Anda di halaman 1dari 11

http://bidanmanaging.blogspot.co.id/2014/04/safety-patient.

html
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang
memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk di dalamnya mengukur risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap pasien, analisa insiden, kemampuan untuk belajar &
menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mengurangi risiko. "Safety is a
fundamental principle of patient care and a critical component of hospital quality management."
(World Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO 2004).
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh
tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien adalah
suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta
mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya
memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah
sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar
tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik
serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain
itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal
dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan
pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas medis
yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan,
peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan
serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki
pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan
yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari patient safety.
2. Untuk mengetahui standar keselamatan pasien rumah sakit.
3. Untuk mengetahui patient safety dalam tinjauan hukum.
4. Untuk mengetahui aplikasi patient safety saat memberikan pelayanan kesehatan.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimkasud dengan patient safety ?
2. Apa saja sasaran patient safety?
3. Bagaimana standar keselamatan pasien rumah sakit ?
4. Apa yang dilakukan untuk pendekatan komperhensif dalam pengkajian keselamatan pasien ?
5. Bagaimana patient safety dalam tinjauan hukum ?
6. Bagaimana proses keamanan dan keperawatan ?
7. Bagimana aplikasi patient safety saat memberikan pelayann kesehatan?
8. Apa indikator untuk patient safety ?

D. Batasan Masalah
Dalam makalah ini kami hanya mengkaji tentang patient safety atau keselamatan untuk pasien
yang di berikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dan beberapa yang terlibat dalam
pengkajian ini.

E. Manfaat Penulisan
Manfaat akademis adalah memperluas wawasan pembaca akan manfaat sistem keselamatan
pasien dan mengetahui proses pelaksanaannya. Manfaat praktis adalah menilai kualitas dari
pelaksanaan sistem keselamatan pasien .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keselamatan pasien ( Patient safety )
Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan kepada pasien secara aman termasuk didalamnya pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta
meminimalisir timbulnya risiko.
Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari
cedera yang potensial akan terjadi (penyakit, koma, cedera fisik/ social psikologi, cacat,
kematian ) terkait dengan pelayanan kesehatan ( KKP-RS, 2008 ). Patient safety ( keselamatan
pasien ) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk : assement resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, laporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil ( Depkes,2006).

6 Sasaran Patient Safety :


1. Kejadian Tidak Diharapakn (KTD)/Adverse Event : adalah kejadian karena kesalahan medis
ataupun non medis yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) ataupun tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission)
2. KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable adverse event) : salah satu jenis KTD akibat
komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang muktahir
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss : sama seperti Adverse Event namun cedera tersebut
tidak terlalu serius karena adanya faktor keberuntungan maupun pencegahan.
Keberuntungan, contoh : kesalahan pemberian makanan diit DM kepada pasien DM yang
mengakibatkan peningkatan Gula Darah Sewaktu namun tidak berpengaruh secara langsung
pada kondisi fisik pasien
Pencegahan, contoh : salah pemberian obat pada pasien lain, dideteksi secara dini serta dipantau
perkembangannya sehingga tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
Peringanan. contoh : suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, tetapi diketahui secara dini
lalu diberikan antidotenya.
4. Kesalahan Medis (Medical errors) : adalah kesalahan dalam proses pengelelolan pasien (asuhan
medis ataupun keperawatan) karena faktor kegagalan melaksanakan suatu tindakan ataupun
karena mengambil tindakan yang tidak seharusnya diambil. Dan hal ini merupakan kesalahan
yang sangat fatal.
5. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident : adalah suatu kejadian yang tidak
disengaja ataupun yang tidak diharapkan yang dapat menimbulkan suatu cedera atau berpotensi
menimbulkan cedera.
6. Kejadian sentinel / Sentinel Event : adalah salah satu KTD yang mengakibatkan suatu kematian
atau cidera yang serius. Contoh : salah mengoperasi bagian tubuh pasien yang tidak sehatrusnya
dipoerasi.
Keselamatan pasien juga tertera pada PerMenKes RI nomor 1691/MENKES/Per/2011
tentang keselamatan pasien rumah sakit dalam bab 1 pasal 1 yang berbunyi :
1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
2. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian
Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
8. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah suatu
sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk
pembelajaran.
9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Resiko terjadinya kesalahan atau kecelakaan kerja saat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien dapat diminimalisir dengan pengorganisasian risiko atau risk management secara
benar. Risk management tersebut meliputi :
1. Identifikasi risiko.
Bertujuan untuk mengidentifikasi konsekuensi serta kemungkinan risiko yang akan
terjadi serta untuk membagi penanganan terhadap suatu risiko berdasarkan tingkat prioritas atau
kebutuhan.
2. Analisis risiko.
Bertujuan untuk menganalisis serta memisahkan risiko kecil yang dapat diterima dengan
risiko besar yang tidak dapat diterima. Selain itu, analisis risiko juga bertujuan untuk
mengumpulkan data yang dapat bermanfaat dalam proses evaluasi dan perencanaan penanganan
risiko.
3. Evaluasi terhadap risiko yang terjadi.
Bertujuan untuk membandingkan tingkat atau level dari suatu risiko yang ditemukan
dengan kriteria risiko yang tidak dapat dihindari. Hasil akhir dari tahap ini adalah menyusun
prioritas risiko sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang lebih lanjut.
4. Penanganan terhadap risiko yang terjadi
Bertujuan untuk mengidentifikasi atau menentukan pilihan tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani suatu risiko, mengkaji pilihan tindakan tersebut, merencanakan
persiapan untuk penanganan risiko, dan melakukan pilihan tindakan tersebut.
5. Pengamatan secara terus menerus
Bertujuan untuk menjamin atau memastikan bahwa pengorganisasian tindakan yang telah
direncanakan bermanfaat dan dapat mengontrol pelaksanaan dari penganganan risiko tersebut.
6. Komunikasi
Bertujuan untuk memberikan informasi dalam tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani suatu resiko.
Kebijakan DepKes tentang keselamatan pasien rumah sakit antara lain:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tak Diharapakan ( KTD)
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
Kebijakan patient safety dirumah sakit antara lain :
1. Rumah sakit wajib melaksankan system keselamatan pasien
2. Rumah sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien
3. Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien
4. Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program akriditasi rumah
sakit.
System keselamatan pasien rumah sakit antara lain :
1. Pelaporan insiden, laporan bersifat anonym dan rahasia
2. Analisa, belajar, riset masalah dan pengembangan taksonomi
3. Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring atau evaluasi
4. Penetapan panduan, pedoman, SOP, standar indicator keselamatan pasien berdasarkan
pengetahuan dan riset.
5. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarganya .
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien antara lain :
1. Membangun kesadaran akan keselamatan pasien.
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Langkah penerapan:
Bagi Rumah Sakit: Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang
harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan
fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
a. Bagi Rumah Sakit
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual
bilamana ada insiden.
2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
b. Bagi Unit/Tim
1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan
berani melaporkan bilamana ada insiden.
2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit anda untuk
memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
2. Memimpin dan mendukung staff.
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di rumah
sakit.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
1) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
2) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi
penggerak dalam gerakan Keselamatan Pasien
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat
manajemen rumah sakit
4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit anda dan
pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
b. Untuk Unit/Tim:
1) Nominasikan penggerak dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan Keselamatan
Pasien
2) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka dengan
menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
3. Mengintrogasi aktivitas pengelolaan resiko.
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas dan asesmen hal
yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan nonklinis, serta
pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor
oleh direksi/pimpinan rumah sakit;
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan
asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
b. Untuk Unit/Tim:
1) Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu Keselamatan Pasien guna
memberikan umpan balik kepada manajemen yang terkait;
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah sakit;
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas setiap risiko, dan
ambillah langkahlangkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut;
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen dan
pencatatan risiko rumah sakit.
4. Mengembangkan sistem pelaporan.
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus
dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
b. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan setiap insiden yang
terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan
pelajaran yang penting.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi
terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi
insiden.
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada
pasien dan keluarganya.
b. Untuk Unit/Tim:
1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah
terjadi insiden
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera
berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan Analisis Akar
Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali
per tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
b. Untuk Unit/Tim:
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah
pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.


Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
a. Untuk Rumah Sakit:
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen risiko,
kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat.
2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan proses), penyesuaian
pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin
keselamatan pasien.
3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang
dilaporkan.
b. Untuk Unit/Tim :
1) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat asuhan pasien menjadi
lebih baik dan lebih aman.
2) Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan pelaksanaannya.
3) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yang
dilaporkan.

Langkah penerapan progam safety patient antara lain (DepKes,2006)


1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2. Membangun komitmen dan fokus yang jelas tentang keselamatan pasien.
3. Membangun sistem dan proses managemen resiko serta melakukan identifikasi dan assessmen
terhadap potensial masalah.
4. Membangun sistim pelaporan.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan melakukan analisis akar
masalah.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistim keselamatan pasien dengan menggunakan
informasi yang ada.

B. Standar Keselamatan Rumah Sakit


Standar I. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana
dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tak diharapkan.
Kriteria:
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur
untuk pasien termasuk kemungkinan KTD
Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di tingkatkan
dengan keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah
sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria:
1. Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Standar III : Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga
dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
rumah sakit.
2. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transaksi antar
unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya
proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
Standar IV
Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif , dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik, mengacu pada visi, misi, dan
tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan
langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang terkait dengan :
pelaporan insiden, akreditasi, menejemen resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD/KNC, dan
secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko tinggi.
4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang di perlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan 7 langkah menuju keselamatan pasien rumah
sakit.
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program menekan atau mengurangi KTD/KNC.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan
meningkatkan kinerja rumah rakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Rumah
Sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden, yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari KNC(Near miss)
sampai dengan KTD(Adverse event).
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan
jalas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar danjelas tentang analisis akar masalah (RCA) kejadian pada
saat program keselamatan pasien mulai di laksanakan.
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian.
g. Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antar disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang di butuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja
rumah sakit dan perbaikan Keselamatan Pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan
sumber daya tersebut.
i. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan criteria obyektif untuk
mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaiatan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.

Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik tentang keselamatan paien sesuai dangan tugasnya masing- masing.
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaburatif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
a. Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal- hal terkait dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.

C. Pendekatan komprehensif pengakajian keselamatan pasien (Anshar.2010)


Pengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar dibagi atas: struktur,lingkungan,
peralatan dan teknologi, proses, orang dan budaya.
1. Struktur
a. Kebijakan dan prosedur organisasi : terdapat kebijakan dan prosedur tetap yang telah dibuat
dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.
b. Fasilitas : fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan.
c. Persediaan : hal hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti persediaan di ruang emergency.
2. Lingkungan
a. Pencahayaan dan permukaan berkontribusi terhadap pasien jatuh atau cedera.
b. Temperatur : pengkondisian temperatur dibutuhkan dibeberapa ruangan seperti ruang operasi.
c. Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat sedang memberikan
pengobatan dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien.
d. Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap penampilan seperti teknik
memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain
itu penempatan material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan fungsinya seperti
pengaturan tempat tidur , jenis , penempatan alat sudah mencerminkan keselamatan pasien.
3. Peralatan dan teknologi
a. Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari alat.
perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk
mengoperasikan alat secara tepat dan benar.
b. Keamanan : alat alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya dapat meningkatkan
keselamatan pasien.
4. Proses
a. Desain kerja : desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan kurangnya penjelasan
dapat berdampak terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak
terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan research based practice yang
diimplementasikan.
b. Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus menerus saat praktek
akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko tinggi
terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu sIstem pengingat untuk
mengurangi kesalahan.
c. Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah tergambar ada
pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti pemberian
obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien pasien emergency oleh karena itu pada
saat saat tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau tidak.
d. Perubahan jadwal dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien karena perawat
sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara
baik dan menyeluruh.
e. Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan diagnostik atau
ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian antibiotik atau tromblolitik,
keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.
f. Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang waktu perawatan
tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh pasien.
5. Orang
a. Sikap dan motivasi : sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja seseorang. Sikap dan
motivasi yang negatif akan menimbulkan kesalahan-kesalahan
b. Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada kinerja dengan
menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi
Seseorang
c. Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian
akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan terjadi kesalahan
kesalahan dalam bertindak
d. Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat memerlukan pendidikan
atau pelatihan saat dihadapkan kepada penggunaan alat alat kesehatan dengan teknologi baru
dan perawatan penyakit penyakit yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu babi.
e. Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi : kognitif sangat
berpengaruh terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif seseorang
sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara membuat keputusan , pemecahan masalah baru
mengkomunikasikan hal hal yang baru.
6. Budaya
a. Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan dan keselamatan pasien.
b. Filosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada filosofi dan nilai yang dibuat
oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan.
c. Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi kesalahan dapat segera
terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak melapor dan siapa yang menerima laporan).
d. melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat hambatan karena
terbentuknya budaya blaming . Budaya menyalahkan (Blaming) merupakan phenomena yang
universal. Budaya tersebut harus dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi yang jelas.
e. Staff kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya yang penting adalah
system kepemimpinan dan budaya dalam merencanakan staf, membuat kebijakan dan mengantur
personal termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit.
D. Solusi live-saving keselamatan pasien rumah sakit (KKPRS.2007).
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi
menerbitkan Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving
Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar
keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai
masalah keselamatan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah
atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi
ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu rumah sakit memperbaiki proses
asuhan pasien yang berguna untuk menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.
Solusi tersebut antara lain adalah :
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar,
maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek
dagang atau generik serta kemasan.
2. Pastikan identifikasi pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar
sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfuse maupun pemeriksaan, pelaksanaan
prosedur yang keliru, orang penyerahan bayi kepada bukan keluarganya. Rekomendasi
ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien
dalam proses ini, standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu
sistem layanan kesehatan, dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol
untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera
terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk
penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan
kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada
saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasuskasus dengan
pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah
akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor
yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah
jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur;
dan adanya tim yang terlibat dalam prosedurTime out sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontramemiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah, dan
pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi /
pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya
adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang
sedang diterima pasien juga disebut sebagai home medication list", sebagai perbandingan
dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan
perintah medikasi, dan dikomunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut
dimana pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain
sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cedera
atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi atau
cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas
medikasi secara detail / rinci bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian
makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien
(misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV,
HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang dari jarum suntik.Rekomendasinya adalah
perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan, pelatihan periodik para
petugas di lembagalembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian
infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga, mengenai penularan infeksi melalui darah, dan
praktek jarum sekali pakai yang aman.
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita
infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran
preventif yang primer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs" tersedia pada titik-titik pelayan,
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan
yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja, dan pengukuran kepatuhan
penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain.

E. Indikator Patient Safety


Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit.. Indikator patient safety bermanfaat untuk
menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien selama dirawat di rumah sakit,
khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko
di sisi pasien. Dengan mendasarkan pada IPS ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-
upaya yangdapat mencegah timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien.
(Dwiprahasto, 2008). Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS
tingkat area pelayanan.
1. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan untuk mengukur potensi
komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah saat pasien mendapatkan berbagai tindakan medik di
rumah sakit. Indikator ini hanya mencakup kasus-kasus yang merupakan diagnosis sekunder
akibat terjadinya risiko pasca tindakan medik.
2. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan medik yang
didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota). Indikator ini mencakup
diagnosis utama maupun diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat tindakan medik. Indikator
patient safety antara lain : Komplikasi anesthesi, angka kematian yang rendah, ulkus dekubitus,
kematian oleh karena komplikasi pada pasien rawat inap, benda asing tertinggal selama prosedur,
pneumotoraks iatrogenic, Infeksi akibat perawatan, patah tulang pascaoperasi, pendarahan atau
hematoma pascaoperasi, gangguan fisiologis dan metabolik pascaoperasi, kegagalan pernapasan
pascaoperasi, pulmonary embolism atau deep vein thrombosis, sepsis pascaoperasi, luka pada
pasien bedah abdominopelvik, luka tusukan dan laserasi, reaksi transfusi, trauma lahir - cedera
pada neonatus, trauma kebidanan oleh karena persalinan dengan instrument, trauma kebidanan
oleh karena persalinan tanpa instrument, trauma kebidanan - kelahiran sesaria.
Elemen patient safety meliputi: Kesalahan pengobatan yang merugikan, menggunakan
restraint, infeksi nosokomial, kecelakaan bedah , luka karenatekanan(dicubitus), keamanan
produk darah , resistensi antimikrobial, Imunisasi, falls (jatuh), darah stream(aliran), perawatan
kateter pembuluh darah serta tindak lanjut dan pelaporan insiden keselamatan pasien.
Akar penyebab kesalahan keselamatan pasien paling umum disebabkan antara lain:
Masalah komunikasi, kurangnya informasi, masalah manusia, pasien yang berhubungan dengan
isu-isu, transfer pengetahuan dalam organisasi, staffing pola / alur kerja, kegagalan teknis,
kurangnya kebijakan dan prosedur. Tujuan umum keselamatan pasien antara lain :
Mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan
keamanan obat, hilangkan salah tempat, salah-pasien, prosedur tindakan yang salah, mengurangi
resiko infeksi terkait perawatan kesehatan dan mengurangi risiko bahaya pasien dari jatuh
(AHRQ) .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan
pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai resiko, identifikasi,
manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko. Pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu
kepada tujuh standar pelayanan pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik pasien
dan keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan metode- metode
peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien,
peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang
keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien. Selain mengacu pada tujuh standar pelayanan tersebut, keselamatan pasien juga
dilindungi oleh undang-undang kesehatan sebagaimana yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36
tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sudah seharusnya menunjang
keselamatan pada pasien karena proses keperawatan tersebut sangat berhubungan denganpatient
safety atau keselamatan pasien. Proses keperawatan tersebut meliputi proses pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Jika terjadi kesalahan saat menjalani salah
satu proses keperawatan, maka kesalahan tersebut akan memungkinkan timbulnya kecelakaan
kerja yang dapat mengancam keselamatan pasien. Aplikasi keselamatan pasien dapat diterapkan
pada beberapa tempat yang terdapat di rumah sakit, seperti kamar operasi, ICU, dan UGD.
Aplikasi keselamatan pasien tersebut diterapkan dengan memperhatikan sisi struktur,
lingkungan, peralatan dan teknologi, proses, orang, dan budaya.
Program Keselamatan rumah sakit dan keselamatan pasien merupakan suatu kebutuhan dan
keharusan untuk melindungi pasien dan karyawan. Keterlibatan /pemberdayaan pasien dalam
proses asuhan pelayanan kesehatan harus menjadi prioritas utama. Keterlibatan seluruh unsur
yang ada dalam organisasi merupakan kunci keberhasilan, termasuk pihak manajemen, unit
terkait serta mengoptimalkan peran champion. Sosialisasi Program keselamatan rumah sakit dan
keselamatan pasien harus dilakukan secara terus-menerus untuk menjaga pelaksanaan program
tetap konsisten dan berkesinambungan.

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan benar sesuai
standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin keselamatan pasien dari segala
aspek tindakan yang kita berikan

Anda mungkin juga menyukai