi Laparatomi merupakan salah operasi

besar, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding

abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami

masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan

pada kasus-kasus seperti apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker

lambung, kanker colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis,

kolestisitis danperitonitis (Oswari, 2015)

Persiapan pre operasi atau persiapan pasien sebelum tindakan operasi

dilakukan, perawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari kesuksesan

tindakan operasi secara keseluruhan. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini

akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengkajian secara integral dari

fungsi klien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan

untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu tindakan operasi diawali pada fase pre

operasi (E. Oswari, 2015). Keperawatan pasca operasi merupakan periode

akhir dari keperawatan perioperative. Selama periode ini proses

keperawatan diarahkan pada upaya untuk menstabilkan kondisi pasien

pada keadaan keseimbangan fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan


3

pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi cepat

dan akurat dapat membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan

cepat, aman dan nyaman sehinga pasien tidak cemas (Sugeng, 2010).

Salah satu dari respon psikologis dari pasien yang mengalami pada pre

operasi dan post operasi dapat berupa kecemasan. Respon psikologis karena

tindakan pembedahan dapat berkisar cemas ringan, sedang, berat sampai panik

tergantung masing-masing individu (Vebriana, 2019). Beberapa individu

terkadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang dihadapi, sehingga terjadi

disharmoni dalam tubuh. Pada pasien pre operasi apabila mengalami tingkat

kecemasan tinggi, maka hal itu merupakan respon maladaptif yang dapat

menyebabkan terganggunya fungsi fisiologis, dan mengganggu konsentrasi

(Vellyana, 2017).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang

tidak menyenangkan dan dialami oleh setiap makhluk hidup dalam keadaan

sehari-hari. Kecemasan memiliki 4 tingkatan, yakni : kecemasan ringan

(membantu dalam pembelajaran, tumbuh dan berubah), kecemasan sedang

(meningkatkan fokus pada tanda bahaya belajar masih memungkinkan, gejala

objektif dapat divalidasi), kecemasan berat (kognitif sangat menurun, respon

fisik meningkat, kebutuhan akan meningkat), kecemasan sangat berat/panik

(respon fight, flight atau freeze, tidak mungkin untuk belajar) (Heru, 2019).

Rentang respon kecemasan sebelum operasi tergantung pada individu,

pengalaman masa lalu, kekuatan dan keterbatasan. Kecemasan yang terjadi

pada pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dapat diantisipasi dengan
4

memahami bagaimana cara mengatasi penyebab kecemasan secara tepat

dan kecemasan ini sangat di pengaruhi oleh karakteristik dari responden itu

sendiri (Septiana, 2018). Selain itu penyampaian prosedur atau informasi

merupakan salah satu tindakan yang digunakan dalam mengatasi atau

mengurangi pada kecemasan sebelum operasi pasien (Sukarini, 2018).

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam

menghadapi tindakan pembedahan antara lain yaitu takut nyeri setelah

pembedahan, takut terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak

berfungsi mengalami kondisi yang sama, takut mengahadapi ruang operasi,

peralatan bedah dan petugas, takut mati saat dilakukan anastesi, dan takut akan

gagal, takut akan perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi

normal), keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti), mati saat

dilakukan anestesi, mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang

mempunyai penyakit yang sama, menghadapi ruang operasi, peralatan bedah

dan petugas (Efendi, 2016)

Terdapat beberapa karakteristik responden yang dapat meningkatkan

kecemasan pada pasien pre operasi diantaranya umur tingkat kecemasan pasien

yang usia yang lansia juga memiliki tingkat kecemasan yang tinggi terhadap

tindakana operasi karena memikirkan hal yang akan terjadi seperti saat

pembiusan, takut dengan tindakan pembedahan. Selain itu dilihat dari

pendidikan pendidikan pasien yang rendah seperti SD, SMP, SMA berbeda

tingkat kecemasan pasien yang berpendidikan tinggi seperti D3 dan S1 karena

semangkin tinggi pendidikan seseorang makan akan bisa mengontrol tingkat


5

kecemasan yang akan dialami (Kistan, 2019) . Kalau di lihat dari jenis kelamin

tingkat kecemasan pasien yang jenis kelamin perempuan lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat kecemasan pasien laki-laki (Suriani, 2019).

Data Indonesia tentang kecemasan yang dialami pasien dapat

berdampak terhadap berlangsungnya pelaksanaan operasi. Pada tahun 2017

401 Rumah sakit dan peritah daerah yang dilaksanakan sebanyak 642.632,

yang dirinci menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut dikasifikasikan

berdasarkan jenis opeasi. Pada kelas A jumlah operasi besar adalah 8.364, kelas

B operasi besar 76.969, pada kelas C jumlah operasi besar adalah 65.987, pada

kelas D jumlah operasi besar adalah 3.307 (Kemekes RI, 2018).

Data WHO tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi terdapat 35 juta

orang terkena kecemasan dan depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena

skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia dalam menghadapi persiapan pre operasi.

Sementara di Indonesia gangguan mental emosional (depresi dan kecemasan) dialami

sekitar 11,6% populasi Indonesia (27.708.000 orang) yang usianya diatas 15 tahun dan

di Provinsi Sumatra Barat terdapat 155.208 jiwa penduduk dan sebanyak 47.692

penduduk mengalami gangguan mental emosional seperti kecemasan terhadap

tindakan operasi (Maulana et al., 2019)

Hasil penelitian Septiana (2018) analisa faktor-faktor terhadap tingkat

kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap Melati RSUD

Bangil terdapat hubungan yang signifikan terhadap faktor-faktor kecemasan

berupa, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman operasi serta dukungan

keluarga pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi. Hasil penelitian Rizka

(2019) Gambaran tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor di
6

RSUD dr Pirngadi Medan di dapatkan mayoritas responden yang tidak

memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (27,5%) pada usia mayoritas

29-35 tahun yaitu 14 orang (35,0%). Mayoritas responden tidak memiliki

kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan berjenis kelamin yang sama

banyak antara laki-laki dan perempuan yaitu sebanyak 20 orang (50,0%).

Mayoritas responden tidak memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang

(37,5%) dan berpendidikan SMA sebanyak 23 orang (57,5%). Mayoritas

responden tidak memiliki kecemasan yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan

bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 19 orang (47,5%).

Hasil penelitian Duwi (2017) mengenai Faktor- Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rs Pku

Muhammadiyah Gombong menunjukkan hasil bahwa 43,0% responden

mengalami kecemasan sedang, 65,1% responden memiliki pengalaman baru,

52,3% responden berpendidikan tinggi, 59,3% responden memiliki pendapatan

yang tinggi. Terdapat hubungan antara pengalaman dengan tingkat kecemasan

(p = 0,043), terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

kecemasan (p = 0,001) dan terdapat hubungan antara pendapatan dengan

tingkat kecemasan (p = 0,010).

Berdasarkan hal inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan karakteristik responden dengan tingkat kecemasan yang

menjalani tindakan operasi dengan telaah jurnal yaitu literatur review.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalahnya adalah apakah ada hubungan karakteristik responden dengan

tingkat kecemasan yang menjalani tindakan operasi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan karakteristik responden dengan tingkat kecemasan

pasien yang menjalani tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel

ilmiah

2. Tujuan Khusus

a. Diketahinya literasi tingkat kecemasan pasien pre operasi terhadap

tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

b. Diketahinya literasi umur pasien pre operasi terhadap tindakan operasi

berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

c. Diketahinya literasi jenis kelamin pasien pre operasi terhadap tindakan

operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

d. Diketahinya literasi pendidikan pasien pre operasi terhadap tindakan

operasi berdasarkan penelusuran artikel ilmiah

e. Diketahinya literasi hubungan umur pasien dengan kecemasan pasien

pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran artikel

ilmiah
8

f. Diketahinya literasi hubungan jenis kelamin pasien dengan kecemasan

pasien pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran

artikel ilmiah

g. Diketahinya literasi hubungan pendidikan pasien dengan kecemasan

pasien pre operasi terhadap tindakan operasi berdasarkan penelusuran

artikel ilmiah

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan serta

keterampilan peneliti dalam penerapan ilmu di bidang studi riset

keperawatan, serta menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan

karakteristik dengan tingkat kecemasan pasien pre opertif terhadap

tindakan operasi

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan acuan dan pengembangan penelitian selanjutnya

dengan variabel yang lain faktor yang mempengaruhi tingkat

kecemasan pasien pre operatif


9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan koleksi pustaka dan untuk

meningkatkan mutu pendidikan dalam hal pengembangan potensi

tenaga perawatan serta sebagai data dan hasil penelitian yang dapat

dijadikan dasar atau data pendukung untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik

dengan tingkat kecemasan pasien pre opertif terhadap tindakan operasi.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemaan sedangkan variabel

dependen dalam penelitian ini karakteristik

Metode penelitian yang dilakukan adalah literatur review . Metode

literatur review merupakan bentuk penelitian yang dilakukan melalui

penelusuran dengan membaca berbagai sumber link, buku, jurnal yang terdiri

dari google scholar, SINTA, Elsevier, dan terbitan-terbitan lain yang berkaitan

dengan topik penelitian untuk menjawab isu dan permasalahan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai