Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan merupakan salah satu tindakan
medis yang penting dalam pelayanan kesehatan dan bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan, dan komplikasi (Agung,
Sulastri, & Anita, 2017). Sehingga prosedur ini bisa menimbulkan rasa
cemas pada pasien yang akan mengalami tindakan operasi.
Menurut penelitian yang telah dilakukan Ulfa (2017), tingkat
kecemasan pasien yang menjalani operasi didapatkan hasil 20%
dengan kecemasan ringan, 73% dengan tingkat kecemasan sedang
dan 7% dengan tingkat kecemasan berat. Hal ini perlu menjadi
perhatian penting bagi seorang perawat dalam merawat pasien
khususnya pada pasien yang sedang berada dalam tahap pre
operatif.
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
(Agung, Sulastri, & Anita, 2017). Kecemasan yang saya maksudkan
disini adalah adanya perasaan takut akan nyeri yang dirasakan pada
saat operasi atau adanya rasa khawatir akan terjadinya kegagalan
dalam prosedur operasi yang menyebabkan kematian, serta adanya
rasa khawatir teradap perubahan citra diri ataupun konsep diri bagi
pasien yang menjalani tindakan operasi. Kecemasan sebelum operasi
bisa menyebabkan hipertensi, peningkatan detak jantung dan dapat
menyebabkan perdarahan.
Akibat dari kecemasan yang dialami oleh pasien pre operatif
sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak dapat
dilaksanakan karena akan muncul gejala peningkatan tekanan darah
yang apabila tetap dilaksanakan operasi dapat mengakibatkan
kesulitan menghentikan pendarahan (Putra & Henry, 2021). Tentunya

1
2

ketika terjadi pendarahan yang sulit dihentikan akan memberikan


dampak yang semakin buruk pada pasien salah satunya adalah
terjadinya syok hipovolemik.
Kecemasan adalah diagnosa keperawatan utama yang dialami
pasien pre operasi (Agung, Sulastri, & Anita, 2017). Gejala yang
dialami oleh pasien adalah merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah dan sulit tidur (DPP PPNI,
2017). Dengan adanya gejala tersebut sehingga membuat pasien
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
terkhusus dalam aspek psikologis.
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014
menyebutkan dari 53% pasien pre operasi mengalami cemas (Hany &
Shomad, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ethiopia
oleh Bedaso & Ayalew (2019) prevalensi kecemasan pre operatif
cukup tinggi 47,0%. Sementara di Indonesia, penelitian di RSUD dr.
Soekarjo Tasikmalaya menunjukkan bahwa kecemasan preoperatif
pada pasien dijumpai sebesar 71,4% (Spreckhelsen & Chalil, 2021).
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Niken, Agus, dan Ida (2020)
di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari 62 responden, 23
responden mengalami kecemasan ringan, 20 responden dengan
kecemasan sedang dan 19 responden dengan kecemasan berat pada
pasien preoperatif.
Penelitian yang lain yang dilakukan di Kota Makassar tepatnya di
RSUD Kota Makassar pada tahun 2014 ditemukan 6 orang
mengalami kecemasan ringan (40%) dan 9 orang mengalami
kecemasan sedang (60%) pada pasien pre operatif (Rahman, Yusuf,
Merlin, 2018). Berdasarkan uraian diatas maka sangat perlu bagi
perawat untuk memberikan terapi yang tepat dan menenangkan pada
pasien yang mengalami kecemasan sebelum menjalani tindakan
operasi atau pembedahan. Dalam hal ini terapi yang saya maksudkan
adalah terapi guided imagery.
3

Dalam Julita, Suhendar, & Nyimas (2019) bahwa guided imagery


terbukti untuk menurunkan kecemasan karena guided imagery
berpengaruh dalam sistem kontrol fisiologi tubuh, memberikan
relaksasi dan menghasilkan hormon endorphin untuk membuat
tenang. Guided imagery telah terbukti dapat menurunkan kecemasan
dan nyeri pada pasien yang dilakukan pembedahan, hal ini dibuktikan
oleh kurangnya penggunaan obat-obatan (Julita, Suhendar, & Nyimas,
2019). Hal ini dikarenakan terapi guided imagery diarahkan untuk
menuntun seseorang dalam membayangkan sebuah sensasi apa
yang dilakukan oleh sistem indra tubuh dalam kondisi rileks dan
menyenangkan (untuk mengurangi stres, cemas, dan nyeri).
Menurut Wahyuningsih & Wahyu (2020), relaksasi guided
imagery yang dilakukan pasien sebelum operasi dapat berdampak
positif yaitu pasien akan mengalihkan rasa takut dan cemas dengan
hal hal yang membuatnya senang dan bahagia sehingga melupakan
kecemasan yang sedang dialaminya. Adanya penambahan musik
instrumental yang tenang dan lingkungan yang nyaman dapat
memudahkan pasien dalam menjalani terapi guided imagery.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Norma & Budi
(2019) diperoleh nilai rata-rata tingkat kecemasan sebesar 17,88
sebelum dilakukan terapi guided imagery, kemudian setelah dilakukan
terapi guided imagery diperoleh nilai rata-rata kecemasan sebesar
15,74. Hal ini menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan yang
dialami oleh pasien pre operatif setelah diberikan terapi guided
imagery. Guided imagery efektif terhadap penurunan tingkat
kecemasan pasien pra operasi sehingga terapi rileksasi ini dapat
menjadi acuan bagi perawat khususnya yang bertugas di ruang
operasi untuk dapat memperhatikan aspek psikologis pasien dan
mempersiapkan pasien secara fisik dan psikologis sebelum menjalani
proses operasi (Grace & Syensie, 2020).
4

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan


penelitian tentang penerapan terapi guided imagery dalam
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif dalam
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman. Oleh sebab itu,
penelitian ini dilakukan dengan harapan agar kedepannya perawat
mampu menjadikan terapi guided imagery sebagai salah satu acuan
dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif
khususnya perawat yang berada di ruang bedah maupun ruang
perawatan dan juga sebagai referensi tambahan bagi para tenaga
kesehatan dan mahasiswa kesehatan terkhusus mahasiswa
keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
masalah yaitu “Bagaimanakah terapi guided imagery dalam
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif dalam
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien pre operatif dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki tujuan khusus yaitu menurunkan
tingkat kecemasan pada pasien pre operatif dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman menggunakan metode terapi
guided imagery.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
5

Memberikan pemahaman tentang terapi guided imagery yang


berguna untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre
operatif.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah wawasan ilmu di bidang keperawatan tentang terapi
guided imagery yang berguna untuk menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien pre operatif.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan asil riset
keperawatan tentang pelaksanaan terapi guided imagery dalam
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif.

Anda mungkin juga menyukai