Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN

PADA PASIEN PRE OPERASI MAYOR DI RSUD BREBES

Lutfi Al Faris, 2) Agus Budianto, 3) Ikawati Setyaningrum


1)
1)
Mahasiswa Keperawatan, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia
2) 3)
Dosen Keperawatan, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia
*Email: lutfialfaris27@gmail.com

Abstrak
Operasi mayor adalah tindakan bedah yang menggunakan anestesi umum/general anestesi yang merupakan
salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan. Kecemasan pre operasi merupakan emosi yang
tidak menyenangkan dan dapat menyebabkan pasien menghindari operas yang direncanakan. Pasien merasa
cemas ketika akan dilakukan tindakan operasi mayor sehingga perlu adanya dukungan dari keluarga.
Semakin tinggi dukungan keluarga dapat mengurangi atau mencegah terjadinya kecemasan yang dirasakan
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi mayor di RSUD Brebes. Desain penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu non probability sampling
dengan jenis accidental sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu 30 responden. Hasil analisis data
menggunakan uji statistik Kendall’s Tau menunjukkan nilai pValue 0,001 < 0,05 yang artinya Ho ditolak dan
Ha diterima. Maka dapat disimpulkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi mayor di RSUD Brebes. Segala dukungan dan motivasi dari keluarga dibutuhkan
oleh pasien pre operasi mayor agar pasien merasa tenang dan nyaman sehingga dapat menurunkan tingkat
kecemasan.
.

Kata kunci: Dukungan keluarga, tingkat kecemasan, pasien pre operasi mayor

THE RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH ANXIETY LEVELS IN


MAYOR'S PRE-OPERATION PATIENTS IN RSUD BREBES
1)
Lutfi Al Faris, 2) Agus Budianto, 3) Ikawati Setyaningrum
1)
Nursing Student, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia
2) 3)
Nursing Lecturers, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal Indonesia
*Email: lutfialfaris27@gmail.com

Abstract
Major surgery is a surgical procedure that uses general anesthesia / general anesthesia which is a form of
surgery that is often done. Preoperative anxiety is an unpleasant emotion and can cause the patient to avoid
planned surgery. The patient feels anxious when major surgery will be performed so there is a need for
support from the family. The higher family support can reduce or prevent the occurrence of anxiety felt by
patients. This study aims to determine the relationship of family support with anxiety levels in major
preoperative patients at RSUD Brebes. This research design uses correlation design with cross sectional
approach. The sampling technique used is non probability sampling with accidental sampling type. The
sample in this study was 30 respondents. The results of data analysis using the Kendall's Tau statistical test
showed a pValue value of 0.001 <0.05 which means that Ho was rejected and Ha was accepted. It can be
concluded that there is a relationship between family support and anxiety level in the major preoperative
patients at Brebes Regional Hospital. All support and motivation from the family is needed by the major
preoperative patients so that the patient feels calm and comfortable so that it can reduce the level of anxiety.
. It can be concluded that there is a relationship between family support and anxiety level in the major
preoperative patients at RSUD Brebes. All support and motivation from the family is needed by the major
preoperative patients so that the patient feels calm and comfortable so that it can reduce the level of anxiety.
.
Keywords: family support, anxiety level, major preoperative patients

1
PENDAHULUAN mengandung komponen fisiologik dan
Operasi atau bedah adalah pengobatan psikologik. Menurut Long (1996) terdapat 2
penyakit dengan jalan memotong (mengiris respon yaitu fisiologis dan psikologis.
dan sebagainya) bagian tubuh yang sakit. Respon fisiologis terhadap ansietas
Pembedahan dilakukan karena beberapa merupakan reaksi yang pertama timbul pada
alasan seperti diagnostik (biopsi, laparotomi sistem saraf otonom, meliputi peningkatan
eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran
pengangkatan apendiks yang mengalami tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos
inflamasi), reparatif (memperbaiki luka pada kandung kemih dan usus, kulit dingin
multiplek), rekonstruksi dan paliatif. dan lembab. Reaksi psikologis secara umum
Pembedahan menurut jenisnya dibedakan berhubungan adanya ansietas menghadapi
menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan anestesi, diagnosa penyakit yang belum pasti,
bedah minor. Bedah mayor merupakan keganasan, nyeri, ketidaktahuan tentang
tindakan bedah yang menggunakan anestesi prosedur operasi dan sebagainya.
umum/general anestesi yang merupakan Arifah dan Trise (2012) mengatakan
salah satu bentuk dari pembedahan yang bahwa walaupun pasien preoperasi sudah
sering dilakukan oleh pasien sebelum diberikan informasi dan perawatan yang
melakukan operasi. Pre-operasi merupakan cukup baik sebelum melakukan operasi,
tahapan awal sebelum pasien melakukan pasien ternyata masih merasakan kecemasan.
operasi, yaitu dengan melakukan Ada yang merasa khawatir akan tidak tahan
pemeriksaan kesiapan secara fisiologis terhadap nyeri akibat operasi, bingung akan
maupun psikologi (Sjamsuhidajat & Jong, perawatan luka di rumah, khawatir jika luka
2010). akibat operasi tidak sembuh–sembuh
Data WHO (World Health sehingga tidak bisa cepat kembali bekerja,
Organization) menunjukkan bahwa selama khawatir akan hasil dari operasi terutama
lebih dari satu abad perawatan bedah telah hasil dari patologi anatomi yang tidak bisa
menjadi komponen penting dari perawatan langsung diketahui hasilnya, takut bagaimana
kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan nanti yang akan terjadi di kamar operasi.
setiap tahun ada 230 juta operasi utama yang Diperkirakan 20% dari populasi dunia
dilakukan di seluruh dunia, satu dari 25 orang menderita kecemasan sebelum menjalankan
hidup. Penelitian di 56 negara dari 192 operasi. Prevalensi kecemasan di Indonesia
negara anggota WHO (World Health diperkirakan berkisar antara 9% - 12%
Organization) tahun 2015 diperkirakan 234,2 populasi (Depkes RI, 2010). Pada penelitian
juta prosedur pembedahan dilakukan setiap yang dilakukan oleh Bahsoan berkisar antara
tahun berpotensi komplikasi dan kematian. 80% mengalami kecemasan sebelum
Tindakan operasi di Indonesia menjalankan operasi (Bahsoan, 2013).
meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah Berdasarkan Data dari World Health
810.000 orang per tahun. Angka Organization pada tahun 2013, menyatakan
perbandingan antara perempuan dengan laki- bahwa jumlah pasien pre operasi bertambah
laki, yaitu perempuan mencapai 50,15%, dengan klien yang mengalami gangguan
sedangkan laki-laki sebanyak 30,5%, dan kecemasan sebelum menjalankan tindakan
operasi anak dibawah umur sekitar 10% - operasi di Amerika Serikat sekitar 20%.
15% (Suara Merdeka.Com, 2010). Data di Pasien yang menjalakan tindakan operasi
Indonesia pada tahun 2015 tindakan operasi mengalami kecemasan.
mencapai sekitar 1,2 juta jiwa (Kemenkes RI, Menurut Brunner & Suddarth (2010)
2016). kecemasan preoperasi merupakan suatu
Salah satu bentuk stres psikologis yang respons antisipasi terhadap suatu pengalaman
dialami oleh pasien pre-operasi adalah yang dapat dianggap pasien sebagai suatu
kecemasan. Kecemasan (ansietas) merupakan ancaman terhadap perannya dalam hidup,
respon psikologik terhadap stres yang integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya

2
itu sendiri. Pasien yang menghadapi menguatkan komitmen pasien untuk
pembedahan dilingkupi oleh ketakutan akan menghadapi operasi.
ketidaktahuan, kematian, tentang anastesia, Kasus operasi mayor di RSUD Brebes
kekhawatiran mengenai kehilangan waktu dalam sebulan terdapat kurang lebih sekitar
kerja dan tanggung jawab mendukung 42 kasus operasi mayor. Ketika peneliti
keluarga. Dukungan keluarga memainkan menanyakan kepada pasien yang akan
peranan penting dalam menghadapi melakukan tindakan operasi mayor di
ketakutan dan kecemasan. Keluarga ruangan, pasien tersebut mengatakan sulit
merupakan sistem pendukung utama yang tidur karena takut akan operasinya gagal.
memberi perawatan langsung pada setiap Selain itu, pasien juga takut menghadapi
keadaan (sehat–sakit) klien. Keluarga ruang operasi dan selalu menanyakan
merupakan bagian dari manusia yang setiap pertanyaan yang sama berulang kali, pasien
hari selalu berhubungan dengan kita. juga mengatakan kurang mendapat dukungan
Keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya dari keluarga. Selama perawatan di rumah
bahwa setiap individu merupakan bagiannya sakit pasien didampingi oleh saudara karena
dan keluarga juga semua dapat diekspresikan keluarga inti pasien sibuk dengan urusan
tanpa hambatan yang berarti. masing-masing, padahal pasien mengatakan
Menurut Friedman (2013), dukungan ingin ditemani oleh keluarga inti.
yang diberikan keluarga untuk mengurangi Untuk itu dukungan keluarga adalah
kecemasan pasien itu sendiri adalah memberikan saran dan nasehat. Dukungan
dukungan informasional, dimana keluarga keluarga ini mampu membuat pasien lebih
memberikan nasehat, saran, dukungan nyaman, merasa dipedulikan, nasehat yang
jasmani maupun rohani. Dukungan membuat pasien merasa disayangi dan
emosional juga diberikan keluarga, yang dihargai. Sehingga pasien dapat menghadapi
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam masalah denganm tenang. Tapi pada
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, kenyataannya pasien yang akan melakukan
perhatian, mendengarkan dan tindakan operasi kurang mendapatkan
didengarkan.Dukungan lainnya adalah dukungan dari keluarga, sehingga
dukungan penilaian dan dukungan mengakibatkan pasien masih merasakan
instrumental. cemas dan takut menghadapi operasi.
Dukungan keluarga juga memiliki Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik
peranan yang penting dalam menurunkan untuk mengadakan penelitian dengan judul
kecemasan pada pasien pre operasi. Friedman hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
(2010), menyatakan bahwa dukungan kecemasan pada pasien pre operasi mayor di
keluarga adalah tindakan dan penerimaan RSUD Brebes Tahun 2020.
keluarga terhadap penderita yang sakit.
Pasien dapat mengekspresikan ketakutan dan METODE PENELITIAN
kecemasannya pada keluarga dengan Jenis penelitian yang digunakan yaitu
mengurangi kecemasan dan ketakutan yang kuantitatif dengan menggunakan desain
berlebihan dan tidak beralasan, akan penelitian adalah korelasi dengan pendekatan
mempersiapkan pasien secara emosional. cross sectional. Penelitian dilakukan pada
Anggota keluarga memandang bahwa orang pasien pre operasi mayor di Ruang Alamanda
yang dapat memberikan rasa senang, rasa dan Flamboyan RSUD Brebes, pada tanggal
aman, rasa nyaman, bersifat mendukung 8-13 Juni 2020 dengan teknik pengambilan
selalu siap memberikan pertolongan dan sampel yaitu non probability sampling
bantuan. Karena dukungan keluarga dalam dengan jenis accidental sampling dan
perawatan sangat diperlukan pasien, dapat didapatkan. sampel sebesar 30 responden.
meningkatkan semangat hidup dan Pengambilan data menggunakan kuesioner
menurunkan kecemasan pasien serta dukungan keluarga yang telah diuji validitas

3
dan kuesioner kecemasan yaitu kuesioner apa yang dikatakan dokter, dan responden
HARS. mudah tersinggung ketika dinasehati dengan
Analisis univariat penelitian ditampilkan nada tinggi.
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
prosentase. Analisis bivariat menggunakan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat
uji Kendalls Tau C untuk mengetahui kecemasan pasien pre operasi mayor di
hubungan antara dukungan keluarga terhadap RSUD Brebes
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Frekuensi Prosentase
Variabel
mayor di RSUD Brebes. (n) (%)
Tingkat
HASIL PENELITIAN Kecemasan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Dukungan Tidak ada 9 30
keluarga pasien pre operasi mayor di RSUD kecemasan
Brebes
Kecemasan 16 53,4
Frekuensi Prosentase Ringan
Variabel
(n) (%) Kecemasan 1 3,3
Dukungan Sedang
keluarga Kecemasan 4 13,3
Rendah 4 13,3 Berat
Sedang 5 16,7 30 100,0
Total
Tinggi 21 70
30 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
Total 100,0
bahwa tingkat kecemasan pasien pre operasi
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
mayor di RSUD Brebes adalah kecemasan
bahwa dukungan keluarga pasien pre operasi
ringan dengan 16 orang (53,4%). Hal ini
mayor di RSUD Brebes yang paling banyak
ditunjukkan adanya ditandai dengan
ditunjukkan adalah dukungan keluarga tinggi
responden menunjukkan gejala-gejala
sebanyak 21 responden (70%). Hal ini
perasaan cemas, ketegangan, gangguan tidur
ditunjukkan dengan keluarga memberikan
dan tingkah laku. Sedangkan yang
dukungan pada responden seperti dukungan
kecemasan yang sedikit yaitu kecemasan
emosional. Keluarga menyemangati
sedang sebanyak adalah 1 (3,33%).
responden agar operasinya lancar, keluarga
tidak pernah meninggalkan responden ketika
mengeluh sakit, keluarga mendukung apa
yang responden lakukan ketika itu positif,
merundingkan segala hal yang terjadi kepada
pasien dan keluarga, keluarga memberikan
perhatian, dan keluarga berkomunikasi
dengan responden. Tetapi ada juga responden
yang mendapatkan dukungan keluarga
rendah sebanyak 4 responden (13,3%), hal ini
ditunjukkan keluarga memarahi pasien jika
salah, keluarga tidak memberikan penjelasan Berdasarkan hasil uji statistik Kendall’s
ketika responden bertanya, keluarga kurang Tau C didapatkan pValue 0,001<0,05 yang
memberi pujian ketika responden melakukan artinya Ho ditolak dan Ha diterima, dengan
Tabel 3. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor
di RSUD Brebes

Tingkat kecemasan

Dukungan Tidak
Ringan Sedang Berat Total P value
keluarga ada
n % n % n % n % n %
Rendah - - 2 6,7 - 4- 2 6,7 4 13.3
Sedang - - 2 6,7 1 3,3 2 6,7 5 16,7 0,001
Tinggi 9 30 12 40 - - - - 21 70
Total 9 30 16 53.4 1 3,3 4 13,3 30 100
kesimpulan ada hubungan dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dengan tingkat kecemasan pada pasien pre dan penerimaan keluarga terhadap anggota
operasi mayor di RSUD Brebes. keluarga yang sakit. Salah satu peran dan
Nilai korelasi yang didapatkan pada fungsi keluarga adalah memberikan fungsi
penelitian ini sebesar -0,590 hal ini afektif untuk pemenuhan kebutuhan
menunjukkan bahwa arah korelasi negatif psikososial anggota keluarganya dalam
atau tidak searah dengan tingkat keeratan memberikan kasih sayang (Friedman, 2013).
korelasi kuat, sehingga dapat disimpulkan Berdasarkan hasil penelitian dukungan
semakin tinggi dukungan keluarga maka keluarga dari 4 item dengan 30 pernyataan
semakin rendah tingkat kecemasan pada didapatkan nilai paling banyak pada item
pasien pre operasi mayor. dukungan keluarga dengan jumlah 358 pada
dukungan emosional. Sehingga dukungan
PEMBAHASAN keluarga yang paling baik adalah dukungan
Berdasarkan tabel 1 tentang dukungan emosional. Dukungan ini ditandai dengan
keluarga pasien pre operasi mayor di RSUD hasil kuesioner yaitu keluarga selalu
Brebes Tahun 2020 didapatkan hasil bahwa menyemangati responden dan khawatir
mayoritas dukungan keluarga tinggi dengan responden ketika menjelang operasi,
sebanyak 21 responden (70%), sedangkan keluarga tidak hanya berdiam diri dan tidak
dukungan keluarga dengan kategori pernah meninggalkan responden ketika sakit.
dukungan yang rendah sebanyak 4 responden Sedangkan dukungan penghargaan ditandai
(13,3%). dengan hasil kuesioner yaitu keluarga selalu
Hal ini senada dengan penelitian Dwi mensupport dalam pengobatan responden,
susilawati (2012) bahwa dari 23 orang selalu menasehati dan menguatkan responden
pasien preoperasi sebesar (76,6%) memiliki dalam menghadapi penyakitnya, keluarga
dukungan keluarga dalam kategori tinggi juga memberikan pujian jika responden
dengan didominasi dukungan emosional. melakukan suatu hal yang sesuai dengan
Penelitian yang dilakukan oleh Lili Herlina anjuran dokter. Dukungan emosional tinggi
(2011) dari 30 responden sebanyak 18 karena responden merasa sangat
responden (60%) menunjukan dukungan diperhatikan, memperoleh kasih saying dan
keluarga tinggi dengan didominasi dukungan empati dari keluarga.
informasional. Sebagaimana diketahui bahwa Sedangkan dari 4 item dengan 30
keluarga merupakan sistem pendukung utama pernyataan didapatkan nilai paling rendah
yang memberikan perawatan secara pada item dukungan keluarga dengan jumlah
langsung. 320 pada dukungan emosional. Dukungan
Support system keluarga atau dukungan keluarga yang buruk ditunjukkan pada
keluarga merupakan bagian dari dukungan dukungan informasional ditandai dengan
sosial mempunyai pengaruh terhadap hasil kuesioner yaitu keluarga terkadang
kesehatan. Dukungan tersebut dapat menyembunyikan hasil pemeriksaan, tidak
diwujudkan dalam bentuk dukungan menjelaskan penyakit yang dialami
emosional melalui rasa empati, dukungan responden dan hanya menjelaskan penyakit
penilaian/penghargaan, dukungan dapat disembuhkan dengan operasi,
instrumental melalui bantuan langsung responden juga merasa cemas jika keluarga
berupa harta atau benda dan dukungan meninggalkan responden walaupun hanya
informasional melalui pemberian nasihat, sebentar.
saran-saran atau petunjuk. Keluarga juga Peneliti berpendapat bahwa untuk
berfungsi sebagai sistem pendukung bagi mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi,
anggota keluarganya dan anggota keluarga ada beberapa dukungan yang harus diberikan
memandang bahwa orang yang bersifat keluarga yaitu dukungan emosional,
mendukung, selalu siap memberikan dukungan instrumental, dukungan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. informasional dan dukungan penghargaan.

5
Ada faktor lain yang membuat pasien didapatkan dari 58 responden terdapat 29
mendapat dukungan keluarga yang tinggi responden (57,3%) mengalami kecemasan
yaitu salah satunya berdasarkan status ringan.
responden paling banyak sudah menikah Kecemasan adalah gangguan alam
karena responden mendapatkan dukungan perasaan yang ditandai dengan perasaan
dari pasangannya, sehingga dukungan yang ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
didapatkan lebih tinggi sedangkan responden dan berkelanjutan, tidak mengalami
dengan dukungan keluarga yang rendah gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
berdasarkan status responden belum masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu
berkeluarga karena ada beberapa responden tetapi masih dalam batas-batas normal
didampingi oleh keluarga yang lain tetapi (Hawari, 2010). Kecemasan merupakan
keluarga juga memiliki urusan lain dan perasaan yang paling umum dialami oleh
terkadang terpaksa meninggalkan responden pasien yang dirawat di rumah sakit,
sehingga dukungan yang didapatkan lebih kecemasan yang sering terjadi adalah apabila
sedikit. Diharapkan keluarga juga mampu pasien yang dirawat dirumah sakit harus
melakukan peran dan fungsinya yang mengalami proses pembedahan (long, 1996).
senantiasa mendampingi dan menjadi Kecemasan pre operasi merupakan suatu
pendukung utama responden selama respon antisipasi terhadap suatu pengalaman
perawatan penyakitnya. Dukungan keluarga yang dapat dianggap pasien sebagai suatu
memang selalu diberikan keluarga pada ancaman terhadap perannya dalam hidup,
pasien pre operasi, hal ini dilihat dari integritaas tubuh atau bahkan kehidupannya
jawaban responden yang paling banyak itu sendiri (Brunner & Suddarth, 2010)
menyatakan keluarga selalu menyemangati Hasil kuesioner menunjukkan tingkat
responden untuk kesehatannya. Selain itu, kecemasan responden pada kategori
nasehat dari keluarga dapat menumbuhkan kecemasan ringan sejumlah 16 responden
semangat yang pasien untuk mempercepat (43,7%). Kecemasan ringan adalah
proses penyembuhannya. kecemasan yang wajar terjadi pada individu
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa akibat situasi-situasi yang mengancam dan
tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor individu tersebut tidak dapat mengatasinya
di RSUD Brebes sebagian besar sehingga timbul kecemasan. Kecemasan
kecemasannya ringan yaitu 16 responden ringan menyebabkan seseorang menjadi
(53,4%) hal ini ditunjukkan hasil kuesioner waspada dan meningkatkan perhatian. Pada
yang ditandai gejala perasaan cemas, hasil kuesioner yaitu responden terkadang
ketegangan, gangguan tidur, gejala merasa lemas dan cemas, terkadang pola
kardiovaskuler dan tingkah laku. Tingkat tidurnya terganggu, sakit kepala, jantung
kecemasan paling sedikit yaitu kecemasan sedikit berdebar-debar, namun responden
sedang 1 responden (3,3%) kecemasan masih dapat berkonsentrasi dan memiliki
sedang sering ditandai sebagian dari daya ingat yang baik serta masih berminat
kuesioner dari gejala-gejala kecemasan untuk melakukan sesuatu sehingga responden
seperti perasaan cemas, ketegangan, masih dapat mengontrol perasaannya agar
gangguan tidur, gejalaa somatik, tetap merasa tenang. Selain itu, didapatkan
kardiovaskuler,gejala autonomy dan tingkah hasil bahwa setiap individu mempunyai
laku responden. reaksi yang berbeda pada kecemasan. Ada
Hal ini sebanding dengan penelitian faktor lain yang mempengaruhi kecemasan
yang dilakukan oleh Sitepu & Nasution yaitu seperti usia, bahwa pada responden
(2015) mengenai tingkat kecemasan pasien dengan usia 17-25 tahun lebih merasakan
pre operasi dari 16 responden sebanyak 7 cemas ketika berhadapan dengan penyakit-
responden (43,7%) merasakan kecemasan penyakit yang mengancam kehidupan dan
ringan. Sedangkan penelitian yang dilakukan kondisi kesehatannya.
oleh Vellyana, Lestari & Rahmawati (2016)

6
Berdasarkan hasil uji statistik dengan ditunjukkan dengan hasil kuesioner
menggunakan kendalls tau C diperoleh hasil responden, bahwa responden merasa lemas,
pValue sebesar 0,001 < 0,05 sehingga sukar tidur, sering menarik nafas, sakit
penelitian tersebut menunjukkan bahwa Ho kepala, terkadang responden ditinggal
ditolak dan Ha diterima yang artinya ada keluarga walaupun sebentar membuat
hubungan antara dukungan keluarga dengan responden memiliki rasa cemas, namun peran
tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor aktif dari keluarga membuat responden
di RSUD Brebes, dari 30 responden sebagian merasa sedikit tenang sehingga dapat
besar kecemasan ringan dengan dukungan menekan kecemasan yang dirasakan
keluarga kategori tinggi yaitu sebanyak 12 responden hanya dalam kategori kecemasan
responden (57,1%), sedangkan yang paling ringan.
sedikit tingkat kecemasan sedang dengan Sebanyak 12 responden (40%) kategori
dukungan keluarga kategori sedang sebanyak kecemasan ringan dengan dukungan keluarga
1 responden (20%). Hasil uji kendalls tau tinggi responden mengungkapkan bahwa
diperoleh nilai p value 0,001 < 0,05 dan nilai jantungnya sedikit berdebar-debar dan
koefisiensi sebesar -0,590 artinya Ho ditolak merasa sedikit cemas, keluarga juga selalu
dan Ha diterima dengan kesimpulan ada menyemangati dan mensupport responden,
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat hal tersebut yang membuat reponden merasa
kecemasan pada pasien pre operasi mayor di nyaman jika ditemani keluarga sehingga
RSUD Brebes. dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan.
Pada hasil penelitian terdapat 9 Sebanyak 1 responden (3,3%) kategori
responden (30%) kategori tidak ada kecemasan sedang dengan dukungan
kecemasan dengan dukungan keluarga tinggi keluarga sedang responden mengungkapkan
hal ini diungkapkan oleh responden bahwa bahwa merasa cemas, mudah tersinggung,
responden yakin operasi akan berjalan lancar merasa tegang menghadapi operasi,
tanpa kendala, tidak tegang, pencernaan dan gangguan tidur, responden sering menarik
pernafasan tidak ada masalah, perkemihan nafas dan berdebar-debar, responden juga
dan kelamin normal, keluarga selalu nyeri ketika sebelum ataupun sesudah makan
menyemangati, keluarga berperan aktif, sehingga menyebabkan mual bahkan hingga
keluarga selalu terbuka kepada responden, muntah, kepala terasa berat dan pusing,
dukungan keluarga yang diberikan kepada terkadang dukungan keluarga yang diberikan
reponden memberikan perasaan nyaman berupa motivasi dan menyakinkan bahwa
sehingga responden tidak memiliki rasa operasi akan berjalan lancar, tetapi keluarga
cemas bahkan merasa tenang. Kategori juga sering mengacuhkan ketika responden
kecemasan ringan dengan dukungan keluarga meminta saran, hal tersebut membuat
rendah sebanyak 2 responden (6,7%) hal ini responden merasa gelisah dan bingung
ditunjukkan oleh hasil kuesioner responden sehingga menambah kecemasan yang
sedikit cemas, merasa agak tegang, tidur dirasakan responden.
tidak nyeyak, otot terasa nyeri, berdebar- Kategori kecemasan berat dengan
debar, mual, sakit kepala, keluarga ketika dukungan keluarga sedang sebanyak 2
responden mengeluh sakit keluarga hanya responden (6,7%) dan membuat berdebar-
terdiam dan mengacuhkan responden, debar, responden merasa ketegangan sangat
kurangnya dukungan keluarga yang diberikan terasa, responden tidak tenang sehingga
kepada responden membuat responden mengalami gangguan tidur, responden
memiliki rasa cemas tetapi responden masih merasakan otot-otot nyeri dan membuatnya
dapat berpikir secara positif sehingga lemas, selain itu responden mudah
kecemasan yang dirasakan masih dalam berkeringat dan merasakan kepala berat dan
kategori kecemasan ringan. Sebanyak 2 pusing. Dukungan keluarga yang responden
responden (6,7%) kategori kecemasan ringan rasakan yaitu keluarga sering menyemangati,
dengan dukungan keluarga sedang keluarga tidak berdiam saja ketika responden

7
merasakan sakit, keluarga responden operasinya. Dukungan ini akan meningkatkan
berperan aktif dalam apa yang dibutuhkan koping responden dalam menghadapi stressor
responden, responden sering tersinggung yang muncul karena akan dioperasi. Semakin
ketika keluarga menasehati responden baik dukungan yang diberikan oleh keluarga
dengan nada bicara yang tinggi ditambah maka kecemasan pasien pre operatif akan
dengan adanya gejala fisik yang dirasakan berkurang. Faktor pemberian informed
membuat responden kurang dapat consent yang kurang tepat, faktor umur,
mengontrol perasaannya sehingga responden genetik, jenis kelamin, pendidikan, jenis
tetap merasa sangat cemas. Terakhir ada operasi, konsep diri, dan mekanisme koping
kecemasan berat dengan dukungan keluarga individu itu sendiri, dukungan keluarga
rendah sebanyak 2 responden (6,7%) mempengaruhi kecemasan pasien pre
responden mengungkapkan merasa sangat operatif. Faktor yang paling berpengaruh
cemas, berdebar-debar, tegang, sulit tidur terhadap kecemasan pasien pre operatif
bahkan mual ketika makan, merasa lemas dan adalah dukungan dari keluarga.
otot-ototnya terasa nyeri, di samping itu Berdasarkan hasil kuesioner mengenai
keluarga tidak menyemangati dan pasien pre operasi mayor bahwa pasien pre
mensupport responden, keluarga merasa operasi mayor tidak mudah untuk dapat
biasa saja ketika responden menjelang menyesuaikan diri dengan keadaan ketika
operasi, keluarga sering menyembunyikan menjelang operasi apalagi dukungan yang
hasil pemeriksaan dokter, hal itu yang diberikan oleh keluarga rendah. Dukungan
memicu terjadinya kecemasan pada keluarga merupakan semangat yang
responden bahkan responden merasa sangat diberikan oleh keluarga terhadap anggota
gelisah dan tidak tenang sehingga kecemasan keluarga yang akan menjalani operasi mayor
yang dirasakan responden dalam kategori dan diharapkan dengan dukungan keluarga
kecemasan berat. dapat membantu pasien menghadapi suatu
Hal ini sejalan dengan penelitian yang masalah yang dirasakan pada saat preoperasi
dilakukan oleh Haniba (2018) yang terutama untuk menghilangkan kecemasan.
menyatakan bahwa faktor-faktor yang Keluarga mempunyai kemampuan dan
berhubungan dengan kecemasan berupa, usia, kesempatan yang tinggi untuk membantu
jenis kelamin, pendidikan, pengalaman individu mengembangkan mekanisme koping
melakukan operasi serta dukungan keluarga yang efektif bagi individu. Dukungan
pada pasien yang akan menjalani operasi. emosional keluarga sangat bermanfaat dalam
Menurut Haqiki (2013) dukungan keluarga mengendalikan tingkat kecemasan seseorang
adalah sikap, tindakan dan penerimaan dalam hal ini pasien preoperasi mayor dan
keluarga terhadap penderita yang sakit. dapat pula mengurangi dan meredakan
Anggota keluarga memandang bahwa orang tekanan-tekanan yang mungkin timbul pada
yang bersifat mendukung selalu siap dirinya, dengan dukungan emosional
memberikan pertolongan dan bantuan jika keluarga pasien pre operasi mayor yang akan
diperlukan. Kecemasan merupakan bagian menjalani operasi akan merasa diperdulikan,
dari kehidupan manusia yang ditandai dengan diperhatikan, dan dimengerti atau diempati
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang sehingga pasien pre operasi mayor merasa
mendalam dan berkelanjutan. semakin yakin untuk melakukan operasi dan
Penelitian yang dilakukan oleh Hulu tidak merasa gelisah bahkan khawatir atau
& Pardede (2016) menyatakan bahwa ada cemas.
hubungan yang signifikan antara dukungan Dukungan penghargaan yang baik dari
keluarga dengan kecemasan pasien pre keluarga terhadap pasien pre operasi mayor
operatif di RSU Sari Mutiara Medan. yang akan menjalani operasi membuat
Dukungan keluarga yang baik sangat adanya ketenangan batin dan perasaan senang
mempengaruhi semangat dan kepercayaan dalam diri pasien pre operasi mayor dalam
diri responden dalam menghadapi mengikuti pengobatan yang diberikan,

8
dengan mendapat dukungan ini pasien pre Peneliti selanjutnya lebih membahas
operasi mayor akan merasa percaya diri tentang dukungan informasional.
dalam melakukan pengobatan serta berfikir
secara positif tentang perubahan-perubahan
baik fisik maupun psikologis yang
dialaminya selama masa sebelum operasi
maupun masa perawatan dan penyembuhan
setelah operasi mayor sehingga dapat
meminimalisasi perasaan cemas yang UCAPAN TERIMAKASIH
mungkin timbul pada diri pasien pre operasi Terlaksananya penelitian ini karena
mayor, dengan kondisi demikian pasien tahu adanya bantuan dari banyak pihak, untuk itu
bahwa akan ada keluarganya yang peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
membantu. Pasien dengan dukungan dosen pembimbing dan penguji STIKes
instrumental yang tinggi akan mengubah Bhakti Mandala Husada Slawi, Rumah Sakit
respon terhadap sumber kecemasan dan Mitra Siaga Kabupaten Tegal, dan pasien
kesediaan waktu yang diberikan keluarganya hemodialisa Rumah Sakit Mitra Siaga
dapat membuat pasien merasa lebih tenang Kabupaten Tegal.
dan nyaman.
Segala dukungan keluarga sangat DAFTAR PUSTAKA
dibutuhkan oleh pasien pre operasi mayor Arifah,S. & Trise,I.N.(2012).Pengaruh
agar pasien pre operasi mayor merasa Pemberian Informasi Tentang
nyaman, tenang dan dapat mengontrol Persiapan Operasi Dengan
perasannya sehingga dapat menurunkan Pendekatan Komunikasi Terapeutik
tingkat kecemasannya. Jika tingkat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
kecemasan pasien pre operasi mayor Pre – Operasi Di Ruang Bougenville
menurun maka akan dapat memperlancar Rsud Sleman, Jurnal Kebidanan, 4(01).
operasi. Bahsoan, Heriani. (2013). Hubungan
Mekanisme Koping Dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
KESIMPULAN Di Ruang Perawatan Bedah Rsud
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
ada hubungan antara dukungan kelularga Gorontalo. Jurnal: Universitas Negeri
dengan tingkat kecemasan pada pasien pre Gorontalo.
operasi mayor di RSUD Brebes. Brunner & Suddarth, (2010). Keperawatan
Medical Bedah, Edisi 8, Vol 2, Jakata;
SARAN EGC.
1. Sebaiknya keluarga mempertahankan Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan 2008.
dukungan kepada pasien agar tingkat Jakarta. http://www.depkes.go.id
kecemasan menurun khususnya pada Depkes RI (2010). Data kecemasan
pasien pre operasi mayor. Salah satu cara pembedahan, dikutip pada penelitian
nya yaitu dengan rileksasi nafas dalam. sartika. Jurnal : Universitas
2. Sebaiknya perawat memberikan informasi Hasanuddin Makasar.
yang selengkap-lengkapnya mengenai Friedman, M.M. (2013). Keperawatan
kondisi yang dialami pasien ketika akan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen
melakukan tindakan operasi. Publishing.
3. Mengembangkan metode tentang cara Haniba, S.W. (2018). Analisa faktor-faktor
meningkatkan dukungan informasional terhadap tingkat kecemasan pasien
yang tepat pada pasien dan keluarga. yang akan menjalani operasi. Program
4. Sebaiknya peneliti menggunakan sampel Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi
lebih banyak dalam melakukan penelitian.

9
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Media.
Haqiki, S.A.N. (2013) Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi Di Ruangan
Bedah Baji Kamase 1 Dan 2 RSUD
Labuang Baji Makassar.
Undergraduate (S1) thesis, Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Hawari. (2013). Manajemen Stress, Cemas
Dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Herlina, Lili. (2012). Hubungan Antara
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Praoperasi Di
Ruang Bedah Kelas III Rumah Sakit
Umum Daerah 45 Kuningan.
Hulu, E.K & Pardede, J.A. (2016).
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasanpasien Preoperatifdi
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan.
Kemenkes RI. (2016). Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit. Jakarta :
Kemenkes.
Long C, Barbara. (1996). Perawatan
Medikal Bedah,(volume 3).
Penerjemah:Yayasan IAPK Padjajaran,
Bandung.
Sjamsuhidajat & de jong. (2010). Buku Ajar
Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
Sitepu, S & Nasution, M. (2015). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Pre Operasi Di
Rumah Sakit Umum Haji Medan.
Suliswati, Dwi. (2014). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.
Jakarta.
Vellyana. D , Lestari. A & Rahmawati, A.
(2016). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada pasien preoperative
Di Rs Mitra Husada Pringsewu.
STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Lampung.
World Health Organization(WHO). (2013).
http://www.google.co.id.anxiety-
operatif.wordhealth_organization.
Diakses 8 desember 2019.

10

Anda mungkin juga menyukai