Anda di halaman 1dari 8

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembedahan merupakan tindakan yang menggunakan tindakan invasif

dengan atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan

dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. (Susetyowati, dkk 2015).

Pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa

kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan diruang

operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana yang

tidak memerlukan hospitalisasi dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit

bedah ambulatori. Individu dengan masalah perawatan kesehatan yang

memerlukan intervensi pembedahan biasanya menjalani prosedur

pembedahan yang mencakup pemberian anestesi lokal, regional, atau umum.

Perkembangan preparat anestesik, akhir-akhir ini telah difokuskan pada obat-

obat kerja singkat dan “pemulihan yang lebih cepat”( Smeltzer & Bare,2012).

Tahap awal dalam pembedahan adalah perawatan perioperatif yang

dimulai sejak pasien memutuskan untuk dilakukan tindakan pembedahan

hingga berada diatas meja operasi. Perioperatif adalah sebagai landasan

kesuksesan tahap selanjutnya sehingga pada tahap ini perlu penggkajian

secara integral, komprehensif dan klarifikasi. Jika terjadi kesalahan pada pase

ini maka akan berakibat patal pada tindakan yang akan dilakukan berikutnya

(Muttaqin dan Sari,2013).


2

Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik,

kuratif,reparatif, rekonstruksi, dan paliatif. Pembedahan menurut jenisnya

dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan bedah minor. Bedah

minor adalah operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai risiko

komplikasi lebih kecil dibandingkan bedah mayor (Smeltzer dan Bare,2008).

Saat menghadapi pembedahan, klien akan mengalami berbagai

stresor. Pembedahan yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan rasa

takut dan ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa

nyeri, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada oran lain, dan mungkin

kematian. Klien mungkin khawatir akan kehilangan pendapatan atau

penggantian asuransi akibat perawatn dirumah sakit (Poter & perry,2015).

Kecemasan merupakan respon adaptif yang normal terhadap stres

karena pembedahan. Rasa cemas biasanya timbul pada tahap preoperatif

ketika pasien mengantisipasi pembedahannya, perubahan pada citra tubuh dan

fungsi tubuh, menggantungkan diri pada orang lain, kehilangan kendali,

perubahan pada pola hidup, dan masalah finansial (A Yuswiyanti,2018).

Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik

maupun psikologis yang akhirnya mengaktifkan saraf otonom simpatis

sehingga meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, frekuensi nafas, dan

secara umum mengurangi tingkat energi pada pasien, dan akhirnya akan

berdampak pada pelaksanaan proses pembedahan. Kecemasan adalah respon

terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal

terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang


3

belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang

berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi

seseorang dalam kehidupannya (Fitri dan Julianti,2013.

Banyak pasien yang mengalami gangguan preoperasi, keluhan yang

dirasakan pasien sebelum dilakukan tindakan operasi antara lain status nutrisi,

takut karena kurangnya pengetahuan dan salah satunya adalah kecemasan.

Kecemasan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi,

suhu tubuh dan penurunan daya tahan tubuh. Keluhan-keluhan tersebut dapat

menyebabkan penundaan atau pembatalan tindakan operasi yang sudah

disetujui sebelumnya. Dampak yang akan ditimbulkan dengan penundaan

atau pembatalan operasi tersebut akan berimbas pada bertambahnya lama

perawatan, meningkatnya biaya administrasi, memperburuk kondisi

kesehatan pasien dan tidak kooperatifnya perilaku pasien (Majid, dkk,2011).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun

2017. Menyatakan bahwa jumlah pasien pre operasi bertambah dengan klien

yang mengalami gangguan kecemasan sebelum menjalakan tindakan operasi

di Amerika Serikat sekitar 20 %. Pasien yang menjalakan tindakan operasi

mengalami kecemasan. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Fatmawati tahun 2016, didapatkan bahwa 10% dari klien yang akan

menjalani pembedahan, terjadi penundaan atau pembatalan proses operasi.

Diantaranya 5% kasus pembatalan/ penundaan proses operasi disebabkan

peningkatan tekanan darah, 2% kasus disebabkan klien haid, dan 3%


4

disebabkan klien ketakutan dan keluarga klien menolak untuk dilakukannya

proses operasi. Penelitian yang dilakukan oleh Indra. pada tahun 2017 tentang

tingkat kecemasan pre operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Sragen, bahwa dari 40 omrang responden yang akan menjalani operasi

memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang, 16 orang yang memilki

tingkat kecemasan sedang, 15 orang ringan dan 2 orang responden yang tidak

merasa cemas (WHO,2017).

Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan sebelum

menjalakan operasi. Prevalensi kecemasan di Indonesia diperkirakan berkisar

antara 9%-12% populasi, yang dikutip melalui penelitian Sartika, dkk,

(2017). Pada penelitian yang dilakukan oleh Bahsoan sekitar 1,2 juta jiwa

atau berkisar antara 80 % yang mengalami kecemasan sebelum menjalakan

operasi (Depkes RI, 2017).

Menurut dari data Dinas Kesehatan Jawa Barat khususnya dirumah

sakit hasan sadikin bandung yang merupakan rumah sakit rujukan, sebagai

pelayanan medikal bedah yang menangani kasus-kasus gawat darurat baik

rujukan maupun bukan rujukan. Dari data Medikal Record Rumah Sakit

Hasan Sadikin Bandung seluruh pasien dengan penyakit BPH pada tahun

2011 dari 31 kasus, (55,3%) adalah kasus Katarak, keratitis 10,6%, Hernia

8,5% dan gangguan lain sebanyak 25,5%. Pada tahun 2012 berjumal 21

kasus. Tetapi pada tahun 2013 terdapat 40 kasus penderta BPH

(67,6%),kasus Katarak, Kreatitits 9,6% dan lain-lain sebanyak 22,8%

(Kartiwa,2014).
5

RSUD dr. Slamet Garut merupakan rumah sakit terbesar di kabupaten

garut dan merupakan rumah sakit rujukan di kabupaten garut. Berdasarkan

data catatan rekam medik RSUD dr. Slamet Garut, selama periode 2018,

terdapat 5.330 pasien yang menjalani operasi baik elektif maupun cito dari

berbagai berbagai jenis tindakan pembedahan yang terdiri dari 2.635 (49.4%)

pasien menjalani operasi khusus, 915 (17.2%) pasien menjalani operasi besar,

dan 1.780 (33.4%) pasien menjalani operasi sedang (Rekam Medik, RSUD dr.

Slamet Garut 2018)

Ruang bedah di RSUD garut yaitu salah satunya ruangan Topaz

terdapat 1790 pasien yang akan menjalani operasi. Selama periode 2018. Ini

merupakan jumlah pasien operasi tertinggi diatas ruangan operasi orthopedi

yang terdapat 504 pasien, mata dan THT terdapat 553 pasien.

Peran perawat dalam hal ini sangatlah penting diantaranya

kemampuan meningkatkan hubungan yang efektif dengan klien dan

mendengarkan keluhan mereka secara aktif sehingga seluruh kekhawatiran

mereka dapat diatasi merupakan hal yang penting untuk mencapai

keberhasilan dalam pembedahan (Potter & perry,2015).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 07-08 desember

2018 di ruang Topaz RSUD dr. Slamet Garut terdapat 8 pasien yang akan

menjalani operasi melalui hasil wawancara didapatkan bahwa 8 pasien

tersebut mengalami kecemasan yang ditandai dengan tekanan darah

meningkat, nadi cepat, nafas cepat, konsentrasi menurun (buruk), gemetaran

(tremor), wajah tampak tegang, dan tampak gelisah. Adapun sebab – sebab
6

yang menjadi kecemasan pada ke 8 orang pasien tersebut diantaranya sebagai

berikut: Asumsi pasien yang menilai bahwa tindakan operasi itu adalah pintu

kematian, Bahwa tindakan operasi bisa menyebabkan kematian yang tidak

diduga – duga, Takut menghadapi ruang operasi, karena tidak mengenali

Ruangan Operasi dan peralatan – peralatan untuk tindakan operasi, Karena

belum paham dan belum jelas tentang penjelasan sebelum tindakan operasi

dilaksanakan, Takut di bius, karena takut tidak sadar kembali, Karena pernah

mendengar dan melihat berita di Televisi dan terdapat kasus diberita tersebut

bahwa pasien yang dioperasi bukannya sembuh tetapi pasien tersebut malah

meninggal.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin meneliti lebih lanjut

tentang “Gamabaran Tingkat Kecemasan Pasien Dalam Menghadapi Operasi

di Ruang Topaz RSUD dr.Slamet Garut”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Gamabaran Tingkat Kecemasan Pasien

Dalam Menghadapi Operasi di Ruang Topaz RSUD dr.Slamet Garut”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Dalam

Menghadapi Operasi di Ruang Topaz RSUD dr. Slamet Garut.

1.3 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


7

Memperkuat dan memperluas teori tentang kecemasan pada pasien

Akan Menjalani Operasi dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

keperawatan khususnya di bidang keperawatan perioperatip.

1.3.2 manfaat praktis

a. Bagi Responden

Responden dapat mengenali sumber sumber kecemasan

dalam menghadapi oprasi sehingga dapat mengkomunikasikanya

kepada keluarga dan perawat sehingga diperoleh solusi agar

responden dapat berespon terhadap kecemasan secara adaptif

b. Bagi Ruangan

Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai

umpan balik dalam peningkatan pelayanan keperawatan pada

pasien preoperatif

c. Bagi Perawat

Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan

kualitas personal perawat dan sebagai sarana aplikasi untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pencegahan

kecemasan pasien perioperatif serta sebagai masukan agar perawat

lebih meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara

menyeluruh kepada pasien

d. Bagi lmu Keperawatan


8

Menambah ilmu pengetahuan terutaama menegenai

perkembangan ilmu pengetahuan dalam ilmu keperawatan

perioperatif

e. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan penelitian

lebih lanjut dan dapat menambah koleksi buku – buku sumber

Diperpustakaan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Garut untuk dimanfaatkan sebagai penambah wawasan bagi

pembaca

f. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman secara nyata

dalam melakukan penelitian mengenai Kecemasan Pada pasien

yang akan menjalanui operasi

Anda mungkin juga menyukai