Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PENDENGARAN PADA LANSIA

(PRESBIKUSIS)

KELOMPOK VI

ZENDRAWATI S ABDUL 2117024


RISKA NURFADILAH 2117019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “SISTEM
PENDENGARAN PADA LANSIA KASUS (PRESBIKUSIS)” dengan
tepat waktu. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak
mendapatkan bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak
Kami menyadari didalam penyusunan dan penulisan makalah ini
banyak kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh
dari sempurna. Merupakan suatu penghargaan bagi kami apabila ada
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses
penuaan organ pendengaran yang terjadi secara berangsur-angsur,dan
simetris pada kedua sisi telinga. Jonsson R, menyatakan bahwa penurunan
ketajaman pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada
usia 70-80 tahun,pada usia 70 tahun biasanya penderita belum merasakan
adanya gangguan pendengaran namun ketika usia mencapai 80 tahun
gangguan pendengaran terasa lebih nyata. Presbikusis dialami sekitar 30-
35% pada populasi diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih
tinggi dari pada wanita. Perbedaan pervalensi presbikusis antar ras belum
diketahui secara pasti.
Presbikusis merupakan salah satu masalah kesehatan yang
terpenting dalam masyarakat. Hampir 40% penderita usia 65 tahun keatas
mengalami gangguan pendengaran. Akibat gangguan pendengaran
tersebut penderita mengalami gangguan masalah sosial,seperti
frustasi,depresi,cemas,paranoid,merasa kesepian,dan meningkatnya angka
kecelakaan
Lebih  kurang 40% dari populasi lansia mengalami gangguan
pendengaran (presbiskusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat
ringan sampai berat dapat di pantau dengan menggunakan alat
audiometer. Pada umunya laki-laki lebih sering menderita gangguan
pendengaran di bandingkan perempuan.

B. TUJUAN
1 Untuk mengetahui Devinis, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
klasifikasi, komplikasi dan teraphy dari penyakit PRESBIKUSIS
2 Mengetahui Diagnosa dari penyakit PRESBIKUSIS
3 Mengetahui Intervensi dari penyakit PRESBIKUSIS
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. DEVINISI
Presbikusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan
dengan lanjutnya usia. Presbikusis adalah penurunan pendengaran normal
dengan proses penuaan. (ilmu keperawatan, 2011)
Presbikusis merupakan akibat dari proses degenefative pasa satu
atau beberapa bagian koklea (striae vaskularis, sel rambut dan membrane
basilaris) maupun serabut saraf auditori.presbikusis ini juga merupakan
haril interaksi antara faktor genetic individu dengan faktor eksternal.
(muhammad nangga dipa, 2012)
Presbikusis adalah tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi, terjadi
pada usia lanjut, simetris kiri dan kanan, disebabkan proses degenerasi di
telinga dalam (sandhi indra yanas, 2014)

B. ETIOLOGI
1. Internal
Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi primer
organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik
mungkin juga mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan
lobus temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia.
2. Eksternal
Terpapar bising yang berlebihan, penggunaan obat ototoksik dan
reaksi pasca radang. (ilmu keperawatan, 2011). Gangguan pendengaran
secara perlahan akubat proses penuaan yang dikenal dengan istilah
presbikusis. Penyebab terjadinya presbikusis yang tepat belum diketahui
hingga saat ini, namun secara umum diketahui bahwa penyebabnya
bersifat multifaktorial. Di duga timbulnya presbikusis berhubungan
dengan faktor bawaan, pola makan, metabolism, atherioskerosis,
diabetes mellitus, infeksi, bisisng, gaya hidup, obat-obatan dll.
Presbikusis umum nya merenyang kedua telingan secara perlahan-lahan
sihingga orang tersebut tidak dapat menyadari adanya gangguan
pendengaran pada dirinya. (muhammad nangga dipa 2012)
Faktor-faktor resiko mempengaruhi terjadinya presbikusis yaitu :
 Usia dan jenis kelamin
Kebanyakan orang yang berusia 60-65 tahun banyak yang
menderita presbikusis. Presbikusis banyak terjadi oada laki-laki
dari pada perempuan karena laki-laki lebih sering terpapar suara
bising dari pada perempuan.
 Hipertensi
Hipertensi kronik dapat memperberat tahanan vaskuler yang
mengakibatkan peningkatan viskositas darah, penurunan aliran
darah kapiler dan transport oksigen ke organ telinga dalam, terjadi
kerusakan sel-sel auditori dan proses transmisi sinyal dapat
terganggu
 Diabetes mellitus
 Merokok
 Riwayat bising
(sandhi indra yanas, 2014)

C. PATOFISIOLOGI
Bertambahnya usia akan mengakibatkan degenerasi primer di prgan
corti, yaitu berupa hilang sel epitel saraf yang dimulai pada usia
pertengahan, terjadi degenerasi pada serabut aferen dan eferen sel
sensorik dari koklea dan juga terjadi perubahan pada sel ganglion siralis di
basal koklea. Selain itu elastisitas membrane basalis di koklea dan
membrane timpani juga akan menurun. Suplai darah dari reseptor
neurosensorik mungkin juga akan mengalami gangguan, sehingga jalur
auditorik dan lobus temporalis otak akan terganggu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda utama presbikusis adalah terjadinya penurunan sensitivitas
ambang suara pada frekuensi tinggi. Penderita presbikusis fungsi
pendengarannya berkurang secara perlahan-lahan, progresif, dan simetris
pada kedua telinga. Penderita akan merasa telinganya berdenging, pasien
dapat mendengar suara percakapan tetapi sulit memahaminya, teritama
bila cepat dan latarnya riuh.
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran :
 Kesulitan mengerti pembicaraan
 Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada
tinggi
 Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang
parau atau bergumam
 Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama
dengan latar belakang yang bising
 Latar belakang bunyi bordering atau berdesis yang konstan
 Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f,
dan g
 Suara vocal yang frekuensinya rendah seperti a,e, I, o, u
umumnya relative diterima dengan lengkap
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara
perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan
berkurangnya pendengaran tidak diketahui dengan pasti. Pertama-tama
terjadi sedikit demi sedikit kekurangan pendengaran pada frekuensi tinggi,
dan kemudian diikuti oleh tidak bisa mendengar dengan jelas akibat
sukarnya menangkap huruf konsonan yang bersuara mendesis (S, SH, Z, C
dan T).
Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien
dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya,
terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar belakang
yang ramai (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan
timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh faktor kelelahan saraf
(recruitment). Pada kasus presbikusis yang berat komunikasi dengan
penderita lebih sukar. Umumnya penderita presbikusis ini lebih suka bila
kita berbicara lambat-lambat, jelas, kata-kata yang pendek dan bicara agak
ke dekat kuping, daripada suara yang keras.
Berkurang  secara  perlahan-lahan,progresif,dan simetris  pada kedua
telinga.Telinga berdenging.Pasien  dapat  mendengar  suara  percakapan 
tapi sulilt memahaminya,terutama bila cepat dan latarnya riuh.Bila
intensitas ditinggikan akan timbul rasa nyeri.Dapat disertai tinitus
dan invertigo.Pada   pemeriksaan   otoskop   tampak   membran  timpani 
suram  dan mobilitasnya berkurang.Perubahan-perubahan dalam struktur
dan fungsi pada telinga bagian dalam membuat sulit untuk memahami tipe
bunyi bicara tertentu dan menyebabkan intoleran terhdap bunyi keras.
Bunyi-bunyi yang biasanya hilang pertama kali adalah: f, s, th,
ch dan sh. Saat penurunan pendengaran berlanjut, kemampuan untuk
mendengar bunyi b, t, p, k dan t juga rusak.
(emirza nur wicaksono, 2013)

E. KLASIFIKASI
Presbikusis di bagi menjadi empat tipe yaitu sebagai berikut :
 Presbikusis sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut
dan sel penyokong organ corti.
 Presbikusis Neural
Tipe ini ,e,perlihatkan atrofi sel=sel saraf di koklea dan jalur saraf
pusat.
 Presbikusis strial
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan cirri khas kurang
pendengaran yang mulai timbul pada decade ke-6 dan
berlangsung perlahan-lahan.
 Presbikusis konduktif koklea
Tipe kekurangan ini disebabkan gangguan gerakan mekanis di
membrane basalis.
(sandhi indra yanas 2014)

F. Komplikasi
Presbikusis dapat menyebabkan resiko yang lebih tinggi untuk tuli.
Kemampuan mendengar penderita presbikusis akan berkurang sevara
berangsur, biasanya terjadi bersamaan pada kedua telinga. Telinga
menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suaranya.
Hal lain yang terjadi pada openderita presbikusu adalah masalah fisik
dan emosional antara lain berupa :
 Terganggunya hubungan perorangan dengan keluarga
 Kompensasi tingkah laku akibat gangguan pendengaran
 Pemarah dan mudah frustasi
 Depresi, menarik diri dari lingkungan (introvert)
 Merasa kehilangan control pada kehidupannya
 Self-criticism
 Berkurangnya aktivitas dengan kelompok social
 Berkurangnya stabilitas emosi.
(sandhi indra yanas, 2004)

G. TERAPHY
Pemasangan alat bantu dengar di kombinasikan dengan latihan
membaca ujaran dan latihan mendengar  oleh  ahli terapi wicara. Yang
penting  adalah  pengertian  dari  orang  sekitarnya  untuk  berbicara
dengan  pelan, jelas,  dengan kata-kata  yang  pendek  dan  tidak  keras.
Beberapa yang direkomendasikan antara lain.
1. Vasodilator
Seperti asam nikotinat dan derivatnya menyebabkan vasodilatasi
perifer, dan pemberian dosis tinggi dalam waktu yang lama
menurunkan bloodlipid pada orang hiperkolesterolemia. Efek
terapeutik pada presbiakusis disebabkan oleh dilatasi koklear dan
pembuluh darah di otak akibat aksi lipoproteinolitik dari obat
tersebut. Contoh lain misalnya Ronicol dan Hydergin.
2. Obat lipoproteinolitik
Heparin i.v. 250 mg setiap hari selama 8 hari. Kemajuan
audiometrik didapat pada 25% penderita. Vertigo dan tinnitus
menghilang pada 45% penderita.
3. Vitamin
Vitamin B kompleks memberikan 43,5% kemajuan dalam
pendengaran. Vitamin A banyak dicoba dengan hasil yang lebih
memuaskan.
4.Rehabilitasi
Ini lebih ditujukan untuk memakai alat bantu dengar (Hearing Aid).
Dengan memakai alat bantu dengar ini penderita akan tertolong
dalam berkomunikasi dengan orang lain, terutama pada tipe
presbikusis tertentu. Untuk penderita presbikusis ringan, biasanya
tidak membutuhkan alat bantu dengar hanya bila ingin bertelepon,
maka sebaiknya memakai suatu alat sebagai amplifier atau untuk
mendengar TV & Radio sebaiknya memakai sejenis earphone. Atau
dengan Lipereading ditujukan bagi orang tua untuk mempelajari
gerakan mulut. Sebaiknya dijelaskan bahwa komunikasi akan lebih
baik bila pasien melihat ke wajah orang yang diajak berkomunikasi.
Melihat dampak dari gangguan / menurunnya pendengaran pada
lansia, maka penggunaan alat bantu dengar perlu dianjurkan pada
mereka yang membutuhkannya.Terdapat berbagai jenis alat bantu
dengar yang disesuaikan dengan keperluan dari penggunanya.
Apabila kedua telinga terganggu lebih baik menggunakan dua buah
alat bantu dengar (masing-masing satu untuk setiap telinga yang
akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding hanya satu buah
saja).
(Emirza nur wicaksono, 2013)
PENYIMPANGAN KDM

Degenerasi tulang2
Pendengaran bag. Dalam

Hilangnya sel-sel rambut


Pada basal koklea

Fungsi pendengaran
menurun

PRESBIKUSIS

pendengaran terhadap menarik diri dari tidak mau mengikuti


kata-kata/rangsangan suara lingkungan kegiatan dirumah
menurun maupun masyarakat

Mk : harga diri
rendah lebih banyak istirahat
Mk : gangguan
komunikasi verbal

Mk : kurang
aktivitas

(sandhi indra yanas, 2014)


BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, golongan darah dan lain
sebagainya.
a) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah
mendengar pesan atau rangsangan berupa suara.
- Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti
terhadap pembicaraan.
- Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk
mengulangi pembicaraan.
- Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan
dengan kesendiriannya itu klien mengekspresikan kesepian
dan keluarga klien mengatakan bahwa klien sering menarik
diri dari lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota
keluarga.
- Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan
bahwa klien  lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan
aktivitas apapun.
- Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui
pesan-pesan  tertulis. 
c. Riwayat penyakit dahulu
- Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit
akut maupun kronis.
- Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan
klien ? biasanya prebikusis sering muncul pada umur 60
tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu
bagi klien.
- Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan
mengalami alergi terhadap berbagai makanan dan
minuman.
- Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok
berat atau tidak.
- Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?
d. Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada
sistem pendengaran, apakah ada kelurga yang menderita
DM.
b) Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun telinga
a) Inspeksi: 
 Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
 Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak
 Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak
atau tidak)
 Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau
tidak.
b) Palpasi: 
 Apakan terdapat nyeri raba
 Apakah ada pembengkakan
c) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan otoskopik Menggunakan alat otoskop untuk
memeriksa meatus akustikus eksternus dan membran timpani
dengan cara inspeksi: 
Hasil: 
1)      Serumen berwarna kuning, konsistensi kental. 
2)      Dinding liang telinga berwarna merah muda 
b)   Tes ketajaman pendengaran
1)      Tes penyaringan sederhana 
Hasil:
 Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka
yang disebutkan. Klien tidak mendengar secara jelas detak
jarum jam pada jarak 1–2 inchi. 
2)       Uji rinne 
Hasil:  Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran
garpu tala dan tidak jelas mendengar adanya bunyi dan
saat bunyi menghilang.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang
pendengaran bagian dalam.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi
pendengaran.
3. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dari lingkungan
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


O KRITERIA HASIL
1. Gangguan Setelah dilakukan Mandiri :
komunikasi tindakan  Kaji tingkat  untuk
verbal keperawatan kemampuan mengetahui
berhubunga selama 1x24 jam, klien dalam sejauh mana
n dengan diharapkan penerimaan kemampuan
degenerasi komunikasi verbal pesan pasien untuk
tulang klien dapat berjalan  Periksa mendengar.
pendengara dengan baik dalam apakah ada  Untuk
n bagian 1 hari klien dapat : serumen yang mengidentifika
dalam. 1)      Menerima mengganggu si apakah
pesan melalui pendengaran terdapat
metode alternatif  Bicara dengan serum yang
2)      Mengerti apa pelan dan dapat
yang diungkapkan jelas menyumbat
3)      Memperlihatk  Gunakan alat lubang telinga,
an suatu tulis pada sehingga
peningkatan waktu pendengaran
kemampuan untuk menyampaika dapat
berkomunikasi n pesan berkurang.
4)      Menggunakan  Beri dan  Agar pasien
alat bantu dengar ajarkan klien dapat
dengan cara yang pada menangkap
tepat penggunaan pesan dari
alat bantu pembicaraan
dengar yang
 Pastikan alat dilakukan oleh
bantu dengar perawat
dapat  alat tulis
berfungsi adalah salah
dengan baik satu media
 Anjurkan klien yang dapat
untuk menjaga membantu
kebersihan dalam
telinga berkomunikasi
.
 Penggunaan
alat bantu
pendengaran
merupakan
alat bantu
yang sagat
penting untuk
membantu
proses
pendengaran
pasien

2 Harga diri Setelah dilakukan Mandiri :


rendah intervensi  Kaji  untuk
berhubunga keperawatan pengetahuan mengidentifikasi
n dengan selama 3x24 jam,di klien tentang apakah klien
penurunan diharapkan pasien perilaku mengerti bahwa
fungsi dapat menerima menarik diri sebenarnya
pendengara keadaan dirinya dan dan tanda- prilaku menarik
n bersosialisasi tandanya diri merupakan
seperti biasanya.  Beri suatu hal yang
Kriteria hasil: kesempatan merugikan bagi
Tidak menyendiri, pada klien pasien.
tidak menarik diri untuk  Untuk
dari lingkungan, mengungkap mengetahui
berinteraksi dengan kan perasaan penyebab pasien
orang lain penyebab memiliki ketidak
klien tidak percayaan diri
1) Mengenal mau bergaul untuk
perasaan yang atau menarik bersosialisasi
menyebabkan diri sehingga pasien
perilaku menarik diri  Diskusikan berprilaku
2) Berhubungan bersama menarik diri.
sosial dengan orang klien tentang  Diskusi adalah
lain perilaku suatu tindakan
3) Mendapat menarik diri, yang dapat
dukungan keluarga tanda-tanda dilakukan untuk
mengembangkan serta memperoleh jalan
kemampuan klien penyebab keluar secara
untuk berhubungan yang bersama-sama
dengan orang lain mungkin.  Untuk membina
 Beri pujian hubungan saling
terhadap percaya dan Agar
kemampuan pasien memiliki
klien rasa bahagia dan
mengungkap lega setelah
kan bercerita
perasaan. sehingga pasien
 Diskusikan akan lebih
tentang terbuka lagi.
keuntungan  Agar pasien
dari memiliki
berhubungan gambaran positif
dan kerugian sehingga dapat
dari perilaku merubah
menarik diri kebiasaan negatif
 Anjurkan menjadi kearah
anggota yang lebih positif
keluarga lagi.
untuk secara  Agar pasien mulai
rutin dan terbiasa dengan
bergantian hubungan
mengunjungi berinteraksi
klien dengan orang lain
sehingga lama
kelamaan pasien
mulai percaya diri.
3 Kurang Setelah dilakukan Mandiri :
aktivitas intervensi selama  Variasikan  Agar pasien
berhubunga 3x24 jam, rutinitas tidak jenuh
n dengan diharapkan klien sehari-hari dengan
menarik diri dapat melakukan  sanak aktivitas yang
dengan aktivitas tanpa keluarga monoton.
lingkungan kesulitan dalam  Peran dari
1) Menceritakan merencanaka sanak
perasaan-perasaan n rutinitas keluarga
bosan sehari-hari sangat
2) Melaporkan  Rencanakan dibutuhkan
adanya peningkatan suatu aktivitas untuk
dalam aktivitas sehari-hari mendukung
yang  Berikan alat dan
menyenangkan bantu dengar memotivasi
3) Menceritakan dalam pasien.
metode koping melakukan  Agar pasien
terhadap perasaan aktivitas memiliki
marah atau depresi gambaran
yang disebabkan terkait
oleh kebosanan.
aktivitas yang
akan pasien
jalani.
 Agar pasien 
dapat
berkomunikasi
dan
berinteraksi
dengan baik
saat
beraktivitas
DAFTAR ISI

Ilmu keperawatan, 2011. Asuhan Keperawatan Presbiakusis. Diakses dari


http//ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-
presbiakusis.html?m=1. Tgl 01/12/2014.

Muhammad Nangga Dipa, 2012. Gangguan Pendengaran Pada Lansia. Diakses


dari situs http://muhammadnanggadipa.wordpress.com/2012/01/12/gangguan-
pendengaran-pada-lansia/. Tgl 01/12.2014.

Sandhi Indra Yanas, 2014. Askep Presbiakusis dan tuli. Diakses dari
http://sandhiindrayanas.blogspot.com/2014/04/askep-presbikusis-dan-tuli-toksik.html?
m=1. Tgl 01/12/2014.

Emir Zanuri Wicaksono, 2013. Presbiakusis. Diakses dari


emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/04/10/presbiakusis/. Tgl 01/12/2014

Dongoes Marlyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai