2. Nurul Latifa Ali (22222053) 3. Maria Elfina B.M (22222035) 4. Ketsya Ibaigadjir (22222055)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES GUNUNG SARI MAKASSAR TAHUN 2023-2024. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT
atas rahmat-Nya yang telah melimpalkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja, Penyebab Terjadi Adverse Events Terkait Prosedur Invasik. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan dan masukan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Susi Susanti, S.kep, Ns, M.kes selaku dosen mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja yang telah memberikan bimbingan kepada kami. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutukan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan cerminan utama dari keberhasilan suatu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan mengutamakan keselamatan pasien, hal ini sesuai dengan gagasan Hiprocrates yaitu Primum, non nocere (First, do no harm) (Departemen Kesehatan RI & Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2008, p.17). Keselamatan adalah kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada hierarki kebutuhan Maslow yang harus terpenuhi (Potter & Perry, 2008). Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKP-RS) atau yang dikenal dengan sebutan patient safety merupakan suatu proses pemberian pelayanan rumah sakit terhadap pasien yang lebih aman. Proses ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan utama penerapan patient safety di rumah sakit adalah mencegah dan mengurangi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dalam pelayanan kesehatan (Darliana, Devi. 2016). Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dalam membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden. Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien yaitu KTD, KNC, KTC, KPC. KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien, KTC adalah insiden yang sudah terpapar tapi tidak cedera, KPC adalah kondisi potensial cedera (Permenkes RI No 1691, 2011). Adverse Event atau kejadian tidak diharapkan (KTD), merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (Commision) atau tidak mengambil tindakan yang seharusya diambil (omission) dan bukan karena "underlying diasease" atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi. Sedangkan pada tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak (Hakam, Fahmi. 2015) Angka kematian akibat KTD atau adverse event rawat inap diseluruh Amerika serikat 33,6 juta/tahun : 44.000-98.000/tahun (Suparti, Sri, dkk. 2014). Berdasarkan hasil penelitian di rumah sakit di Amerika, Australia, New Zealand, Canada, dan Eropa ditemukan KTD dalam rentang 3,2% - 16,6% (WHO, 2004, dalam Utarini, Ehry, & Hill, 2009). Angka kematian akibat kesalahan medis pada pasien rawat inap di Amerika berjumlah 33,6 juta pertahun, diantaranya 44.000 sampai 98.000 dilaporkan meninggal setiap tahun. Angka kematian tersebut lebih tinggi daripada kematian akibat kecelakaan mobil, kanker payudara, dan AIDS (Utarini, Ehry, & Hill, 2009). Di Indonesia Laporan Insiden Keselamatan Pasien menemukan adanya pelaporan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53% yang disebabkan karena proses atau prosedur klinik (9,26 %), medikasi (9,26%), dan Pasien jatuh (5,15%) (KKP RS, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa angka KTD sangat bervariasi, untuk kesalahan diagnosis yaitu 8,0% hingga 98,2% dan kesalahan pengobatan sebesar 4,1% hingga 91,6%. Terus berkembangnya penelitian tentang keselamatan pasien di berbagai daerah, namun sampai saat ini belum ada studi nasional (Nasution, Putri Citra Cinta Asyura. 2018). Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya KTD yang merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah sasaran keselamatan pasien yang bertujuan mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan yang ada (Najihah.2018). Oleh karena itu, jika rumah sakit ingin menurunkan kejadian insiden keselamatan pasien maka rumah sakit harus menerapkan budaya keselamatan pasien. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang rumusan masalah yang dapat diangkat adalah sebagai berikut: 1. Apa Pengertian Adverse Event dan tindakan invasif? 2. Bagaimana Penyebab Terjadinya Adverse Event? 3. Bagaimana Jenis-lenis Adverse Event? 4. Bagaimana Jenis-Jenis Tindakan Invasif? 5. Bagaimana Kebijakan Tindakan Invasif 6. Bagaimana sumber tindakan invasif? 7. Bagaimana contoh insiden kejadian tidak dinginkan? 8. Apa pengertian High Alert Medications? 9. Bagaimana jenis dari high alert medications? 10. Bagaimana metode untuk menurunkan kesalahan high alert medications? 11. Bagaimana pengelolaan obat yang masuk kategori high alert medications? 12. Bagaimana pengelolaan obat yang masuk kategori NORUM? 13. Bagaimana prinsip dalam pengurangan terjadinya high alert medications? 14. Bagaimana SOP dalam meningkatkan keamanan high alert medications? 1.3 Tujuan 1. Untuk dapat mengetahui pengertian adverse event dan tindakan invasif 2. Untuk dapat mengetahui penyebab terjadinya adverse event 3. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis adverse events 4. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis tindakan invasif 5. Untuk dapat mengetahui kebijakan tindakan invasif 6. Untuk dapat mengetahui sumber tindakan invasif 7. Untuk dapat mengetahui contoh insiden kejadian tidak diinginkan? 8. Untuk dapat mengetahui pengertian High Alert Medications? 9. Untuk dapat mengetahui jenis dari high alert medications? 10. Untuk dapat mengetahui metode untuk menurunkan kesalahan high alert medications? 11. Untuk dapat mengetahui pengelolaan obat yang masuk kategori high alert medications? 12. Untuk dapat mengetahui pengelolaan obat yang masuk kate gori NORUM? 13. Untuk dapat mengetahui prinsip dalam pengurangan terjadinya high alert medications? 14. Untuk dapat mengetahui SOP dalam meningkatkan keamanan high alert medications? 1.4 Manfaat Untuk memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama mahasiswa dan masyarakat umum mengenai penyebab terjadinya adverse event terkait proses invasif dalam medication safety. Shingga Informasi ini dapat diketahui dan berguna bukan hanya di lingkungan keschatan tapi juga dimasyarakat umum. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Adverse Event dan Tindakan Invasif Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak dinginkan adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). (Komalawati, Veronica. 2010) Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi, tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemerisaan asuhan yang tidak layak, tahap preventive seperti tidak memberi terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat, atau pada pada hal teknis yang lain seperti kegagalan alat atau sistem. (Komalawati, Veronica. 2010) Advers event juga diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan, atau memiliki potensi yang dapat menyebabkan hal tidak terduga atau tidak dinginkan sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat (termasuk pasien) atau orang lain. Kejadian tidak terduga atau tidak dinginkan sebagai akibat negative dari manajemen dibidang keschatan, tidak terkait dengan perkembangan alamiah penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin terjadi. (Komalawati, Veronica. 2010) Tindakan invasive adalah tindakan medik langsung yang dipengaruhi olch keutuhan tubuh yang memiliki banyak resiko yang membahayakan pasien salah satunya infeksi yang disebabkan olch beberapa faktor yaitu petugas kesehatan, alat-alat keschatan,kondisi pasien, dan lingkungan. (Komalawati, Veronica. 2010). 2.2 Penyebab Kejadian Tidak Diharapkan Kejadian yang tidak diharapkan terjadi karena beberapa penyebab yaitu : 1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri atau komplikasi penyakit, tidak berhubungan dengan tindakan medis yang dilakukan dokter. 2. Hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari. • Resiko yang tidak dapat diketahui sebelumnya. • Resiko yang mungkin telah diketahui sebelumnya tetapi dianggap dapat diterima dan telah diinformasikan kepada pasien dan telah disetujui oleh pasiren untuk dilakukan tindakan. 3. Hasil dari suatu kelalaian medis, yang dimaksud dengan kelalian medis adalah melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan hal ini akan menyebabkan cedera, kerugian pada pasien, atau bahkan meninggal. 4. Hasil dari suatu kesengajaan, untuk mengetahui penyebab suatu hasil yang tidak diharapkan perlu dilakukan penelitian mendalam, bahkan bila diperlukan dapat dlakukan pada pemeriksaan mendalam terhadap pasien. 1) Alat Kesehatan Dalam undang-undang kesehatan No 23 tahun 1992 Alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,merwat orang sakit serta memulihkan kesehtaan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan perbaiki fungsi tubuh. Menurut Permenkes RI No. 220/Men.Kes/Per/IX/1976 Alkes adalah barang, instrumen, aparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksud untuk digunakan dalam: a. Pemeliharaan dan perawatan keschatan, diagnosa, penyembuhan, peringan/ pencegah penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia. b. Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur badan manusia. c. Diagnosa kehamilan pada manusia/ pemeliharaan selama hamil dan setelah melahirkan termasuk pemeliharaan bayi. d. Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat. Sedangkan dalam UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Alat adalah instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulikan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Adapun yang terrmasuk dalam alat kesehatan dalam adverse event yaitu: • Defect (bawaan Pabrik) - Pemeliharaan yang tidak memadai - Alat kesehatan dimodifikasi sendiri - Penyimpanan alat keschatan yang tidak memadai - Penggunaan yang tidak sesuai prosedur - Tidak mengacu SOP alat kesehatan - Minimnya buku manual dan kurangnya pelatihan 2.) Sumber Daya Manusia Semula SDM merupakan terjemahan darii "human resources", namun ada pula ahlii yang menyamakan sumber daya manusia dengan "manpower" (tenaga kerja). Bahkan sebagian orang menyetarakan pengertian sumber daya manusia dengan personal (personalia,kepegawaian,dan sebagainya).Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa, dan karsa). Semua potensi SDM tersebut berpengaruh terhadap upaya organisassi dalam mencapai tujuan. Werther dan Davis (1996), menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah "pegawai yang siap, mampu, dan siaga dalam mencapai tujuan- tujuan organisasi " (sutrisno, Edi.2017). Untuk penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan tujuan, kebijakan, dan strategi yang telah ditetapkan dibutuhkan kebijakan dan manajemen sumber daya yang efektif dan efisien didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan schingga dapat tercapai pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas. Sumber daya tersebut terdiri atas sumber daya tenaga, pembiayaan, fasilitas, ilmu pengetahuan, teknologi, serta informasi. Sumber daya yang mendukung tercapainya tujuan, kebijakan dan strategi tersebut berasal dari pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Sasaran yang dicapai oleh program ini adalah sebagai berikut: • Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya system kesehattan yang efisien, efektif, berkualitas, dan berkesinambungan • Terciptanya kebijakan kesehatan yang mendukung reformasi bidang kesehatan • Tersedianya sumber daya manusia dibidang keschatan yang mampu melakukan berbagai kajian kesehatan • Berjalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah dan sektoral dalam mendukung desentralisasi • Terciptanya organisasi dan tata laksana di berbagai tingkat administrasi sesuai dengan asas desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintaan yang baik. • Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien dan fleksibel diseluruh jajaran keschatan • Terciptanya mekanisme pengawasan pengendalian diselyruh jajaran kesehatan • Tersusunnya berbagai perangkat hukumm dibidang keschatan secara menyeluruh • Terlaksananya inventarisasi kajian,dan analisis secara akademis seluruh prangkat hokum yang berkaitan dengan penyelenggaraan uaya kesehatan. • Tersedianya perangkat hukum guna dilaksanakannya proses legislasi dan mitigasi dalam penyelesaian konflik hokum bidang kesehatan. • Tersdianya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu,dan lengkap sebagai bahan dalam proses oengambilan keputusan dalam pengelolaan pembangunan kesehatan, serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program keschatan, dan meningkatkan kewasspadaan disemua tingkat administrasi. • Tersusunnya kebijakan dan konsep pengelolaan program keschatan untuk mendukung desentralisasi. Interaksi Sumber Daya Manusia dengan teknologi dengan sistem,dengan situasi yang dinamis pada 3 tingkatan: - Organisasi-budaya,kebijakan dan prosedur;, standard - Tim-pelatihan, komunikasi, kepedulian - Individu-personal eror control, self awareness, compliance (kepatuhan). Akibat yang ditimbulkan. 1. Diagnosis yang salah, pengobatan yang tidak tepat 2. Memerlukan rawat inap yang berkepanjangan 3. Perlunya intervensi medis atau bedah 4. Menyebabkan kesalahan berkelanjutan 5. Menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi dan struktur tubuh 6. Menyebabkan cacat perm, anen sampai pada kematian 3.) Jenis-Jenis Advers Events 1) Kejadian sentinel Kejadian sentinel dalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera serius biasanya dipakai untuk kejadian yang tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata 'sentinel' terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya amputasi kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengugkapkan adanya yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. (Abib, A. Yahya.2014) 2) KTD yang tidak dapat dicegah (Unprevwentabel advers event) Merupakan salah satu jenis KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang muktahir. (Abib, A. Yahya.2014) 3) Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang scharusnya diiambil. (Abib, A. Yahya.2014) 4) Kondisi Potensial cidera Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi insiden. (Abib, A.Yahya.2014) 5) Kejadian tidak cidera Merupakan insiden yang sudah terpapar pada pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan' (misalnya pasien terima obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaks obat) atau 'peringanan' (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya). (Abib, A. Yahya.2014). 2.3 Jenis-Jenis Tindakan Invasif Tindakan invasif sebenarnya merupakan bagian dari terapi. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu teknik yang dimasukkan di dalam tubuh melalui kebocoran atau pengirisan. Adverse event atau kejadian tidak diharapkan berdampak secara langsung kepada pasien. Pelayanan keschatan yang didampingidengan kejadian tidak diharapkan dapat mempengaruhi kesehatan pasien seperti menyebabkan cedera/kecatatan dan merugikan pasien. KTD disebabkan oleh beberapa faktor ketidaktahuan pengetahuan pasien safety, tidak menerapkan prosedur secara tepat, fasilitas kesehatan kurang memadai, dan kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu. Kejadian tidak diharapkan perlu ditangani dan disclesaikan untuk tercapainya keamanan pada pasien. Ada bebarapa upaya yang dapat diterapkan sebagai solisi untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan di RS. Sebagai upaya untuk mengurangi adverse event diperlukan pendidikan khususnya kepada tenaga medis dalam melakukan tidakan invasif kepada pasien serta melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang ada. Salah satu peran penting perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan pada klien yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi optimal tubuh. Untuk melaksanakan perannya tersebut, perawat melakukan berbagai tindakan keperawatan, baik tindakan invasif maupun non-invasif (Nurachman dan Sudarsono, 2010). Tindakan invasif memiliki resiko lebih besar dibandingkan tindakan non- invasif. 2.4 Kebijakan Tindakan Invasif 1. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus ada surat persetujuan tindakan kedokteran agar tidak muncul gugatan atau tuntutan malpraktik medik. 2. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus dictat dalam rekam medis pasien. 3. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien. 4. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter, terdapat daftar tindakan invasif yang didelegasikan kepada tenaga keschatan yang lain seperti perawat. 5. Ada tindakan invasive yang sifatnya didelegasikan kepeda tenaga keschatan yang lain. 6. Setiap pendelegasian yang dilakukan oleh dokter di tulid di catatan terintegrasi. 7. Tindakan invasive yang bisa didelegasikan kepada perawat antara lain: a. Pasang IV kateter: b. Lepas IV kateter: c. Pasang urine kateter. d. Lepas urine kateter. e. Pasang NGT. f. Lepas NGT. g. Injeksi IM, IC, dan IC. h. Kumbah Lambung. i. Tindakan hecting dan lepas hecting. j. Ekterpasi kuku. k. Isisi Abses. m. Pengambilan corpus alenum tanpa penyulit. n. Irigasi telinga dan mata. Hal diatas sangatlah penting untuk dilakukan dengan benar karna tindakan tersebut sangat berpanguh pada keschatan pasien. Tetapi mash banyak saja perawat yang melakukan kesalahan atau lalai dalam mengerjakan tugasnya akibat kecemasan dan kurangnya pengalaman yang pernah dilakukan dan hal-hal diatas walaupun dianggap sepele sangat sering sekali terdapat kesalahan pelaksanaan tidakan tersebut. Oleh karena itu sangat diharuskan atau dianjurkan untuk melakukan tidakan invasif ini sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan. 2.5 Sumber Infeksi pada Tindakan Invasif a. Petugas keschatan • Tidak memahami teknik yang baik untuk mencegah penularan/penyebaran kuman pathogen. • Tidak menyadari tindakan yang dilakukan berpotensi untuk mengkontaminasi kuman. Tidak memperhatikan personal hygiene. • Menderita/menularkan penyakitnya pada klien. • Tidak melaksanakan teknik aseptik dengan baik. • Bekerja ceroboh atau kurang hati-hati. • Tidak mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien. b. Alat-alat kesehatan/ equipment • Alat-alat yang digunakan dalam keadaan kotor, tidak steril atau korosif. • Cara penyimpanan tidak baik. • Digunakan berulang kali tanpa di disinfeksi lagi. • Kadaluarsa. c. Kondisi Pasien • Hygiene personal buruk. • Status gizi buruk/malnutrisi. • Menderita penyakit kronis, penyakit infeksi, penyakit menular. • Mengkonsumsi obat-obatan Imunosupresif (menekan system imun tubuh). d. Lingkungan • Ventilasi yang tidak adekuat. • Penerangan/sinar matahari yang kurang. • Ruangan yang lembab dan kotor. • Ada air tergenang dan banyak serangga. 2.6 Kejadian Tidak Dinginkan Terdapat dua sebab kemungkinan terjadinya kecelakaan penanganan medis yang merupakan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) pada pasien. Pertama, kecelakaan murni yang disebabkan kesalahan tenaga kesehatan atau kesalahan rumah sakit. Kejadian ini bisa dikategorikan malpraktik. Sedangkan yang kedua adalah kecelakaan medis yang bukan disebabkan oleh kelalaian tenaga kesehatan. Penyebab yang kedua ini bisa dikarenakan komplikasi yang tidak bisa dihindari. Misalnya, pasien terkena sindrom steven jhoson sehingga kulitnya melepuh karena memang pasien tersebut alergi terhadap obat tertentu atau bisa juga akiabat pasien tidak mematuhi perintah dokter sehingga timbul komplikasi lain. Berikut ini adalah contoh dari beberapa KTD: 1. KTD karena komplikasi dari penyakit Contoh KTD yang merupakan suatu komplikasi dapat terjadi pada pasien koma yang dirawat lama, dimana pasien harus bedress tetapi petugas pemberi pelayanan sedikit lalai dalam memberikan peravatan untuk mencegah kemungkinan terjadinya gangguan keschatan kulit pada pasien, seperti ulcus peptikum. atau mungkin kejadian yang tidak dinginkan bisa saja terjadi pada pasien yang sakitnya telah mengalami komlikasi dimana tindakan medic untuk mengatasi salah satu penyakitnya malah dapat berakibat fatal pada penyakit lain. 2. High Alert Medication High alert medications atau obat yang perlu diwaspai adalah obat yang memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan komlikasi, efek samping, atau bahaya. Insiden yang tinggi terutama disebabkan terjadinya kesalahan: kesalahan membaca/mendengar instruksi terapi, kesalahan penulisan terapi, kesalahan pengambilan obat, kesalahan pemberian obat, atau kesalahan penyimpanan obat. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian High-Alert Medication High alert medications adalah obat yang perlu diwaspadai dimana ada sejumlah obat yang memiliki resiko tinggi yang dapat menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat. High alert medications adalah obat-obatan yang memiliki risko lebih tinggi dapat menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan pemilihannya). High alert medications adalah obat yang presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan/error dan atau kejadian sentinel (sentinel event). Obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak dinginkan (adverse outcome) termasuk obat-obatan yang tampak mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip / NORUM atau Look-alike, Sound-alike/LASA), serta elektrolit dengan konsentrasi yang tinggi. Jadi high alert medications adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan. 3.2 Jenis High Alert Medications : 1. Obat Narkotika dan Psikotropika Narkotika adalah suatu obat yang merusak pikiran menghilangkan rasa sakit, menolong untuk dapat tidur dan menimbulkan kecanduan dalam berbagai tingkat. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sitentis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Narkotika dan psikotropika merupakan salah satu obat yang dibutukan tenaga kesehatan untuk pengobatan suatu penyakit, tetapi kadang menyebabkan efek samping misalnya kecanduan, kerusakan organ tubuh, bahkan kematian. (Wowiling, Reinne G. 2015). Pengguaan obat psikotropika dan narkotika dirumah sakit diawasi oleh pemerintah dalam penggunaannya dan diatur dalam undang-undang No.35 tahun 2009 serta pemenkes No.58 tahun 2014 dan mash banyak lagi peraturan pemerintah menyangkut obat narkotika. (Wowiling, Reinne G. 2015). Efek samping dari obat narkotika dan psikotropika, yaitu : a) Methadone Konstipasi, mual, muntah, sakit perut, mengantuk, sakit kepala, hipotensi, gangguan pengelihatan, impotensi, berkeringat, retensi urin, denyut jantung yang lambat, dan aritmia. b) Kokain Kehilangan napsu makan, Peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, dan suhu tubuh, kontraksi pembukluh darah, meningkatnya laju pernapasan, pola tidur yang teranggu, mual, dan hiperstimulasi. c) Kodein Pusing, mengantuk, mual muntah, sakit perut, sembeli dan gatal. d) Morfin Gatal- gatal, sulit bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah atau tengorokan. e) Heroin Pernapasan yang tertekan, fungsi mental menurun, rasa mual dan muntah, gelisah dan hipotermia. f) Amfetamin Meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung,meningkatkan tekanan darah, mulut kering, mual dan sakit kepala. g) Meperidin Pusing, mual, muntah ,lemah dan sedasi. h) Asam Barbiturat Mulut kering, mual muntah, diare, sembelit, kram perut, kehilangan napsu makan, penurunan berat barat, sakit kepala,gelisah dan gugup. (Lumenta,JimbrifT. 2015). Dampak penggunaan yang berlebihan : 1. Kokain Halusinasi, stroke dan serangan jantung, kerusakan pembuluh darah, kerusakan hati,paru-paru dan ginjal, kerusakan gigi dan temperamental. 2. Heroin Gigi rusak, radang gusi, penyakit pernapasan, deperesi, dan kelemahan otot. 3. Kodein Pusing, demam, meriang dan gemetar, sulit tidur, kulit dan mata menguning, dan kejang-kejang. 4. Morfin Sulit buang air kecil, gangguan tidur dan tubuh berkeringat. 5. Methadone Aritmia, hipotensi dan gangguan pengelihatan 6. Meperidin Henti napas, hipotensi atau hipertensi, dan koma. 7. Asam Barbiturat Tidak dapat berpikir, tidak dapat berpikir panjang, napas pendek dan sangat pelan,lemas dan bicara sangat lemas. 8. Amfetamin Kelainan psikologis, pusing, perubahan mood mental, kesulitan bernapas, dan kurang nutrisi. (Lumenta, Jimbrif T. 2015). BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan Adverse event diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan, atau memiliki potensi yang dapat menyebabkan hal tidak terduga atau tidak dinginkan sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat (termasuk Pasien) atau orang lain. Kejadian tidak terduga atau tidak dinginkan sebagai akibat negative dari manajemen dibidang keschatan, tidak terkait dengan perkembangan alamiah penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin terjadi Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak dinginkan adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien. Adverse event dapat dbedakan menjadi beberapa jenis yaitu, kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan yang tidak dapat dicegah, kejadian nyaris cedera, kondisi potensial cedera, dan kondisi tidak cidera. Kejadian tidak diharapkan dapat terjadi karena beberapa penyebab yaitu,hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri atau komplikasi penyakit,hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari, hasil dari suatu kelalaian medis, ataupun hasil dari suatu kesengajaan. Tindakan invasif adalah tindakan medik langsung yang dipengaruhi oleh keutuhan tubuh yang memiliki banyak resiko yang membahayakan pasien salah satunya infeksi yang disebabkan olch beberapa faktor yaitu petugas kesehatan, alat-alat kesehatan, kondisi pasien, dan lingkungan. Dalam permenkes dijelaskan bahawa tindakan bedah atau tindakan invasif harus dilakukan oleh dokter yang akan melakukan tindakan, namun dalam keadaan tertentu tindakan invasif juga dapat dilakukan olch dokter lain ataupun olch perawat. High alert medications adalah obat yang perlu diwaspadai dimana ada sejumlah obat yang memiliki resiko tinggi yang dapat menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat High alert medications yang harus diwaspadai adalah obat yang memiliki rentang terapi, obat narkotika dan psikotropika, obat tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Miril/NORUM atau Look-Alike Sound-Alike (LASA). b. Saran Sebagai tenaga kesehatan kita harus mempelajari tentang adverse event dan cara pencegahannya agar dapat melakukan tindakan dengan baik dan benar sesuai standar. DAFTAR PUSTAKA Abib,A. Yahya.2014.Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit. Surat keputusan No: HK.02.04/III.4/0613/2014. Anggoro Yoga, 2007.Undang-undang republic Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehaatan dan undang-undang Republik Indonesia nomor 29 Tahun 2004 Tentang praktik kedokteran Jakarta : Visimedia Bantu, Anggraini, dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Identify Pasient Correctly di RSUP Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Keperawatan Vol 2, No. 2. Darlina, Devi. 2016. Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Upaya Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Idea Nursing Journal. Vol. 7(1): 61-69 Departemen Keschatan RI & KKP- RS. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety): Utamakan Keselamatan Pasien. Ed.2. Jakarta: Bakti Husada Diana, Lisnawaty, dkk. 2016. Kesesuaian Penyimpanan Obat High Alert Di Instalasi Farmasirsud Ulin Banjarmasin. Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin dan Regional General Hospital of Ulin, Banjarmasin. Efendy, Ferry Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Komalawati, Veronica. 2010. Community & Patient Safety dalam prespektif hukum kesehatan. Lumenta, Jimbrif T. 2015.Evaluasi Penyimpanan Dan Distribusi Obat Psikotropika. Lestari, Endang. 2015. Tugas Praktek Kerja Profesi Apoteker Evaluasi Penyimpanan Obat Lasa Di Apotek Kemoterapi, Icu, Iceu Dan Hou Rsud Prof. Dr. Margono Soekardjo. Puwekerto: Rsud Prof. Dr. Margono Sockardjo. PARMACON. Jurnal ilmiah farmasi-UNSRAT Vol. 4 November 2015. Hakam, Fahmi. 2015. Implementasi Patient Safety di Rumah Sakit. Jakarta: Permata Indah Muller,Milton.2012.Penentuan dan interpretasi dari indeks terapeutik dalam pengembangan obat. doi: 10.1038 / nrd3801. Najihah.2018. Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. Vol. 3(1):1-7. Nasution, Putri Citra Cinta Asyura. 2018. Patient Safety. Universitas Sumatera Utara.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti