Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operasi atau pembedahan merupakan suatu penanganan medis secara

invasive yang dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit, injuri,

atau deformitas tubuh, tindakan pembedahan akan mencederai jaringan yang

dapat menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh

lainnya (Dhasna, 2019)

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization

(WHO), tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien diseluruh rumah sakit

di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami peningkatan sebesar 148

juta jiwa. Tindakan operasi di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta

jiwa.

Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pertama

penanganan pola penyakit di rumah sakit se-Indonesia yang diperkirakan 32%

diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi (Hartoyo, 2015).

Data Rekam Medik Rumah Sakit Daerah Madani (2015), jumlah pasien

yang di rawat di Ruang Melon tahun 2013 berjumlah 982 orang dan tahun

2014 berjumlah 1068 orang. Sedangkan pada tahun 2015 adalah: bulan Januari

96 orang, Februari 89 0rang, Maret 94 orang, dan April 87 orang.

Pengambilan data awal di Ruang Operasi RSUD Kolonodale, didapati

bahwa dari bulan Januari hingga Desember 2019 pasien yang dilakukan

tindakan operasi dengan rata-rata per bulan sejumlah 50 pasien. Dari hasil
2

wawancara pada 10 pasien pre operasi, 6 pasien mengatakan takut dengan

tindakan operasi yang akan dilakukan. Hal ini di karena kan kurangnya

informasi tentang prosedur operasi yang akan dilakukan.

Kinerja perawat memiliki hubungan dengan faktor latar belakang

psikologis, dan organisasi sangat berpengaruh dengan kualitas kinerja perawat

(Magdalena, 2015). Pada penelitian Fauzan pada tahun 2016, perilaku caring

yang dilakukan perawat pelaksana persentase nya sebanyak 57,7 % dan sisanya

tidak caring.

Penelitian yang dilakukan oleh Rismawan (2019) pada pasien Pre

Operasi di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya didapatkan hasil penelitian

responden yang mengalami peningkatan kecemasan pasien pre-operasi

terbanyak adalah pada tingkat kecemasan sedang, yaitu 21 responden (50.0%).

Pasien yang akan menjalani operasi mengalami tingkat kecemasan

sedang, dengan skor yang didapat juga timbul respon fisik seperti mulai

berkeringat, sering buang air kecil, tidur yang tidak nyenyak, suka bangun di

malam hari, didukung pula dengan status ekonomi sosial dan pendidikan

rendah (Rismawan, 2019).

Prosedur operasi merupakan salah satu bentuk terapi medis yang dapat

menimbulkan rasa takut, cemas hingga stress, karena dapat mengancam

integritas tubuh, jiwa dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Perawat mempunyai

peran yang sangat penting dalam setiap tindakan operasi, yaitu salah satunya

untuk membantu pasien mendapatkan informasi tentang tindakan-tindakan

yang akan dilakukan agar dapat mengurangi cemas yang dialami pasien

(Dhasna, 2019).
3

Kecemasan merupakan respon psikologis terhadap stress yang

mengandung komponen fisiologis dan psikologis. Kecemasan itu akan

mengganggu keseimbangan dan fungsi tubuh individu. Gejala cemas sebelum

operasi dapat dilihat dari gejala yang ada yaitu kenaikan kecepatan nadi,

pernafasan, telapak tangan basah, gerakan yang terus-menerus atau kegiatan

motorik verbal dan gelisah. Pada periode pre-operatif pasien dapat mengalami

kecemasan, kemungkinan kecemasan ini merupakan suatu respon antisipasi

terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman

terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, bahkan kehidupannya itu

sendiri (Dhasna, 2019).

Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang akan dioperasi kadang-kadang

tampak tidak jelas secara fisik bahwa dia cemas dan kadang pula pasien

terlihat agak gelisah, bertanya-tanya secara terus-menerus bahkan berulang-

ulang walaupun pertanyaannya telah dijawab. Ini menandakan kecemasan

sebelum operasi dapat terjadi, namun selain hal diatas kecemasan dapat terlihat

dari gejala fisik pasien seperti kenaikan kecepatan nadi, pernapasan, telapak

tangan basah dan gerakan yang terus menerus. Kecemasan sering terjadi pada

pasien sebelum operasi terutama kecemasan yang diderita pasien yang satu

dengan yang lain tidak jauh berbeda atau sama (Wahab, 2010).

Pada tahun 2015 jumlah pasien mengalami pembatalan operasi pada IBS

RSUD dr. M. Ashari Pemalang karena takut dan menolak sebanyak 86 orang

dan pada tahun 2016 sebanyak 91 orang. Selain itu, kecemasan pasien diduga

menyebabkan perubahan fisiologis antara lain terjadi peningkatan tekanan

darah yang akhirnya menjadi pertimbangan dokter untuk membatalkan operasi.


4

Jumlah operasi yang batal karena pasien mengalami peningkatan tekanan darah

sebanyak 75 orang pada tahun 2015 dan mencapai 112 orang pada tahun 2016

(Taufan, 2017).

Caring dalam keperawatan adalah hal yang sangat mendasar, Caring

merupakan jantung dari profesi, artinya sebagai komponen yang unik,

fundamental dan menjadi fokus sentral dari keperawatan. Salah satu bentuk

pelayanan keperawatan adalah perilaku Caring perawat yang merupakan inti

dalam praktek keperawatan profesional (Sobirin, 2002). Seorang perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan harus mencerminkan perilaku Caring

dalam setiap tindakan ( Noprianty, 2019).

Perilaku Caring telah memerankan bagian penting dalam dunia

keperawatan, sejak dulu keperawatan selalu meliputi empat konsep yang

merupakan paradigma dalam dunia keperawatan yaitu: Merawat adalah apa

yang kita lakukan, manusia adalah sasaran dari apa yang kita lakukan (kepada

siapa kita melakukannya). Kesehatan adalah tujuan dari tindakan perawatan

dan lingkungan adalah tempat di mana kita merawat, inti dari semua teori

tentang keperawatan adalah melakukan dan menguraikan empat konsep

tersebut, tetapi sekarang merawat juga didefinisikan sebagai "kepedulian",

yang kini sudah menjadi konsep paradigma yang kelima (Watson ; Noprianty,

2019).

Ketakutan dan kecemasan yang dialami pasien dapat mempengaruhi

respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan

fisik seperti meningkatkan frekuensi nadi tekanan darah naik dan peningkatan

frekuensi pernafasan, serta gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol,


5

telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama

berulang kali, sulit tidur sering berkemih, sakit kepala, dan penglihatan kabur.

Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan risiko

operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah (Sari, 2016).

Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan perilaku

Caring perawat dengan kecemasan pada pasien pra operasi di Rumah Sakit

Umum Daerah Kolonodale Kabupaten Morowali Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Hubungan Perilaku Caring

Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Operasi

Rumah Sakit Umum Kolonodale?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui Perilaku Caring Perawat di Ruang Operasi Rumah Sakit

Umum Daerah Kolonodale

1.3.2 Mengetahui Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Ruang Operasi

Rumah Sakit Umum Daerah Kolonodale.

1.3.3 Menganalisis Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Operasi Rumah Sakit

Umum Kolonodale.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu keperawatan, terutama keperawatan Medikal


6

Bedah dan Manajemen Keperawatan dalam pengembangan kinerja

perawat menurut teori Watson.

1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya tentang Caring oleh perawat, serta digunakan

sebagai evaluasi untuk rumah sakit mengenai hubungan perilaku

Caring perawat terhadap pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan di Rumah Sakit Khususnya di Ruang Operasi.

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1

Nama
Peneliti /
N Varibel yang Desain
Tahun Hasil Penelitian
o. diteliti Penelitian
Penelitia
n
1. Rifaldi Analisi Faktor Non

Zulkanae Prilaku Caring Experiment

n / 2017 Perawat Pelaksana al dengan

Di Rumah Sakit Pendekatan

Haji Surabaya cross

Berbasis Teori sectional

Kinerja Gibson

2 Dewi Hubungan Cross Hasil Uji Statistik

Nurwula Dukungan Sectional Didapatkan Antara

n / 2017 Keluarga Dengan dengan Dukungan Keluarga

Tingkat Pendekatan Dengan Tingkat

Kecemasan Pada Observasion Kecemasan Pre Anestesi


7

Pasien Pre al Dengan Tindakan Spinal

Anestesi Dengan Anestesi Pada Tabel 4.6.

Tindakan Spinal Dengan Menggunakan Uji

Anestesi Di Rsud Spearman Rank ,

Sleman Didapatkan Hasil

Koefisien Korelasi -0,510

Dan Hasil P Value Adalah

0,001.

3. Christine Hubungan Perilaku Desain yang Hasil penelitian

Lamrotio Caring Perawat digunakan menunjukkan bahwa

Saragih / dengan Tingkat dalam perilaku caring perawat

2018 Kecemasan penelitian memiliki hubungan yang

Keluarga Pasien di ini adalah signifikan dengan tingkat

Ruang Intensive deskriptif kecemasan keluarga di

Care Unit (ICU) korelasi.Pen ruang ICU RSUD dr.

RSUD dr. Pirngadi dekatan Pirngadi medan dengan

Medan yang nilai spearman Rank (ρ)

digunakan sebesar 0,00 dan hasil

adalah cross koefisien korelasi sebesar

sectional -0,609. Ini berarti terdapat

hubungan antara perilaku

caring perawat dengan

tingkat kecemasan

keluarga, dengan arah


8

hubungan negatif dan

tingkat kekuatan

hubungan yang sedang (τ

= -0,609)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah

variabel terikat, waktu dan tempat, sampel yang digunakan termasuk skala

kecemasan yang dipakai. Variable terikat pada penelitian ini adalah kecemasan

pasien pre operasi dan alat ukur yang digunakan adalah Hamilton Scale for

Anxiety (HRS-A). Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di ruang operasi

Rumah Sakit Umum Daerah Kolonodale dengan sampel yang digunakan

adalah pasien operasi secara umum.

Anda mungkin juga menyukai