PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam keluarga merupakan stressor yang sangat berat yang harus ditanggung
ancaman tersebut, hal inilah yang biasanya membuat keluarga cemas dan
1
skizofrenia, yaitu: (1) pengawasan minum obat, (2) memberikan perawatan
stres, frustasi, kurangnya interaksi sosial, harga diri menurun, depresi dan
kecemasan.
kimia dalam otak (Masriadi, 2016). Skizofrenia dapat dialami oleh siapa saja
dengan latar belakang apa saja. Adanya salah satu anggota keluarga yang
adalah aib bagi pasien dan keluarganya. Hal ini menyebabkan masih banyak
gangguan jiwa. Keluarga merasa kecewa, malu dan putus asa. Gangguan
dan hobi, kesulitan keuangan, dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik
keluarga termasuk dalam beban sosial ekonomi keluarga. Selain itu perasaan
di angka 13,4 dari seluruh penduduk jiwa (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).
(Hawari, 2014).
terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Berdasarkan data dari
World Health Organisasi (WHO 2015), ada sekitar 478,5 juta orang didunia
Padang tahun 2020 Kota Padang peringkat pertama di antara daerah lain
Padang dari 53.177 kunjungan pada tahun 2020 menjadi 58.809 kunjungan
tersebut yang terdiri dari beberapa wilayah kerja puskesmas yang ada di Kota
posisi pertama (109 orang) setelah Wilayah Kerja Puskesmas Alai (75 orang)
yang berada pada posisi ketiga Wilayah Kerja Puskesmas Padang Pasir (60
orang).
tidak hanya penderita saja yang mengalami stigma tetapi keluarga penderita
juga menerima stigma. Stigma adalah persepsi negatif, perasaan, emosi, dan
merasa tidak aman terhadap lingkungan sekitar atau situasi yang sedang
khawatir gelisah, takut, tidak tentram dan situasi tidak aman atau gangguan
masalah psikososial yang sering terjadi pada setiap orang. Pada keluarga
dari stress akibat beban ekonomi dan perawatan yang tinggi, beban
sesama anggota keluarga dan juga akan mempengaruhi keluarga yang ada di
keluarga adalah orang yang sangat dekat dengan pasien serta dianggap paling
2018).
et al. 2010), salah satu hambatan dalam upaya kesehatan jiwa ialah
pengetahuan keluarga
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik dan
yang mengalami gangguan jiwa tidak hanya berdampak pada penderita saja,
sebagai aib bagi keluarga dan sering kali penderita disembunyikan dari
2019)
mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi
responden dengan nilai ρ = 0.005 yang berarti ρ < α = 0.05. Penelitian ini
0.000
Dalam kondisi seperti ini keluarga harus memiliki respon yang baik seperti
halusinasi di unit poliklinik jiwa RSJ. Prof. Hb. Sa’anin Padang didapatkan
sikap klien dalam menangani halusinasi. Hasil analisis bivariat dengan nilai
sikap halusinasi.
8
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 8
keluarga mengatakan merawat klien dengan gangguan jiwa sangat tidak enak
misalnya klien teriak pada malam hari pada saat tetangga sedang tidur.
gangguan jiwa, seperti saat pasien kambuh dan menyerang anggota keluarga
yang tinggal serumah. Sudah menjadi hal biasa melihat tingkah laku pasien
mengambil pusing dengan perilaku klien selama hal itu tidak membahayakan
dirinya dan orang lain. Tetapi keluarga sering menegur bahwa hal itu tidak
benar ketika melihat klien bicara sendiri dan tertawa tanpa ada hal yang lucu.
menyapu halaman dan mencuci baju. Saat pasien kambuh keluarga kesulitan
mudah tersinggung dengan perkataan orang lain, orientasi tempat, waktu dan
orang yang kurang baik. Keluarga mengatakan tidak punya banyak waktu
9
untuk memperhatikan pasien karena keluarga sibuk bekerja, perilaku klien
menghadapinya.
B. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah, “Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Tahun 2023”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
10
b. Diketahui distribusi frekuensi sikap keluarga dalam merawat anggota
2023.
D. Manfaat Penelitian
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah persekutuan dua orang atau lebih individu yang terkait oleh
darah, perkawinan atau adopsi yang membentuk satu rumah, saling berhubungan
pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal dalam suatu rumah tangga yang sama
kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan
erat satu sama lain dan saling bergantung, serta diorganisasi dalam satu unit
13
kelurganya dari gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan emosional
dari keluarga. Karena itu perhatian utama dalam kesehatan mental adalah
menggarap keluarga agar dapat memberikan iklim yang kondusif bagi anggota
2005 ).
2. Bentuk Keluarga
Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman, 1986 (dalam Ali, 2010) terdiri
atas:
a) Keluarga inti (Nuclear Family). Terdiri dari orang tua dan anak yang masih
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
b) Keluarga besar (Exstended Family). Satu keluarga yang terdiri dari satu atau
dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu
sama lain.
c) Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga
d) Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
terdahulu
f) Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu
g) Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang
14
dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h) Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami
3. Peran Keluarga
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
b) Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
disamping itu ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
perawatan klien gangguan jiwa yang dapa dipandang dari berbagai segi :
15
Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
saling bergantung dengan anggota keluarga yang lain Pelayanan kesehatan jiwa
bukan tempat klien semur hidup tetapi fasilitas yang hanya membantu klien dan
keluarga sementara.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
afektif adalah :
5. Fungsi Sosialisasi
6. Fungsi Ekonomi
dan perawatan selama dirawat dirumah sakit jiwa maupun dirawat dirumah.
Setiadi 2008) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus
dilakukan, yaitu :
perubahannya.
keluarga
3) Memberikan perawatan
cacat atau usianya yang terlalu muda/ tua. Perawatan ini dapat
4) Memodifikasi lingkungan
kesehatan.
Menurut Wahyu, 2012 dari anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa
a. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan
jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan meyakini
akan khawatir dengan apa yang terjadi padamereka cintai. Pada proses
awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit dari orang lain dan
19
menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit untuk perilaku tidak
b. Stigma
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan tingkah
laku aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan, menakutkan, dan
melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada obat, apatis dan
tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit yang harus
lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama jika hanya ada satu
anggota keluarga mungkin merasa benar-benar diluar kendali. Hal ini bisa
terjadi karena orang yang sakit ini tidak memiliki batas yang ditetapkan di
tingkah lakunya. Keluarga dalam hal ini perlu dijelaskan kembali bahwa
e. Duka
berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat
spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit ketika menghadapi
anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi bantuan yang
luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa kebutuhan mereka tidak
h. Pemberian kekuasaan
i. Pendidikan keluarga
Keluarga dalam hal ini, adalah juga sebagai manusia yang juga
wajar dan memiliki pemenuhan kebutuhan yang tidak sama, justu jika
wajar pula.
karena komentar yang berupa nasihat atau opini dari orang lain adalah
Pada satu sisi, begitu kuatnya memori yang ada mengatakan pada
keluarga bisa internal yaitu dari anggota keluarga sendiri dan eksternal yaitu
keluarga dapat berupa mencari informasi, mencari dukungan social dan mencari
Gangguan Jiwa
yang dimiliki keluarga masih terbatas, pasien perlu berobat agar tidak kambuh.
sembuh sehingga tidak perlu diberikan obat lagi. Keluarga masih belum
dapat dilihat dari anggapan bahwa penyakit yang dialami pasien adalah
tidak tepat.
Gangguan Jiwa
1) Ciri ciri depresi berat dan tanda yang bisa menyebabkan masalah
1) Memberikan kebebasan
parah.
dengan perasaan sakit hati, marah, frustasi atau cemas meskipun rasa
dengan cara baik dan tidak menghakimi yang akan lebih membantu
bisa dirasakan oleh orang lain. Hal yang harus dilakukan anggota
bermartabat dan dengan rasa hormat dalam cara mengatasi stres dan
lain yang mengalami hal serupa dengan yang anda alami yakni
gangguan jiwa.
B. Pengetahuan
1. Pengertian
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
31
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
merupakan awal usaha dalam memberikan iklim yang kondusif bagi anggota
kesehatan mental anggota keluarga, juga dapat menjadi sumber problem bagi
menganggap bahwa seseorang yang mengalami gangguan jiwa tidak akan pernah
mengalami gangguan jiwa dapat sembuh dan dapat mulai kembali melakukan
kecemasan dan hal ini didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh
Brown & Bradley (2002) pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang
kondusif bagi anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. Sebab keluarga
adalah orang yang sangat dekat dengan pasien serta dianggap paling banyak
penderita gangguan jiwa (Ayub 2018). Keluarga merupakan unit paling dekat
rumah (Taufik, 2014). Adakalanya keluarga masih kurang aktif untuk menjaga
karena merasa malu dan ingin menitipkan keluarganya untuk dirawat di Rumah
Ada beberapa hal yang bisa memicu depresi pada ODGJ, antara lain
penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur,
dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat
dapat memicu stress (Saragih & Indriati, 2013). Tidak dapat dipungkiri
pasien dan mengalami tekanan saat mendapati bahwa salah satu anggota
stress bagi para anggota dalam keluarga tersebut. Sementara itu, bagi keluarga
yang rentan terhadap stress atau depresi, tentunya akan menggangu peran
mereka sebagai system support yang berujung pada semakin tidak stabilnya
yakni:
diketahui tersebut.
tingkat analisi adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau
hidupnya.
1) Sosial ekonomi
tinggi pula.
karena informasi yang baru akan di saring sesuai atau tidaknya dengan
35
budaya apapun agama yang di anut.
3) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan
C. Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Komponen pokok dari sikap menurut Allport dalam
ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total atittude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
bagi keluarga yang merawat, maka hal itu dapat dibedakan menjadi bersifat
36
obyektif dan subyektif. Dikatakan obyektif, berupa tingkah laku pasien,
depresi berat dalam minum obat, hal ini dimaksudkan obat yang
diminum adalah tepat sesuai instruksi dokter dan apakah ada efek
samping dari konsumsi obat dan rutin mengajak klien untuk kontrol.
3. Tingkatan sikap
1) Menerima (receiving)
2) Merespon (responding)
(Notoatmojo, 2010).
Gangguan Jiwa
keluarga, maka hal itu dapat dibedakan menjadi bersifat obyektif dan
berupa perasaan pasien karena menjadi beban bagi keluarga. Kategori respon
(2018):
a. Berduka (grief)
b. Marah (anger)
lagi.
gangguan jiwa itu sendiri semakin lama diderita justru semakin sulit
D. Kecemasan
1. Pengertian
masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu, tetapi masih dalam batas-batas
dimana seseorang merasa tidak nyaman dan adanya tekanan system saraf
emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal terhadap stress psikis dan
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami
21 tahun, 41-60 tahun, dan 60 tahun keatas, bahwa subjek dengan rentang usia
17-21 tahun merupakan subjek yang mengalami kecemasan ringan, pada usia 22-
40 tahun subjek yang mengalami kecemasan sedang, pada usia 41-60 tahun
merupakan subjek yang mengalami kecemasan berat, dan pada usia 60 tahun
a. Kecemasan ringan
dan tumbuh kreatif. Namun akan membawa dampak pada diri individu
yaitu pada kecemasan ini waspada akan terjadi, mampu menghadapi situasi
b. Kecemasan sedang
c. Kecemasan berat
pada hal- hal yang khusus dan tidak mampu berpikir lebih berat lagi, dan
d. Panik
Berhubungan dengan ketakutan. Pada tahap ini hal-hal kecil terabaikan dan
gangguan jiwa dapat terjadi sebagai proses respon emosional ketika pasien atau
keluarga merasakan ketakutan, kemudian akan diikuti oleh beberapa tanda dan
2014 (dalam Pratiwi & Dewi, 2016). Keadaan pasien gangguan jiwa
2010).
gangguan jiwa dapat menjadi sumber masalah klinis jika sudah sampai tingkat
kedalam kondisi maladaptif yang dicirikan reaksi fisik dan psikologis ekstrem.
ringan, berat, atau sangat berat dengan menggunakan alat ukur (instrument)
yang dikenal dengan nama HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Alat ukur
ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi
1 = Gejala ringan
2 = Gejala sedang
3 = Gejala berat
14 - 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemesan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
43
4. Rentang Respon Kecemasan
berikut :
Antisipasi
lingkungan
a. Cemas Ringan
b. Cemas Sedang
c. Cemas Berat
Lapangan ;presepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang kecil, tidak
d. Panik
44
E. Kerangka Teori
Berdasarkan teori diatas maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut :
Keluarga
Tipe keluarga:
Dampak keluarga gangguan
a. Keluarga inti jiwa
b. Keluarga besar
c. Single parent family a. Penolakan
d. Nuclear dyed. b. Stigma
e. Blended family c. Frustasi
f. Three generation d. Kelelahan
family e. Duka
g. Single adult living f. Kebutuhan pribadi
alone
h. Middle age
45
Tingkat Kecemasan: Faktor yang mempengruhi
kecemasan:
1. Kecemasan
Ringan 1. Pengetahuan
2. Kecemasan 2. Sikap
Sedang 3. Pendidikan
3. Kecemasan Berat 4. Umur
4. Panik 5. Pengalaman
46
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
antara varibel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka
teori (Nursalam, 2017). Berdasarkan latar belakang dan teori pada bab
Gambar 3.1
47
B. Hipotesis Penelitian
Ho :
Ha :
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional
study, untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan tingkat
Wilayah Kerja Nanggalo Padang tahun 2023, dimana baik variabel independen
1. Populasi
keluarga yang memiliki anggota keluarga gangguan jiwa sebanyak 102 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti dan
yang dilakukan selama 3 hari. Untuk menentukan besarnya sampel adalah sebagai
berikut :
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
E. Definisi Operasional
Table 3.3
Definisi Operasional
Definisi Cara Alat Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
F. Instrumen Penelitian
Kuesioner yang digunakan adalah skala gutman. Skala ini bertujuan untuk
mengalami gangguan jiwa. Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan, terbagi atas 2
pilihan jawaban dengan skor tertinggi yaitu 2 dan skor terendah yaitu 1.
Dikatakan
= 33 : 2 = 16,5 di bulatkan 17
Sehingga dikatakan tinggi jika skor ≥ 17 dan dikatakan rendah jika skor < 17
2. Sikap
Kuesioner yang digunakan adalah skala likert. Skala ini bertujuan untuk
mengalami gangguan jiwa. Kuesioner ini terdiri dari 11 pertanyaan, terbagi atas
5 pilihan jawaban sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak
52
2
= 75 : 2 = 37,5 di bulatkan 38
Sehingga dikatakan baik jika skor ≥ 38 dan kurang baik jika skor < 38
3. Kuisioner kecemasan
Kuesioner yang digunakan adalah skala HARS. Skala ini digunakan untuk
mengalami gangguan jiwa. Kuesioner ini terdiri dari 14 pertanyaan, terbagi atas
5 pilihan jawaban yaitu tidak ada (0), ringan (1), sedang (2) berat (3) dan sangat
nilai skor dari 14 item yaitu dikatakan tidak cemas jika skornya 42.
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
pengetahuan dan sikap. Adapun nilai r < 0,05 maka pertanyaan dinyatakan
dinyatakan valid apabila r=0,001 hitung > r=0,001 tabel pada taraf
data penelitian adapun nilai r < 0,05 maka pertanyaan dinyatakan tidak valid
53
atau didasarkan pada nilai r = 0,001, dimana pertanyaan dinyatakan valid
apabila r=0,001 hitung > r=0,001 tabel pada taraf signifikasi 5% sehingga
2. Uji Reabilitas
instrument yang digunakan telah realibel. Suatu alat yang dikatakan realibel
sebelumnya.
H. Etika penelitian
manusia sebagai objek tidak boleh bertentangan dengan etika, oleh karena itu setiap
yang dijelaskan oleh peneliti dan yang sudah tertulis di lembaran formulir.
untuk menjadi responden penelitian. Namun dalam penelitian ini jika ada
54
reponden yang tidak bersedia memberikan tanda tangan akan tetap bersedia
saja. Namun jika ada responden yang bersedia mencantumkan nama lengkap,
a. Data Primer
b. Data Sekunder
2023.
Naggalo Padang
55
b. Setelah mendapat surat izin peneliti melakukan penelitain dengan
puskesmas
kepada keluraga
penelitian
sebagai berikut.
yaitu pengukuran tingkat berbicara responden yang diisi oleh peneliti yang
J. Analisa Data
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
Spearman Rank, dengan derajat kepercayaan 95% atau nilai p= 05. Untuk
sehingga jika nilai p ≤ 05 maka statistic disebut bermakna, jika nilai P >
57
05 maka hasil hitungan disebut tidak bermakna, pengolahan data dibantu
58