Anda di halaman 1dari 17

PENYEBAB TERJADI ADVERSE EVENTS

TERKAIT PROSEDUR INVASIK

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Auliatul Azizah (22222038)


2. Nurul Latifa Ali (22222053)
3. Maria Elfina B.M (22222035)
4. Ketsya Ibaigadjir (22222055)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES GUNUNG SARI MAKASSAR
TAHUN 2023-2024.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT


atas rahmat-Nya yang telah melimpalkan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok
mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja,
Penyebab Terjadi Adverse Events Terkait Prosedur Invasik.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami telah banyak
mendapatkan bantuan dan masukan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima
kasih kepada Ibu Susi Susanti, S.kep, Ns, M.kes selaku dosen
mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja yang
telah memberikan bimbingan kepada kami. Dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami. Kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat dibutukan untuk penyempurnaan makalah ini
kedepannya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan cerminan utama dari keberhasilan suatu
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan mengutamakan keselamatan pasien, hal
ini sesuai dengan gagasan Hiprocrates yaitu Primum, non nocere (First, do no harm)
(Departemen Kesehatan RI & Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2008, p.17).
Keselamatan adalah kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan prioritas kedua
setelah kebutuhan fisiologis pada hierarki kebutuhan Maslow yang harus terpenuhi
(Potter & Perry, 2008).
Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKP-RS) atau yang dikenal dengan
sebutan patient safety merupakan suatu proses pemberian pelayanan rumah sakit
terhadap pasien yang lebih aman. Proses ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Tujuan utama penerapan patient
safety di rumah sakit adalah mencegah dan mengurangi terjadinya Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) dalam pelayanan kesehatan (Darliana, Devi. 2016).
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dalam membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden. Insiden
keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien yaitu KTD, KNC, KTC, KPC. KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien. KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien,
KTC adalah insiden yang sudah terpapar tapi tidak cedera, KPC adalah kondisi
potensial cedera (Permenkes RI No 1691, 2011).
Adverse Event atau kejadian tidak diharapkan (KTD), merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(Commision) atau tidak mengambil tindakan yang seharusya diambil (omission) dan
bukan karena "underlying diasease" atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa
terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak
menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah
tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi. Sedangkan
pada tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan
terapi, metode penggunaan obat dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan
asuhan yang tidak layak (Hakam, Fahmi. 2015)
Angka kematian akibat KTD atau adverse event rawat inap diseluruh Amerika serikat
33,6 juta/tahun : 44.000-98.000/tahun (Suparti, Sri, dkk. 2014). Berdasarkan hasil
penelitian di rumah sakit di Amerika, Australia, New Zealand, Canada, dan Eropa
ditemukan KTD dalam rentang 3,2% - 16,6% (WHO, 2004, dalam Utarini, Ehry, & Hill,
2009). Angka kematian akibat kesalahan medis pada pasien rawat inap di Amerika
berjumlah 33,6 juta pertahun, diantaranya 44.000 sampai 98.000 dilaporkan
meninggal setiap tahun. Angka kematian tersebut lebih tinggi daripada kematian
akibat kecelakaan mobil, kanker payudara, dan AIDS (Utarini, Ehry, & Hill, 2009).
Di Indonesia Laporan Insiden Keselamatan Pasien menemukan adanya pelaporan
kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53% yang disebabkan karena proses atau prosedur
klinik (9,26 %), medikasi (9,26%), dan Pasien jatuh (5,15%) (KKP RS, 2011).
Penelitian menunjukkan bahwa angka KTD sangat bervariasi, untuk kesalahan
diagnosis yaitu 8,0% hingga 98,2% dan kesalahan pengobatan sebesar 4,1% hingga
91,6%. Terus berkembangnya penelitian tentang keselamatan pasien di berbagai
daerah, namun sampai saat ini belum ada studi nasional (Nasution, Putri Citra Cinta
Asyura. 2018).
Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya KTD yang merupakan
bagian dari insiden keselamatan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
disusunlah sasaran keselamatan pasien yang bertujuan mendorong perbaikan
spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
consensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan yang ada (Najihah.2018).
Oleh karena itu, jika rumah sakit ingin menurunkan kejadian insiden keselamatan
pasien maka rumah sakit harus menerapkan budaya keselamatan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah yang dapat diangkat adalah
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Adverse Event dan tindakan invasif?
2. Bagaimana Penyebab Terjadinya Adverse Event?
3. Bagaimana Jenis-lenis Adverse Event?
4. Bagaimana Jenis-Jenis Tindakan Invasif?
5. Bagaimana Kebijakan Tindakan Invasif
6. Bagaimana sumber tindakan invasif?
7. Bagaimana contoh insiden kejadian tidak dinginkan?
8. Apa pengertian High Alert Medications?
9. Bagaimana jenis dari high alert medications?
10. Bagaimana metode untuk menurunkan kesalahan high alert medications?
11. Bagaimana pengelolaan obat yang masuk kategori high alert medications?
12. Bagaimana pengelolaan obat yang masuk kategori NORUM?
13. Bagaimana prinsip dalam pengurangan terjadinya high alert medications?
14. Bagaimana SOP dalam meningkatkan keamanan high alert medications?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian adverse event dan tindakan invasif
2. Untuk dapat mengetahui penyebab terjadinya adverse event
3. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis adverse events
4. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis tindakan invasif
5. Untuk dapat mengetahui kebijakan tindakan invasif
6. Untuk dapat mengetahui sumber tindakan invasif
7. Untuk dapat mengetahui contoh insiden kejadian tidak diinginkan?
8. Untuk dapat mengetahui pengertian High Alert Medications?
9. Untuk dapat mengetahui jenis dari high alert medications?
10. Untuk dapat mengetahui metode untuk menurunkan kesalahan high alert
medications?
11. Untuk dapat mengetahui pengelolaan obat yang masuk kategori high alert
medications?
12. Untuk dapat mengetahui pengelolaan obat yang masuk kate gori NORUM?
13. Untuk dapat mengetahui prinsip dalam pengurangan terjadinya high alert
medications?
14. Untuk dapat mengetahui SOP dalam meningkatkan keamanan high alert
medications?
1.4 Manfaat
Untuk memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi sesama
mahasiswa dan masyarakat umum mengenai penyebab terjadinya adverse event
terkait proses invasif dalam medication safety. Shingga Informasi ini dapat diketahui
dan berguna bukan hanya di lingkungan keschatan tapi juga dimasyarakat umum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Adverse Event dan Tindakan Invasif
Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak dinginkan adalah suatu
kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission). (Komalawati, Veronica. 2010)
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai menggunakan
cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi, tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur
pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan
merespon hasil pemerisaan asuhan yang tidak layak, tahap preventive seperti tidak
memberi terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat, atau pada
pada hal teknis yang lain seperti kegagalan alat atau sistem. (Komalawati, Veronica.
2010)
Advers event juga diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan, atau
memiliki potensi yang dapat menyebabkan hal tidak terduga atau tidak dinginkan
sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat (termasuk pasien) atau orang
lain.
Kejadian tidak terduga atau tidak dinginkan sebagai akibat negative dari manajemen
dibidang keschatan, tidak terkait dengan perkembangan alamiah penyakit atau
komplikasi penyakit yang mungkin terjadi. (Komalawati, Veronica. 2010)
Tindakan invasive adalah tindakan medik langsung yang dipengaruhi olch keutuhan
tubuh yang memiliki banyak resiko yang membahayakan pasien salah satunya
infeksi yang disebabkan olch beberapa faktor yaitu petugas kesehatan, alat-alat
keschatan,kondisi pasien, dan lingkungan. (Komalawati, Veronica. 2010).
2.2 Penyebab Kejadian Tidak Diharapkan
Kejadian yang tidak diharapkan terjadi karena beberapa penyebab yaitu :
1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri atau komplikasi penyakit, tidak
berhubungan dengan tindakan medis yang dilakukan dokter.
2. Hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari.
• Resiko yang tidak dapat diketahui sebelumnya.
• Resiko yang mungkin telah diketahui sebelumnya tetapi dianggap dapat diterima
dan telah diinformasikan kepada pasien dan telah disetujui oleh pasiren untuk
dilakukan tindakan.
3. Hasil dari suatu kelalaian medis, yang dimaksud dengan kelalian medis adalah
melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan hal ini akan menyebabkan cedera, kerugian pada pasien, atau bahkan
meninggal.
4. Hasil dari suatu kesengajaan, untuk mengetahui penyebab suatu hasil yang tidak
diharapkan perlu dilakukan penelitian mendalam, bahkan bila diperlukan dapat
dlakukan pada pemeriksaan mendalam terhadap pasien.
1) Alat Kesehatan
Dalam undang-undang kesehatan No 23 tahun 1992 Alat kesehatan adalah
instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang digunakan
untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,merwat
orang sakit serta memulihkan kesehtaan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan perbaiki fungsi tubuh. Menurut Permenkes RI No.
220/Men.Kes/Per/IX/1976 Alkes adalah barang, instrumen, aparat atau alat
termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau
dimaksud untuk digunakan dalam:
a. Pemeliharaan dan perawatan keschatan, diagnosa, penyembuhan, peringan/
pencegah penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.
b. Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur badan manusia.
c. Diagnosa kehamilan pada manusia/ pemeliharaan selama hamil dan setelah
melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
d. Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan
obat.
Sedangkan dalam UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Alat adalah instrumen,
aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulikan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. Adapun yang terrmasuk dalam alat kesehatan dalam
adverse event yaitu:
• Defect (bawaan Pabrik)
- Pemeliharaan yang tidak memadai
- Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
- Penyimpanan alat keschatan yang tidak memadai
- Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
- Tidak mengacu SOP alat kesehatan
- Minimnya buku manual dan kurangnya pelatihan
2.) Sumber Daya Manusia
Semula SDM merupakan terjemahan darii "human resources", namun ada pula ahlii
yang menyamakan sumber daya manusia dengan "manpower" (tenaga kerja).
Bahkan sebagian orang menyetarakan pengertian sumber daya manusia dengan
personal (personalia,kepegawaian,dan sebagainya).Sumber daya manusia
merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan,
keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya (rasio, rasa, dan karsa).
Semua potensi SDM tersebut berpengaruh terhadap upaya organisassi dalam
mencapai tujuan. Werther dan Davis (1996), menyatakan bahwa sumber daya
manusia adalah "pegawai yang siap, mampu, dan siaga dalam mencapai tujuan-
tujuan organisasi " (sutrisno, Edi.2017).
Untuk penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan tujuan, kebijakan, dan
strategi yang telah ditetapkan dibutuhkan kebijakan dan manajemen sumber daya
yang efektif dan efisien didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
schingga dapat tercapai pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas. Sumber
daya tersebut terdiri atas sumber daya tenaga, pembiayaan, fasilitas, ilmu
pengetahuan, teknologi, serta informasi. Sumber daya yang mendukung tercapainya
tujuan, kebijakan dan strategi tersebut berasal dari pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta. Sasaran yang dicapai oleh program ini adalah sebagai berikut:
• Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya system kesehattan
yang efisien, efektif, berkualitas, dan berkesinambungan
• Terciptanya kebijakan kesehatan yang mendukung reformasi bidang kesehatan
• Tersedianya sumber daya manusia dibidang keschatan yang mampu melakukan
berbagai kajian kesehatan
• Berjalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah dan
sektoral dalam mendukung desentralisasi
• Terciptanya organisasi dan tata laksana di berbagai tingkat administrasi sesuai
dengan asas desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintaan yang baik.
• Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien dan fleksibel
diseluruh jajaran keschatan
• Terciptanya mekanisme pengawasan pengendalian diselyruh jajaran kesehatan
• Tersusunnya berbagai perangkat hukumm dibidang keschatan secara menyeluruh
• Terlaksananya inventarisasi kajian,dan analisis secara akademis seluruh prangkat
hokum yang berkaitan dengan penyelenggaraan uaya kesehatan.
• Tersedianya perangkat hukum guna dilaksanakannya proses legislasi dan mitigasi
dalam penyelesaian konflik hokum bidang kesehatan.
• Tersdianya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu,dan lengkap sebagai
bahan dalam proses oengambilan keputusan dalam pengelolaan pembangunan
kesehatan, serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program keschatan, dan meningkatkan kewasspadaan
disemua tingkat administrasi.
• Tersusunnya kebijakan dan konsep pengelolaan program keschatan untuk
mendukung desentralisasi.
Interaksi Sumber Daya Manusia dengan teknologi dengan sistem,dengan situasi
yang dinamis pada 3 tingkatan:
- Organisasi-budaya,kebijakan dan prosedur;, standard
- Tim-pelatihan, komunikasi, kepedulian
- Individu-personal eror control, self awareness, compliance (kepatuhan).
Akibat yang ditimbulkan.
1. Diagnosis yang salah, pengobatan yang tidak tepat
2. Memerlukan rawat inap yang berkepanjangan
3. Perlunya intervensi medis atau bedah
4. Menyebabkan kesalahan berkelanjutan
5. Menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi dan struktur
tubuh
6. Menyebabkan cacat perm, anen sampai pada kematian
3.) Jenis-Jenis Advers Events
1) Kejadian sentinel
Kejadian sentinel dalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cidera serius
biasanya dipakai untuk kejadian yang tidak diharapkan atau tidak dapat diterima
seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata 'sentinel' terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya amputasi kaki yang salah)
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengugkapkan adanya yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. (Abib, A. Yahya.2014)
2) KTD yang tidak dapat dicegah (Unprevwentabel advers event)
Merupakan salah satu jenis KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang muktahir. (Abib, A. Yahya.2014)
3) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang scharusnya
diiambil. (Abib, A. Yahya.2014)
4) Kondisi Potensial cidera
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera tetapi belum terjadi
insiden. (Abib, A.Yahya.2014)
5) Kejadian tidak cidera
Merupakan insiden yang sudah terpapar pada pasien, tetapi tidak menimbulkan
cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan' (misalnya pasien terima obat
kontraindikasi tetapi tidak timbul reaks obat) atau 'peringanan' (suatu obat dengan
reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya). (Abib, A.
Yahya.2014).
2.3 Jenis-Jenis Tindakan Invasif
Tindakan invasif sebenarnya merupakan bagian dari terapi. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu
teknik yang dimasukkan di dalam tubuh melalui kebocoran atau pengirisan. Adverse
event atau kejadian tidak diharapkan berdampak secara langsung kepada pasien.
Pelayanan keschatan yang didampingidengan kejadian tidak diharapkan dapat
mempengaruhi kesehatan pasien seperti menyebabkan cedera/kecatatan dan
merugikan pasien. KTD disebabkan oleh beberapa faktor ketidaktahuan
pengetahuan pasien safety, tidak menerapkan prosedur secara tepat, fasilitas
kesehatan kurang memadai, dan kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu.
Kejadian tidak diharapkan perlu ditangani dan disclesaikan untuk tercapainya
keamanan pada pasien. Ada bebarapa upaya yang dapat diterapkan sebagai solisi
untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan di RS. Sebagai upaya untuk
mengurangi adverse event diperlukan pendidikan khususnya kepada tenaga medis
dalam melakukan tidakan invasif kepada pasien serta melakukan tindakan sesuai
dengan prosedur yang ada.
Salah satu peran penting perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan pada
klien yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi optimal tubuh. Untuk
melaksanakan perannya tersebut, perawat melakukan berbagai tindakan
keperawatan, baik tindakan invasif maupun non-invasif (Nurachman dan Sudarsono,
2010). Tindakan invasif memiliki resiko lebih besar dibandingkan tindakan non-
invasif.
2.4 Kebijakan Tindakan Invasif
1. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus ada surat persetujuan tindakan
kedokteran agar tidak muncul gugatan atau tuntutan malpraktik medik.
2. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus dictat dalam rekam medis pasien.
3. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien.
4. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter, terdapat daftar tindakan
invasif yang didelegasikan kepada tenaga keschatan yang lain seperti perawat.
5. Ada tindakan invasive yang sifatnya didelegasikan kepeda tenaga keschatan yang
lain.
6. Setiap pendelegasian yang dilakukan oleh dokter di tulid di catatan terintegrasi.
7. Tindakan invasive yang bisa didelegasikan kepada perawat antara lain:
a. Pasang IV kateter:
b. Lepas IV kateter:
c. Pasang urine kateter.
d. Lepas urine kateter.
e. Pasang NGT.
f. Lepas NGT.
g. Injeksi IM, IC, dan IC.
h. Kumbah Lambung.
i. Tindakan hecting dan lepas hecting. j.
Ekterpasi kuku.
k. Isisi Abses.
m. Pengambilan corpus alenum tanpa penyulit.
n. Irigasi telinga dan mata.
Hal diatas sangatlah penting untuk dilakukan dengan benar karna tindakan
tersebut sangat berpanguh pada keschatan pasien. Tetapi mash banyak saja
perawat yang melakukan kesalahan atau lalai dalam mengerjakan tugasnya akibat
kecemasan dan kurangnya pengalaman yang pernah dilakukan dan hal-hal diatas
walaupun dianggap sepele sangat sering sekali terdapat kesalahan pelaksanaan
tidakan tersebut.
Oleh karena itu sangat diharuskan atau dianjurkan untuk melakukan tidakan invasif
ini sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan.
2.5 Sumber Infeksi pada Tindakan Invasif
a. Petugas keschatan
• Tidak memahami teknik yang baik untuk mencegah penularan/penyebaran kuman
pathogen.
• Tidak menyadari tindakan yang dilakukan berpotensi untuk mengkontaminasi
kuman.
Tidak memperhatikan personal hygiene.
• Menderita/menularkan penyakitnya pada klien.
• Tidak melaksanakan teknik aseptik dengan baik.
• Bekerja ceroboh atau kurang hati-hati.
• Tidak mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien.
b. Alat-alat kesehatan/ equipment
• Alat-alat yang digunakan dalam keadaan kotor, tidak steril atau korosif.
• Cara penyimpanan tidak baik.
• Digunakan berulang kali tanpa di disinfeksi lagi.
• Kadaluarsa.
c. Kondisi Pasien
• Hygiene personal buruk.
• Status gizi buruk/malnutrisi.
• Menderita penyakit kronis, penyakit infeksi, penyakit menular.
• Mengkonsumsi obat-obatan Imunosupresif (menekan system imun tubuh).
d. Lingkungan
• Ventilasi yang tidak adekuat.
• Penerangan/sinar matahari yang kurang.
• Ruangan yang lembab dan kotor.
• Ada air tergenang dan banyak serangga.
2.6 Kejadian Tidak Dinginkan
Terdapat dua sebab kemungkinan terjadinya kecelakaan penanganan medis yang
merupakan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) pada pasien. Pertama, kecelakaan
murni yang disebabkan kesalahan tenaga kesehatan atau kesalahan rumah sakit.
Kejadian ini bisa dikategorikan malpraktik. Sedangkan yang kedua adalah
kecelakaan medis yang bukan disebabkan oleh kelalaian tenaga kesehatan.
Penyebab yang kedua ini bisa dikarenakan komplikasi yang tidak bisa dihindari.
Misalnya, pasien terkena sindrom steven jhoson sehingga kulitnya melepuh karena
memang pasien tersebut alergi terhadap obat tertentu atau bisa juga akiabat pasien
tidak mematuhi perintah dokter sehingga timbul komplikasi lain.
Berikut ini adalah contoh dari beberapa KTD:
1. KTD karena komplikasi dari penyakit
Contoh KTD yang merupakan suatu komplikasi dapat terjadi pada pasien koma yang
dirawat lama, dimana pasien harus bedress tetapi petugas pemberi pelayanan
sedikit lalai dalam memberikan peravatan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
gangguan keschatan kulit pada pasien, seperti ulcus peptikum. atau mungkin
kejadian yang tidak dinginkan bisa saja terjadi pada pasien yang sakitnya telah
mengalami komlikasi dimana tindakan medic untuk mengatasi salah satu
penyakitnya malah dapat berakibat fatal pada penyakit lain.
2. High Alert Medication
High alert medications atau obat yang perlu diwaspai adalah obat yang memiliki
risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan komlikasi, efek samping, atau bahaya.
Insiden yang tinggi terutama disebabkan terjadinya kesalahan: kesalahan
membaca/mendengar instruksi terapi, kesalahan penulisan terapi, kesalahan
pengambilan obat, kesalahan pemberian obat, atau kesalahan penyimpanan obat.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian High-Alert Medication
High alert medications adalah obat yang perlu diwaspadai dimana ada
sejumlah obat yang memiliki resiko tinggi yang dapat menyebabkan bahaya yang
besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat.
High alert medications adalah obat-obatan yang memiliki risko lebih tinggi dapat
menyebabkan atau menimbulkan adanya komplikasi atau membahayakan pasien
secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval, dan
pemilihannya).
High alert medications adalah obat yang presentasinya tinggi dalam menyebabkan
terjadinya kesalahan/error dan atau kejadian sentinel (sentinel event). Obat yang
beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak dinginkan (adverse outcome)
termasuk obat-obatan yang tampak mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip /
NORUM atau Look-alike, Sound-alike/LASA), serta elektrolit dengan konsentrasi yang
tinggi.
Jadi high alert medications adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
terdaftar dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius
pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.
3.2 Jenis High Alert Medications :
1. Obat Narkotika dan Psikotropika
Narkotika adalah suatu obat yang merusak pikiran menghilangkan rasa sakit,
menolong untuk dapat tidur dan menimbulkan kecanduan dalam berbagai tingkat.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sitentis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Narkotika dan
psikotropika merupakan salah satu obat yang dibutukan tenaga kesehatan untuk
pengobatan suatu penyakit, tetapi kadang menyebabkan efek samping misalnya
kecanduan, kerusakan organ tubuh, bahkan kematian. (Wowiling, Reinne G. 2015).
Pengguaan obat psikotropika dan narkotika dirumah sakit diawasi oleh pemerintah
dalam penggunaannya dan diatur dalam undang-undang No.35 tahun 2009 serta
pemenkes No.58 tahun 2014 dan mash banyak lagi peraturan pemerintah
menyangkut obat narkotika. (Wowiling, Reinne G. 2015).
Efek samping dari obat narkotika dan psikotropika, yaitu :
a) Methadone
Konstipasi, mual, muntah, sakit perut, mengantuk, sakit kepala, hipotensi, gangguan
pengelihatan, impotensi, berkeringat, retensi urin, denyut jantung yang lambat, dan
aritmia.
b) Kokain
Kehilangan napsu makan, Peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah,
dan suhu tubuh, kontraksi pembukluh darah, meningkatnya laju pernapasan, pola
tidur yang teranggu, mual, dan hiperstimulasi.
c) Kodein
Pusing, mengantuk, mual muntah, sakit perut, sembeli dan gatal.
d) Morfin
Gatal- gatal, sulit bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah atau tengorokan.
e) Heroin
Pernapasan yang tertekan, fungsi mental menurun, rasa mual dan muntah, gelisah
dan hipotermia.
f) Amfetamin
Meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan denyut jantung,meningkatkan tekanan
darah, mulut kering, mual dan sakit kepala.
g) Meperidin
Pusing, mual, muntah ,lemah dan sedasi.
h) Asam Barbiturat
Mulut kering, mual muntah, diare, sembelit, kram perut, kehilangan napsu makan,
penurunan berat barat, sakit kepala,gelisah dan gugup.
(Lumenta,JimbrifT. 2015).
Dampak penggunaan yang berlebihan :
1. Kokain
Halusinasi, stroke dan serangan jantung, kerusakan pembuluh darah, kerusakan
hati,paru-paru dan ginjal, kerusakan gigi dan temperamental.
2. Heroin
Gigi rusak, radang gusi, penyakit pernapasan, deperesi, dan kelemahan otot.
3. Kodein
Pusing, demam, meriang dan gemetar, sulit tidur, kulit dan mata menguning, dan
kejang-kejang.
4. Morfin
Sulit buang air kecil, gangguan tidur dan tubuh berkeringat.
5. Methadone
Aritmia, hipotensi dan gangguan pengelihatan
6. Meperidin
Henti napas, hipotensi atau hipertensi, dan koma.
7. Asam Barbiturat
Tidak dapat berpikir, tidak dapat berpikir panjang, napas pendek dan sangat
pelan,lemas dan bicara sangat lemas.
8. Amfetamin
Kelainan psikologis, pusing, perubahan mood mental, kesulitan bernapas, dan kurang
nutrisi. (Lumenta, Jimbrif T. 2015).
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Adverse event diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan, atau
memiliki potensi yang dapat menyebabkan hal tidak terduga atau tidak dinginkan
sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat (termasuk Pasien) atau orang
lain. Kejadian tidak terduga atau tidak dinginkan sebagai akibat negative dari
manajemen dibidang keschatan, tidak terkait dengan perkembangan alamiah
penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin terjadi
Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak dinginkan adalah suatu kejadian
yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien. Adverse event dapat
dbedakan menjadi beberapa jenis yaitu, kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan
yang tidak dapat dicegah, kejadian nyaris cedera, kondisi potensial cedera, dan
kondisi tidak cidera. Kejadian tidak diharapkan dapat terjadi karena beberapa
penyebab yaitu,hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri atau komplikasi
penyakit,hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari, hasil dari suatu kelalaian
medis, ataupun hasil dari suatu kesengajaan. Tindakan invasif adalah tindakan
medik langsung yang dipengaruhi oleh keutuhan tubuh yang memiliki banyak resiko
yang membahayakan pasien salah satunya infeksi yang disebabkan olch beberapa
faktor yaitu petugas kesehatan, alat-alat kesehatan, kondisi pasien, dan lingkungan.
Dalam permenkes dijelaskan bahawa tindakan bedah atau tindakan invasif harus
dilakukan oleh dokter yang akan melakukan tindakan, namun dalam keadaan
tertentu tindakan invasif juga dapat dilakukan olch dokter lain ataupun olch perawat.
High alert medications adalah obat yang perlu diwaspadai dimana ada sejumlah
obat yang memiliki resiko tinggi yang dapat menyebabkan bahaya yang besar pada
pasien jika tidak digunakan secara tepat High alert medications yang harus
diwaspadai adalah obat yang memiliki rentang terapi, obat narkotika dan
psikotropika, obat tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Miril/NORUM atau Look-Alike Sound-Alike (LASA).
b. Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus mempelajari tentang adverse event dan
cara pencegahannya agar dapat melakukan tindakan dengan baik dan benar sesuai
standar.
DAFTAR PUSTAKA
Abib,A. Yahya.2014.Pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit.
Surat keputusan No: HK.02.04/III.4/0613/2014.
Anggoro Yoga, 2007.Undang-undang republic Indonesia nomor 23 tahun 1992
tentang kesehaatan dan undang-undang Republik Indonesia nomor 29 Tahun 2004
Tentang praktik kedokteran Jakarta : Visimedia Bantu, Anggraini, dkk. 2014.
Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Identify Pasient Correctly di
RSUP Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Keperawatan Vol 2, No. 2.
Darlina, Devi. 2016. Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Upaya Penerapan
Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh. Idea Nursing Journal. Vol. 7(1): 61-69 Departemen Keschatan RI & KKP-
RS. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety):
Utamakan Keselamatan Pasien. Ed.2. Jakarta: Bakti Husada Diana, Lisnawaty, dkk.
2016. Kesesuaian Penyimpanan Obat High Alert Di Instalasi Farmasirsud Ulin
Banjarmasin. Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin dan Regional General Hospital
of Ulin, Banjarmasin.
Efendy, Ferry Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta :
Salemba Medika Komalawati, Veronica. 2010. Community & Patient Safety dalam
prespektif hukum kesehatan.
Lumenta, Jimbrif T. 2015.Evaluasi Penyimpanan Dan Distribusi Obat Psikotropika.
Lestari, Endang. 2015. Tugas Praktek Kerja Profesi Apoteker Evaluasi Penyimpanan
Obat Lasa Di Apotek Kemoterapi, Icu, Iceu Dan Hou Rsud Prof. Dr. Margono
Soekardjo. Puwekerto: Rsud Prof. Dr. Margono Sockardjo. PARMACON. Jurnal ilmiah
farmasi-UNSRAT Vol. 4 November 2015.
Hakam, Fahmi. 2015. Implementasi Patient Safety di Rumah Sakit. Jakarta: Permata
Indah Muller,Milton.2012.Penentuan dan interpretasi dari indeks terapeutik dalam
pengembangan obat. doi: 10.1038 / nrd3801.
Najihah.2018. Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. Vol. 3(1):1-7. Nasution,
Putri Citra Cinta Asyura. 2018. Patient Safety. Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai