Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ETIOLOGI PENYAKIT

KELOMPOK 3
NAMA:
FRANSISKA FEBRIANA 2117020
NOVIANA INA KII 2117021
MERIANA SARI KULLA 2117018
ZENDRAWATY S ABDUL 2117024
YOHANES TENDE BORO 2117017
MARTEN BILLI 2117022
RISKA NURFADILLAH 2117019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat

sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi

pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah yang berjudul “ETIOLOGI

PENYAKIT” ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui

masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat

kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 26 oktober 2018

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar Belakang Masalah.................................................................

B. Rumusan Maslaah...........................................................................

C. Tujuan Penulisan ............................................................................

BAB II KAJIAN TEORITIS........................................................................

A. Pengertian Konsep Penyebab Penyakit...........................................

B. Teori Terjadinya Penyakit................................................................

C. Kausa...............................................................................................

D. Model Hubungan Penyebab dengan Penyakit.................................

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................

A. Konsep Sehat Sakit.........................................................................

B. Segitiga Epidemologi......................................................................

C. Proses Terjadinya Penyakit Infeksi.................................................

D. Faktor Lingkungan ........................................................................

E. Masa Tunas.....................................................................................

F. Perjalanan Penyakit Alamiah..........................................................


G. Pencegahan Penyakit......................................................................

H. Mekanisme Transmisi......................................................................

I. Contoh Kasus.................................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................

B. Saran...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit tidak pernah dating tanpa sebab. Penyakit bukanlah nasib dan

bukan merupakan keseluruhan yang berada dalam tubuh kita dan

mengendalikan kita. Kebanyakan dari penyakit-penyakit disebabkan oleh

kesalahan sederhana terhadap hukum-hukum dari sebab dan akibat.

Terjadinya penyakit terutama adalah akibat dari pelanggaran terhadap

hukum-hukum kesehatan yaitu hukum-hukum aktivitas dan istirahat,hukum-

hukum nutrisi, dan hukum-hukum pikiran dan jiwa. Kemiskinan dan

kurangnya makanan menurunkan daya tahan tubuh masyarakat, dan

terbatasnya pengertian akan hal medis, sehingga perawatan-perawatan

sangat kurang efektif. Semua dari faktor-faktor ini menghasilkan akibat dari

penyakit-penyakit infeksi dan kematian dini, sebagaimana yang masih sering

terjadi di Negara-negara berkembang. Sekarang gambarannya berbeda di

Negara-negara berkembang, tetapi tidak selalu menjadi lebih baik. Diet dan

gaya hidup ala Barat menjadi semakin dan semakin populer bagi setiap

orang yang membayar. Pekerjaan kantor yang dilakukan sambil duduk dan

memiliki kenderaan-kenderaan menjadi tuntutan, para penjual makanan siap


saji gaya Barat yang menjual makanan-makanan dengan kadar lemak tinggi

semakin menjamur, penggunaan tembakau dan alkohol juga meningkat, dan

dengan adanya perubahan-perubahan semacam ini, demikianlah terjadi

penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi, juga penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh gaya hidup yang semakin buruk.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan Masalah dari latar belakang diatas adalah :

1. Bagaimana Konsep Sehat Saktit?

2. Bagaimana Alur konsep Segitiga Epidemologi?

3. Bagaimana Proses terjadinya penyakit Infeksi?

4. Apa saja factor yang menyebabkan timbulnya penyakit?

5. Apa itu Masa Tunas?

6. Bagaimana Perjalanan Penyakit Ulamra?

7. Bagaimana cara Pencegahan Penyakit tersebut?

8. Bagaimana Alur/Mekanisme Transmisi Penyakit?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan Penulisan Makalah adalah :

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Sehat Saktit?

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Alur konsep Segitiga Epidemologi?

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses terjadinya penyakit Infeksi?


4. Untuk Mengetahui Apa saja factor yang menyebabkan timbulnya

penyakit?

5. Untuk Mengetahui Apa itu Masa Tunas?

6. Untuk Mengetahui Bagaimana Perjalanan Penyakit Ulamra?

7. Untuk Mengetahui Bagaimana cara Pencegahan Penyakit tersebut?

8. Untuk Mengetahui Bagaimana Alur/Mekanisme Transmisi Penyakit?


BAB II

KAJIAN TEORITAS

A. PENGERTIAN KONSEP PENYEBAB PENYAKIT

Sebuah peristiwa, kondisi, karakteristik/kombinasi dari faktor-faktor

tersebut yang memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit

“penyebab itu harus mendahului akibat”.

B. TEORI TERJADINYA PENYAKIT

Ada beberapa teori yang mengemukakan tentang terjadinya penyakit

diantarnya adalah :

a. Teori Contagion : teori yang berawal dari pengamatan terhadap penyakit

kusta di Mesir ini menyatakan bahwa penyakit terjadi akibat kontak antara

satu orang dengan orang lain.

b. Teori Hippocrates : teori ini mengemukakan bahwa penyakit timbul akibat

pengaruh lingkungan (air,udara,tanah,cuaca,dll). Dalam teori ini tidak

dijelaskan kedudukan manusia dalam interaksi tersebut dan faktor

lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.


c. Teori Humoral : teori yang berkembang di China ini mengemukakan

bahwa penyakit timbul akibat gangguan dari ketidakseimbangan cairan

dalam tubuh. Tubuh terdiri dari 4 cairan (merah,kuning,putih, dan hitam)

bila terjadi ketidakseimbangan maka akan timbul penyakit. Jenis penyakit

tergantung pada jenis cairan yang dominan.

d. Teori Miasma : teori abad pertengahan yang mengemukakan bahwa

penyakit timbul akibat sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan

sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan sekitarnya.

e. Teori Epidemic : teori ini mengemukakan bahwa terjadinya penyakit

berhubungan dengan cuaca dan faktor geografi.

f. Teori Kuman / Jasad Renik : dengan ditemukannya mikroskop oleh

Anthony Van Leuewenhoek pada abad ke 18 muncullah teori yang

mengemukakan bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme.

C. KAUSA

a. Kausa Mutlak : suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan penyakit.

b. Kausa Esensial : suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan

terjadinya suatu penyakit.

c. Kausa Sufisien : suatu penyebab yang umumnya terdiri dari beberapa

penyebab, yang secara bersama-sama saling mempengaruhi untuk

terjadinya penyakit.

D. MODEL HUBUNGAN PENYEBAB DENGAN PENYAKIT


a. Single Cause / Single Effect Model, Penyakit disebabkan oleh satu

penyebab.

b. Multiple Cause / Multiple Effect Model, Penyakit disebabkan oleh

beberapa penyebab yang saling berinteraksi satu sama lain.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep Sehat Sakit

Prosesnya diawali dari keadaan keterpaparan dan penjamu harus

dalam keadaan kerentanan sehingga dapat memproses sakit.

a. Keterpaparan dan Kerentanan

Sehat à sakit mempunyai batas tidak jelas. Melalui proses yang didahului

oleh keterpaparan terhadap suatu unsur tertentu serta host dalam kondisi

kerentanan tertentu untuk menjadi sakit.

b. Keterpaparan

Suatu keadaan dimana host berada pada pengaruh atau berinteraksi

dengan unsur penyebab primer maupun sekunder atau dengan unsur

lingkungan yang dapat mendorong proses terjadinya penyakit.

c. Kerentanan

Suatu keadaan dimana host mempunyai kondisi yang mudah dipengaruhi

atau berinteraksi dengan unsur penyebab sehingga memungkinkan

timbulnya penyakit.

B. Segitiga Epidemologi
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang

memberi gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam

terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya

Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu),

Agent (penyebab) dan Environment (lingkungan)

Segitiga Epidemiologi

Interaksi Host, Agent, dan Lingkungan

1. Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan

Keadaan dimana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh

lingkungan dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit.

Misalnya: Viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin

sayuran di ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses

pemanasan.

2. Interaksi antara Host dan Lingkungan

Keadaan dimana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya

pada fase pre-patogenesis.Misalnya: Udara dingin, hujan, dan

kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.


3. Interaksi antara Host dan Agen penyakit

· Keadaan dimana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat

merangsang manusia untuk menimbulkan respon berupa gejala penyakit.

Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan kekebalan,

atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat

berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan, atau kematian.

4. Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan

Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-

sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga

memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsungmasuk

ke dalam tubuh manusia. Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran

manusia, dapat menimbulkan Water Borne Disease

C. PROSES TERJADINYA PENYAKIT

Gejala penyakit yang timbul merupakan suatu tanda bahwa ada sesuatu

yang tidak beres pada badan kita. Gejala itu ada yang dapat dilihat, dirasa,

dicium, atau diukur. Ada gejala yang dapat dirasakan oleh pasien, ada pula

gejala yang baru dapat diketahui oleh seorang dokter/perawat sewaktu

diadakan pemeriksaan. Apabila tingkat kesakitan dalam suatu populasi

penduduk diketahui, maka kita perlu membedakan antara populasi yang


mempunyai dan tidak mempunyai penyakit yang spesifik. Pada prakteknya

cara membedakannya sangat sulit. Umumnya penyakit-penyakit menahun

mempunyai sejarah alamiah penyakit (Natural history of disease) yang

menarik. Adanya sejarah alamiah dari suatu penyakit dapat dipakai sebagai

cara dalam usaha pencegahan attaupun pengontrolan dari penyakit tersebut.

Tingkatan dari sejarah alamiah suatu penyakit (Natural history of

disease) adalah sebagai berikut.

1. Tingkat kepekaan (stage of susceptibility)

Pada tingkat ini penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu

hubungan antara host (induk semang), agent (penyebab penyakit), dan

environment(lingkungan). Adanya hubungan yang saling mempengaruhi

antara ketiga faktor tersebut di atas, akan menimbulkan suatu hal yang

disebut faktor risiko (risk factor).

Sebagai contoh ialah sebagai berikut.

1. Seseorang (host) yang sangat capai disertai dengan konsumsi

alkohol yang berlebihan (agent), maka akan memudahkan menderita

(risk factor) penyakit infeksi saluran nafas (pneumonia).

2. Seseorang yang berbadan gemuk dengan kadar kolesterol dan

tekanan darah yang tinggi disertai perokok berat, maka orang

tersebut akan mempunyai resiko mendapat serangan jantung

koroner. Faktor risiko pada tingkat kepekaan ini dapat dipengaruhi

oleh berbagai hal, yaitu sebagai berikut.

a. Umur seseorang
b. Jenis kelamin

c. Gaya hidup seseorang (life style)

d. Keadaan budaya

2. Tingkat sebelum sakit (stage of presymtomatic disease)

Pada tingkat ini penyakit belum tampak. Adanya faktor kepekaan dan

interaksi antara Host, Agent, dan Environment, akan timbul dan mulai tampak

adanya perubahan-perubahan secara patologis. Walaupun demikian,

perubahan-perubahan ini masih tetap berada di bawah garis yang disebut

linical horizon, yaitu garis perbatasan antara keadaan penyakit yang sudah

jelas tanda-tandanya (secara klinis) dan terjadiya perubahan secara

patologis. Perubahan atherosklerotik pada pembuluh darah koroner, sebelum

ada tanda-tanda stroke (mati mendadak).

3.Tingkat sakit secara klinis (stage of clinical disease)

Pada tingkat ini terjadi perubahan secara anatomis dan fungsional.

Adanya perubahan tersebut akan menimbulkan gejala dan tanda-tanda dari

suatu penyakit. Pada tingkat sakit secara klinis ini suatu penyakit dapat

diklasifikasikan, misalnya berdasarkan lokasi, gambaran histologis serta

fungsionalnya (psychososial).

4. Tingkat kecacatan (stage of disability)

Ada penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan

suatu pengobatan. Ada pula penyakit yang tetap berlangsung sampai lama
walaupun sudah mengalami pengobatan dan dalam hal ini dapat

menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh dan akan memberikan

kecacatan. Risiko dari keadaan tersebut adalah makin lamanya proses

penyakit tersebut yang bisa menimbulkan cacat pada bagian tubuh tertentu.

Sebagai contoh adalah:Penykit virus tertentu (campak) dapat sembuh

dengan sendirinya.akan tetapi jika kondisi penderita amat jelek dan tanpa

pengobatan, dapat menimbulkan komplikasi radang otak. Tingkat kecacatan

sebenarnya dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Pengertian cacat

dalam masyarakat dapat berarti terbatasnya aktivitas seseorang, misalnya

terbatasnya komunikasi seseorang karena ia tuli.

D. FAKTOR LINGKUNGAN

Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam

menentukan terjadinya sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut

memegang peranan dalam proses kejadian penyakit.

1. Lingkungan Biologis

Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara

lain meliputi :

 Beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen;

 Vektor pembawa infeksi

 Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat

mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber


kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),maupun

sebagai reservoir/sumber penyakit atau pejamu antara

(host intermedia) ;

 Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor

penyakit tertentu terutama penyakit menular.

Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang

peranan yang penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu

dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang

menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang

mengancam kehidupan / kesehatan manusia.

2. Lingkungan fisik

Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik

secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial

manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :

 Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan

 Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk

pemencaran pada air, dan

 Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, radiasi

dan lain sebagainya.

· Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula

yang timbul akibat manusia sendiri.


3. Lingkungan sosial

Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem

organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang

membentuk masyarakattersebut. Lingkungan sosial ini meliputi :

 Sistem hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem

ekonomi yang berlaku;

 Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat

 Sistem pelayanan kesehatanserta kebiasaan hidup sehatmasyarakat

setempat, dan

 Kebiasaan hidup masyarakat

 Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga, serta berbagai sistem

kehidupan sosial lainnya.

E. MASA TUNAS

Untuk menjadi sakit, seseorang harus terpajan pathogen yang sifatnya

infeksius. Dengan kata lain seseorang harus diinokulasikan denan penyakit.

Hal ini menyebabkaan kita membayangkan seekor nyamuk anopheles yang

menggigit ( inokulai melalui gigitan) korban tidak menyangka dirinya rentan

disore hari yang hagat, yang kemudian menulari orang tersebut dengan

penyakit, seperti malaria. Masa inkubasi/ masa tunas adalah rentang waktu

yang berlalu diantara waktu inokulasi dan waktu penampakan tanda atau
gejala pertama penyakit itu. Ada kasus dengan korban yang terkena gigitan

nyamuk, masa inkubasi penyakit malaria adalah sekitar 15 hari (10-35 hari) ,

dari saat digigit sampai korban menggigil, demam, berkeringt, malaise, dan

sakit kepala sela kurang lebih 1 hari, yang hilang mmuncul selama 48 jam .

interval diantara ajanan malaria dan penampakan tanda atau gejala pertama

yang dapat terdeteksi dari penyakit itu merupakan masa inkubasi malaria.

Kesulitan yang dihadapi daklam menentukan pajanan terhadap inokulasi

atau pajanan suatu penyakit membuat titik awal masa inkubasi sulit

dipastikan . tanda prodomal yang sama dari penyakit ini membuat titik akhir

sulit dipastikan . disamping itu tanda-tanda gejala penyakit lain serig kali

terlihat sama misal malaria disangka flu b.

F. RIWAYAT ALAMIAH

Riwayat Alamiah adalah Proses Perjalanan suatu penyakit yang alami

(tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan

terencana) sejak dari keadaan yang sehat hingga timbulnya akibat penyakit.

Patogenik

 Pada keadaan ini seseorang yang pada mulanya sehat menjadi sakit

yang disebabkan intervensi yang dilakukan oleh alam atau oleh orang

yang bersangkutan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

 Intervensi Alam: Bencana alam, banjir, gempa bumi, letusan gunung

berapi.

 Intervensi orang yang bersangkutan


1. Disengajakan: Kebiasaan merokok, minum alcohol

2. Tidak disengajakan: Termakan atau terminum makananan atau minuman

yang sudah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang dapat menimbulkan

penyakit.

Patogresif

 Eksperiment alamiah yang bersifat patogresif merupakan perjalanan

klinis suatu penyakit.

 Keadaan awal pada patogresif adalah orang itu sakit dan menunjukkan

gejala klinis yang diikuti perkembangannya.

 Leavell dan Clark menggambarkan riwayat perjalan penyakit seperti

berikut:

1) Prapatogenesis: Periode saat orang mulai terinfeksi tanpa

gejala klinis (masa tunas) dan ini berbeda pada tiap penyakit

tergantung pada sifat bakteri (patogenitas, virulensi,

juml.bakteri, dan lain-lain

2) Patogenesis : periode pada awalnya seseorang telah sakit dan

timbul gejala yang mengikuti.

Perjalanan penyakit dikembangkan menjadi 4 fase/tahap, yaitu:

1) Tahap Rentan/peka

Tahap berlangsungnya proses etiologik, dimana faktor penyebab

pertama untuk pertama kalinya bertemu penjamu. Disini faktor penyebab


pertama belum menimbulkan penyakit, tetapi telah mulai meletakkan

dasar-dasar bagi penyakit nantinya. Faktor penyebab pertama termasuk

juga faktor resiko, yaitu faktor yang kehadirannya meningkatkan

probabilitas kejadian penyakit.

Contoh:

- Kebiasaan merokok → Ca Paru

- Kolesterol LDL yang tinggi → Penyakit Jantung Korener

- Gizi yang buruk → TBC

- Radiasi sinar–X → Leukemia

2) Tahap Presimptomatik/Pra gejala

Tahap berlangsungnya proses perubahan patologik yang diakhiri

dengan keadaan ireversibel (manifestasi penyakit tidak dapat dihindari

lagi). Disini belum terjadi manifestasi penyakit, tetapi telah terjadi

tingkat perubahan patologik yang siap untuk dideteksi tanda dan

gejalanya pada tahap berikutnya.

Contoh: Perubahan aterosklerosisi arteri coronaria sebelum

seseorang memperihatkan tanda dan gejala Penyakit Jantung

Koroner.

3) Tahap Klinis

Tahap dimana perubahan patologik pada organ telah cukup

banyak, sehingga tanda dan gejala penyakit mulai dapat dideteksi. Disini

telah terjadi manifestasi klinik penyakit.


4) Tahap Ketidakmampuan/terminal

Tahap dimana mulai terlihat akibat dari penyakit akibat penyakit

mungkin sembuh spontan, sembuh dengan terapi, remisi (kambuh),

perubahan beratnya penyakit, kecacatan atau kematian.

G. KONSEP TINGKAT PENCEGAHAN

Beaglehole membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian :

primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis,

primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health promotion dan

general and specific protection , secondary prevention (pencegahan

tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary

prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.

Untuk lebih lanjut, akam diuraikan sebagai berikut:

1. Pencegahan Premordial

Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan, adanya

perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit

kardiovaskular dalam hubungannya dengan diet, dll. Pencegahan ini

sering terlambat dilakukan terutama di negara-negara berkembang

karena sering harus ada keputusan secara nasional. Tujuan

premordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola

hidup sosia-ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko

penyakit. Upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah


penyakit tidak menular yan dewasa ini cenderung menunjukkan

peningkatannya.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penegahan

awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status

kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi

kemungkinan suatu penyakit atau faktor resiko dapat berkembang

atau memberikan efek patologis. Faktor-faktor itu tampaknya bersifat

sosial atau berhubungan dengan gaya hidup danpola makan. Upaya

awal terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya

mempertahankan kondisi kesehatan yang posotif yang dapat

melindingi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatannya yang

sudah baik.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ini bertujuan untuk mengurangi incidence

dengan mengontrol penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal :

penggunaan kondom dan jarum suntik disposable pada pencegahan

infeksi HIV, imunisasi, dll. Biasanya merupakan Population Strategy

sehingga secara individual gunanya sangat sedikit : penggunaan seat-

belt, program berhenti merokok, dll.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menyembuhkan dan

mengurangi akibat yang lebih serius lewat diagnosis & pengobatan

yang dini. Tertuju pada periode diantara timbulnya penyakit dan waktu

didiagnosis & usaha ↓ prevalensi. Dilaksanakan pada penyakit dengan


periode awal mudah diindentifikasi dan diobati sehingga

perkembangan kearah buruk dapat di stop, Perlu metode yang aman

& tepat untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium preklinik.

Misal : Screening pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah

secara rutin, dll

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi

penting pada pengobatan & rehabilitasi, membuat penderita cocok

dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Misal pada rehabilitasi

pasien Poliomyelitis, Stroke, kecelakaan dll.

H. MEKANISME TRANSMISI

Penularan penyakit infeksi adalah mekanisme dimana penyakit infeksi

ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Penularan ini

dapat terjadi melalui tiga cara sebagai berikut :

1. Penularan Langsung

Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya

kepada orang atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui

kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan

seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata,

hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi

atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter).


2. Penularan Tidak Langsung

a. Penularan Melalui Alat

Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain

kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk;

air, makanan, susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan

organ tubuh, atau segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana

bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang / binatang yang rentan dan

masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.

Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat

tersebut sebelum ditularkan kepada orang / binatang yang rentan.

b. Penularan Melalui Vektor

(i) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti

terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa

pada kakinya atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam

saluran pencernaan serangga. Bibit penyakit tidak mengalami

perkembangbiakan.

(ii) Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi /

multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi

kedua-duanya. (“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh

serangga kepada orang / binatang lain.

Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif.

Bibit penyakit bisa ditularkan secara vertikal dari induk serangga kepada
anaknya melalui telur (“transovarium transmission”); atau melalui transmis

transtadial yaitu Pasasi dari satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus

hidup parasit didalam tubuh serangga dari bentuk nimfe ke serangga

dewasa. Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air

liurnya waktu menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan cara

deposisi kotoran serangga pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk

kedalam tubuh manusia melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara

penularan seperti ini bukanlah cara penularan mekanis yang sederhana

sehingga serangga yang menularkan penyakit dengan cara ini masih bisa

disebut sebagai vektor penyakit.

3. Penularan Melalui Udara

Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai,

biasanya saluran pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian

atau keseluruhannya mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap

melayang-layang diudara dalam waktu yang lama sebagian tetap infektif dan

sebagian lagi ada yang kehilangan virulensinya. Partikel yang berukuran 1 –

5 micron dengan mudah masuk kedalam alveoli dan tertahan disana.

Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai

penularan melalu udara (airborne); (lihat Penularan Langsung)

1. Droplet Nuclei

Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan

dari cairan percikan yang dikeluarkan oleh inang yang

terinfeksi.“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan


semacam alat, atau secara tidak sengaja terjadi di labortorium

mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan, di tempat perawatan

tanaman atau di kamar otopsi. Biasanya “Droplet Nuclei” ini bertahan

cukup lama di udara.

2. Debu

Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah

(misalnya spora jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau

secara mekanisme), dari pakaian, dari tempat tidur atau kutu yang

tercemar.

I. CONTOH KASUS

DISENTRI BASILER

1.Triad Epidemiologi

1.1 Agent

Disentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah

binatang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik

yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi

meragikan karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak

menghasilkan gas. Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri,

Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada

umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak

ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia6. Sebaliknya S.


sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit

ditemukan di negara maju

1.2 Host

Shigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di

negara dengan tingkat kesehatan perorangan yang sangat buruk.Manusia

sendiri merupakan surnber penularan dan hospes alami dari penyakit ini,

yang cara penularannya adalah secara oro- faecal.

1.3 Environment

Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi

lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat

penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi

yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim

sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari

kasus, yang sebenarnya terjadi.

2.Transmisi

Disentri basiler Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi

makanan atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vector,

misalnya lalat. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui

tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar. Cara Penyebaran Penyakit

3. Riwayat Alamiah Disentri Basiler

1. Masa Inkubasi dan Klinis


Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara

mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang

encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus

halus. Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala adanya nyeri

abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal

terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah,

kemudian feses berdarah setelah 3 – 5 hari kemudian. Lamanya

gejala rata-rata pada orang dewasa adalah hari, pada kasus yang

lebih parah menetap selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat

menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.

2. Masa Laten dan Periode Infeksi

Setelah timbul gejala,sehari atau beberapa hari kemudian, karena

infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang

encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai

dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan

nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam

2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa.

Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit

dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan

orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang

singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus

menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada

penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap


Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap

reinfeksi.

4. Pencegahan Penyakit

disentri basiler ini dapat dicegah dengan cara :

1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun

secara teratur dan teliti.

2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.

3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.

4. Memasak makanan sampai matang.

5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.

6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.

7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.

5. Pengobatan

Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit akan

sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan

kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi

dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi

dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi

Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena . umumnya pada anak kecil

terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat

Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin,

trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella


telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan

antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang

disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya

mikroorganisme yang menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan

memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan akan

akan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.

Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep

segitiga, jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga

penanganan penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi

antara host, agent dan lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit

dapat ditangani dengan memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam

konsep roda, penyakit dapat ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai

pergeseran roda kondisi lingkungan dan internal.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan diatas kita sudah dapat melihat bahwa

penyakit muncul dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat, maka dari itu,
agar tubuh kita tidak terserang penyakit kita harus menerapkan pola hidup

sehat serta melakukan pemeriksaan secara berkala..

DAFTAR PUSTAKA

Noor, 2013, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka

Cipta

Bustan, 2011, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka

Cipta

Bustan, 2012, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta

Notoatmojo, 2012, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar,

Jakarta, PT. Rineka Cipta

Vaughan, Morrow, 2013, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan

Kabupaten, Bandung, ITB

Anda mungkin juga menyukai