MAKALAH
KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KERJA
DISUSUN
OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya
yang telah melimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu tugas
kelompok mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja dalam
Keperawatan tentang penyebab adverse events terkait prosedur invasif.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
SAMPUL...........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................5
A. Pengertian Adverse Event dan Tindakan Invasif..............................................5
B. Penyebab Kejadian Tidak Diharapkan..............................................................5
C. Jenis-Jenis Advers Events..................................................................................10
D. Jenis-Jenis Tindakan Invasif.............................................................................11
E. Kebijakan Tindakan Invasif..............................................................................11
F. Sumber Infeksi pada Tindakan Invasif............................................................13
G. Kejadian Tidak Diinginkan...........................................................................14
BAB III PENUTUP........................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan cerminan utama dari keberhasilan
suatu pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan mengutamakan
keselamatan pasien, hal ini sesuai dengan gagasan Hiprocrates yaitu
Primum, non nocere (First, do no harm) (Departemen Kesehatan RI &
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2008, p.17). Keselamatan adalah
kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan
fisiologis pada hierarki kebutuhan Maslow yang harus terpenuhi (Potter &
Perry, 2008).
Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKP-RS) atau yang
dikenal dengan sebutan patient safety merupakan suatu proses pemberian
pelayanan rumah sakit terhadap pasien yang lebih aman. Proses ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Tujuan utama penerapan patient safety di rumah sakit
adalah mencegah dan mengurangi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien
(IKP) dalam pelayanan kesehatan ( Darliana, Devi. 2016).
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dalam membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden. Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien yaitu KTD, KNC,
KTC, KPC. KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien, KTC
adalah insiden yang sudah terpapar tapi tidak cedera, KPC adalah kondisi
potensial cedera (Permenkes RI No 1691, 2011).
1
Adverse Event atau kejadian tidak diharapkan (KTD), merupakan
suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan (Commision) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission) dan bukan karena “underlying
diasease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap
diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan
pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak
dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi.
Sedangkan pada tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur
pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat dan keterlambatan
merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak (Hakam, Fahmi. 2015)
Angka kematian akibat KTD atau adverse event rawat inap diseluruh
Amerika serikat 33,6 juta/tahun : 44.000-98.000/tahun (Suparti, Sri, dkk.
2014). Berdasarkan hasil penelitian di rumah sakit di Amerika, Australia,
New Zealand, Canada, dan Eropa ditemukan KTD dalam rentang 3,2% -
16,6% (WHO, 2004, dalam Utarini, Ehry, & Hill, 2009). Angka kematian
akibat kesalahan medis pada pasien rawat inap di Amerika berjumlah 33,6
juta pertahun, diantaranya 44.000 sampai 98.000 dilaporkan meninggal
setiap tahun. Angka kematian tersebut lebih tinggi daripada kematian akibat
kecelakaan mobil, kanker payudara, dan AIDS (Utarini, Ehry, & Hill,
2009).
Di Indonesia Laporan Insiden Keselamatan Pasien menemukan
adanya pelaporan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang
disebabkan karena proses atau prosedur klinik (9,26 %), medikasi (9,26%),
dan Pasien jatuh (5,15%) (KKP RS, 2011). Penelitian menunjukkan bahwa
angka KTD sangat bervariasi, untuk kesalahan diagnosis yaitu 8,0% hingga
98,2% dan kesalahan pengobatan sebesar 4,1% hingga 91,6%. Terus
berkembangnya penelitian tentang keselamatan pasien di berbagai daerah,
namun sampai saat ini belum ada studi nasional (Nasution, Putri Citra Cinta
Asyura. 2018).
2
Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya KTD yang
merupakan bagian dari insiden keselamatan pasien. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka disusunlah sasaran keselamatan pasien yang bertujuan
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari consensus berbasis bukti dan keahlian
atas permasalahan yang ada (Najihah.2018). Oleh karena itu, jika rumah
sakit ingin menurunkan kejadian insiden keselamatan pasien maka rumah
sakit harus menerapkan budaya keselamatan pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah yang dapat diangkat
adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Adverse Event dan tindakan invasif?
2. Bagaimana Penyebab Terjadinya Adverse Event?
3. Bagaimana Jenis-Jenis Adverse Event?
4. Bagaimana Jenis-Jenis Tindakan Invasif?
5. Bagaimana Kebijakan Tindakan Invasif
6. Bagaimana sumber tindakan invasif?
7. Bagaimana contoh insiden kejadian tidak diinginkan?
C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian adverse event dan tindakan invasif
2. Untuk dapat mengetahui penyebab terjadinya adverse event
3. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis adverse events
4. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis tindakan invasif
5. Untuk dapat mengetahui kebijakan tindakan invasif
6. Untuk dapat mengetahui sumber tindakan invasif
7. Untuk dapat mengetahui contoh insiden kejadian tidak diinginkan?
3
D. Manfaat
Untuk memberikan informasi kepada para pembaca, utamanya bagi
sesama mahasiswa dan masyarakat umum mengenai penyebab terjadinya
adverse event terkait proses invasif. Sehingga Informasi ini dapat diketahui
dan berguna bukan hanya di lingkungan kesehatan tapi juga dimasyarakat
umum.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
petugas kesehatan, alat-alat kesehatan,kondisi pasien, dan lingkungan.
(Komalawati,Veronica. 2010)
6
alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang
diproduksi, dijual atau dimaksud untuk digunakan dalam:
a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan,
peringan/
pencegah penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada
manusia.
b. Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur
badan manusia.
c. Diagnosa kehamilan pada manusia/ pemeliharaan selama hamil dan
setelah
melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
d. Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk
golongan
obat.
Sedangkan dalam UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Alat
adalah instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat,
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan
kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. Adapun yang terrmasuk dalam alat
kesehatan dalam adverse event yaitu :
a. Defect (bawaan Pabrik)
b. Pemeliharaan yang tidak memadai
c. Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
d. Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
e. Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
f. Tidak mengacu SOP alat kesehatan
g. Minimnya buku manual dan kurangnya pelatihan
7
f. Sumber Daya Manusia
Semula SDM merupakan terjemahan darii “human resources “,
namun ada pula ahlii yang menyamakan sumber daya manusia dengan
“manpower” (tenaga kerja). Bahkan sebagian orang menyetarakan
pengertian sumber daya manusia dengan personal
(personalia,kepegawaian,dan sebagainya).Sumber daya manusia
merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan,
keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya
(rasio, rasa, dan karsa). Semua potensi SDM tersebut berpengaruh
terhadap upaya organisassi dalam mencapai tujuan.Werther dan Davis
(1996), menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah “pegawai yang
siap, mampu, dan siaga dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi “.
(sutrisno,Edi.2017)
Untuk penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan tujuan,
kebijakan, dan strategi yang telah ditetapkan dibutuhkan kebijakan dan
manajemen sumber daya yang efektif dan efisien didukung dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan sehingga dapat tercapai pelayanan
kesehatan yang merata dan berkualitas. Sumber daya tersebut terdiri
atas sumber daya tenaga, pembiayaan, fasilitas, ilmu pengetahuan,
teknologi, serta informasi. Sumber daya yang mendukung tercapainya
tujuan, kebijakan dan strategi tersebut berasal dari pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta. Sasaran yang dicapai oleh program ini
adalah sebagai berikut :
a. Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya
system kesehattan yang efisien, efektif, berkualitas, dan
berkesinambungan
b. Terciptanya kebijakan kesehatan yang mendukung reformasi
bidang kesehatan
c. Tersedianya sumber daya manusia dibidang kesehatan yang
mampu melakukan berbagai kajian kesehatan
8
d. Berjalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatan
wilayah dan sektoral dalam mendukung desentralisasi
e. Terciptanya organisasi dan tata laksana di berbagai tingkat
administrasi sesuai dengan asas desentralisasi dan penyelenggaraan
pemerintaan yang baik.
f. Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien
dan fleksibel diseluruh jajaran kesehatan
g. Terciptanya mekanisme pengawasan pengendalian diselyruh
jajaran kesehatan
h. Tersusunnya berbagai perangkat hukumm dibidang kesehatan
secara menyeluruh
i. Terlaksananya inventarisasi ,kajian,dan analisis secara akademis
seluruh prangkat hokum yang berkaitan dengan penyelenggaraan
uoaya kesehatan.
j. Tersedianya perangkat hukum guna dilaksanakannya proses
legislasi dan mitigasi dalam penyelesaian konflik hokum bidang
kesehatan.
k. Tersdianya informasi kesehatan yanhg akurat,tepat waktu,dan
lengkap sebagai bahan dalam proses oengambilan keputusan dalam
pengelolaan pembangunan kesehatan, serta menyediakan informasi
untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program
kesehatan, dan meningkatkan kewasspadaan disemua tingkat
administrasi.
l. Tersusunnya kebijakan dan konsep pengelolaan program kesehatan
untuk mendukung desentralisasi.
Interaksi Sumber Daya Manusia dengan teknologi ,dengan
sistem,dengan situasi yang dinamis pada 3 tingkatan :
a. Organisasi-budaya,kebijakan dan prosedur, standard
b. Tim-pelatihan, komunikasi, kepedulian
c. Individu-personal eror control, self awareness, compliance
(kepatuhan).
9
Akibat yang ditimbulkan
a. Diagnosis yang salah,pengobatan yang tidak tepat
b. Memerlukan rawat inap yang berkepanjangan
c. Perlunya intervensi medis atau bedah
d. Menyebabkan kesalahan berkelanjutan
e. Menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi
dan struktur tubuh
f. Menyebabkan cacat perm,anen sampai pada kematian
10
pasien terima obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat) atau
‘peringanan’ (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui
secara dini lalu diberikan antidotumnya). (Abib, A.Yahya.2014)
11
E. Kebijakan Tindakan Invasif
1. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus ada surat persetujuan
tindakan kedokteran agar tidak muncul gugatan atau tuntutan
malpraktik medik.
2. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus dicatat dalam rekam
medis pasien.
3. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien.
4. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter, terdapat daftar
tindakan invasif yang didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang lain
seperti perawat.
5. Ada tindakan invasive yang sifatnya didelegasikan kepeda tenaga
kesehatan yang lain.
6. Setiap pendelegasian yang dilakukan oleh dokter di tulid di catatan
terintegrasi.
7. Tindakan invasive yang bisa didelegasikan kepada perawat antara lain :
a. Pasang IV kateter.
b. Lepas IV kateter.
c. Pasang urine kateter.
d. Lepas urine kateter.
e. Pasang NGT.
f. Lepas NGT.
g. Injeksi IM, IC, dan IC.
h. Kumbah Lambung.
i. Tindakan hecting dan lepas hecting.
j. Ekterpasi kuku.
k. Isisi Abses.
l. Cross Insisi.
m. Pengambilan corpus alenum tanpa penyulit.
n. Irigasi telinga dan mata.
12
Hal diatas sangatlah penting untuk dilakukan dengan benar karna
tindakan tersebut sangat berpanguh pada kesehatan pasien. Tetapi masih
banyak saja perawat yang melakukan kesalahan atau lalai dalam
mengerjakan tugasnya akibat kecemasan dan kurangnya pengalaman yang
pernah dilakukan dan hal-hal diatas walaupun dianggap sepele sangat sering
sekali terdapat kesalahan pelaksanaan tidakan tersebut. Oleh karena itu
sangat diharuskan atau dianjurkan untuk melakukan tidakan invasif ini
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan.
13
d. Mengkonsumsi obat-obatan Imunosupresif (menekan system imun
tubuh).
4. Lingkungan
a. Ventilasi yang tidak adekuat.
b. Penerangan/sinar matahari yang kurang.
c. Ruangan yang lembab dan kotor.
d. Ada air tergenang dan banyak serangga.
14
High alert medications atau obat yang perlu diwaspai adalah obat yang
memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menyebabkan komlikasi, efek
samping, atau bahaya. Insiden yang tinggi terutama disebabkan
terjadinya kesalahan: kesalahan membaca/mendengar instruksi terapi,
kesalahan penulisan terapi, kesalahan pengambilan obat, kesalahan
pemberian obat, atau kesalahan penyimpanan obat.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adverse event diartikan sebagai suatu peristiwa yang menyebabkan,
atau memiliki potensi yang dapat menyebabkan hal tidak terduga atau tidak
diinginkan sehingga membahayakan keselamatan pengguna alat (termasuk
Pasien) atau orang lain. Kejadian tidak terduga atau tidak diinginkan sebagai
akibat negative dari manajemen dibidang kesehatan, tidak terkait dengan
perkembangan alamiah penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin
terjadi.
Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak diinginkan adalah
suatu kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada
pasien. Adverse event dapat dbedakan menjadi beberapa jenis yaitu,
kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan yang tidak dapat dicegah,
kejadian nyaris cedera, kondisi potensial cedera, dan kondisi tidak cidera.
Kejadian tidak diharapkan dapat terjadi karena beberapa penyebab
yaitu,hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri atau komplikasi
penyakit,hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari, hasil dari suatu
kelalaian medis, ataupun hasil dari suatu kesengajaan.
Tindakan invasif adalah tindakan medik langsung yang dipengaruhi
oleh keutuhan tubuh yang memiliki banyak resiko yang membahayakan
pasien salah satunya infeksi yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
petugas kesehatan, alat-alat kesehatan, kondisi pasien, dan lingkungan.
Dalam permenkes dijelaskan bahawa tindakan bedah atau tindakan invasif
harus dilakukan oleh dokter yang akan melakukan tindakan, namun dalam
keadaan tertentu tindakan invasif juga dapat dilakukan oleh dokter lain
ataupun oleh perawat.
16
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus mempelajari tentang adverse
event dan cara pencegahannya agar dapat melakukan tindakan dengan baik
dan benar sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien supaya
terjaminnya keselamatan pasien dari semua tindakan yang diberikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Hakam, Fahmi. 2015. Implementasi Patient Safety di Rumah Sakit. Jakarta:
Permata Indah
Muller,Milton.2012.Penentuan dan interpretasi dari indeks terapeutik dalam
pengembangan obat. doi : 10.1038 / nrd3801.
Najihah.2018. Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. Vol. 3(1):1-7.
Nasution, Putri Citra Cinta Asyura. 2018. Patient Safety. Universitas Sumatera
Utara
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Bab I, Ps. 1, Ayat;1,2,3,4,5,6,7,8
Panduan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Allert Medications).
2015. Rumah Sakit Umum Full Bethesda. Deli Serdang – Indonesia.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2008). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: EGC
Pubati, Aumas. 2011. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Proceedings Of expert lectur of medical student.
Rang, dkk.2015.Farmakokinetik Farmakologi Rang & Dale edisi 8.Churchill
Livingstone. ISBN 978-0-7020-5362-7.
Samiyah, dkk. 2012. Pengembangan Program Patient Safety Berdasarkan Standar
Six Goal International Pasient Safety di RS Onkologi Surabaya Jurnal
Administrasi Kebijakan Kesehatan Vol 10 No. 2.
Sutrisno,Edi.2017.Manajemen sumber Daya Manusia.Jakarta :Kencana
Trevor, dkk.2013.Farmakodinamik Pemeriksaan Farmakologi & Tinjauan Board
edisi 10. New York: McGraw-Hill Medical. ISBN 978-0-07-178923-3.
Utarini, A., Ehry, G.S., & Hill, P. (2009). Hospital Management Training, New
Ways To Improve Services In Indonesia: A Text Book And Guide. (1st Ed.).
Jakarta: GTZ Office
Utami, Putri Wahyu. 2013. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Rumah
Sakit Umum Pusat Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo Periode 1
April – 31 Mei 2013. Universitas Indonesia
19
Wowiling, Reinne G. 2015.Analisis penggolahan obat narkotika subuxone Di RS
JIMKU, Suplemen Vol.5,No,2 April 2015.
20