Anda di halaman 1dari 241

artikel kesehatan

contoh askep dan tugas kampus nama creater sengaja tidak dihapus karena itu
merupakan kreasi penulisnya, 'saya berharap artikel ini dapat membantu sobat
semua'

1.  
2.

Nov

27

SECTIO CAESAREA
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. L DENGAN SEKUNDI
GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA 2
TAHUN LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DI OK 4 LANTAI
IV INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Oleh :
MUHAMMAD AFRIADI SIREGAR, AMK

PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM ANGKATAN XX INSTALASI


BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO

YOGYAKARTA

2013

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Laporan

Kasus Keperawatan yang berjudul:

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. L DENGAN SEKUNDI


GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA 2 TAHUN
LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DI OK 4 LANTAI IV
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

MUHAMMAD AFRIADI SIREGAR, AMK

Telah Memenuhi persyaratan dan disetujui

pada tanggal, November 2013

Pembimbing, Penanggung Jawab

(Eko Maryani, SST) Dr Trisulo Utomo, Sp.U

NIP.197602062000032001 NIP: 196212191990021001

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. L DENGAN
SEKUNDI GRAVIDA HAMIL ATERM DENGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA 2
TAHUN LALU YANG DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DI OK 4 LANTAI IV
INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA”.
Penyusunan Laporan Kasus ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pelatihan dasar-
dasar bedah umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan laporan ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang
berupa materiil maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Eko Maryani, SST selaku pembimbing dalam penyusunan laporan.

2. Retno Kuntari, AMK selaku pembimbing lapangan kamar operasi 4.04.

3. Keluarga besar Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
membantu pelaksanaan perawatan terhadap klien.

4. dr. Trisulo Utomo., Sp.U selaku Kepala Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta serta penanggung jawab Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi
Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

5. Tri Subekti., S.Kep., Ns. selaku ketua pelaksana Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum
Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material, doa
dan moral; serta

7. Teman-teman Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. angkatan XX tanpa terkecuali.

Penulis menyadari, dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari
pembaca. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta,1 November 2013

Muhammad Afriadi Siregar, AMK

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi
abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25
tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”,
sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna,
sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan
membatasi jumlah anak (Jones, 2002).

Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain. Indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat
janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre
eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan
sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%(Winkjosastro, 2005).

Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan
kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan
persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan
dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health
Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total
kelahiran.

Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul
akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Nakita, 2008). Pada tahun 2007-2008
jumlah persalinan dengan tindakan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Meuraxa
Banda Aceh berjumlah 145 kasus dari 745 persalinan keseluruhannya atau 19,46 %. Dari
data diatas dapat disimpulkan bahwa angka tersebut sudah melebihi batas yang
ditetapkan oleh WHO yaitu 10-15 % (Iqbal, 2002). Pada IBS OK 4 lantai IV RSUP
Sardjito itu sendiri di dapat data dari bulan Agustus sampai dengan Oktober didapat data
pasien yang Sectio Caesaria di IBS tersebut berjumlah 7 Orang.

Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi
fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh, perubahan pada
periode post partum terdiri dari immiediate post partum, early post partum, dan late post
partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi psikologis yang meliputi fase taking in,
taking hold dan letting go.

Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan gangguan
ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya jaringan yang
mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman untuk masuk yang
berakibat menjadi infeksi. Dengan demikian klien dan keluarga dapat menerima info
untuk menghadapi masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan
prosedur sebelum operasi sectio caesarea dilakukan dan perlu diinformasikan pada ibu
yang akan dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio caesarea.
Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk melaksanakan dan menyusun
laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. L (37 Tahun)
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea 2 Tahun Lalu di Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) 4.04 Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumusan masalah bagaimanakah asuhan


keperawatan perioperatif pada pasien dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi
Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea ?”

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup laporan kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea 2 Tahun Lalu di Ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) 4.04 Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. Laporan kasus ini dilakukan pada tanggal 11
Oktober 2013.

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada


pasien dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea.

2. Tujuan Khusus

a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien dengan
Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio
Caesarea.

b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan peri operatif pada pasien dengan
Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio
Caesarea.

c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada pasien
dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea.

d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada pasien


dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan Riwayat
Sectio Caesarea.
e. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada
pasien dengan Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea.

E. MANFAAT

1. Bagi Keluarga

Membantu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat membantu dalam


proses penyembuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga klien.

2. Bagi Pelayanan Rumah Sakit

Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm dengan
Riwayat Sectio Caesarea.

3. Bagi Bidang Keperawatan

Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan keperawatan


perioperatif pada pasien Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida Hamil Aterm
dengan Riwayat Sectio Caesarea.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Memberi gambaran secara lebih luas tentang area kerja perawat yang bersifat holistik dan
komprehensif, dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung
kesembuhan dan peningkatan derajat kesehatan klien melalui asuhan keperawatan
perioperatif.

5. Bagi Penulis

Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan


perioperatif khususnya pada pasien Re-Sectio Caesarea Atas Indikasi Sekundi Gravida
Hamil Aterm dengan Riwayat Sectio Caesarea.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit

1. Pengertian

· Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006).
· Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah suatu
histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2006).

· ”Sectio Sesarea adalah pembedahan melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus” (Standar Asuhan Keperawatan, RSDK).

· Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan
uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika
kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasikomplikasi, kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal.

2. Jenis-jenis Sectio Caesaria

a. Sectio Caesarea Transperitonealis

SC Klasik atau Corporal ( dengan insisi memanjang pada corpus Uteri) di lakukan
dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.

Kelebihan :

- Mengeluarkan janin dengan cepat.

- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

- Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan

- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang
baik.

- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

- SC ismika atau profundal ( low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim).

b. SC Ekstra Peritonealis

Adalah tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum
abdominal. Dilakukan dengan menggunakan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim ( low servical transversal) kira-kira 10cm.

Kelebihan :

- Penjahitan luka lebih mudah.


- Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum.

- Perdarahan tidak begitu banyak.

- Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

Kekurangan :

- Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah
sehingga dapat menyebabkan perdarahan banyak.

- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

c. Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis ).

Menurut sayatan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

- Sayatan memanjang ( longitudinal )

- Sayatan melintang ( Transversal )

- Sayatan Huruf T( T insicion ).

3. Indikasi dilakukan Sectio Caesaria

a. Indikasi Section Caesaria pada ibu

ü Proses persalinan normal yang lama/ kegagalan proses persalinan normal

ü Adanya kelelahan persalinan

ü Komplikasi Pre-Eklamsi

ü Plasenta previa

ü His lemah

ü Rupture uteri mengancam

ü Primi muda dan tua

b. Indikasi Sectio Caesaria Pada Anak


ü Janin Besar

ü Gawat janin

ü Janin dalam posisi melintang atau sungsang

ü Fetal distress

ü Kelainan letak

ü Hidrocephalus

4. Kontra Indikasi Sectio Caesaria

Pada umumnya section caesaria tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat
sebelum diatasi, kelainan congenital berat. ( Sarwono, 1991)

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Alat Genetalia Eksterna (Elaine N. Marrieb, 2001)

a. Mons Pubis

Bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Mons pubis
berfungsi sebagai bantalan pada waktu melakukan hubungan seks.

b. Labia Mayora (bibir besar)

Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Labia mayora melindungi labia minora,
meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).

c. Labia Minora (bibir kecil)

Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette.

d. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah
arkus pubis.

e. Vulva
Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari
klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum.

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak di
antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar
parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum
mayus, vulvovagina, atau Bartholini).

g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah orifisium
vagina.

h. Perineum

Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital.

2. Alat Genetalia Interna (Winkjosastro, 2007)

a. Ovarium

Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk perkembangan dan pelepasan ovum,
serta sintesis dari sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5
– 3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga
panggul dan menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal yang
divergen dan pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica waldeyer. Ovarium melekat pada
ligamentum latum melalui mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan
ovulasi dan memproduksi hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen).

b. Vagina

Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan genetalia interna. Bagian
depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian belakang berukuran 9,5 cm. Vagina
berfungsi sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi,
sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan. Ceruk yang
terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri,
anterior dan posterior. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah
dimana sedikit asam.

c. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh peritoneum / serosa.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng. Uterus wanita nullipara panjang 6-8
cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang
pernah melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan
beratnya 80 gram / lebih. Uterus terdiri dari:

1) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi berinsensi ke
uterus.

2) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa,
muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.

3) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah isthmus.
Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kolagen,
ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah.

4) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan sebagian
lapisan luar peritoneum parietalis.

d. Tuba Falopii

Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba
fallopi antara 8-14 cm yang dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi terdiri atas: pars
interstialis: bagian tuba yang terdapat di dinding uterus, pars ismika: bagian medial tuba
yang sempit seluruhnya, pars ampularis: bagian yang terbentuk agak lebar tempat
konsepsi terjadi, pars infudibulum: bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen
mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.

e. Serviks

Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri
dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian
vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke
dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat
fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastic (Evelyn, 2002).

3. Anatomi Kulit Abdomen (Winkjosastro, 2005)

Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu :

a. Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa bertingkat.
Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat.
b. Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan elastin.
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.

c. Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan
ujung saraf. Organ-organ di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
peritonium. Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis)
sampai dinding uterus.

4. Anatomi Otot Perut dan Fasia

a. Fasia

Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal, Camper's
fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa. Fasia profunda terletak pada otot-otot perut
menyatu dengan fasia profunda paha. Di bawah lapisan terdalam otot abdominis
transverses, terletak fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari
peritoneum parietalis oleh variabel lapisan lemak.

b. Otot Perut

Otot perut terdiri dari: otot dinding perut anterior dan lateral, serta otot dinding perut
posterior. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada didalam selubung.
Obliquus externus, obliquus internus, dan transverses adalah otot pipih yang membentuk
dinding abdomen pada bagian samping dan depan (Gibson, J. 2002).

B. ETIOLOGI

Operasi SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada
ibu ataupun janin. Indikasi dilakukan tindakan Sectio Sesarea. (Mochtar, 2006) yaitu:

1. Plasenta Previa Totalis (Sentralis) dan Lateralis.

2. Panggul Sempit

3. Disporporsi Sefalo Pelvik (ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul)

4. Ruptura Uteri Mengancam

5. Partus Lama (Prolonged Labor)

6. Partus tak maju (Obstructed Labor)

7. Distosia servik

8. Pre eklampsia dan hipertensi


9. Malpresentasi janin

10. Fetal distress

11. His lemah/melemah

12. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

13. Bayi besar (BBL ≥ 4,2 kg)

14. Hydrocephalus

15. Primi muda atau tua

16. Partus dengan komplikasi

C. PATOFISIOLOGI

Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi chepalo pelpic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut perlu adanya tindakan pembedahan yaitu section caesarea ( SC ).

Dalam proses operasi dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah deficit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post


operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf
disekitar insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamine dan prostaglandin yang
akan menimbulkan rasa nyeri ( nyeri akut ). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah
insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi, akan menimbulkan masalah
resiko infeksi.

D. KLASIFIKASI (Rachman, M, 2000; Winkjosastro, Hanifa, 2007)

1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio Caesarea klasik atau corporal


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihannya antara lain: mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal.
Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena
tidak ada peritonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi
ruptur uteri spontan.

b. Sectio Caesarea ismika atau profundal

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain:
penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik,
tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum, dan kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan
menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

c. Sectio Caesarea ekstra peritonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka
cavum abdominal.

2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Sayatan pada rahim, dapat dilakukan dengan memanjang (longitudinal), melintang


(transversal), atau huruf T (T insision).

E. KOMPLIKASI

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini menurut Bobak, 2002 antara
lain:

1. Infeksi Puerperal (Nifas)

a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.

c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.

2. Perdarahan, disebabkan karena:

a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placental bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi.

4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang.

2. USG: melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan presentasi


janin.

3. Urinalisis: menentukan kadar albumin/glukosa.

4. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II

5. Pelvimetri : menentukan CPD.

6. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.

7. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap gerakan/stres
dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.

8. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin atau aktivitas uterus. (


Doengoes, 2001 )

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

a. Diagnosa Perioperatif

Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,


penyembuhan dan perawatan post operasi.

b. Diagnosa Intraoperatif

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau luka bekas
operasi ( SC )

c. Diagnosa post operatif

Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri ( histamine, prostaglandin)


akibat trauma jaringan dalam pembedahan ( Sectio Caesarea).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas Pasien

a) Nama : Ny. L

b) Umur : 37 tahun

c) Agama : Islam

d) Jenis Kelamin : Perempuan

e) Status : ASKES

f) Pekerjaan : Dokter

g) Pendidikan terkahir : Sarjana

h) Suku Bangsa : Jawa

i) Alamat : Dayu RT 01/25 No. 33B Ngaglik Sleman Yogyakarta

j) Tanggal Masuk : 10 Oktober 2013

k) Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2013

l) No. Register : 01.50.70.89

m) Diagnosa Medis : Sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2
tahun lalu

2) Identitas Penanggung Jawab

a) Nama : Tn. S

b) Hubungan : Suami klien

c) Pekerjaan : PNS

d) Alamat : Dayu RT 01/25 No. 33B Ngaglik Sleman Yogyakarta


b. Status Kesehatan

1) Status Kesehatan Saat Ini

a) Keluhan Utama

Klien hamil aterm dengan status kehamilan G2P1A0 dengan riwayat SC 2 tahun lalu,
dimana direncanakan tindakan re-SC tanggal 11 Oktober 2013.

b) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Klien hamil aterm dengan riwayat ANC rutin di dr. Shinta Sp.OG (K). Klien membawa
surat rujukan untuk dilakukan operasi re-SC di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. His klien
baik dengan DJJ 114 x/m. Klien tidak tampak anemis. Janin teraba prosentasi kepala dan
teraba 4/5 bagian. TFU klien 34 cm.

2) Status Kesehatan Masa Lalu

a) Penyakit yang pernah dialami

Klien tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang mengharuskan dirawat di rumah
sakit.

b) Pernah dirawat

Klien pernah dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada riwayat SC terdahulu.
Riwayat obstretik klien adalah kelahiran melalui SC pada kehamilan aterm tahun 2011
berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3400 gram tanpa penyulit dan sehat hidup hingga
sekarang.

c) Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi apapun baik, udara maupun obat-obatan.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasarkan data yang diperoleh, baik dari pihak suami maupun klien tidak memiliki
riwayat pen yakit apapun, baik hipertensi, kanker, diabetes mellitus, dan asma.

d. Diagnosa Medis dan therapy

Sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu. Klien
direncanakan tindakan re-SC dan pemasangan IUD. Klien mendapat etrapi profilaksis
Vicilin 2 gr.

e. Pola Kebutuhan Dasar


1) Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan

Klien berprofesi sebagi dokter. Sehingga pola majemen kesehatan dan persepsi klien
terhadap kesehatan adalah baik.

2) Pola Nutrisi-Metabolik

Klien mengatakan tidak mengalami penurunan nafsu makan. Klien mengatakan ia


mengkonsumsi makanan bergizi setiap harinya ditambah dengan susu ibu hamil. Klien
juga mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh dokter kandungan. Klien mengatakan
bahwa ia sempat mengalami penurunan nafsu makan ketika kehamilan di trimester
pertama.

3) Poli Eliminasi

Klien mengatakan bahwa frekuensi BAK klien meningkat akibat penekanan kandung
kemih. Tetapi klien mengalami konstipasi.

4) Pola aktivitas dan latihan

Indeks KATZ klien adalah A dimana semua aktifitas (bathing, transfering, toileting,
feeding, dressing, dan continence) klien dapat dilakukan secara mandiri tanpa bantuan.

5) Pola Persepsi Kognitif

Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, maupun orang. Klien komunikatif dan
tidak tampak mengalami gangguan persepsi ketika menjawab pertanyaan.

6) Pola Tidur dan Istirahat

Klien mengatakan ketika tidur di malam hari, klien sering terbangun karena merasa sesak
dan tidak nyaman. Klien juga terkadang terbangun karena merasa ingin BAK.

7) Pola Seksual-Reproduksi

Klien hamil aterm dengan status kehamilan G2P1A0.

8) Konsep Diri dan Persepsi Diri

Klien menyatakan bahwa ia tidak mengalami gangguan konsep diri. Klien mengatakan
bahwa ia bangga dengan kehamilan dan kondisinya saat ini karena akan menjadi ibu dari
dua orang anak.

9) Peran dan Pola Hubungan


Klien memiliki peran sebagai seorang istri dan ibu dari seorang anak laki-laki. Klien juga
berprofesi sebagi dokter. Setelah menjalni prosedur operasi SC klien akan mengalami
perubahan peran dimana ia akan menjadi ibu dari dua orang anak.

10) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Klien mengatakan bahwa ia hanya mengkhawatirkan anak pertamanya yang ditinggal di


rumah.

11) Pola Keyakinan dan Nilai

Klien memeluk agama islam. Klien mengatakan bahwa ia menjalankan ibadah sesuai
dengan tuntutan agama islam.

f. Pengkajian Fisik

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tanda-tanda Vital : RR: 18 x/m; N: 86 x/m; T: 36,4 0C; HR: 100/70 mmHg; DJJ: 112
x/m.

4) Keadaan fisik

a) Kepala dan leher

Kepala mesochepal; kulit kepala bersih. Tidak nampak adanya benjolan di area kepala.
Mata simetris kanan dan kiri, mampu membuka mata dengan spontan, tidak cekung.
Mata klien tidak terlihat adanya perdarahan. Konjungtiva tidak anemis. Terdapat 2
lubang hidung, tidak ada keluaran sekret, dan tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mukosa bibir klien tampak kering dan mulut klien tidak sianosis. Telinga klien tampak
simetris antar kanan dan kiri, terdapat lubang telinga, tidak ada keluaran cairan dari
telinga klien. Tidak teraba pembesaran tiroid dan massa pada leher klien.

b) Jantung

Inspeksi : ictus cordis tak nampak.

Palpasi : ictus cordis teraba di SIC IV.

Perkusi : tidak terkaji.

Auskultasi : bunyi jantung I-II murni.


c) Paru – paru

Inspeksi : dada simetris, kembang kempis dada teratur, terkadang klien menggunakan
retraksi dada ketika merasa tidak kuat menahan kontraksi (his).

Palpasi : taktil fremitus paru kanan sama dengan paru kiri.

Perkusi : terdengar sonor.

Aukultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing maupun ronkhi.

d) Payudara

Bentuk simetris, bentuk puting susu normal, hiperpigmentasi areola, ASI belum keluar.

e) Abdomen

Inspeksi : Tampak cembung, ada pembesaran dalam bentuk normal, terdapat luka bekas
operasi SC, bentuk bulat memanjang, dan terdapat striae gravidarum.

Palpasi :

Leopold I : teraba bagian fundus uteri dengan TFU 34 cm dan teraba bulat lunak besar.

Leopold II : teraba posisi janin punggung kanan, dan ekstermitas di kiri.

Leopold III : teraba bulat keras dan melenting.

Leopold IV : teraba kepala janin belum masuk PAP (4/5), DJJ 12-12-12.

Perkusi : Pekak.

Auskultasi : tidak terkaji.

f) Genetalia

Klien berjenis kelamin perempuan.

g) Integumen

Turgor kulit elastis. Kulit klien teraba hangat dan lembab.

h) Ekstremitas

Ekstermitas atas : oedem (-/-), kesemutan (-/-), baal (-/-)


Ekstermitas bawah : oedem (-/-), reflek patela (+/+), varises (-/-)

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboraturium

Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 10 Oktober 2013

Nilai
Parameter Hasil Satuan Kategori
Normal
Hemoglobin 9,6 g/dl 11,7-15,5 Menurun
Eritrosit 4,29 106/ mL 3,8-5,2 Normal
Hematokrit 30,1 % 32-47 Menurun
Leukosit 10,05 103/mL 3,6-11,0 Normal
Trombosit 267 103/mL 150-440 Normal
MCV 68,5 fL 80-100 Menurun
MCH 29,1 pg 26-34 Normal
MCHC 32,7 g/dL 32-36 Normal
RDW 10,9 % 11,5-14,5 Menurun
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 Normal
Gula darah 93 mg/dl 60-100 Normal
sesaat
HbsAg Negatif
PRT 10,1 Detik 11,4-16,3 Menurun
INR 0,25 - - -
Kontrol 13,4 Detik - -
APTT 35,6 Detik 22,5-37,0 Normal
Kontrol 35 Detik - -
Eosinofil 0,7 % 1-3 Menurun
Basofil 0,2 % 0-1 Normal
Netrofil 73,2 % 50-70 Meningkat
Limfosit 18,1 % 20-40 Menurun
Monosit 7,5 % 2-8 Normal
Eosinofil 0,07 103/mL 0-0,8 Normal
Basofil 0,05 103/mL 0-0,2 Meningkat
Netrofil 7,37 103/mL 1,9-8 Normal
Limfosit 1,85 103/mL 0,9-5,2 Normal
Monosit 0,75 103/mL 0,16-1 Normal
Gol. darah B
Natrium 100 mmol/L 136 – 145 Menurun
Kalium 1,00 mmol/L 3,5 – 5,1 Menurun
Klorida 100 mmol/L 98-107 Normal
h. Persiapan Operasi

1) Fisik

· Tekanan Darah : 100/70 mmHg

· Nadi : 86x/menit

· Respirasi : 18x/menit

· Djj : 112x/menit

2) Psikis

· Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur operasi dalam keperawatan.

· Orientasikan ruangan, lingkungan kamar dan team operasi.

· Menjelaskan rutinitas perioperatif dikamar operasi

3) Penunjang tanggal 10 oktober 2013

Hasil pemeriksaan Laboratorium.

4) Administrasi

Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani oleh keluarga, saksi, dan dokter.

Status Rekam Medis lengkap

i. Persiapan Operasi

a) Pasien mulai puasa 02.00 wib

b) Informed concent tindakan medis sudah lengkap

c) Serah terima pasien dengan petugas ruangan di ruang terima kamar operasi lantai 4

d) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian dan topi kamar operasi

e) Status pasien, data penunjang ( hasil Laboratorium ), blanko bahan medis dan alat
medis habis pakai dan blanko rekam askep.

f) Pasien di pindah ke brandacart kamar operasi dan di bawa d ruang induksi

g) Melakukan sigh in
ü Mengkonfirmasi identitas dan mengcroscek dengan gelang pasien

ü Mengkonfirmasi lokasi operasi.

j. Analisa data

No Data Fokus Problem Etiologi


1 Ds : Cemas Status kesehatan
dan tindakan
Klien mengatakan pembedahan.
bahwa meskipun ia
pernah menjalani SC
sebelumnya, tetapi ia
masih merasa cemas.

Do:

a. Klien tampak
tegang dan khawatir

b. Tingkat kecemasan
klien pada cemas
sedang

c. Klien agak tampak


gelisa

2. Diagnosa Keperawatan

waktu Data fokus Diagnosa Keperawatan


11 oktober DS: Ansietas berhubungan dengan
2013 status kesehatan dan tindakan
Klien mengatakan bahwa pembedahan.
Jam : meskipun ia pernah menjalani SC
sebelumnya, tetapi ia masih
11.00 wib merasa cemas.

DO:

a. Klien tampak tegang dan


khawatir.

b. Tingkat kecemasan klien pada


cemas sedang.

c. Klien tampak agak gelisah.


3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
Ansietas Setelah dilakukan Health education: 1100
berhubungan pendidikan kesehatan
dengan status mengenai prosedur 1. Kaji pengetahuan klien tentang
kesehatan dan tindakan selama 1x15 penyakit dan tindakan yang akan
tindakan menit, tidak terjadi dilakukan.
pembedahan. kecemasan pada klien,
dengan kriteria hasil : 2. kaji kecemsan klien.

1. Kecemasan klien 3. Berikan informasi terkait kecemasan


berkurang dari sedang yang dirasakan klien.
menjadi ringan.
4. Diskusikan tentang indikasi,
2. Klien tampak tenang kontraindikasi dan persiapan tindakan
dan rileks. terhadap kondisi klien.

5. Berikan support mental untuk


meyakinkan klien.

Relaxation therapy: 6040

Anjurkan keluarga klien menggunakan


teknik relaksasi nafas dalam.

4. Pelaksanaan dan evaluasi

Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Ansietas a. Mengkaji perasaan S: S:
berhubungan dan kecemasan klien.
dengan status Klien mengatakan Klien mengatakan
kesehatan dan bahwa ia merasa bahwa ia masih merasa
tindakan cemas walaupun cemas tetapi sudah
pembedahan. pernah menjalani berkurang.
operasi SC
sebelumnya. O:

O: Klien tampak lebih


rileks dan tenang.
Ibu klien tampak
gelisah dan khawatir. Kecemasan klien dalam
skala ringan.
A:

Masalah ansietas klien


teratasi ditandai dengan
kecemasan berkurang
dari sedang menjadi
ringan serta klien
tampak lebih tenang
serta rileks.

P:

Pertahankan
memberikan support
mental dan informasi
yang dibutuhkan untuk
menurunkan kecemasan
klien.
b. Mengkaji S:
tingkat
kecemasan klien. Klien mengatakan
bahwa ia merasa cemas
dan takut.

O:

Klien mengalami
kecemasan sedang
c. Menganjurkan S:
klien teknik
relaksasi nafas Klien mengatakan
dalam bahwa ia merasa
sedikit rileks.

O:

Klien tampak
mengikuti teknik
relaksasi nafas dalam
d. Memvalidasi S:
perasaan klien.
Klien mengatakan
bahwa ia masih merasa
cemas tetapi sudah
berkurang.
O:

Klien tampak lebih


tenang dan rileks.

B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Persiapan perawat

1) Menyiapkan instrument steril dan ruangan.

2) Menyiapkan alat dan bahan medis habis pakai.

3) Menyiapkan alat/mesin pendukung operasi seperti: mesin couter, netral


electrosurgery, mesin dan botol suction, lampu operasi, meja operasi, meja mayo, dan
meja besar.

4) Mengkorfimasi tim dari ruang perinatologi agar segera menyiapkan boks bayi.

b. Persiapan alat dan ruang

1) Alat steril:

· Set laparatomi kebidanan

a) Doek klem : 5 buah

b) Scaple mess no. 4 : 1 buah

c) Pinset anatomis : 2 buah

d) Pinset cirurgis : 2 buah

e) Gunting benang : 2 buah

f) Gunting jaringan : 1 buah

g) Klem/ pean sedang : 6 buah

h) Klem/ pean panjang : 2 buah

i) Klem/ pean lurus : 2 buah

j) Kocker besar : 2 buah


k) Needle holder : 2 buah

l) Klem ovarium : 4 buah

m) Steel deeper : 4 buah

n) Hak doyen : 1 buah

o) Kassa : secukupnya

p) Darm spatel : 1 buah

· Handpiece couter monopolar : 1 buah

· Selang suction : 1 buah

· Bengkok dan kom : 1 buah

· Korentang : 1 buah

· Spuit 3cc (untuk metergin) : 1 buah

· Linen operasi:

a) Baju dan jas operasi : 5 buah

b) Doek kecil : 5 buah

c) Doek lubang : 1 buah

2) Alat non steril:

a) Meja operasi

b) Lampu operasi

c) Meja mayo

d) Meja besar

e) Boks bayi

f) Tempat plasenta
g) Mesin couter

h) Mesin dan botol suction

i) Tempat sampah medis dan non medis

j) Tempat linen kotor

k) Kursi

l) Bak dekontaminasi instrument

m) Gunting plester

n) Label

3) Alat/bahan medis habis pakai

a) Handscoon : 4 buah

b) Alkohol 70 % : 100 cc

c) Betadine 10 % : 100 cc

d) NaCl 0,9 % : 500 cc

e) Aqua : 25 cc

f) Mess no. 20 : 1 buah

g) Cateter no. 16 : 1 buah

h) Urin bag : 1 buah

i) Spuit 3 cc : 1 buah

j) Spuit 10 cc : 1 buah

k) Jelly : 10 cc

l) Benang chromic 2 : 1 buah

m) Benang chromic 0 : 1 buah


n) Benang plain 0 : 1 buah

o) Benang vicryl 1 : 1 buah

p) Benang monosyil 3/0 : 1 buah

q) Steri strip : 1 buah

r) Underpad : 1 buah

s) Pampers : 1 buah

t) IUD : 1buah

c. Persiapan pasien

1) Klien dipuasakan sebelum prosedur operasi.

2) Klien diberikan terapi intravena NaCl dengan dosis 20 tpm dan terapi vilicin 2 g untuk
profilaksis.

3) Persediaan darah B 1 kolf PRC.

4) Klien dibaringkan diatas meja operasi yang beralaskan underpad.

5) Klien diberikan tindakan regional anestesi (spinal) dengan pemberian terapi koloid
sebelumnya.

6) Klien dipasang kateter urin no. 16.

7) Klien diposiskan supinasi dan dipasangkan netral elctrosurgery pada punggung klien.

8) Klien dipasang penyangga tangan dan penutup bagian atas klien.

d. Prosedur operasi

1) Sebelum tindakan dilakukan, operator, asisten, dan scrub nurse melakukan


handwashing, gowning, dan gloving sesuai prosedur yang ada.

2) Scrub nurse menyusun instrumen yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan di atas
meja mayo serta menyiapkan alat (kom betadine, klem preparasi, dan kassa) untuk
keperluan skin preparation.
3) Klien yang telah diposisikan dalam posisi supinasi dilakukan skin preparation pada
daerah abdomen.

4) Operator dan asisten melakukan drapping, mulai dari bagian kaki klien, atas, sisi
kanan dan kiri klien, dan terakhir penggunaan duk berlubang.

5) Scrub nurse menyiapkan couter kemudian dipasangkan ke area operasi bersama


dengan selang suction.

6) Scrub nurse mendekatkan meja mayo dan meja linen ke meja operasi.

7) Circular nurse mengarahkan pencahayaan lampu kepada area operasi serta


menghubungkan couter dan selang suction ke mesin.

8) Operator dan asisten memposisikan diri ke tempat masing-masing.

9) Sebelum insisi dilakukan, seluruh tim operasi (operator, asisten, scrub nurse, circular
nurse, dokter anestesi, perawat anestesi, bidan, dan dokter anak) melakukan prosedur
time out yang dipimpin oleh circular nurse.

10) Operator memastikan operasi akan dimulai pada pukul 11.30 WIB.

11) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi.

12) Scrub nurse memberikan klem dan kassa kepada asisten 1 untuk membantu operator.

13) Scrub nurse memberikan kocker dan couter kepada asisten 2.

14) Scrub nurse memberikan klem dan gunting jaringan kepada opertor untuk
memperdalam insisi hingga peritonium.

15) Scrub nurse memberikan pinset anatomis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi uterus.

16) Operator melakukan evakuasi bayi dengan menarik kepala janin dibantu dorongan
pada abdomen klien dari asisten.

17) Scrub nurse melakukan suctioning untuk membantu evakuasi bayi dan mencegah
aspirasi air ketuban oleh bayi.

18) Bayi berhasil dikeluarkan kemudian scrub nurse memberikan klem lurus untuk
memegang tali pusar janin.

19) Scrub nurse memberikan gunting jaringan kepada operator untuk melakukan
pemotongan tali pusat.
20) Kemudian bayi diberikan kepada perawat perinatologi untuk segeraditangani.

21) Scrub nurse memberikan spuit berisi metergin untuk memacu kontraksi uterus dalam
persalinan plasenta

22) Operator memutar tali pusar searah jarum jam dalam kelahiran plasenta.

23) Plasenta dilahirkan secara urtuh 5 menit kemudian, scrub nurse dibantu circular
nurse menempatkan plasenta pada tempatnya dan diberikan label.

24) Scrub nurse memberikan stiil deeper kepada operator dan asisten untuk
membersihkan uterus dari sisa plasenta.

25) Scrub nurse memberikan duk bersih untuk menutup duk lama.

26) Scrub nurse memberikan klem ovarium kepada operator dan asisten beserta stiil
deeper kering dan stiil deeper betadine.

27) Tim perinatologi memfasilitasi bayi dan klien dalam inisiasi menyusu dini (IMD).

28) Scrub nurse memberikan IUD kepada operator untuk dipasangkan.

29) Tim anestesi menyiapkan tranfusi darah bagi klien.

30) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang chromic 2 kepada
operator untuk menjahit uterus.

31) Scrub nurse memberikan still deeper dan klem kepada asisten1 dan gunting benang
pada asisten 2.

32) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang plain 0 kepada
operator untuk menjahit peritonium.

33) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kemudian still deeper kering asisten 1.

34) Scrub nurse melakukan sigh out sebelum peritoneum pariental di lakukan penjahitan.

35) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang chromic 0
kepada operator untuk menjahit peritoneum pariental.

36) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryil 1 kepada
operator untuk menjahit otot, facia dan sub cutis.

37) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kepada asisten 1.


38) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang monosyl 3/0
kepada operator untuk menjahit kulit dengan jahitan subcuticular.

39) Asisten membersihkan area operasi dengan kassa yang telah dibasahi NaCl kemudian
dikeringkan.

40) Luka ditutup menggunakan steri strip kemudian kassa kering dan hepavix yang
dibantu oleh circular nurse.

41) Scrub nurse dan circular nurse memsangkan pampers kepada klien.

42) Scrub nurse melakukan dekontaminasi instrument dalam bak berisi saflon 2%.

43) Circular nurse memberikan label dan membereskan alat-alat yang telah digunakan
kemudian diberikan pelabelan dan dikirimakan ke CSSD.

44) Operasi selesai pada pukul 13.05 WIB.

e. Evaluasi

1) Operasi berjalan 95 menit (11.30-13.05)

2) Perdarahan selama operasi sebanyak ± 1.500cc (darah, air ketuban, dan NaCl).

3) Jumlah urin: ± 200 cc

4) Kulit klien teraba dingin, klien tampak pucat.

5) Turgor kulit elastis, CPR: <3 detik, dan konjungtiva tidak anemis.

6) Klien terpasang cateter no.16.

7) Tidak terjadi masalah sepanjang operasi berlangsung.

8) Tanda vital klien : RR: 16 x/m; N: 92 x/m; TD: 110/70 mmHg; T: 36,3 0C, dan SaO2:
98 %.

2. Diagnosa Keperawatan

Waktu Data Fokus Diagnosa Keperawatan


11 DS: Resiko syok berhubungan dengan
hipovolemi akibat perdarahan pada
oktober`13 Klien mengatakan bahwa ia tindakan pembedahan.
merasa pusing.
Jam:
DO:
11.30 wib
a. TTV : RR: 16 x/m; N: 92
x/m; TD: 110/70 mmHg; T:
36,3 0C.dan SaO2: 98 %.

b. Lama pembedahan: ± 95
menit

c. Jumlah perdarahan: ± 1.500


cc

d. Jumlah urin: ± 200 cc

e. Kulit klien teraba dingin.

f. Klien tampak pucat.

g. Turgor kulit klien elastis,


CPR: <3 detik.

h. Konjungtiva tidak anemis.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Resiko syok Setelah dilakukan tindakan Hypovolemia Management: 4180
berhubungan keperawatan selama 2x60
dengan menit, syok tidak terjadi pada 1. Monitor KU dan TTV.
hipovolemi klien, dengan kriteria hasil:
akibat 2. Monitor kehilangan cairan baik
perdarahan pada 1. Tanda vital dalam batas urin maupun perdarahan.
tindakan normal, TD: sistol 110-130
pembedahan. mmHg diastole 70-90 mmHg, 3. Kaji tanda dan gejala terjadinya
HR 60-100 x/mnt, RR 16-24 syok.
x/mnt
4. Kaji kepatenan pemberian terapi
2. Kulit klien kemerahan dan parenteral.
teraba hangat.
5. Monitor kadar Hb dan Ht klien.
3. Turgor klien elastis dan
6. Kolaborasi dalam pemberian
CPR: <3 detik. tranfusi darah jika diperlukan.

4. Konjungtiva tidak anemis.

4. Pelaksanaan

Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon


Resiko syok berhubungan dengan hipovolemi a. Memonitor S:
akibat perdarahan pada tindakan keadaan umum dan
pembedahan. TTV klien. Klien mengatakan
bahwa ia merasa
pusing

O:

1. Kesadaran: CM

2. TTV : RR: 16
x/m; N: 92 x/m; TD:
110/70 mmHg; T:
36,3 0C, SaO2: 98 %
b. Mengukur jumlah perdarahan dan urin S:-
klien.
O:

a. Jumlah perdarahan:
± 1.500 cc.

b. Jumlah urin: ± 200


cc
c. Memonitor tanda-tanda syok S:

Klien mengatakan
bahwa ia merasa
pusing.

O:

a. Kulit klien teraba


dingin.

b. Klien tampak
pucat.

c. Turgor kulit klien


elastis, CPR: <3
detik.

d. Konjungtiva tidak
anemis.
Evaluasi:

S:

Klien mengatakan bahwa ia merasa pusing.

O:

Kesadaran: composmentis.

TTV: RR: 18 x/m; N: 84 x/m; TD: 100/70


mmHg; T: 36,3 0C, SaO2: 99 %

Jumlah perdarahan: ± 1.500 cc, jumlah urin:


± 200 cc

Kulit klien teraba dingin dan klien tampak


pucat.

Turgor kulit klien elastis, CPR: <3 detik.

Konjungtiva tidak anemis.

A:

Masalah resiko syok teratasi sebagian


ditandai dengan kesadaran klien
komposmentis, nadi, RR, dan SaO2 dalam
rentang normal, turgor kulir klien elastis,
CPR < 3 detik dan konjungtiva tidak anemis.

P:

Pertahankan memonitor KU dan TTV klien


serta tanda-tanda syok.

C. ASUHAN KEPERAWATAN POST-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Klien dipindahkan ke recovery room pada pukul 13.15 WIB.


b. Bayi klien dibawa ke ruang perinatologi.

c. Kesadaran klien belum pulih benar karena klien belum merasakan kedua kakinya.

d. Terpasang folley cateter no. 16, dengan urine ± 250 cc.

e. Tanda vital klien : RR: 16 x/m; N: 86 x/m; TD: 110/60 mmHg; T: 36,5 0C.

f. Kulit klien teraba hangat, tidak tampak sianosis, dan tidak tampak pucat, konjungtiva
tidak anemis.

g. Instruksi post operasi:

1) Monitor KU dan tanda-tanda vital klien.

2) Monitor jumlah lokea dan perdarahan klien.

3) Lakukan tirah baring pada klien.

4) Dekatkan bayi dengan klien.

5) Terapi intaravena RL dengan dosis 20 tpm.

6) Terapi injeksi vicilin 1 gr/ 8 jam.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa
No. Data Fokus
Keperawatan
1 DS: Nyeri akut:
berhubungan dengan
a. Klien mengatakan bahwa ia sudah merasa agen cidera fisik
perih seperti di sayat di perut bagian bawah. (tindakan pembedahan
sectio caesaria).
b. Klien mengatakan bahwa nyerinya terasa
hingga skala 3 dari 10.

DO:

a. TTV : RR: 16 x/m; N: 86 x/m; TD:


110/60 mmHg; T: 36,5 0C.

b. Kesadaran klien: composmentis


2 DS: Hambatan mobilitas
fisik di atas tempat tidur
a. Klien mengatakan bahwa ia belum berhubungan dengan
mampu menggerakkan kedua kakinya gangguan
karena masih terasa sedikit berat. muskoloskeletal; obat
yang menimbulkan
DO: sedasi.

a. Klien menjalani operasi sectio caesarea.

b. Klien mengalami kelemahan motorik dan


tonus otot di kedua ektremitas bawah.
3 DS : - Resiko infeksi
berhubungan dengan
DO : post re-SC.

a. TTV : RR: 16 x/m; N: 86 x/m; TD:


110/60 mmHg; T: 36,5 0C.

b. Tampak balutan post Re-SC.

c. Tampak klien terpasang kateter.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut: Setelah dilakukan tindakan Pain Management:1400
berhubungan keperawatan selama 1x15
dengan agen menit nyeri yang 1. Kaji karakteristik nyeri: lokasi,
cidera fisik dirasakan klien berkurang, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(tindakan dengan kriteria hasil : dan faktor pemicu terjadinya nyeri
pembedahan
sectio caesaria).. 1. Klien tampak rileks 2. Observasi respon non verbal klien
terhadap nyeri
2. Klien tampak
mempraktikan napas 3. Sediakan informasi tentang nyeri
dalam untuk mengontrol yang dialami, penyebabnya, lama dan
nyeri. cara mengatasinya.

3. Nyeri klien menurun Relaxation therapy: 6040


secara bartahap minimal 1
skala Ajarkan dan demonstrasikan teknik
relaksasi napas dalam dan distraksi
4. Tanda vital dalam batas pada pasien.
normal, TD: sistol 110-
130 mmHg diastole 70-90 Medication Administration: 2300
mmHg, HR 60-100 x/m,
RR 16-24 x/m 1. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy :
mobilitas fisik di keperawatan selama 2x15
atas tempat tidur menit minggu, hambatan 1. Anjurkan klien untuk bed rest total
berhubungan mobilitas fisik klien dapat terlebih dahulu hingga efek anestesi
dengan gangguan teratasi sebagian dengan hilang terasa.
muskoloskeletal; kriteria hasil :
obat yang 2. Bantu untuk memilih aktivitas
menimbulkan 1. Klien mampu yang sesuai dengan kemampuan fisik
sedasi. menggerakkan ekteritas dan psikologis, seperti miring ke
bawah bagian kanan kanan dan kekiri serta menggerakkan
dengan baik. ekstremitas sesuai kemampuan klien
keceuali ektremitas kanan kiri bawah.

3. Bantu klien dalam merubah posisi


tidur.

4. Dampingi klien untuk mencegah


resiko jatuh.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection control (6540)
berhubungan keperawatan selama 3x24
dengan post op jam diharapkan infeksi 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
postero sagital tidak terjadi dengan baik lokal maupun sistemik.
ano recto plasty kriteria hasil :
atas indikasi 2. Pantau keadaan umum dan tanda
atresia ani letak 1. Klien bebas dari tanda vital klien.
rendah dengan dan gejala infeksi
fistel vestibular 3. Pertahankan personal hygiene
post 2. Jumlah leukosit dalam klien.
sigmoidostomy. batas normal (3,6x103/mL
- 11x103/mL) 4. Gunakan sarung tangan ketika
melakukan perawatan luka.
3. Tanda vital dalam batas
normal, TD: sistol 110- 5. Ganti IV perifer, line control.
130 mmHg diastole 70-90
mmHg, HR 60-100 x/mnt, 6. Tingkatkan intake nutrisi
RR 16-24 x/mnt.
7. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan prosedur

8. Ajarkan cuci tangan kepada


keluarga bayi yang menjenguk

9. Monitor hitung leukosit

10. Berikan perawatan luka post re-


SC sesuai indikasi.

11. Inspeksi kondisi luka terhadap


tanda-tanda infeksi.

Medication administration (2300)

Kolaborasikan pemberian antibiotik


sesuai indikasi.

4. Pelaksanaan

Diagnosa
No. Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut: a. Mengkaji S: S:
berhubungan kualitas,
dengan agen cidera kuantiatas dan a. Klien 1. Klien
fisik (tindakan skala nyeri mengatakan mengatakan
pembedahan sectio klien. bahwa ia mulai bahwa ia mulai
caesaria). merasa perih di merasa perih di
perut bagian perut bagian
bawah. bawah.

b. Klien 2. Klien
mengatakan mengatakan
bahwa nyerinya bahwa nyerinya
terasa hingga terasa hingga
skala 3 dari 10. skala 3 dari 10.

O: 3. Klien
mengatakan
Klien tampak bahwa ia sudah
tegang. melakukan nafas
dalam.

O:

1. TTV : RR: 16
x/m; N: 86 x/m;
TD: 110/60
mmHg; T: 36,5
0
C.

2. Klien tampak
lebih rileks.
A:

Masalah nyeri
akut tertasi
sebagian ditandai
dengan TTV
klien dalam
rentang normal
dan klien tampak
lebih rileks.

P:

1. Pertahankan
mengkaji nyeri
klien dan
monitoring TTV
klien.

2. Berkolaborasi
dalam pemberian
analgetik jika
efek anestesi
sudha hilang.
b. Mengukur S: -
tanda-tanda
vital klien. O:

TTV : RR: 16 x/m;


N: 86 x/m; TD:
110/60 mmHg; T:
36,5 0C.
c. Mengajarkan S:
dan
menganjurkan Klien mengatakan
klien teknik bahwa ia sudah
relaksasi nafas melakukan nafas
dalam. dalam.

O:

Klien tampak
melakukan nafas
dalam beberapa kali
dan tertidur lagi.
2 Hambatan mobilitas a. Membantu S: - S:
fisik di atas tempat klien berpindah
tidur berhubungan dari brankat ke O: Klien
dengan gangguan tempat tidur. mengatakan
muskoloskeletal; Klien belum bisa
obat yang dipindahkan ke bergerak bebas.
menimbulkan tempat tidur.
sedasi. O:

a. Klien
dianjurkan untuk
segera ambulasi
dini.

b. Bromage score
klien adalah: 3.

c. Klien tampak
berbaring di atas
tempat tidur
dalam posisi
supinasi.

A:

Masalah
hambatan
mobilitas fisik di
atas tempat tidur
teratasi sebagian
dengan
peningkatan
Bromage score
klien.

P:

a. Pertahankan
memotifasi klien
untuk bersegeras
ambulasi dini.

b. Persiapkan
klien kembali ke
ruang rawat inap.
b. Membantu S: -
memposisikan
klien dalam O:
posisi supinasi
Klien berbaring
dalam posisi
supinasi.
c. S:
Menganjurkan
klien untuk bed Klien mengatakan
rest total bahwa kakinya
hingga efek belum terasa.
anestesi hilang.
O:

Tingkat kesadaran
klien
komposmentis.
d. Mengukur S: -
Bromage score
klien. O:

Bromage score
klien adalah: 0.
3 Resiko infeksi Menyampaikan S: S:
berhubungan informasi
dengan post op kepada perawat 1. Perawat 1. Perawat
postero sagital ano ruangan dan ruangan ruangan
recto plasty atas keluarga terkait mengatakan akan mengatakan akan
indikasi atresia ani perawatan klien mengikuti mengikuti
letak rendah dengan post operasi. instruksi dokter. instruksi dokter.
fistel vestibular post
sigmoidostomy. 2. Keluarga klien 2. Keluarga klien
mengatakan akan mengatakan akan
berhati-hati berhati-hati
dalam merawat dalam merawat
klien. klien.

O: - O: -

A:

Masalah resiko
infeksi tidak
terjadi/ belum
teratasi.

P:

Perhatikan
instruksi dokter
dalam perawatan
klien.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

· KESIMPULAN

Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah suatu
histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2006). Asuhan
keperawatan perioperatif pada Ny. L (37 tahun) dengan re-sectio caesarea atas indikasi
sekundi gravida hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu meliputi asuhan
pre, intra, dan post operatif. Asuhan keperawatan tersebut dilakukan secara komprehensif
meliputi pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Diagnosa keperawatan pada pre operasi, umumnya adalah ansietas. Pada kasus ini,
ansietas yang muncul dialami oleh ibu klien. Penatalaksanaan yang diberikan adalah
dengan memberikan informasi terkait kecemasan ibu klien. Diagnosa keperawatan pada
intra operatif adalah resiko syok akibat perdarahan yang terjadi selama operasi
berlangsung. Penatalaksanaanya berfokus pada memonitor KU, TTV klien terhadap
tanda-tanda terjaidnya syok.

Diagnosa keperawatan pada post operatif adalah nyeri akut akibat prosedur pembedahan,
hambatan mobilitas fisik akibat efek anestesi, dan resiko infeksi akibat tindakan operasi
yang dilakukan. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan di recovery room terbatas pada
mempertahankan keefektifan jalan nafas klien, memodifikasi lingkungan, dan perawatan
klien post operasi di ruangan.

SARAN

1. Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki peran penting dalam dunia
kesehatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit yang berkualitas didapatkan dari
perawat-perawat yang berkualitas pula. Salah satu tugas perawat kamar bedah adalah
memberikan asuhan keperawatan perioperatif untuk mencapai kesembuhan maksimal
klien.
2. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dimana salah satunya
memberikan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut tentunya didukung oleh tenaga
kesehatan yang bekerja di dalamnya. Diharapkan dapat mendukung dalam penerapan
asuhan keperawatan peri operatif. Kemudian dapat dihimbau bagi seluruh tim operasi
untuk mengikuti prosedur yang ada terkait kamar operasi dan tindakan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2004. Asuhan Keperawatan Post Partum Mata Ajaran Keperawatan
Maternitas, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang.

Bobak, Loudermik, Jensen, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta:
EGC.

Herdman, Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014; alih bahasa, Made Sumawarti, Dwi Widiarti, Estu Tiar; editor,
Monica Ester. Jakarta : EGC.

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media


Aescullapius.

Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Saifuddin, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM

Add a comment

3.

Nov

27
PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH
UMUM
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF POSTERO SAGITAL ANO RECTO
PLASTY (PSARP) PADA BY. NY. M INDIKASI ATRESIA ANI DENGAN FISTEL
FESTIBULER POST SIGMOIDOSTOMY DI OK 3 LANTAI 4 IBS

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Oleh :

LILIANA DEWI PURNAMASARI, S.Kep., Ns.

PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM

ANGKATAN XX

INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO

YOGYAKARTA

2013

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Laporan

Kasus Keperawatan yang berjudul:


ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF POSTERO SAGITAL ANO RECTO
PLASTY (PSARP) PADA BY. NY. M INDIKASI ATRESIA ANI DENGAN FISTEL
FESTIBULER POST SIGMOIDOSTOMY DI OK 3 LANTAI 4 IBS RSUP DR.
SARDJITO YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

LILIANA DEWI PURNAMASARI, S.Kep., Ns.

Telah memenuhi syarat dan disetujui pada tanggal Novemebr 2013

Pembimbing, Penanggungjawab Pelatihan,


(Abror Shodiq, S. Kep., Ns.) dr. Trisula Utomo, Sp. U.

NIP. 19750328 199803 1 001 NIP. 19621219 199002 1 001

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Postero Sagital Ano Recto Plasty
(PSARP) Pada By. Ny. M Indikasi Atresia Ani Dengan Fistel Festibuler Post
Sigmoidostomy Di OK 3 Lantai 4 IBS RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Penyusunan
Laporan Kasus ini merupakan syarat untuk menyelesaikan pelatihan dasar-dasar bedah
umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan laporan ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang
berupa materiil maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Abror Shodiq, S.Kep., Ns. selaku pembimbing dalam penyusunan laporan.

2. Srihadi, AMK selaku pembimbing lapangan kamar operasi 4.03.

3. Keluarga besar Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
membantu pelaksanaan perawatan terhadap klien.

4. Klien dan anggota keluarga klien yang telah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk merawat klien.

5. dr. Trisula Utomo., Sp.U selaku Kepala Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta serta penanggung jawab Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi
Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
6. Tri Subekti., S.Kep., Ns. selaku ketua pelaksana Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum
Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

7. Segenap pembimbing lapangan dan pegawai yang telah memberikan waktunya untuk
penyusunan laporan kasus ini.

8. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material, doa
dan moral; serta

9. Teman-teman Pelatihan Dasar-Dasar Bedah Umum Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. angkatan XX tanpa terkecuali.

Penulis menyadari, dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari
pembaca. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta, 11 November 2013

Liliana Dewi Purnamasari, S.Kep., Ns.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Ruang Lingkup.............................................................................. 3

D. Tujuan ........................................................................................... 3

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit ........................................................... 5


B. Anatomi dan Fisiologi .................................................................. 5

C. Etiologi ........................................................................................ 8

D. Patofisiologi................................................................................... 8

E. Klasifikasi....................................................................................... 10

F. Tanda dan Gejala............................................................................ 12

G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 12

H. Penatalaksanaan.............................................................................. 13

I. Diagnosa Keperawatan................................................................... 16

J. Prosedur Operasi............................................................................. 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pre-Operatif ................................................ 22

1. Pengkajian................................................................................ 22

2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 29

3. Perencanaan Keperawatan....................................................... 29

4. Pelaksanaan dan Evaluasi........................................................ 30

B. Asuhan Keperawatan Intra-Operatif.............................................. 31

1. Pengkajian................................................................................ 30

2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 37

3. Perencanaan Keperawatan....................................................... 37

4. Pelaksanaan dan Evaluasi........................................................ 38

C. Asuhan Keperawatan Post-Operatif............................................... 38

1. Pengkajian................................................................................ 38

2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 39
3. Perencanaan Keperawatan....................................................... 40

4. Pelaksanaan dan Evaluasi........................................................ 42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 44

B. Saran............................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan
kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5.000-10.000 kelahiran (Grosfeld J, et all,
2006). Sedangkan atresia ani didapatkan 1% dari seluruh kelainan kongenital pada
neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering. Angka kejadian atresia ani di
Indonesia mencapai 90% (Grosfeld J, et all, 2006).

Insiden terjadinya atresia ani berkisar dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan sedikit
lebih banyak terjadi pada laki-laki (Oldham, K, et all, 2005). Sebanyak 20 % -75 % bayi
yang menderita atresia ani juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki
dan perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-
laki dan vestibulum vagina pada perempuan (Aziz, 2008).

Kasus atresia ani masih dalam perdebatan hingga sekarang, baik mengenai klasifikasi
maupun penatalaksanaannya. Beberapa ahli mencoba mengklasifikasikan atresia ani serta
memperkenalkan teknik operasi terbaik. Wingspread mengklasifikasikan atresia ani
menjadi atresia ani letak tinggi, intermediet, dan rendah (Boocock, et all, 2013).
Sedangkan Pena mengklasifikasikan atresia ani menjadi letak tinggi dan rendah (Levvit
M dan Pena A, 2013). Klasifikasi menurut Pena tersebut dewasa ini lebih banyak dipakai
karena mempunyai aspek terapi.

Penatalaksanaan pasien dengan atresia ani adalah dengan pembedahan dimana tergantung
klasifikasinya. Atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi sebagai tindakan bedah
awal untuk diversi dan dekompresi. Kemudian pada tahap berikutnya dilakukan anoplasti
(Suzanne dan Brenda, 2006). Prosedur abdominoperineal pullthrough yang bertujuan
untuk memudahkan identifikasi dan melindungi otot levator, saat ini banyak ditinggalkan
karena menimbulkan inkontinensia feses dan prolap mukosa usus (Bedah UGM, 2013).

Tahun 1982, Pena dan de Vries memperkenalkan metode pembedahan baru dengan
pendekatan postero sagittal ano recto plasty (PSARP) yaitu dengan cara membelah
muscle complex dan parasagittal fibre untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum
dan pemotongan fistula (Levvit M dan Pena A, 2013). Prosedur PSARP memberikan
outcome yang baik dan hampir semua bentuk kelainan anorektal dapat dikerjakan dengan
prosedur tersebut. Sehingga, dewasa ini prosedur PSARP menjadi metode operasi pilihan
para dokter bedah di seluruh dunia (Bedah UGM, 2013).

Postero sagittal ano recto plasty (PSARP), ditetapkan sebagai metode panatalaksanaan
atresia ani di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta sejak tahun
1995 (Ramdhoni, 2013). Berdasarkan data yang didapatkan penulis, prosedur PSARP di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sejak Februari– September 2013 mencapai 9 prosedur
dimana 7 prosedur pada kasus atresia ani dengan aatu tidak dengan fistula dan 2 prosedur
lainnya pada kasus malformasi anorektal (MAR).

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk melaksanakan dan menyusun
laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Postero Sagital Ano
Recto Plasty (PSARP) pada By. Ny. M dengan Atresia Ani dengan Fistel Festibuler Post
Sigmoidostomy di OK 3 Lantai 4 IBS RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumusan masalah bagaimanakah asuhan


keperawatan perioperatif pada pasien dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP)
atas Indikasi Atresia Ani dengan Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy ?”

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup lappran kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy di OK 3 Lantai 4 IBS RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Laporan kasus ini dilakukan pada tanggal 25 September 2013.

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada


pasien dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani
dengan Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

2. Tujuan Khusus
a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien dengan
Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan Fistel
Festibuler Post Sigmoidostomy .

b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan peri operatif pada pasien dengan
Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan Fistel
Festibuler Post Sigmoidostomy.

c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada pasien
dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada pasien


dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani dengan
Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

e. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada
pasien dengan Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP) atas Indikasi Atresia Ani
dengan Fistel Festibuler Post Sigmoidostomy.

E. MANFAAT

1. Bagi Keluarga

Membantu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat membantu dalam


proses penyembuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga klien.

2. Bagi Pelayanan Rumah Sakit

Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien PSARP dengan indikasi atresia ani.

3. Bagi Bidang Keperawatan

Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan keperawatan


perioperatif pada pasien PSARP dengan indikasi atresia ani.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Memberi gambaran secara lebih luas tentang area kerja perawat yang bersifat holistik dan
komprehensif, dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung
kesembuhan dan peningkatan derajat kesehatan klien melalui asuhan keperawatan
perioperatif.

5. Bagi Penulis
Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan
perioperatif khususnya pada pasien dengan PSARP dengan indikasi atresia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM PENYAKIT

Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang
berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak
adanya atau tertutupnya lubang badan normal (Wong, 2008).

Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar
(Potter dan Perry, 2005). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2006). Sumber lain
menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka
selama pertumbuhan dalam kandungan (Aden, 2010).

Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa
terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI (Kedokteran UGM, 25 April 2012)

Kanalis ani berasal dari invaginasi ektoderm, sedang rektum berasal dari entoderm.
Karena perbedaan asal ini, maka terdapat perbedaan pula pada epitel pelapisnya,
vaskularisasinya, inervasi dan drainase limfatiknya.

Lumen rektum dilapisi mukosa glanduler usus sedang kanalis ani dilapisi epitel
squamosum stratifikatum lanjutan kulit luar. Jadi tidak ada mukosa anus. Daerah batas
antara rektum dan kanalis ani disebut Anorectal Junction ditandai oleh linea pectinea /
linea dentata yang terdiri dari sel-sel transisional. Dari linea ini kearah rectum ada
kolumna rectalis (Morgagni), dengan diantaranya terdapat sinus rectalis yang berakhir di
kaudal sebagai valvula rectalis. Setinggi linea dentata ini ada crypta analis dan muara
muara analis.

Panjang kanalis ani kira kira 4 cm yang dibedakan menjadi anatomical anal canal mulai
anal verge sampai ke linea dentata dan surgical anal canal untuk kepentingan klinis yang
dimulai dari anal verge sampai cincin anorektal yang merupakan batas paling bawah dari
otot puborectalis yang dapat diraba pada waktu rectal touch.

Dasar panggul dibentuk oleh otot levator ani yang dibentuk oleh otot-otot
pubococcygeus, ileococcygeus dan puborectalis. Otot-otot yang berfungsi mengatur
mekanisme kontinensia adalah :

1. Pubo-rektal merupakan bagian dari otot levator ani

2. Sfingter ani eksternus (otot lurik)

3. Sfingter ani internus (otot polos)

Batas antara spincter ani eksternus & internus disebut garis Hilton. Muskulus yang
menyangga adalah m. Puborectalis. Otot yang memegang peranan terpenting dalam
mengatur mekanisme kontinensia adalah otot-otot puborektal. Bila m. pubo-rektal
tersebut terputus, dapat mengakibatkan terjadinya inkontinensia.

Muskulus puborektalis yang merupakan bagian m. levator ani membentuk jerat yang
melingkari rektum sehingga berfungsi sebagai penyangga. Rektum juga ditopang oleh
fascia pelvis parietalis (fascia Waldeyer), ligamentum laterale kanan dan kiri yang
ditembus oleh a/v hemorrhoidales media dan mesorektum. Ligamentum dan mesorektum
memfiksasi rectum ke permukaan anterior sacrum.

Batas-batas kanalis ani, ke kranial berbatasan dengan rectum disebut ring anorektal, ke
kaudal dengan permukaan kulit disebut garis anorektal, ke lateral dengan fossa
ischiorectalis, ke posterior dengan os koksigeus, ke anterior pada laki-laki dengan sentral
perineum, bulbus urethra dan batas posterior diafragma urogenital (ligamentum
triangulare) sedang pada wanita korpus perineal, diafragma urogenitalis dan bagian
paling bawah dari dinding vagina posterior. Ring anorektal dibentuk oleh otot
puborektalis yang merupakan bagian serabut otot levator ani mengelilingi bagian bawah
anus bersama otot spincter ani ekternus.

Vaskularisasi kanal anal berasal dari :

1. Arteri Hemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterika inferior

2. Arteri Hemorrhoidalis media cabang arteri iliaca eksterna


3. Arteri Hemorrhoidalis inferior cabang arteri pudenda

Aliran vena diatas anorektal junction melalui sistem porta sedang canalis ani langsung ke
vena cava inferior.

1. Vena Hemorrhoid superior

Berasaldari plexus venosus hemorrhoidalis internus bermuara ke vena mesenteruca


inferior dan vena porta. Vena ini tidak mempunyai valvula, sering untuk penyebaran
kanker

2. Vena Hemorrhoid inferior

Mengalirkan darah dari vena pudenda interna, vena iliaca interna, dan vena cava. Sering
menimbulkan gejala hemorrhoid.

Aliran limfe dari rektum mengikuti vasa hemoroidales superior ke lnn mesenterika
inferior menuju lnn para aorta, sedang dari kanalis ani menuju ke lnn inguinalis kemudian
lnn illiaca ekterna dan lnn illiaci kommunis, sehingga bila ada keganasan dan infeksi
dapat menyebar sampai inguinal.

Inervasi kanalis ani diatur oleh saraf somatik sehingga sangat sensitif terhadap rasa sakit,
sedang rektum oleh saraf viseral sehingga kurang sensitif terhadap rasa sakit. Rektum
diinervasi oleh saraf simpatis dari pleksus mesenterika inferior dan n.presakralis
(hipogastrica) yang berasal dari L2,3,4 dan saraf parasimpatis dari S2,3,4.

C. ETIOLOGI (Levvit M dan Pena A, 2013)

Atresia anorektal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses pemisahan. Secara


embriologis hindgut dari aparatus genitourinarius yang terletak di depannya atau
mekanisme pemisahan struktur yang melakukan penetrasi sampai perineum. Pada atresia
letak tinggi atau supra levator, septum urorektal turun secara tidak sempurna atau
berhenti pada suatu tempat di jalan penurunannya.

Anus imperforata dapat muncul dalam beberapa bentuk. Rektum dapat berakhir pada
kantong buntu yang tidak terhubung dengan kolon. Ataupun dapat memiliki lubang yang
terhubung ke uretra, kandung kemih, atau skrotum pada anak laki-laki atau vagina pada
anak perempuan. Kondisi stenosis anus ataupun hilangnya anus dapat muncul.

Masalah ini disebabkan perkembangan abnormal pada janin, dan kebanyakan bentuk
anus imperforata berhubungan dengan kelainan bawaan lahir lainnya. Merupakan kondisi
umum relatif yang terjadi pada 1 dari 5000 bayi baru lahir.

Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti :
1. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung,
trachea, esofagus, ginjal dan kelenjar limfe).

2. Kelainan sistem pencernaan.

3. Kelainan sistem pekemihan.

4. Kelainan tulang belakang.

D. PATOFISOLOGI (Kedokteran UGM, 17 April 2012)

Anus dan rectum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan
kedalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan
rectum disebelah dorsal dari saluran kencing disebelah ventral, kedua sistem (rectum dan
saluran kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke – 7. Pada
saat yang sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang
eksternal, sedangkan bagian anus tertutup oleh membrane pada kehamilan minggu ke – 8.
Kelainan dalam proses – proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu spectrum
anomaly, kebanyakan mengenai saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria
sehingga bagian rectum kloaka menimbulkan fistula.

Malformasi anorecktal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada


kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala
akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan
diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya feses mengalir kearah
traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan
terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula
ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki - laki biasanya letak
tinggi , umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). pada
letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).

Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Pada umur kehamilan 7
minggu, ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan
bakal genitourinary dan struktur anorektal. Pada kehamilan 8 minggu, apabila terjadi
kelainan dalam tahap pembentukan rektum dapat menimbulkan suatu spectrum anomaly
pada saluran usus bawah/genitourinaria. Bagian rectum kloaka menimbulkan fistula dan
terjadi stenosis anal karena penyempitan pada kanal anorektal. Jika tidak ada pembukaan
usus besar yang keluar anus maka fecal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal
mengalami obstruksi dan terjadi malformasi anorectal.

E. KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu
(Ngastiyah, 2005):

1. Tanpa anus tetapi dengan dekompresi adekuat traktus gastrointestinalis dicapai melalui
saluran fistula eksterna.

Kelompok ini terutama melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi, maka
bisa didapatkan dekompresi usus yang adekuat sementara waktu.

2. Tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adekuat untuk jalan keluar tinja.

Tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi spontan kolon,


memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera. Pasien bisa diklasifikasikan lebih
lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu:

a. Anomali rendah

Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat sfingter
internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.

b. Anomali intermediet

Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan sfingter
eksternal berada pada posisi yang normal.

c. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya
berhungan dengan fistuls genitourinarius– retrouretral (pria) atau rectovagina
(perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih daai1 cm.

Sedangkan menurut klasifikasi, atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan


menurut jenis kelamin (Anonim, 2006).

1. Golongan I

Pada laki–laki dibagi menjadi 4 kelainan, yaitu: kelainan fistel urin, atresia rectum,
perineum datar dan fistel tidak ada. Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari
orifisium eksternum uretra, mungkin terdapat fistel ke uretra maupun ke vesika urinaria.
Sedangkan pada perempuan golongan I dibagi menjadi 5 kelainan, yaitu: kelainan kloaka,
fistel vagina, fistel rektovestibular, atresia rectum, dan fistel tidak ada.

2. Golongan II

Pada laki–laki dibagi 4 kelainan, yaitu: kelainan fistel perineum, membran anal, stenosis
anus, fistel tidak ada. Fistel perineum sama dengan pada wanita ; lubangnya terdapat
anterior dari letak anus normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan
mekonium di bawah selaput. Pada perempuan dibagi 3 kelainan, yaitu: kelainan fistel
perineum, stenosis anus dan fistel tidak ada. Lubang fistel perineum biasanya terdapat
diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi tanda timah anus yang buntu
menimbulkan obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak di tempat yang
seharusnya, tetapi sangat sempit.

F. TANDA DAN GEJALA

Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula
eksternal pada perineum (Suriadi,2006). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika
bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal,
pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan terlihat menonjol
(Ngastiyah, 2005).

Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu
manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan
empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium (Ngastiyah, 2005).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut


(Mansjoer, 2000):

1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

2. Sinar X terhadap abdomen

Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.

3. Ultrasound terhadap abdomen

Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.

4. CT Scan

Digunakan untuk menentukan lesi.

5. Pyelografi intra vena

Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.

6. Pemeriksaan fisik rectum

Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.

7. Rontgenogram abdomen dan pelvis

Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan
traktus urinarius.

H. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan dapat berbeda bergantung pada jenis anorektal anomali. Jika ujung usus
berada pada letak tinggi, pengobatan umumnya dilakukan dalam tiga prosedur, pertama
adalah pembuatan stoma pada usus yang dikenal dengan kolostomi (Mansjoer, 2000).
Bayi baru lahir dengan stoma akan membutuhkan kantung khusus untuk mengumpulkan
feses.

Prosedur kedua adalah anoplasti yaitu menarik turun rektum ke posisi anus dimana akan
dibuat anus buatan. Jika terdapat fistula atau penghubung yang abnormal antara kandung
kemih atau vagina, maka fistula ini harus ditutup. Beberapa bulan kemudian setelah anus
baru telah sembuh, maka dilakukan prosedur ketiga yaitu penutupan stoma.

Jika ujung usus berada pada letak rendah di pelvis, pembuatan lubang anus dapat
dilakukan dengan operasi tunggal. Rektum ditarik turun ke posisi anus dan lubang anus
yang baru dibuat, dengan teknik minimal invasif yang dikenal dengan laparoskopi. Pada
kasus ini, stoma tidak diperlukan. Jika anus baru berada pada posisi yang salah, maka
anus tersebut akan ditutup dan dipindahkan ke posisi yang benar.

Penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rectum dan ada
tidaknya fistula.

a. Leape(1987) menganjurkan pada (bedah UGM, 2013):

1) Atresia letak tinggi & intermediet maka penatalaksanaannya berupa sigmoid kolostomi
atau TCD dahulu, setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitive postero sagital
anorecto plasty (PSARP), kemudian beberapa bulan selanjutnya baru dilakukan
penutupan kolostomi.

2) Atresia letak rendah dilakukan postero sagital anorecto plasty (PSARP), dimana
sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot
sfingter ani ekternus.

3) Bila terdapat fistula maka dilakukan cut back incicion untuk menutup fistula.

4) Stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana dikerjakan
minimal PSARP tanpa kolostomi.

b. Pena secara tegas menjelaskan bahwa atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan
kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitive postero
sagital anorecto plasty (PSARP) setelah 4–8 minggu baik minimal, limited atau full.
Kemudian beberapa bulan selanjutnya baru dilakukan penutupan kolostomi (Levvit M
dan Pena A, 2013).

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi:

a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan


Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah.

b. Pola nutrisi – Metabolik

Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien dengan atresia ani post
kolostomi. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan munta
dampak dari anestesi.

c. Pola Eliminasi

Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh
dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh
karena pada atresia ani tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan
mengalami kesulitan dalam defekasi.

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari kelemahan otot.

e. Pola Persepsi Kognitif

Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa


lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.

f. Pola Tidur dan Istirahat

Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada luka inisisi.

g. Konsep Diri dan Persepsi Diri

Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. Terjadi
perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka jahitan operasi.

h. Peran dan Pola Hubungan

Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan
pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.

i. Pola Reproduktif dan Sexual

Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi.

j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah .


k. Pola Keyakinan dan Nilai

Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan
konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan
motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum mengemukkan diagnosa
keperawatan, sehingga dapat diperoleh diagnosa keperawatan yang spesifik. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien atresia ani yaitu (Herdman, 2010):

1. Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi eksretorik berhubungan dengan tidak


lengkapnya pembentukan anus

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi

4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

5. Kecemasan keluarga berhungan dengan prosedur pembedahan dan kondisi bayi

6. Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya kolostomi

7. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma saraf jaringan

8. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan penumpuksan secket berlebih

9. Kurangnya pengetahuan keluarga berhungan dengan kebutuhan perawatan di rumah.

J. PROSEDUR OPERASI (Kedoktean UGM, 17 April 2013; Kedoktean UGM, 27


April 2012)

1. Postero Sagital Ano Recto Plasty (PSARP)

Metode ini diperkenalkan oleh Pena dan de Vries pada tahun 1982. PSARP terdiri dari
tiga macam, yaitu: minimal, limited dan full PSARP. Posisi penderita adalah prone
dengan elevasi pada pelvis. Dengan bantuan stimulator dilakukan identifikasi anal
dimple. Insisi dimulai dari tengah sacrum ke bawah melewati pusat sfingter eksterna
sampai ke depan kurang lebih 2 cm. Insisi diperdalam dengan membuka subkutis, lemak,
parasagital fibre dan muscle complex. Tulang coccygeus dibelah sehingga tampak otot
levator, otot levator dibelah sehingga tampak dinding belakang rektum. Rektum
dibebaskan dari dinding belakang dan jika ada fistula dibebaskan juga, rektum dipisahkan
dengan vagina. Dengan jahitan rektum ditarik melewati otot levator, muscle complex dan
parasagittal fibre kemudian dilakukan anoplasty dan dijaga agar tidak tegang.
Minimal PSARP tidak dilakukan pemotongan otot levator maupun vertical fibre, yang
penting adalah memisahkan common wall untuk memisahkan rektum dengan vagina dan
yang dibelah hanya otot sfingter eksternus. Pada limited PSARP yang dibelah adalah otot
sfingter eksternus, muscle fibre, muscle complex serta tidak membelah tulang
cocccygeus. Deseksi rektum agar tidak merusak vaginaadalah prioritasnya.

Masing-masing jenis prosedur mempunyai indikasi yang berbeda. Minimal PSARP


dilakukan pada fistula perineal, anal stenosis, anal membrane, bucket handle dan atresia
ani tanpa fistula yang akhiran rektum kurang dari 1 cm dari kulit. Limited PSARP
dilakukan pada atresia ani dengan fistula rektovestibuler. Full PSARP dilakukan pada
atresia ani letak tinggi dengan gambaran invertogram, gambaran akhiran rektum lebih 1
cm dari kulit, pada fistula rektovaginalis, fistula rektouretralis, atresia rektum dan
stenosis rektum.

2. Swenson

Prosedur ini adalah prosedur pertama untuk operasi penyakit Hirschsprung dengan
metode “pull-through”. Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Swenson dan Bill
pada tahun 1948. Segmen yang aganglionik direseksi dan puntung rektum ditinggalkan 2-
4 cm dari garis mukokutan kemudian dilakukan anastomosis langsung diluar rongga
peritoneal. Pada prosedur ini enterokolitis masih dapat terjadi sebagai akibat spasme
puntung rektum yang ditinggalkan. Sehingga, untuk mengatasi hal ini Swenson
melakukan sfingterektomi parsial posterior dimana prosedur ini disebut prosedur
Swenson I.

Pada 1964, Swenson memperkenalkan prosedur Swenson II dimana setelah dilakukan


pemotongan segmen kolon yang aganglionik, puntung rektum ditinggalkan 2 cm di
bagian anterior dan 0,5 cm di bagian posterior kemudian langsung dilakukan
sfingterektomi parsial langsung. Ternyata prosedur ini sama sekali tidak mengurangi
spasme sfingter ani dan tidak mengurangi komplikasi enterokolitis pasca bedah dan
bahkan pada prosedur Swenson II kebocoran anastomosis lebih tinggi dibanding dengan
prosedur Swenson I.

3. Duhamel

Prosedur ini diperkenalkan pada tahun 1956 sebagai modifikasi prosedur Swenson oleh
karena pada metode Swenson dapat terjadi kerusakan nervi erigentes yang memberi
persarafan pada viscera daerah pelvis. Duhamel melakukan diseksi retrorektal untuk
menghindari kerusakan tersebut dengan cara melakukan penarikan kolon proksimal yang
ganglionik melalui bagian posterior rektum. Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi,
dipasang kateter sehingga vesika urinaria kosong dengan maksud agar visualisasi rongga
abdomen lebih jelas. Irisan kulit abdomen dilakukan secara paramedian atau transversal.
Arteria hemorrhoidalis superior dipotong diikuti pemotongan mesorektum dan rektum.

Kolon proksimal dimobilisir sehingga panjang kolon akan mencapai anus. Perhatian
khusus ditujukan pada viabilitas pembuluh darah dan kolon proksimal dengan cara
menghindari regangan yang berlebihan. Setelah segmen kolon yang aganglionik
direseksi, puntung rektum dipotong sekitar 2-3 cm diatas dasar refleksi peritonium dan
ditutup dengan jahitan dua lapis. Rongga retrorektal dibuka sehingga seluruh permukaan
dinding belakang rektum dibebaskan. Pada dinding belakang rektum 0,5 cm dari linea
dentata dibuat sayatan endoanal setengah lingkaran dan dari lobang sayatan ini segmen
kolon proksimal yang berganglion ditarik ke distal keluar melewati lubang anus dan
dibiarkan bebas menggelantung kemudian dilakukan anastomosis “end to side” setinggi
sfingter ani internus. Anastomosis dilakukan dengan pemasangan 2 buah klem Kocher,
dimana dalam jangka waktu 6-8 hari anastomosis telah terjadi.

4. Endorectal Pull Through (Soave)

Pada prinsipnya tehnik ini adalah merupakan diseksi ekstramukosa rektosigmoid yang
mula-mula dipergunakan untuk operasi atresia ani letak tinggi. Persiapan preoperasi yang
harus dilakukan adalah irigasi rektum, dilatasi anorektal manual serta pemberian
antibiotik.

Tahun 1960 Soave melakukan pendekatan abdominoperineal, dengan membuang lapisan


mukosa rektosigmoid. Posisi pasien terlentang dengan fleksi pelvis 30 derajat, irisan kulit
abdomen pararektal kiri melewati lubang kolostomi dan dipasang kateter. Dinding
abdomen dibuka perlapis sampai mencapai peritonium kemudian dilakukan preparasi
kolon kiri. Kolon distal dimobilisasi dan direseksi 4 cm diatas refleksi peritoneum.
Dibuat jahitan traksi pada kolon distal yang telah direseksi kemudian mukosa dipisahkan
dari muskularis kearah distal. Lapisan otot secara tumpul didorong kedistal hingga 1-2
cm diatas linea dentata. Lewat anus dibuat insisi melingkar 1 cm diatas linea dentata.
Kolon yang berganglion kemudian ditarik kedistal melewati cerobong endorektal. Sisa
kolon yang diprolapskan lewat anus dipotong setelah 21 hari.

5. Boley

Prosedur Boley mirip dengan Soave akan tetapi anastomosis dilakukan secara langsung
tanpa memprolapskan kolon terlebih dulu.

6. Rehbein

Setelah dilakukan reseksi segmen yang aganglionik kemudian dilakukan anastomosis


“end to end” antara kolon yang berganglion dengan sisa rektum, yang dikerjakan
intraabdominal ekstraperitoneal. Tehnik ini sering menimbulkan obstipasi akibat sisa
rektum aganglionik yang panjang.

7. Miomektomi anorektal.

Pada pasien-pasien dengan penyakit Hirschsprung segmen ultra pendek, pengangkatan


satu strip otot pada linea mediana dinding posterior rektum dapat dilakukan dan prosedur
ini disebut miomektomi anorektal, dimana dengan lebar 1 cm satu strip dinding rektum
ekstramukosa diangkat, mulai proksimal linea dentata sampai daerah yang berganglion.
8. Transanal Endorectal Pull-Through

Tehnik ini dilakukan dengan pendekatan lewat anus. Setelah dilakukan dilatasi anus dan
pembersihan rongga anorektal dengan povidon-iodine, mukosa rektum diinsisi melingkar
1 sampai 1,5 cm diatas linea dentata. Dengan diseksi tumpul rongga submukosa yang
terjadi diperluas hingga 6 sampai 7 cm kearah proksimal. Mukosa yang telah terlepas dari
muskularis ditarik ke distal sampai melewati anus sehingga terbentuk cerobong otot
rektum tanpa mukosa. Keuntungan prosedur ini antara lain lama pemondokan dan operasi
lebih singkat, waktu operasi lebih singkat, perdarahan minimal, feeding dapat diberikan
lebih awal, biaya lebih rendah, skar abdomen tidak ada. Akan tetapi masih didapatkan
komplikasi enterokolitis, konsipasi dan striktur anastomosis.

9. Posterior Sagital Neurektomi Repair for Hirschsprung Disease (PSNRHD)

Teknik ini diperkenalkan dr. Rochadi, Sp. BA pada tahun 2005 dengan posisi pasien
tertelungkup dan dilakukan satu tahap, tanpa kolostomi dan tanpa pull –through. Posisi
tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa secara topografi, rektum berada pada
rongga pelvis, sehingga tindakan bedah PSNRHD akan dapat langsung menuju target
operasi, sedangkan pada tehnik ERPT target operasi hanya dapat dicapai dengan
membuat sayatan pada dinding depan perut, membuka peritonium posterior, memotong
arteri dan vena hemorrhoidalis superior, memotong arteri dan vena sigmoidea dan bahkan
kadang-kadang harus memotong arteri dan vena kolika sinistra. Posisi telungkup pada
PSRHD memberikan lapang pandang operasi yang lebih jelas oleh karena masuknya
persarafan menuju dinding rektum adalah lewat bagian posterior sehingga tindakan
neurektomi akan lebih mudah dikerjakan.

Setelah dilakukan desinfeksi pada daerah anogluteal kemudian daerah operasi ditutup
doek steril. Irisan pertama dimulai dengan irisan kulit intergluteal dilanjutkan membuka
lapisan-lapisan otot yang menyusun “muscle complex” secara tumpul dan tajam sehingga
terlihat dinding rektum. Lapisan otot dinding rektum dibuka memanjang sampai terlihat
lapisan mukosa menyembul dari irisan operasi.

Identifikasi daerah setinggi linea dentata dilakukan dengan cara memasukkan jari
telunjuk tangan kiri ke anus. Panjang irisan adalah 1 cm proksimal linea dentata sampai
zone transisi yang ditandai dengan adanya perubahan diameter dinding rektum. Agar
tidak melukai mukosa rektum maka setelah mukosa menyembul, muskularis dinding
rektum dipisahkan dari mukosa dengan cara tumpul sehingga lapisan muskularis benar-
benar telah terpisah dari mukosa. Strip muskularis dinding rektum dengan lebar 0,5 cm
dilepaskan dari mukosa sepanjang zone spastik sampai zone transisi. Material ini dikirim
ke bagian Patologi Anatomi untuk pemeriksaan pewarnaan hematoksilin-eosin guna
identifikasi sel ganglion Auerbach dan Meissner. Dipasang pipa rektum untuk mencegah
terjadinya infeksi pada irisan operasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF

1. Pengkajian

Tanggal dan jam pengkajian : Rabu, 25 September 2013 pukul: 09.10 WIB

Tempat pengkajian : Ruang terima pasien

Narasumber : Ibu klien

a. Identitas

1) Identitas Pasien

a) Nama : By. Ny. M

b) Umur : 4 bulan

c) Agama : Islam

d) Jenis Kelamin : Perempuan

e) Status : Jamkesmas

f) Suku Bangsa : Jawa

g) Alamat : Glagah Tulos Karangdowo Klaten Jawa Tengah

h) Tanggal Masuk : 24 September 2013

i) Tanggal Pengkajian : 26 September 2013

j) No. Register : 01.63.56.87

k) Diagnosa Medis : Atresia Ani dengan Fistel Vestibular Post Sigmoidostomy

2) Identitas Penanggung Jawab

a) Nama : Tn. D

b) Umur : 37 tahun

c) Hubungan : Ayah Klien


d) Pekerjaan : Wiraswasta

e) Alamat : Glagah Tulos Karangdowo Klaten Jawa Tengah

b. Status Kesehatan

1) Status Kesehatan Saat Ini

a) Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan bahwa ia dan suami menginginkan operasi lanjutan untuk
kesembuhan klien.

b) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini

Klien terdiagnosa atresia ani dengan fistel vestibular tipe low segmental. Klien sudah
menjalani operasi pertama berupa sigmoidostomy pada tanggal 21 Mei 2013 di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Pengeluaran BAB melalui stoma lancar dan tidak ada tanda-tanda
infeksi, sehingga keluarga menginginkan operasi lanjutan untuk mengatasi masalah klien.

2) Status Kesehatan Masa Lalu

a) Penyakit yang pernah dialami

Klien merupakan anak kembar dari kehamilan kedua pasangan Ny. M dan Tn. D. Klien
lahir setelah kembaran laki-lakinya dilahirkan dengan berat 2300 gram, sedangkan klien
1800 gram. Kembaran klien tidak mempunyai kelainan fisik dan sehat hingga sekarang.
Hanya saja klien mengalami atresia ani. Klien tidak pernah mengalami masalah
kesehatan selain terkait dengan atresia ani yang diderita.

b) Pernah dirawat

Klien pernah dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sehari setelah lahir untuk
menjalankan prosedur sigmoidostomy.

c) Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi apapun baik, udara maupun obat-obatan.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Berdasarkan data yang diperoleh, baik dari pihak ayah maupun ibu klien tidak memiliki
riwayat penyakit apapun, baik hipertensi, kanker, diabetes mellitus, dan asma. Hanya saja
sejak beberapa tahun yang lalu, ayah klien menderita hipertensi dan tahun lalu serta satu
bulan yang lalu, ayah klien menderita serangan stroke ringan.
d. Diagnosa Medis dan therapy

Atresia Ani dengan Fistel Vestibular Post Sigmoidostomy. Klien mendapat terapi
intravena KA-EN 3B dengan dosis 350 cc/24 jam dan terapi cefotaxime 200 mg untuk
terapi profilaksis.

e. Pola Kebutuhan Dasar

1) Pola Nutrisi-Metabolik

Klien masih berusia 4 bulan sehingga klien hanya mengkonsumsi ASI eksklusif dari ibu.

2) Poli Eliminasi

Klien BAB melalui stoma. Ibu klien tidak dapat mengemukakan berapa kali klien BAB
dalam sehari, tetapi, ibu klien mengganti kantung stoma 3-5 kali dalam sehari tergantung
jumlah kotoran di kantung colostomy. Ibu klien tidak mengeluhkan masalah BAK klien
karena dirasa wajar seperti bayi-bayi pada umumnya.

3) Pola aktivitas dan latihan

Indeks KATZ klien adalah F dimana semua aktifitas (bathing, transfering, toileting,
feeding, dressing, dan continence) klien dibantu oleh orangtua klien.

4) Pola Tidur dan Istirahat

Ibu klien mengatakan layaknya bayi-bayi pada umumnya, klien dan kembarannya lebih
sering tertidur di spagi dan siang hari dan sering terjaga pada malaam hari.

5) Pola Seksual-Reproduksi

Klien berjenis kelamin perempuan.

6) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi

Pengkajian ini dilakukan kepada ibu klien yang tampak tegang, khawatir dan gelisah. Ibu
klien mengatakan bahwa ia merasa cemas dan takut terkait operasi yang akan dijalani
klien. Tingkat kecemasan klien pada cemas sedang.

f. Pengkajian Fisik

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tanda-tanda Vital : RR: 34 x/m; N: 116 x/m; T: 36,3 0C


4) BB : 3.500 gram

5) Keadaan fisik

a) Kepala dan leher

Kepala mesochepal; kulit kepala bersih. Tidak nampak adanya benjolan di area kepala.
Mata simetris kanan dan kiri, mampu membuka mata dengan spontan, tidak cekung.
Mata klien tampak sedkit bengkak karena klien banyak mengis akibat dipuasakan. Mata
klien tidak terlihat adanya perdarahan. Terdapat 2 lubang hidung, tidak ada keluaran
sekret, dan tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mukosa bibir klien tampak kering, mulut klien tidak sianosis, dan gigi belum tumbuh.
Telinga klien tampak simetris antar kanan dan kiri, terdapat lubang telinga, tidak ada
keluaran cairan dari telinga klien. Tidak teraba pembesaran tiroid dan massa pada leher
klien.

b) Dada

Paru-paru dan jantung klien dalam batas normal. Pada inspeksi dada klien tampak
pengembangan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada retraksi intercostalis. napas dalam,
tidak tampak adanya gerakan otot bantu pernapasan yaitu otot sternokleidomastoideus,
tidak ada napas cuping hidung.

c) Abdomen

Pada inspeksi perut klien tidak tmapak distensi abdomen, tampak adanya stoma. Kulit
disekitar stoma tidak tampak kemerahan dan tidak tampak tanda-tanda infeksi. Tampak
feses pada kantung colostomy klien. Perut klien tampak cembung dan pada perkusi
terdengar bunyi timpani.

d) Genetalia

Jenis kelamin perempuan.

e) Integumen

Warna merah jambu saat bayi menangis, turgor kulit elastis. Kulit bayi terlihat tipis,
tampak adanya lanugo. Badan bayi teraba hangat, akral teraba hangat.

f) Ekstremitas

Jari tangan dan kaki lengkap dan tidak ada kelainan. Pergerakan klien aktif.

g) Neurologis
Refleks Hasil Keterangan
Refleks Ö Klien dapat terkejut dengan suara
Moro/startle keras dan akan menunjukan refleks
melebarkan tangan dan jari-jarinya.
Setelah itu tangan turun kembali dan
bayi mengepalkan jari-jarinya.
Refleks Tonic Ö Saat kepala klien berpaling ke sisi
leher yang berlawanan, maka bayi akan
memperpanjang lengan dan kakinya
serta meregangkan lengan dan kaki ke
sisi yang berlawanan
Refleks Ö Klien dapat menggenggam erat dan
Grasping kekuatannya meningkat saat sebuah
benda diletakkan ditelapak tangan
bayi kemudian ditarik keluar.
Refleks Babinski Ö Jari-jari kaki klien mengembang saat
telapak kaki disentuh dan dibelai dari
tumit hingga jari kaki dan ibu jari kaki
memiliki posisi lebih tinggi.
Refleks Rooting Ö Jika pipi bayi disentuh, maka ia akan
memutar kepala menghadap
datangnya rangsangan dan membuka
mulut seolah-olah ingin menemukan
puting ibunya.
Refleks Sucking Ö Klien dapat melakukan refleks ini
ditandai dengan jika meletakkan jari
atau benda lainnya ke dalam mulut
bayi, maka ia akan memberikan
respons mengisap dan membuat
gerakan ritmis dengan mulut dan
lidahnya.

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboraturium

Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 25 September 2013

Nilai
Parameter Hasil Satuan Kategori
Normal
Hemoglobin 11,6 g/dl 11,7-15,5 Menurun
Eritrosit 4,09 106/ mL 3,8-5,2 Normal
Hematokrit 32,7 % 32-47 Normal
Leukosit 10,01 103/mL 3,6-11,0 Normal
Trombosit 789 103/mL 150-440 Meningkat
MCV 79,8 fL 80-100 Menurun
MCH 28,4 pg 26-34 Normal
MCHC 35,6 g/dL 32-36 Normal
CH 26,5 pg - Normal
RDW 12,8 % 11,5-14,5 Normal
HDW 2,88 g/dL 2,2-3,2 Normal
MPV 9,3 fL 7,2-11,1 Normal
PRT 12,0 Detik 11,4-16,3 Normal
INR 0,84 - - -
Kontrol 14,3 Detik - -
APTT 31,3 Detik 22,5-37,0 Normal
Kontrol 34,5 Detik - -
Eosinofil 1,9 % 1-3 Normal
Basofil 0,4 % 0-1 Normal
Netrofil 18,9 % 50-70 Menurun
Limfosit 71,3 % 20-40 Meningkat
Monosit 4,4 % 2-8 Normal
Luc 3,1 % 0-4
Eosinofil 0,19 103/mL 0-0,8 Normal
Basofil 0,04 103/mL 0-0,2 Normal
Netrofil 1,90 103/mL 1,9-8 Menurun
Limfosit 7,14 103/mL 0,9-5,2 Meningkat
Monosit 0,44 103/mL 0,16-1 Normal
Luc 0,31 103/mL 0-0,4
Gol. Darah O
BUN 3,0 mg/dl 3,97 – 4,94 Menurun
Albumin 4,85 g/dl Serum: 6-20 Menurun
Creatinine 0,23 Mg/dl 0,60 – 1,30 Menurun
Natrium 134 mmol/L 136 – 145 Menurun
Kalium 5,1 mmol/L 3,5 – 5,1 Normal
Klorida 102 mmol/L 98-107 Normal

2) Pemeriksaan radiologi
Hasil pemeriksaan lopografi proksimal dan distal dengan flouroskopi tanggal 18
September 2013.

Hasil:

a) Atresia ani dengan fistula recto vestibular type low segmental

b) Jarak rectum distal dengan anal dimple ik 2,6 cm

c) Tak tampak colitis.

3) Hasil konsultasi

Klien mendapat persetujuan tindakan operasi (Postero Sagital Ano Recto Plasty) PSARP
dari dokter bedah anak dan dokter anestesi dengan rencana general anestesi.

2. Diagnosa Keperawatan

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


DS: Ansietas berhubungan
dengan status kesehatan
Ibu klien mengatakan bahwa ia merasa dan tindakan
cemas dan takut terkait operasi yang akan pembedahan.
dijalani klien.

DO:

a. Ibu klien tampak tegang dan khawatir.

b. Tingkat kecemasan klien pada cemas


sedang.

c. Ibu klien tampak gelisah.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
Ansietas Setelah dilakukan Health education: 1100
berhubungan pendidikan kesehatan
dengan status mengenai penyakit dan 1. Kaji pengetahuan keluarga klien
kesehatan dan perawatannya selama tentang penyakit dan tindakan yang akan
tindakan 1x15 menit, tidak terjadi dilakukan.
pembedahan. kecemasan pada
keluarga klien, dengan 2. Berikan informasi terkait tindakan
kriteria hasil : yang akan dilakukan.

1. Kecemasan keluarga 3. Diskusikan tentang indikasi,


klien berkurang dari kontraindikasi dan persiapan tindakan
sedang menjadi ringan. terhadap kondisi klien.

2. Keluarga klien 4. Berikan support mental untuk


tampak tenang dan meyakinkan keluarga klien.
rileks.
Relaxation therapy: 6040

1. Ajarkan keluarga klien menggunakan


teknik relaksasi nafas dalam.

2. Anjurkan keluarga klien


menggunakan teknik relaksasi nafas
dalam.

4. Pelaksanaan dan evaluasi

Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Ansietas a. Mengkaji perasaan S: S:
berhubungan ibu klien.
dengan status Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
kesehatan dan bahwa ia merasa bahwa ia masih mersa
tindakan cemas dan takut akan cemas tetapi sudah
pembedahan. operasi yang akan berkurang.
dijalani klien.
O:
O:
Ibu klien tampak lebih
Ibu klien tampak rileks dan tenang.
gelisah dan khawatir.
Kecemasan ibu klien
dalam skala ringan.

A:
Masalah kecemasan ibu
klien teratasi ditandai
dengan kecemasan
berkurang dari sedang
menjadi ringan serta ibu
klien tampak lebih
tenang serta rileks.

P:

Pertahankan
memberikan support
mental dan informasi
yang dibutuhkan untuk
menurunkan kecemasan
ibu klien.
b. Mengkaji S:
tingkat
kecemasan ibu Ibu klien mengatakan
klien. bahwa ia merasa cemas
dan takut.

O:

Ibu klien mengalami


kecemasan sedang
c. Mengajarkan S: -
dan
menganjurkan O:
ibu klien teknik
relaksasi nafas Ibu klien tampak
dalam mengikuti teknik
relaksasi nafas dalam
d. Memvalidasi S:
perasaan ibu
klien. Ibu klien mengatakan
bahwa ia masih merasa
cemas tetapi sudah
berkurang.

O:

Ibu klien tampak lebih


tenang dan rileks.

B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA-OPERATIF


1. Pengkajian

a. Persiapan perawat

1) Menyiapkan instrument steril dan ruangan.

2) Menyiapkan alat dan bahan medis habis pakai.

3) Menyiapkan alat/mesin pendukung operasi seperti: mesin couter, netral


electrosurgery, mesin dan botol suction, lampu operasi, meja operasi, meja mayo, meja
besar, warmer blanket, dan kursi.

b. Persiapan alat dan ruang

1) Alat steril:

· Set laparatomi anak

a) Doek klem : 5 buah

b) Scaple mess no. 3 : 1 buah

c) Pinset anatomis : 2 buah

d) Pinset cirurgis : 2 buah

e) Gunting benang : 2 buah

f) Gunting jaringan : 1 buah

g) Klem/ pean kecil : 10 buah

h) Kocker kecil : 1 buah

i) Needle holder : 2 buah

j) Steel deeper : 4 buah

k) Hak langen back kecil : 2 buah

l) Kassa : 20 lembar

m) Sprider : 1 buah

· Set busi rectal


Busi rectal : no. 10 dan 11.

· Handpiece couter monopolar dengan jarum kecil: 1 buah

· Selang suction : 1 buah

· Bengkok dan kom : 1 buah

· Korentang : 1 buah

· Linen operasi:

a) Baju dan jas operasi : 5 buah

b) Doek kecil : 5 buah

c) Doek lubang : 1 buah

2) Alat non steril:

a) Meja operasi

b) Lampu operasi

c) Meja mayo

d) Meja besar

e) Warmer blanket

f) Mesin couter

g) Mesin dan botol suction

h) Tempat sampah medis dan non medis


i) Tempat linen kotor

j) Kursi

k) Bak dekontaminasi instrument

l) Lampu pembaca foto radiologi

m) Gunting plester

n) Label

3) Alat/bahan medis habis pakai

a) Handscoon : 4 buah

b) Betadine 10 % : 100 cc

c) NaCl 0,9 % : 500 cc

d) Mess no. 15 : 1 buah

e) Cateter no. 6 : 1 buah

f) Urin bag : 1 buah

g) Spuit 5 cc : 2 buah

h) Jelly : 10 cc

i) Aqua : 5 cc

j) Colostomy bag : 1 buah

k) NGT no. 8 : 1 buah

l) Benang silkam 2/0 (ο) : 1 buah

m) Benang safil 2/0 (ο) : 1 buah

n) Benang safil 3/0 (ο) : 1 buah

o) Salep ikamecitin : 1 buah

p) Underpad : 1 buah
c. Persiapan pasien

1) Klien dipuasakan sejak pukul 04.00 WIB sebelum prosedur operasi.

2) Klien diberikan terapi intravena KA-EN 3B dengan dosis 350 cc/24 jam dan terapi
cefotaxime 200 mg untuk profilaksis.

3) Klien dibaringkan diatas meja operasi yang beralaskan warmer blanket dan underpad.

4) Klien diberikan tindakan general anestesi dan dilakukan intubasi pada pukul 09.30
WIB.

5) Stoma klien dicuci menggunakan desinfektan dan colostomy bag klien diganti dengan
yang baru.

6) Klien dipasang kateter urin no. 6.

7) Klien diposiskan litotomi dan dipasangkan netral elctrosurgery pada punggung klien.

d. Prosedur operasi

1) Pasien diterima di ruang terima pasien dengan dilakukan prosedur sign in.

2) Sebelum tindakan dilakukan, operator, asisten, dan scrub nurse melakukan


handwashing, gowning, dan gloving sesuai prosedur yang ada.

3) Scrub nurse menyusun instrumen yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan di atas
meja mayo serta menyiapkan alat (kom betadine, klem preparasi, dan kassa) untuk
keperluan skin preparation.

4) Klien yang telah diposisikan dalam posisi litotomi dilakukan skin preparation pada
daerah perianal.

5) Operator dan asisten melakukan drapping, mulai dari bagian bawah pantat klien, sisi
kanan dan kiri klien, atas, dan terakhir penggunaan duk berlubang.
6) Scrub nurse menyiapkan couter dengan jarum kecil kemudian dipasangkan ke area
operasi bersama dengan selang suction.

7) Scrub nurse mendekatkan meja mayo dan meja linen ke meja operasi.

8) Circular nurse mengarahkan pencahayaan lampu kepada area operasi serta


menghubungkan couter dan selang suction ke mesin.

9) Operator dan asisten memposisikan diri ke tempat masing-masing.

10) Sebelum insisi dilakukan, seluruh tim operasi (operator, asisten, scrub nurse, circular
nurse, dokter anestesi, dan perawat anestesi) melakukan prosedur time out yang dipimpin
oleh circular nurse.

11) Operator memastikan operasi akan dimulai pada pukul 09.45 WIB.

12) Scrub nurse memberikan NGT no.8 kepada operator intuk dilakukan insersi melalui
lubang fistel klien.

13) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang silkam 3/0
kepada operator untuk fiksasi/marker pada 6 titik di sisi kanan dan kiri anal klien.

14) Scrub nurse memberikan klem dan gunting benang kepada asisten untuk membantu
operator dalam memberikan marker.

15) Scrub nurse memberikan scaple mess dengan mess no. 15 dengan pinset cirugis
kepada operator, sedangkan stiil deeper pada asisten.

16) Insisi dilakukan operator pada sagital melewati bakal anus kemudian diperdalam
lapis demi lapis dengan mengidentifikasi kontraksi maksimal.

17) Insisi melingkari fistel diperdalam menggunakan couter jarum hingga ditemukan
muscle complex rectum.

18) Scrub nurse memberikan spuit tanpa jarum kepada operator untuk mengaspirasi
rektum klien.

19) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryl 3/0 kepada
operator untuk merekonstruksi perinium agar dapat memisahkan common wall.

20) Scrub nurse memberikan still deeper dan pinset berisi cairan betadine dan NaCL
dengan perbandingan 1:4.

21) Scrub nurse menghitung jumlah kassa sebelum luka ditutup dalam prosedur sign out.
22) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryl 3/0 kepada
operator untuk menjahit kulit dengan neoreduk lapis demi lapis.

23) Scrub nurse memberikan gunting benang kepada asisten.

24) Scrub nurse memberikan busi rectal no. 10 yang telah diberi jelly dengan hasil
longgar.

25) Scrub nurse memberikan tampon betadine yang diberikan salep ikamecitin kepada
operator.

26) Asisten membersiahkan area operasi dengan kassa yang telah dibasahi NaCl
kemudian dikeringkan.

27) Luka ditutup menggunakan kassa kering kemudian hepavix yang dibantu oleh
circular nurse.

28) Scrub nurse melakukan dekontaminasi instrument dalam bak berisi saflon 2%.

29) Circular nurse memberikan label dan membereskan alat-alat yang telah digunakan
kemudian diberikan pelabelan dan dikirimakan ke CSSD.

30) Operasi selesai pada pukul 11.00 WIB.

e. Evaluasi
1) Operasi berjalan 1 jam 15 menit (09.45-11.00)

2) Perdarahan selama operasi sebanyak ± 5cc.

3) Klien terpasang cateter no.6.

4) Klien terpasang tampon betadine dengan salep ikamecitin.

5) Tidak terjadi masalah sepanjang operasi berlangsung.

6) Tanda vital klien: RR: 30 x/m; N: 118 x/m; T: 36,2 0C.

2. Diagnosa Keperawatan

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


DS: - Hipotermi berhubungan
dengan pemajanan
DO: lingkungan dingin dan
usia.
a. TTV : RR: 30 x/m; N: 118 x/m; T: 36,2
0
C.

b. Klien berusia 4 bulan.

c. Lama pembedahan: ± 75 menit

d. Kulit klien teraba dingin.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
Hipotermi Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitoring: 6680
berhubungan keperawatan selama 1x2 jam
dengan klien dapat beradaptasi 1. Monitor tanda-tanda vital (HR, T
pemajanan terhadap perubahan suhu dan RR) secara periodik per 15 menit.
lingkungan lingkungan di kamar operasi
dingin dan usia. dengan kriteria hasil: Temperature Regulation: 3900

1. Suhu tubuh dalam rentang 1. Monitor suhu tubuh klien.


normal (36,50-37,50C).
2. Observasi klien terhadap tanda-
2. Akral hangat. tanda hipotermi (misal penurunan suhu
tubuh, pucat, kaki dingin).
3. Kulit tubuh kemerahan
dan teraba hangat. 3. Monitor warna kulit klien.

4. Tidak ada sianosis. 4. Berikan warmer blanket dengan


suhu yang telah diatur 370 C.

5. Matikan atau atur ulang suhu


pendingin ruangan dalam
batastertinggi yang diperbolehkan
dalam suhu kamar operasi ideal (190-
240 C).

4. Pelaksanaan dan Evaluasi

Diagnosa
Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
Hipotermi a. Mengatur suhu S: - S: -
berhubungan warmer blanket
dengan O: O:
pemajanan
lingkungan Suhu warmer 1. Suhu warmer blanket
dingin dan blanket diatur diatur menjadi 370C.
penuaan. menjadi 370C.
2. TTV : RR: 28 x/m; N:
116 x/m; T: 36,5 0C.

3. Suhu AC dinaikkan
menjadi 240C.

4. Kulit klien teraba hangat.

A:

Masalah hipotermi teratasi


ditandai dengan suhu tubuh
klien dalam batas normal
dan kulit klien tidak tampak
pucat maupun sianosis serta
teraba hangat.

P:

Pertahankan memberikan
kehangatan pada klien
dalam memodifikasi
lingkungan.
b. Mengkaji S: -
TTV klien
O:

TTV : RR: 28 x/m;


N: 114 x/m; T: 36,3
0
C.
c. Memonitor S: -
terhadap tanda-
tanda hipotermi O:

Kulit klien teraba


dingin.
d. Memodifikasi S: -
lingkungan
O:

Suhu AC dinaikkan
menjadi 240C.

C. ASUHAN KEPERAWATAN POST-OPERATIF

1. Pengkajian

a. Klien dipindahkan ke recovery room pada pukul 11.10 WIB.

b. Kesadaran klien belum pulih benar.

c. Terpasang folley cateter no. 6, dengan urine bag 50 cc.

d. Terpasang terapi intravena KA-EN 3B dengan dosis 350 cc/24 jam.

e. Tanda vital klien: RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5 0C.

f. Kulit klien teraba hangat, tidak tampak sianosis, dan tidak tampak pucat.

g. Instruksi post operasi:

1) Terapi ASI adlibitum setelah pasien sadar penuh.

2) Monitor KU dan tanda-tanda vital klien.

3) Monitor kondisi stoma dan produknya.

4) Lakukan tirah baring pada klien.


5) Terapi intaravena RL dengan dosis 350 cc/24 jam.

6) Terapi injeksi cefotaxime 200 mg/12 jam.

7) Terapi injeksi metronidazol 250 mg/8 jam

8) Terapi injeksi novalgin 35mg/8 jam

h. Steward Scale:

No. Tanda Kriteria Masuk Keluar


1 Kesadaran Bangun 2 √
Respon terhadap rangsang 1 √
Tidak ada respon 0
2 Respirasi Batuk/menangis 2 √
Pertahankan jalan nafas 1 √
Perlu bantuan nafas 0
3 Motorik Gerak bertujuan 2 √
Gerak tanpa tujuan 1
Tidak ada gerak 0 √
Total Skor

Ket: pasien boleh kembali ke ruangan dengan skor ≥ 5

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa
No. Data Fokus
Keperawatan
1 DS: - Ketidakefektifan jalan
nafas berhubungan
DO: dengan disfungsi
neuromuscular post
a. TTV : RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5 general anestesi.
0
C.

b. Tampak klien terpasang endotracheal


tube (ETT).

c. Klien tampak dibantu dalam


mempertahankan jalan nafas.

d. Klien mendapatkan general anestesi.


2 DS : - Ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan dengan
DO : fluktuasi suhu
lingkungan.
a. TTV : RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5
0
C.

b. Klien post op postero sagital ano recto


plasty atas indikasi atresia ani letak rendah
dengan fistel vestibular post sigmoidostomy.

c. Klien terpapar AC dengan suhu 240 C


selama ± 100 menit.

d. Kulit teraba hangat

e. Kulit terlihat kemerahan.

f. Sianotik (-)

g. Terpasang terapi intravena KA-EN 3B


dengan dosis 350 cc/24 jam.
3 DS : - Resiko infeksi
berhubungan dengan
DO : post op postero sagital
ano recto plasty atas
a. TTV : RR: 28 x/m; N: 116 x/m; T: 36,5 indikasi atresia ani letak
0
C. rendah dengan fistel
vestibular post
b. Tampak luka post op postero sagital ano sigmoidostomy.
recto plasty atas indikasi atresia ani letak
rendah dengan fistel vestibular post
sigmoidostomy.

c. Tampak adanya stoma post


sigmoidostomy.

d. Terlihat feses pada kantung colostomi

e. Tampak klien terpasang kateter.

f. Area kolostomi terlihat berwarna


kemerahan.

3. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Respiratory Monitoring:3350
jalan nafas keperawatan selama 2x60
berhubungan menit pola nafas klien 1. Kaji fungsi pernafasan seperti,
dengan disfungsi kembali efektif dengan bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
neuromuscular kriteria hasil: kedalaman.
post general
anestesi. 1. TTV klien dalam batas 2. Monitoring terhadap nilai SaO2
normal (N: 100-140 x/m; klien.
RR: 30-40 x/m; suhu: 36,5-
37,5 0C). 3. Monitor terhadap pernafasan
cuping hidung, penggunaan otot
2. Pernafasan klien reguler. bantu pernafasan, retraksi
interkostalis
3. Irama dan kedalaman
pernafasan klien normal. 4. Monitor terhadap sianosis.

4. Steward scale klien >5. Airway Management: 3140

Berikan klien kepatenan jalan nafas


dengan mengganjal bahu atas klien.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitoring: 6680
termoregulasi keperawatan selama 1x2
berhubungan jam klien dapat beradaptasi Monitor tanda-tanda vital (HR, T
dengan fluktuasi terhadap perubahan suhu dan RR) secara periodik per 15
suhu lingkungan. lingkungan di kamar menit.
operasi dengan kriteria
hasil: Temperature Regulation: 3900

1. Suhu tubuh dalam 1. Observasi klien terhadap tanda-


rentang normal (36,50- tanda hipotermi (misal penurunan
37,50C). suhu tubuh, pucat, kaki dingin).

2. Akral hangat. 2. Monitor warna kulit klien.

3. Kulit tubuh kemerahan 3. Berikan warmer blanket dengan


dan teraba hangat. suhu yang telah diatur 370 C.

4. Tidak ada sianosis. 4. Matikan atau atur ulang suhu


pendingin ruangan dalam
batastertinggi yang diperbolehkan
dalam suhu kamar operasi ideal (190-
240 C).
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection control (6540)
berhubungan keperawatan selama 3x24
dengan post op jam diharapkan infeksi 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
postero sagital tidak terjadi dengan
ano recto plasty kriteria hasil : baik lokal maupun sistemik.
atas indikasi
atresia ani letak 1. Klien bebas dari tanda 2. Pantau keadaan umum dan tanda
rendah dengan dan gejala infeksi vital klien.
fistel vestibular
post 2. Jumlah leukosit dalam 3. Pertahankan personal hygiene
sigmoidostomy. batas normal (3,6x103/mL - klien.
11x103/mL)
4. Gunakan sarung tangan ketika
3. TTV klien dalam batas melakukan perawatan luka maupun
normal (N: 100-140 x/m; mengganti kantung colostomy.
RR: 30-40 x/m; suhu: 36,5-
37,5 0C) 5. Ganti IV perifer, line control dan
lakukan dressing

6. Tingkatkan intake nutrisi

7. Cuci tangan sebelum dan sesudah


melakukan prosedur

8. Ajarkan cuci tangan kepada


keluarga bayi yang menjenguk

9. Monitor hitung leukosit

10. Berikan perawatan luka post


colostomy dan post PSARP sesuai
indikasi.

11. Inspeksi kondisi luka.

Ostomy care (0480):

1. Monitor stoma/area kulit


peristomal

2. Kosongkan dan ganti kantong


stoma sesuai indikasi

3. Irigasi ostomi sesuai indikasi

Medication administration (2300)

Kolaborasikan pemberian antibiotik


sesuai indikasi.
4. Pelaksanaan

Diagnosa
No Implementasi Respon Evaluasi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan a. Mengkaji S: - S: -
jalan nafas TTV klien
berhubungan O: O:
dengan disfungsi
neuromuscular TTV : RR: 32 1. TTV : RR: 32
post general x/m; N: 124 x/m; N: 124 x/m; T:
anestesi. x/m; T: 36,7 36,7 0C.
0
C.
2. Steward scale
klien adalah 6.

A:

Masalah
ketidakefektifan
jalan nafas teratasi
ditandai dengan RR
dalam rentang
normal, tidak ada
nafas cuping hidung,
tidak tampak
sianosis, dan steward
scale klien adalah 6.

P:

Pertahankan
memberikan
monitoring Ku dan
tanda vital klien.
b. Mengukur S: -
steward scale
klien O:

Steward scale
klien adalah 6.
2 Ketidakefektifan a. Mengkaji S: - S: -
termoregulasi TTV klien
berhubungan O: O:
dengan fluktuasi
suhu lingkungan. TTV : RR: 32 3. TTV : RR: 32
x/m; N: 124 x/m; N: 124 x/m; T:
x/m; T: 36,7 36,7 0C.
0
C.
4. Kulit klien teraba
hangat dan tampak
kemerahan.

5. Klien tampak
diselimuti dan
diberikan pakaian
hangat.

A:

Masalah hipotermi
teratasi ditandai
dengan suhu tubuh
klien dalam batas
normal dan kulit
klien tidak tampak
pucat maupun
sianosis serta teraba
hangat.

P:

Pertahankan
memberikan
kehangatan pada
klien dalam
memodifikasi
lingkungan.
b. Memonitor S: -
terhadap tanda-
tanda hipotermi O:

Kulit klien teraba


hangat dan
tampak
kemerahan.
c. S: -
Memodifikasi
lingkungan O:

Klien tampak
diselimuti dan
diberikan pakaian
hangat.
3 Resiko infeksi Menyampaikan S: S:
berhubungan informasi
dengan post op kepada perawat 1. Perawat 1. Perawat ruangan
postero sagital ruangan dan ruangan mengatakan akan
ano recto plasty keluarga terkait mengatakan mengikuti instruksi
atas indikasi perawatan klien akan mengikuti dokter.
atresia ani letak post operasi. instruksi
rendah dengan dokter. 2. Keluarga klien
fistel vestibular mengatakan akan
post 2. Keluarga berhati-hati dalam
sigmoidostomy. klien merawat klien.
mengatakan
akan berhati- O: -
hati dalam
merawat klien. A:

O: - Masalah resiko
infeksi tidak terjadi/
belum teratasi.

P:

Perhatikan instruksi
dokter dalam
perawatan klien.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan perioperatif pada By. Ny. M (4 bulan) dengan postero sagital ano
recto plasty (PSARP) atas indikasi atresia ani dengan fistel festibuler post sigmoidostomy
meliputi asuhan pre, intra, dan post operatif. Asuhan keperawatan tersebut dilakukan
secara komprehensif meliputi pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.

Diagnosa keperawatan pada pre operasi, umumnya adalah ansietas. Pada kasus ini,
ansietas yang muncul dialami oleh ibu klien. Penatalaksanaan yang diberikan adalah
dengan memberikan informasi terkait kecemasan ibu klien. Diagnosa keperawatan pada
intra operatif adalah hipotermi akibat paparan suhu lingkungan dimana klien juga masih
berusia 4 bulan. Penatalaksanaanya berfokus pada memodifikasi lingkungan untuk
menjaga kestabilan suhu tubuh klien.
Diagnosa keperawatan pada post operatif adalah ketidakefektifan jalan nafas akibat efek
general anestesi, ketidakefetifan termoregulasi akibat fluktuasi suhu lingkungan dan usia
klien, serta resiko infeksi akibat tindakan operasi yang dilakukan. penatalaksanaan yang
bisa dilakukan di recovery room terbatas pada mempertahankan keefektifan jalan nafas
klien, memodifikasi lingkungan, dan perawatan klien post operasi di ruangan.

B. SARAN

1. Profesi Keperawatan

Profesi keperawatan merupakan profesi yang memiliki peran penting dalam dunia
kesehatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit yang berkualitas didapatkan dari
perawat-perawat yang berkualitas pula. Salah satu tugas perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif dan holistik untuk mencapai kesembuhan
maksimal klien.

2. Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan dimana salah satunya
memberikan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut tentunya didukung oleh tenaga
kesehatan yang bekerja di dalamnya. Diharapkan dapat mendukung dalam penerapan
asuhan keperawatan peri operatif yang bersifat komprehensif dan holistik. Kemudian
dapat dihimbau bagi seluruh tim operasi untuk mengikuti prosedur yang ada terkait
kamar operasi dan tindakan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aden, R. 2010. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta: Hanggar
Kreator.

Anonim. 2006. Anorectal Malformation A parent’s Guide. Departement of Paediatric


Surgery Starship Hospital Auckland. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui:
http://www.starship.org.

Aziz ,Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Bedah UGM. Atresia Ani. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui:
http://www.bedahugm.net.

Boocock G, Donnai D. Anorectal Malformation: Familial Aspects and Associated


Anomalies. Archives of Disease in Childhood, 1987, 62, 576-579. Diakses pada tanggal 1
Oktober 2013 melalui: http://www.pubmedcentral.nih.gov.
Grosfeld J, O’Neill J, Coran A, Fonkalsrud E. 2006. Pediatric Surgery 6th edition.
Philadelphia: Mosby elseivier; 1566-99.

Herdman, Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014; alih bahasa, Made Sumawarti, Dwi Widiarti, Estu Tiar; editor,
Monica Ester. Jakarta : EGC.

Kedoktean UGM. 17 April 2012. Atresia Ani atau Anus Inperforatus atau Inperferatus.
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui: dokterugm.wordpress.com.

Kedoktean UGM. 25 April 2012. Anatomi Anorektum atau Anorektal. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2013 melalui: dokterugm.wordpress.com.

Kedoktean UGM. 27 April 2012. Megacolon Congenital / Hirschprung Disease. Diakses


pada tanggal 23 Oktober 2013 melalui: dokterugm.wordpress.com.

Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal of Rare Diseases 2007,


2:33. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui: http://www.ojrd.com.

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media


Aescullapius.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. 2005. Principles and Practice of


Pediatric Surgery Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1395-1434.

Potter PA, Perry AG. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
Volume 1. Ed 4. Jakarta: EGC; 2005.

Ramdhoni Wahid, Odih. 3 Desember 2013. Evaluasi Postero Sagital Ano Recto Plasty.
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2013 melalui: repository.unri.ac.id.

Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta: EGC.

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: PELATIHAN DASAR-DASAR BEDAH UMUM

0
Add a comment

4.

Nov

27

LAPORAN RESUME RUANG IBS


COMBUSTIO
LAPORAN RESUME RUANG IBS

1. Identitas :

- Nama : An. P

- No RM : 474525

- Umur : 7 tahun

- Dx Medis : combustio

- Jenis Operasi : STSG

- Jenis Anastesi : Lokal Anestesi

- Tgl operasi : 7 februari 2014

2. Persiapan Pre Operasi :

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit rambut, √
cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat pendengaran √
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain √
9 Personal hygiene ( mandi ) √
10 Pramedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √

3. Intra Operasi

- Jenis anastesi : General anastesi

- Posisi anastesi : Supinasi

- Obat anastesi : fentanyl 2 ml injeksi , miloz 5 mg, ketalar 1 cc

4. Post Operasi

· Bantu pasien ke ruang pengawasan (recovery room)

Menjaga kepatenan jalan napas saat masih efek pasca pembiusan, menjaga terhindar dari
resiko jatuh

· Beri pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai :

Menjaga kebersihan daerah yang di operasi,

5. Prosedur Operasi Singkat

- Membersihan area yang akan di ambil sebagai donor skin graf, dengan sabun terlebih
dahulu, dan daerah yang akan di jadikan donor skin graf dengan jarak 15 cm dengan
alkohol, dilanjutkan betadine

- Memasang duk sekitar area yang luka dan area yang di jadikan donor

- Mengukur area yang combustio dan memberi tanda pada area yang akan diambil kulit
nya dengan lebar sama dengan area luka

- Operator mengatur posisi klien agar mudah dalam pengambilan kulit pada paha klien

- Operator mengambil lapisan kulit epidermis klien dengan alat khusus dan asisten
operator menerima kulit tersebut
- Intrumen membersihan kulit tersebut air nacl dan memberi rongga (drainase) dengan
mess

- Kulit yang sudah dibersihkan dan di beri rongga ditempelkan di daerah luka secara
merata (thin split)

- Ditutup dengan kasa basah nacl dan selanjutnya bagian atas dengan kering (graf ditutup
dengan kasa absorben)

- Pada jahitan-jahitan panjang di simpulkan diatas area graf (tehnik tie over) sisi nya dan
membuat fixsasi terhadap kasa tadi selanjutnya di tutup dengan elastis verban

6. Set Peralatan Operasi

- humby knife

- mess dan skapel mess

- Gunting jaringan

- Gunting benang

- Pinset vinset anatomis dan cirurgis

- Klem Desinfeksi

- nedle holder

- kom, bengkok

- Doek klem

- Jarum hidrasi

- Jarum tumpul

- Kasa deppers

- Pean

- Klem arteri

- Benang

7. Bahan Medis Habis Pakai


· Kassa

· Alkohol

Criteria score nilai


pergerakan Gerak bertujuan 2 2
Gerak tak bertujuan 1
Tidak bergerak 0
Pernafasan Batuk, menangis 2 2
Pertahankan jalan nafas 1
Perlu bantuan 0
Kesadaran Menangis 2 2
Bereaksi terhadap rangsangan 1
Tidak bereaksi 0
ketarangan Jika jumlah > 5,
penderita dapat
dipindahkan ke
ruangan.
Srore total 6

Steward Score pada An. P

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : TN. M

Umur : 52 Tahun

No RM : 456783

Alamat : sentolo

Tanggal Operasi : 20 february 2014

Waktu : 09.00-10.00 WIB

1. Riwayat Kesehatan

Dx Medis : Appendicitis

Jenis operasi : apendiktomi


Jenis anastesi : Region Anestesi (Spinal Anastesi)

Riwayat pemakaian obat-obatan : Cefotaxime 1gr 2x1

Riwayat merokok : ada

Riwayat mengkonsumsi alkohol : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan fisik

Kondisi pasien secara umum baik; penampilan fisik pasien bersih dan rapi,pasien hanya
terlihat tegang karena akan dilakukan tindakan operasi.

3. Status emosional dan tingkat kesadaran (kaji tanda-tanda kecemasan/distress)

Pasien terlihat gelisah sehingga berusaha untuk menenangkan dirinya dengan berdoa,
tingkat kesadaran composmentis , pasien merasa takut karena belum tahu prosedur
operasi yang akan dilakukan,

4. Rentang gerak

pasien bisa bergerak bebas atau aktif

5. Pernapasan

Pernapasan normal

RR: 21 x/menit , irama pernapasannya teratur, tidak ada suara napas tambahan atau
penggunaan otot bantu pernapasan.

6. Sirkulasi

N : 82 x/menit , TD: 130/80 mmHg, suhu:36,6°C

7. Reaksi alergi dan pasca tranfusi

Tidak ada alergi terhadap makanan, obat, atau pun lingkungan (suhu)

8. Pemakaian obat-obatan yang berkaitan dengan pembedahan

Bufikain 0,5% 15 mg

Persiapan saat diruang penerimaaan

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

FASE PRE OPERASI

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Ansietas Stres pre operasi

- Klien mengatakan takut karena belum


tahu prosedur operasi yang akan
dilakukan,

Do :

- wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien menenangkan diri dengan


berdoa

- N : 82 x/menit , TD: 130/80 mmHg, rr


: 25x/m

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Ansietas berhubungan dengan stres : akan di lakukannya operasi.


3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
dengan stres : menit diharapkan klien tidak · Gunakan pendekatan yang menenangkan
akan di cemas lagi dengan kriteria
lakukannya hasil : · Jelaskan prosedur selama tindakan
operasi. operasi
· Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan · Temani pasien untuk memberikan
menunjukkan tehnik untuk keamanan dan mengurangi takut
mengontol cemas
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Vital sign dalam batas
normal · Dengarkan dengan penuh perhatian

ü TD : 120/80 mmHg · Anjurkankepada pasien menggunakan


teknik relaksasi (nafas dalam)
ü RR : 15-20 x/menit.
· Anjurkan kepada pasien untuk selalu
ü N : 80-100 x/menit berdoa sesuai agamanya.

· Ekspresi wajah menunjukkan


berkurangnya cemas.

4. Catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
20 09.00 · Menggunakan S : Klien mengatakan masih agak edy
februari pendekatan yang takut.
2014 09.15 menenangkan
O:
· Menjelaskan prosedur
selama tindakan operasi - Wajah tampak masih agak
gelisah
· Mengidentifikasi tingkat
kecemasan - N : 80 x/menit

· Mendengarkan dengan - R : 20 x/menit


penuh perhatian
A : Masalahkepewatan teratasi
· Menganjurkankepada sebagian : vital sign dalam batas
pasien menggunakan normal dan ekspresi wajah
teknik relaksasi (nafas menunjukkan berkurangnya cemas.
dalam)
P : Lanjutkan intervensi :
· Menganjurkan kepada
pasien untuk selalu berdoa · Pantau tanda-tanda vital dan
sesuai agamanya. cemas.

· Lakukan prosedur operasi dan


tetap damping pasien.

FASE INTRA OPERASI

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko infeksi Tindakan invasif : operasi
app.
Do :

Tampak terlihat
pembedahan app

Terdapat luka sayatan ± 5


cm

N : 90 x/menit

RR : 21 x/menit

S : 36,5 ºC
2 Ds :- Resiko deficit volume Faktor resiko perdarahan
cairan aktif.
Do :

- Tampak terlihat
pembedahan app

- Wajah tampak pucat.

- Membran mukosa :
kering

- 1000 cc cairan masuk

- Jumlah perdarahan :
±400 mL dikasa dan
suction

N : 81 x/menit, TD: 110/78


mmhg

1. Analisa Data

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif : operasi app.

Ø Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan faktor resiko perdarahan aktif.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Management Resiko Infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 30
tindakan invasif : menit diharapkan klien tidak · Gunakan sabun antimikrobia untuk
operasi app. mengalami nresiko infeksi cuci tangan
dengan kriteria hasil :
· Cuci tangan setiap sebelum dan
· Klien bebas dari tanda dan sesudah tindakan keperawatan
gejala infeksi
· Gunakan baju, sarung tangan
· Vital sign dalam batas sebagai alat pelindung
normal
· Pertahankan lingkungan aseptik
ü TD : 120/80 mmHg selama proses pembedahan

ü RR : 15-20 x/menit. · Berikan terapi antibiotik bila perlu

ü N : 80-100 x/menit. · Monitor tanda dan gejala infeksi

ü S : 36,5 ºC -37ºC · Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

· Monitor tanda-tanda vital.


Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan Fliud Management
volume cairan keperawatan selama 1 x 30
berhubungan dengan menit diharapkan klien tidak · Monitor status hidrasi
faktor resiko mengalami kekurangan cairan
perdarahan aktif. dengan kriteria hasil : · Monitor vital sign

· Tekanan darah, nadi, dalam · Kolaborasi pemberian cairan IV


batas 120/80 mmhg, 60-
80x/ml · Berikan cairan IV

· Tidak ada tanda tanda · Atur kemungkinan tranfusi


dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa · Persiapan untuk tranfusi
lembab,
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
20 09.15 · Mempertahankan S:- Edy
february lingkungan aseptik selama
2014 09.45 proses pembedahan. O:

· Memonitor tanda dan gejala - Tampak terlihat pembedahan


infeksi app

· Menginspeksi kondisi luka - Terdapat luka sayatan ± 5 cm


/ insisi bedah
- Terdapat jahitan : 5-7
· Memonitor tanda-tanda
vital. - Tidak ada tanda-tanda infeksi

N : 90 x/menit

RR : 28 x/menit

S : 36,2 ºC

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : klien tidak terdapat tanda-
tanda infeksi.

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi.
20 09.15 · Memonitor status hidrasi S:- Edy
february
2014 09.45 · Memonitor vital sign O:

· Mengganti cairan IV - Tampak terlihat pembedahan


app

- Wajah tampak agak pucat.


- Membran mukosa : lembab

- Jumlah perdarahan : 400 mL

N : 82 x/menit

RR : 19 x/menit

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal serta
membrane mukosa lembab.

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi.

· Bawa ke recovery room (RR).

FASE POST OPERASI

Pengkajian Post operasi:

BROMAGE SCORE

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko jatuh Kondisi post
operasi
Do :

- Kesadaran compos mentis: E.4.. M.6..


V...5

- Klien baring ditempat tidur

- Klien tampak lemah.

- TD : 110/80 mmHg

- N : 80 x/menit

- RR : 21 x/menit
- S : 36,2 ºC

- Saturasi oksigen: 99%

- Bromage Scorere : 2

Bromage

Grade Criteria
3 Unable to move feet as knees (tidak bisa menggerakkan sama sekali
pergelangan dan tungkai kaki)
2 Able to move feet only (hanya pergelangan kaki yang bisa digerakkan) √
1 Just able to move knees (hanya tungkai kaki yang bisa digerakkan)
0 Full flexion of knees and feet (bisa digerakkan pergelangan da tungkai kaik)

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko jatuh berhubungan dengan fktor resiko pengobatan (anastesi).

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 15 menit
kondisi post operasi diharapkan klien tidak mengalami · Sediakan lingkungan yang
resiko jatuh dengan kriteria hasil : aman untuk klien

· Klien terbebas dari cedera · Identifikasi kebutuhan


keamanan klien, sesuai dengan
· Menggunakan fasilitas kondisi fisik dan fungsi
kesehatan yang ada kognitif klien dan riwayat
penyakit terdahulu klien
· Mampu mengenali perubahan
status kesehatan · Pasang side rail tempat tidur

· Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih

· Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

· Berikan penjelasan pada klien


atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
4. catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
20 09.45 · Memobilisasi klien dari bed S : Klien mengatakan kepalanya Edy
februari tindakan ke bed mobilisasi pusing, badannya lemas dan
2014 10.00 masih kaku untuk digerakan
· Mengidentifikasi keamanan
klien dan kemampuan fisik O:
klien
Kesadaran CM
· Memasang side rail tempat
tidur Ekstremitas bawah baru bisa
digerakan sedikit
· Mengantarkan klien ke
ruang RR Klien baring ditempat tidur
dengan dipasang side rail
· Meletakan tempat tidur
kedaerah yang aman dan Klien tampak lemah
terhidar dari barang-barang
berbahaya TD : 120/80 mmHg

· Memberikan penerangan N : 80 x/menit


yang cukup
RR : 21 x/menit

S : 36,2 ºC

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : klien terbebas dari jatuh

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital.

Prosedur Operasi Singkat

1. Persiapan:

a. Alat-alat disiapkan

b. Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi

c. Klien dipasang bedside monitor


d. Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu mengenakan jas operasi
dan sarung tangan.

2. Pelaksanaan Operasi

a. Mengatur posisi penderita di meja operasi

b. Disinfektan daerah yang akan dioperasi dengan cairan betadine

c. Alasi dengan duk steril, duk steril di klem agar tidak lepas ketika dilakukan tindakan
operasi

d. Sebelum penyayatan dimulai, Uji efek anestesi dengan pinset chirurgi, jika rasa nyeri
telah hilang, penyayatan siap dilakukan.

e. Gunakan pisau operasi no : 20-22

f. Kendalikan perdarahan dengan deep kassa dan jepit ujung pembuluh darah yang
terputus dengan clamp bengkok, kemudian bisa digunakan elektrik cauter untuk
koagulasi atau ikat ujung pembuluh darah dengan benang silk 2/0 atau plain 2/0.

g. Angkat, dan potong appendik, setelah itu jahit dengan plain 2/0, jika ada darah
dilakukan suction dan di deep.

h. Jahit sub kutis dengan plain 2/0

i. Jahit cutis / kulit dengan teknik subkutikuler menggunakan benang plain 4/0 atau vicril
4/0 atau dengan premilene 4/0 cutting non atraumatik.

j. Setelah luka terjahit dengan rapi sampai ke kulit, maka bekas luka ditutup dengan
supratul dan kassalalu di fiksasi dengan hepafik.

k. Pasien dirapikan dan dirawat di Recovery Room (Ruang Sadar).

Peralatan Operasi

1. Persiapan Kamar Operasi

a. meja instrumen

b. lampu operasi

c. monitor

d. mesin suction
e. O2

f. mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

g. cairan anastesi

h. tromol kassa (besar/kecil) : 1 buah

i. tromol depper : 1 buah

j. korentang steril : 1 buah

k. kotak benang steril : I buah

l. tromol duk steril : 1 buah

m. selang sucton : 1 buah

n. standart infuse : 1 buah

o. tempat sampah : 2 buah

2. Persiapan tenun

a. Duk besar buntu : 2 buah

b. Duk besar lubang : 1 buah

c. Duk kecil buntu : 2 buah

d. Duk meja instrumen : 1 buah

e. Duk tanggung : 2 buah

3. Medis habis pakai

Betadin, alcohol, benang.

4. Set yang di gunakan

a. Pinset Anatomis 1

b. Pinset Sirugis 2

c. Nald Voder 2
d. Gunting benang 1

e. Ginting jaringan 2

f. Gagang mes 1

g. Mes 1

h. Pean besar panjang 4

i. Kocher kecil 6

j. Langen back/pacul besar 2

k. Langen back/pacul kecil 2

l. Jarum otot 2

m. Jarum kulit 1

n. Kom betadine 1

o. O hak 2

p. Allis klem 1

q. Kocher panjang besar 2

r. Arteri klem kecil 6

s. Kanul suction 1

t. Ovarium klem 2

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

5.
6.

Nov
27

ibs catarak

Tempat Praktek : Ruang IBS RSUD Wates

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Ny. W

no RM : 473665

Alamat : SENTOLO

Diagnosa : Katarak Sinilis Imatur

A. FASE PRE OPERASI

1. Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : Katarak sinilis imatur

Jenis operasi : EKEK

Jenis anastesi : Lokal Anastesi

Rewayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : ya

Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) UK :

a. Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis


b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 120/80 mmHg

d. Nadi : 80 x/menit

e. Warna kulit : Sawo matang

f. Respirasi : 20 x/menit

g. Suhu : 36,5 °C

3. Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut walau sebelumnya sudah pernah melakukan Operasi

4. Rentang Gerak (ekstremitas)

a. Kekuatan otot : 5

b. tidak ada kelainan pada ekstremitas

c. Rentang gerak bebas

5. Pernafasan

a. RR : 20x/menit

b. Suara nafas : vesikuler

c. Otot bantu nafas : tidak ada

6. Sirkulasi

a. Nadi : 80 x/menit

b. Turgor kulit : Lembab

7. Abdomen

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas ataupun luka

b. Auskultasi : Terdengar suara peristaltik ± 15 – 20 x/menit

c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan masa pada abdomen


d. Perkusi : Timpani

8. Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

9. Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : -

10. Persiapan Operasi:

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

Keluhan utama saat ini :

DS :

- Pasien mengatakan cemas karena akan dioperasi walau sebelumnya sudah pernah
dioperasi akan tetapi tetap cemas jika akan dioperasi.

DO :

- Pre operasi katarak


- Pasien tampak sedikit takut

- Pasien tampak cemas

ALAT SET KATARAK:

1. Blade breakes (pemegang pisau/stick) = 1

2. Iris Suissor (gunting iris) = 1

3. Ophthalmic scissor (ophthalmic micro scissor/gunting) = 1

4. Mikro needle holder (nalpoder) = 1

5. Cataract spoon (sendok katarak) = 1

6. Cydodylisi spatula (spatel) = 1

7. Dressing forcep (hak) = 1

8. Iris forcep = 1

9. Strabismus forceps (muscle forceps) = 1

10. Pinset anatomis = 1

11. Pinset cyrurgis = 2

12. Capsular forcep = 1

13. Irrigation 2 aspiration canuls (eye canule) = 1

14. Tempat bak instrument = 1

SET BAHAN HABIS PAKAI:

1. Kassa streril

2. Katun bad

3. Benang

4. IOL

5. Betadin
6. Cairan irigasi ringer laktat

PROSEDUR OPERASI EKEK:

1. Siapkan kelengkapan alat dan pasien

2. Pramedikasi: diamox, asam mefenamat 500mg 1 tablel 1 jam sebelum operasi

3. Persiapan operasi : cukur bulu mata, aplikasi midriati dan efrisel 1 tetes

4. Anastesi parabulber dengan lidocaine 4cc dan aplikasi horman 20 cc

5. Irigasi, disenfektan, pasang doek steril, pasang speculum palpebra

6. Kendali m, rectus superius, flap konjungtiva 160o atasi pendarahan takik korneosklera
140o

7. Kapsuletomi anterior tembus COA dengan braded an insisi korneosklera sesuai takik

8. Ektraksi nucleus lentis dan jahit korneosklera dengan stik 10/0 jam (10.11.12)

9. Insersi lensa intraokuler (IOL) dengan bantuan miotat dan IAL

10. Jahit korneasklera rapat, irigasi dan aspirasi COS sampai bersih dan Rapikan alat.

TERAPI YANG DIBERIKAN

Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Waktu Indikasi


19/02/2014 Mefenamat Oral 500mg 60 menit Sebagai Antibiotik
sebelum operasi untuk mencegah
Lidocain IV 4 cc dilakukan terjadinya infeksi

Gentamicyin Irigasi Secukupnya Sebelum Sebagai obat bius pada


operasi dimulai saat operasi

Sebelum dan Sebagai irigasi


saat operasi

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment
7.

Nov

27

ibs bph

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Tn. D

Umur : 72 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No RM : 576731

Alamat : Pengasih, Kulon Progo

Tanggal masuk : 13/02/2014

Sumber info : Klien dan Rekam Medik

Diagnosa : BPH

A. FASE PRE OPERASI

1. Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : BPH

Jenis operasi : Prostatectomy

Jenis anastesi : Spinal Anastesi

Rewayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : ya
Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) UK :

a. Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 110/80 mmHg

d. Nadi : 88 x/menit

e. Warna kulit : Sawo matang

f. Respirasi : 22 x/menit

g. Suhu : 36,5 °C

3. Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah melakukan Operasi

4. Rentang Gerak (ekstremitas)

a. Kekuatan otot : 5

b. tidak ada kelainan pada ekstremitas

5. Pernafasan

a. RR : 22x/menit

b. Suara nafas : vesikuler

c. Otot bantu nafas : tidak ada

6. Sirkulasi

a. Nadi : 88 x/menit

b. Turgor kulit : Lembab


7. Abdomen

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas ataupun luka

b. Auskultasi : Terdengar suara peristaltik ± 15 – 20 x/menit

c. Palpasi : Teraba ada masa di bawah pusat, terasa sedikit nyeri saat ditekan, skala 5
serasa ditusuk,dan semakin nyeri bila pasien BAK nyeri dirasakan terus-menerus.

d. Perkusi : Timpani

8. Genitourinary

a. Genetalia : Terpasang kateter

b. Vesika Urinaria : ada nyeri saat berkemih

c. Lainnya : sudah selama satu minggu pasien saat BAK terasa nyeri, keluar hanya
sedikit-sedikit

9. Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

10. Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : antibiotic ceftriaxone 1 gram

Persiapan Operasi

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

B. FASE INTRA OPERASI

1. Persiapan Perawat

Persiapan Operator, Asisten dan Instrumen

- mencuci tangan steril

- mengeringkan tangan dengan lap/ handuk tangan steril

- memakai baju operasi steril

- memakai handscone steril

- perawat instrument menyiapkan instrument

Cek :

- APD : menggunakan

- Cuci tangan steril : ya

- Cek nama pasien : ya

- Cek tindakan OP : ya

- Time out :

2. Prosedur anastesi

- Jenis anastesi : Regional Anestesi

- Teknik : Spinal Anestesi diantara lumbal 3 dan 4

- Obat : Buficain 0,5 % 4 ml

- Posisi : Duduk membungkuk di tempat tidur operasi

3. Persiapan alat dan ruang


a. Persiapan Kamar Operasi

- meja instrumen

- lampu operasi

- monitor

- mesin suction

- O2

- mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

- cairan anastesi

- tromol kassa (besar/kecil) 1

- tromol depper 1

- korentang steril 1

- kotak benang steril 1

- tromol duk steril 1

- selang suction

- standart infus

- tempat sampah

b. Persiapan tenun

- Duk besar buntu 2

- Duk besar lubang 1

- Duk kecil buntu 2

- Duk meja instrumen 1

- Duk tanggung 2

c. Instrumen
- Kocher 2

- Pean bengkok 4

- Nidle holder 2

- Pinset anatomis 2

- Pinset chirurgis 2

- Gunting jaringan 1

- Gunting benang 1

- Tang depper 1

- Scapel mess 1

- ovarium klem 1

- arteri klem 4

- Hak langen 1

- Duk klem 6

- bisturi no 20 1

- Kasa besar dan kecil 10/ 10

- Kasa deppers 10

- Bengkok 1

- Kom 2

- Spuit 10 cc 1

- Selang three way kateter 1

- Canul suction 1

- Tang disinfektan 1

- Jarum ( round, tajam )


- benang jahit : -cat gut plain no 2, cat gut chromic no 2 dan chromic 0, seide 2/0

4. Prosedur Operasi

a. Pasien masuk ruang operasi pukul 08.55 WIB

b. Pasien dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi dengan
posisi membungkuk

c. Sebelum dilakukan operasi, pasien diposisikan supine

d. Jenis Operasi yang dilakukan adalah prostatectomy

e. Operator melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan kasa betadine dari
prosesus xipoidus sampai paha.

f. Mempersempit daerah operasi dengan mnemasang duck steril (lubang dan buntu)

g. Drepping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi
dengan duk klem. Pasang slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem, kemudian
ditutup dengan duk lobang

h. Time Out

i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai buli ), buli
ditest dengan aspirasi menggunakan spuit 10cc,tusuk balon kateter, lepas kateter
terpasang

j. Buli diinsisi sambil disuction air yang keluar dari buli, pasang hak prostat 3 (atas 2,
bawah 1). Insisi bledder neck hak dilepas, enuklease prostat, setelah prostat terangkat
smua sambil disuction siapkan jahitan cromic 1.0, sambil assist suction perdarahan yang
keluar, pasang hak, jahit bledder neck yang tadi diinsisi

k. Pasang three way cateter, spulling dari kateter sampai lancar, isi balon 30-50 cc.cuci
buli untuk mengevaluasi perdarahan, traksi three way cateter.

l. Tutup buli dengan jahitan cromic no1,klem atas bawah, setelah dijahit cek buli dengan
cara spulling dari Three way cateter untuk mengevaluasi perdarahan

m. Basahi buli yang sudah dijahit dengan kasa betadin, pasang drain fiksasi dengan side
2/0

n. Menutup luka op lapis demi lapis dengan urutan menutup luka otot dengan plain no 2.0
, setelah otot dijahit pasang drain, menutup luka fasia dg cromik 1.0 dari atas kebawah,
sub kutis dg plain no 2/0, kulit dengan side no 2/0
o. Tutup luka dengan kassa,fiksasi

p. Fiksasi traksi Three way Cateter sebelum duk dilepas semua

q. Pindah pasien sambil evaluasi output dan warna urine

r. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan transfer
bed kemudian pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.

s. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kpada tempat semula, alat-
alat instrument direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.

t. Operasi selesai pukul 10.10 WIB

5. Selama prosedur operasi

a. IV line: jenis : RL banyak: 800cc

b. Posisi pembedahan : supine

c. Restrain : tidak

d. Posisi ground : -

e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan Betadine

Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
II
III Unable to flex knees, but with free movement of feet Almost complete (66%)
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

8.

Nov
27

LAPORAN RESUME RUANG IBS


1. Identitas :

- Nama : Tn. B

- No RM : 462721

- Dx Medis : Aff plate screw tibia dextra

- Jenis Operasi : Aff plate

- Jenis Anastesi : RA (Regional Anastesi) spinal

2. Persiapan Pre Operasi :

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit rambut, √
cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat pendengaran √
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain √
9 Personal hygiene ( mandi ) √
10 Pramedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √

- Tindakan premedikasi: cerftriaxone 1 gr

- puasa selama 6 jam


3. Intra Operasi

- Jenis anastesi : RA (Spinal Anastesi)

- Posisi anastesi : Duduk sedikit membungkuk (sela tulang vertebrata) yaitu kanalis
basalis region yaitu antara lumbal 2-3, menggunakan jarum spinal no 27 dan memasukan
obat anastesinya

- Obat anastesi : Bupivicaine Spinal 20 mg

4. Post Operasi

- Bromage score

NO KRITERIA SCORE NILAI


1 Dapat mengangkat 0
tungkai bawah
2 Tidak dapat menekuk 1
lutut tetapi dapat
mengangkat kaki
3 Tidak dapat mengangkat 2
tungkai bawah tetapi
dapat menekuk lutut
4 Tidak dapat mengangkat 3 √
kaki sama sekali
Keterangan:

Pasien dapat dipindah ke bangsal jika


score kurang dari 2

Bromage score : 2

5. Prosedur Operasi Singkat

- Asiten operasi melakukan desinfeksi dengan sabun telebih dahulu didearah bagian kaki
bagian kanan mulai dari paha hingga lutut , sampai sela-sela jari kaki, dan sekitarnya, dan
dilanjutkan dengan alkohol 70%, selanjutnya betadine,

- Memasang duk steril disekitar tempat yang akan dipembedahan dan pada ujung kaki
sampai telapk kaki menggunakan duck yang membungkus menyerupai kaos kaki
sehingga tersisa pada bagian yg akan di operasi, selanjutnya memasang duck bolong , dan
menyisakan daerah yang akan dibedah untuk tetap terbuka

- Operator, instrumentator, dan asisten operasi memposisikan diri,


- Melakukan insisi pada bagian tibia kanan dengan luas 15 cm, vertical dari lapisan kulit
menggunakan mess.

- Dilakukan pengontrolan perdarahan dengan kassa, pean dan di couter.

- Kemudian lapisan subkutis di insisi dengan menggunakan couter, selanjutnya otot


disisihkan dengan menggunakan gunting jaringan dan pean sampai ke tulang dengan
bantuan woundhag ( O hak).

- Setelah sampai pada tulang otot yang masih menempel pada tulang disisihkan dengan
menggunakan rasparatorium

- Dilakukan pelepasan baut (skrew) pada plate dengan menggunakan obeng.

- Setelah baut lepas kemudian dilakukan penyisihan tulang dengan plate menggunakan
palu dan pahat.

- Setelah plate lepas dari tulang, dilakukan perataan pada permukaan tulang dengan
menggunakan knabel tang.

- Setelah permukaan tulang rata dilakukan observasi perdarahan dengan menggunakan


pean, kassa dan couter.

- Dilakukan dan penjahitan lapisan – lapisan kulit dari yang dalam hingga keluar mulai
otot ( safil 2/0), lemak ( safil 2-0 ), kulit ( monosyn 4/0 ), dan menutup luka dengan
sufratul, kassa, hipafik.

- Operasi selesai, melepaskan klien dari alat-alat yang terpasang dan membereskan alat-
alat yang digunakan dalam operasi kemudian Klien dipindahkan keruang recovery.

6. Set Peralatan Operasi

- Desinfeksi Klem (Sponge Holding Forceps) 1

- Doek Klem (Towel Forceps) 5 buah

- Pincet Chirurgie 2 (dua) - Pincet Anatomis 2 (dua)

- Hand vat mes ukuran 3 (Knifehandle) 1 (satu)

- Arteri klem van pean bengkok (chrorn kiern) 2 - Gunting Benang 2

- Gunting jaringan 2 - Rasparatorium 1

- Palu 1 - Pahat 1
- Knabel tang 2 - Obeng 2

- Nald Voerder 2 - Tempat jarum dan isinya

- Woundhag (hak kecil) 2 - Cobra 2

- Kom 2 - Bengkok 1

- Koter 1 - Hak bergigi 2

- Suction 1 -Benang : otot ( safil 2/0), lemak ( safil 2/0 ), kulit ( monosyn 4/0 )

7. Bahan Medis Habis Pakai

- Kassa 20 buah

- Betadine

- Alkohol 70%

- Mess ukuran 10

- Benang safil 2/0

- Benang Monosyn 4/0

- Sufratulle

- Gentamicyn injeksi

- Plester

- Verban elastic 1

LAPORAN RESUME RUANG IBS

Identitas :

- Nama : Ny. J

- No RM : 573421

- Dx Medis : hamil aterm dengan riwayat sectio caesarea 2 tahun lalu


- Jenis Operasi : sectio cesar

- Jenis Anastesi : RA (Regional Anastesi) spinal

Persiapan Pre Operasi :

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit rambut, √
cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat pendengaran √
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain √
9 Personal hygiene ( mandi ) √
10 Pramedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √

Intra Operasi

- Jenis anastesi : RA (Spinal Anastesi)

- Posisi anastesi : Duduk sedikit membungkuk (sela tulang vertebrata) yaitu kanalis
basalis region yaitu antara lumbal 2-3, menggunakan jarum spinal no 27 dan memasukan
obat anastesinya

- Obat anastesi : Bupivicaine Spinal 20 mg

7. Post Operasi

- Bromage score

NO KRITERIA SCORE NILAI


1 Dapat mengangkat 0
tungkai bawah
2 Tidak dapat menekuk 1
lutut tetapi dapat
mengangkat kaki
3 Tidak dapat mengangkat 2
tungkai bawah tetapi
dapat menekuk lutut
4 Tidak dapat mengangkat 3 √
kaki sama sekali
Keterangan:

Pasien dapat dipindah ke bangsal jika


score kurang dari 2

Bromage score : 2

Prosedur singkat :

Persiapan perawat

1) Menyiapkan instrument steril dan ruangan.

2) Menyiapkan alat dan bahan medis habis pakai.

3) Menyiapkan alat/mesin pendukung operasi seperti: mesin couter, netral


electrosurgery, mesin dan botol suction, lampu operasi, meja operasi, meja mayo, dan
meja besar.

4) Mengkorfimasi tim dari ruang perinatologi agar segera menyiapkan boks bayi.

Persiapan alat dan ruang

1) Alat steril:

· Set laparatomi kebidanan

a) Doek klem : 5 buah

b) Scaple mess no. 4 : 1 buah

c) Pinset anatomis : 2 buah

d) Pinset cirurgis : 2 buah

e) Gunting benang : 2 buah

f) Gunting jaringan : 1 buah

g) Klem/ pean sedang : 6 buah


h) Klem/ pean panjang : 2 buah

i) Klem/ pean lurus : 2 buah

j) Kocker besar : 2 buah

k) Needle holder : 2 buah

l) Klem ovarium : 4 buah

m) Steel deeper : 4 buah

n) Hak doyen : 1 buah

o) Kassa : secukupnya

p) Darm spatel : 1 buah

· Handpiece couter monopolar : 1 buah

· Selang suction : 1 buah

· Bengkok dan kom : 1 buah

· Korentang : 1 buah

· Spuit 3cc (untuk metergin) : 1 buah

· Linen operasi:

a) Baju dan jas operasi : 5 buah

b) Doek kecil : 5 buah

c) Doek lubang : 1 buah

2) Alat non steril:

a) Meja operasi

b) Lampu operasi

c) Meja mayo

d) Meja besar
e) Boks bayi

f) Tempat plasenta

g) Mesin couter

h) Mesin dan botol suction

i) Tempat sampah medis dan non medis

j) Tempat linen kotor

k) Kursi

l) Bak dekontaminasi instrument

m) Gunting plester

n) Label

3) Alat/bahan medis habis pakai

a) Handscoon : 4 buah

b) Alkohol 70 % : 100 cc

c) Betadine 10 % : 100 cc

d) NaCl 0,9 % : 500 cc

e) Aqua : 25 cc

f) Mess no. 20 : 1 buah

g) Cateter no. 16 : 1 buah

h) Urin bag : 1 buah

i) Spuit 3 cc : 1 buah

j) Spuit 10 cc : 1 buah

k) Jelly : 10 cc

l) Benang chromic 2 : 1 buah


m) Benang chromic 0 : 1 buah

n) Benang plain0 : 1 buah

o) Benang vicryl 1 : 1 buah

p) Benang monosyil 3/0 : 1 buah

q) Steri strip : 1 buah

r) Underpad : 1 buah

s) Pampers : 1 buah

t) IUD : 1buah

Persiapan pasien

1) Klien dipuasakan sebelum prosedur operasi.

2) Persediaan darah B 1 kolf PRC.

3) Klien dibaringkan diatas meja operasi yang beralaskan underpad.

4) Klien diberikan tindakan regional anestesi (spinal)

5) Klien dipasang kateter urin no. 16.

6) Klien diposiskan supinasi dan dipasangkan netral elctrosurgery pada punggung klien.

7) Klien dipasang penyangga tangan dan penutup bagian atas klien.

a. Prosedur operasi

1) Sebelum tindakan dilakukan, operator, asisten, dan scrub nurse melakukan


handwashing, gowning, dan gloving sesuai prosedur yang ada.

2) Scrub nurse menyusun instrumen yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan di atas
meja mayo serta menyiapkan alat (kom betadine, klem preparasi, dan kassa) untuk
keperluan skin preparation.

3) Klien yang telah diposisikan dalam posisi supinasi dilakukan skin preparation pada
daerah abdomen.

4) Operator dan asisten melakukan drapping, mulai dari bagian kaki klien, atas, sisi
kanan dan kiri klien, dan terakhir penggunaan duk berlubang.
5) Scrub nurse menyiapkan couter kemudian dipasangkan ke area operasi bersama
dengan selang suction.

6) Scrub nurse mendekatkan meja mayo dan meja linen ke meja operasi.

7) Circular nurse mengarahkan pencahayaan lampu kepada area operasi serta


menghubungkan couter dan selang suction ke mesin.

8) Operator dan asisten memposisikan diri ke tempat masing-masing.

9) Sebelum insisi dilakukan, seluruh tim operasi (operator, asisten, scrub nurse, circular
nurse, dokter anestesi, perawat anestesi, bidan, dan dokter anak) melakukan prosedur
time out yang dipimpin oleh circular nurse.

10) Operator memastikan operasi akan dimulai pada pukul 11.30 WIB.

11) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi.

12) Scrub nurse memberikan klem dan kassa kepada asisten 1 untuk membantu operator.

13) Scrub nurse memberikan kocker dan couter kepada asisten 2.

14) Scrub nurse memberikan klem dan gunting jaringan kepada opertor untuk
memperdalam insisi hingga peritonium.

15) Scrub nurse memberikan pinset anatomis dan scaple mess kepada operator untuk
melakukan insisi uterus.

16) Operator melakukan evakuasi bayi dengan menarik kepala janin dibantu dorongan
pada abdomen klien dari asisten.

17) Scrub nurse melakukan suctioning untuk membantu evakuasi bayi dan mencegah
aspirasi air ketuban oleh bayi.

18) Bayi berhasil dikeluarkan kemudian scrub nurse memberikan klem lurus untuk
memegang tali pusar janin.

19) Scrub nurse memberikan gunting jaringan kepada operator untuk melakukan
pemotongan tali pusat.

20) Kemudian bayi diberikan kepada perawat perinatologi untuk segeraditangani.

21) Scrub nurse memberikan spuit berisi metergin untuk memacu kontraksi uterus dalam
persalinan plasenta
22) Operator memutar tali pusar searah jarum jam dalam kelahiran plasenta.

23) Plasenta dilahirkan secara urtuh 5 menit kemudian, scrub nurse dibantu circular
nurse menempatkan plasenta pada tempatnya dan diberikan label.

24) Scrub nurse memberikan stiil deeper kepada operator dan asisten untuk
membersihkanuterus dari sisa plasenta.

25) Scrub nurse memberikan duk bersih untuk menutup duk lama.

26) Scrub nursememberikan klem ovarium kepada operator dan asisten beserta stiil
deeper kering dan stiil deeper betadine.

27) Tim perinatologi memfasilitasi bayi dan klien dalam inisiasi menyusu dini (IMD).

28) Scrub nurse memberikan IUD kepada operator untuk dipasangkan.

29) Tim anestesi menyiapkan tranfusi darah bagi klien.

30) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang chromic 2 kepada
operator untuk menjahit uterus.

31) Scrub nurse memberikan still deeper dan klem kepada asisten1 dan gunting benang
pada asisten 2.

32) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang plain 0 kepada
operator untuk menjahit peritonium.

33) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kemudian still deeper kering asisten 1.

34) Scrub nurse melakukan sigh out sebelumperitoneum pariental di lakukan penjahitan.

35) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, needle holder, dan benang chromic 0
kepada operator untuk menjahit peritoneum pariental.

36) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang vicryil 1 kepada
operator untuk menjahit otot, facia dan sub cutis.

37) Scrub nurse memberikan still deeper betadine kepada asisten 1.

38) Scrub nurse memberikan pinset cirurgis, needle holder, dan benang monosyl 3/0
kepada operator untuk menjahit kulit dengan jahitan subcuticular.

39) Asisten membersihkan area operasi dengan kassa yang telah dibasahi NaCl kemudian
dikeringkan.
40) Luka ditutup menggunakan steri strip kemudian kassa kering dan hepavix yang
dibantu oleh circular nurse.

41) Scrub nurse dan circular nurse memsangkan pampers kepada klien.

42) Scrub nurse melakukan dekontaminasi instrument dalam bak berisi saflon 2%.

43) Circular nurse memberikan label dan membereskan alat-alat yang telah digunakan
kemudian diberikan pelabelan dan dikirimakan ke CSSD.

Operasi selesai pada pukul 13.05 WIB

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

9.
10.

Nov

27

ASUHAN KEPERAWATAN PRE-


OPERASI Hemoroid

1. ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERASI

A. Identitas

Nama Klien : Tn. S

Umur : 47 tahun

Status : Menikah
Agama : Islam

No Rekam Medis : 574717

Tanggal pengkajian : 25 februari 2014

B. Pengkajian

1) Riwayat Kesehatan

Dx Medis : Hemoroid

Jenis Operasi : Hemoroidektomi

Jenis Anastesi : Spinal Anastesi

Riwayat Pemakian Obat-Obatan : Tidak

Jika Ya, Sebutkan Obat-Obatannya : Tidak Ada

Riwayat Merokok : Iya

Riwayat Mengkonsumsi Alkohol : Tidak

Riwayat Penyakit Kronik (RPK) : Hemoroid (±hampir 1 thn)

2) Kondisi Umum dan Penampilan Fisik

Klien dalam keadaan sadar (Composmentis) dan keadaan umum baik. Klien tampak
bersih, klien sudah memakai baju operasi dan topi operasi, serta memakai gelang
identitas klien, sudah terpasang infus pada tangan kanan klien, klien tidak memakai gigi
palsu. Klien mengeluhkan nyeri pada duburnya, sudah lama sejak 1 tahun yang lalu
sampai sekarang, terutama pada saat buang air besar, sekarang nyeri tidak hanya pada
saat buang air besar, tetapi duduk, berjalan atau terkena gesekan dan tekanan terasa nyeri.

3) Status Emosional dan Tingkat Kesadaran

Tn. JS mengatakan takut dan cemas karena sebelumnya belum pernah dioperasi baru kali
ini akan di operasi.

Tingkat kesadaran Tn.JS composmentis, Klien tampak cemas dan pucat.

4) Rentang Gerak
Rentang gerak klien tidak terbatas (normal), klien masih mampu untuk jalan sendiri,
karena nyeri kadang-kadang jika duduk terlalu lama, berjalan atau terkena gesekan dan
tekanan.

Kekuatan otot :

5) Pernapasan

RR : 20 x / menit

Pada torak saat inspeksi tidak terdapat jejas, hematom, perkembangan dada simetris,
tidak alat bantu nafas dan otot bantu nafas.

6) Sirkulasi

Capillary repil : < 2 detik, TD: 120/80mmHg. N: 88x/mnt, Tidak ada sianosis.

Konjungtiva : Merah muda

7) Reaksi Alergi dan Pasca Transfusi

Tidak ada alergi obat dan tidak ada transfusi darah

Persiapan Saat Diruang Penerimaan

No. Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan dioperasi √
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Inform consent √
6 Assesoris, jam tangan, gelang, jepit √
rabut, cincin
7 Gigi palsu, kontak lens, alat √
pendengaran
8 Pemeriksaan penunjang
Darah √
Urin √
Radiologi √
Lain-lain
9 Personal hygiene (mandi) √
10 Premedikasi preoperasi √
11 Pemasangan kateter √
Persiapan alat dan ruangan

ð Alat tidak steril : Hepavik, 1 set bed tindakan operasi, troli alat, tempat sampah medis,
tiang infus, bantal.

ð Alat steril :

1. Pinset Anatomis = 2

2. Duk klem = 4

3. Gunting Jaringan, = 1

4. Gunting benang, = 1

5. Needle holder, = 2

6. Mes 20 dan gagang mes, = 1

7. Bengkok, = 1

8. Kom, = 2

9. Klem reparasi, = 1

10.Jarum, 1 kotak

11.Duk, = 2

12.Klem Pean, = 4

13.Duk kaki, = 2

ð Bahan medis habis pakai :

1. Betadin,

2. Kassa,

3. NaCl 0,9%,

4. Benang Cromik 2.0,

5. Saleb antibiotik
6. Jeli

7. Alkohol

8. DC/ kateter No.18

9. Urine bag

ð Set instrumen yang digunakan : Minor (instrumen hemoroidektomi)

a. Prosedur operasi

ü Klien masuk ruang operasi pukul 10.25 WIB

ü Klien dilakukan pembiusan spinal anastesi menggunakan obat Decain Spinal 0,5%
Heavy, spuit 5cc dan jarum spinal, klien diposisi fowler dengan bagian kepala dan leher
menunduk. Anastesi spinal dilakukan dilumbal ke 4.

ü Anestesi sudah bekerja klien kembali ke posisi supinasi, dan dilakukan posisi litotomi,
kaki diletakan pada tempat kaki yang dipasang pada bed operasi dan di lakukan resrain
pada kaki.

ü Dilakukan disinfektan/ membersihkan daerah yang akan dioperasi dan skitarnya


menggunakan betadin dan NaCL, kassa

ü Pemasangan duk pada klien dan membiarkan terbuka bagian yang akan dioperasi

ü Dilakukan operasi dengan jenis tindakan operasi yang dilakukan adalah


Hemoroidektomi

ü Memasukan kassa (tampon) yang telah diberi betadin dan jeli. Diikat menggunakan
benang kedalam anus

ü Melakukan penjepitan bagian hemoroid menggunakan klem pean, dan dilakukan insisi
pada daerah anus yang mengalami hemoroid menggunakan scapul mes/ mes dan
ganggangnya, dan gunting jaringan serta pinset

ü Insisi dilakukan sampai jaringan hemoroid tidak tampak dan rapi dengan tidak
memotong spinter

ü Jaring diangkat atau dipotong

ü Jahit luka operasi dengan benang cromic akromatik 2.0 dan jarum jenis taper ½
lingkaran

ü Membersihakan daerah insisi yang telah dijahit dan sekitarnya


ü Memasukan tampon yang telah diberi betadin, salep, dan jeli kedalam anus, menutup
luka dengan kassa steril dan kemudian di plester silang

ü Memasang kateter urine (DC) pada uretra

ü Operasi selesai pukul 11.10 WIB membereskan dan membersihkan alat

b. Data-data :

ð IV line

Jenis cairan : RL

Banyak nya cairan : 1000 cc ( 2 Plabot)

ð Posisi pembedahan : Litotomi

ð Restrain / pengaman klien : Kedua kaki klien direstrain

ð Persiapan area operasi

Area yang dibersihkan : Anus dan alat genital sekitarnya

Jenis cairan yang digunakan : Betadin dan NaCl 0,9%

a. Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
II Just able to flex knees with free movement Partial (33%)
of feet
Unable to flex knees, but with free Almost complete (66%)
III
movement of feet
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment
11.

Nov

27

ASUHAN KEPERAWATAN
PERIOPERATIF
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Nama Mahasiswa : edy pratomo

Tempat Praktek : Ruang IBS RSUD Wates

Tanggal Praktek : 5 februari– 5 april 2014

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Tn. M

Umur : 74 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No RM : 475473

Alamat : Pengasih, Kulon Progo

Tanggal masuk : 12 Maret 2014

Sumber info : Klien dan Rekam Medik

Diagnosa : BPH
A. FASE PRE OPERASI

1. Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : BPH

Jenis operasi : Prostatectomy

Jenis anastesi : Spinal Anastesi

Rewayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : ya

Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) :

Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, Kesadaran :
Composmentis, Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi :88 x/menit Warna kulit : Sawo
matang, Respirasi : 26 x/menit

3. Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah melakukan Operasi

4. Rentang Gerak (ekstremitas)

a. Kekuatan otot : 5

b. tidak ada kelainan pada ekstremitas

5. Pernafasan

a. RR : 26 x/menit

b. Suara nafas : vesikuler

c. Otot bantu nafas : tidak ada


6. Sirkulasi

a. Nadi : 88 x/menit

b. Turgor kulit : Lembab

7. Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

8. Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : antibiotic ceftriaxone 1 gram

Persiapan Operasi

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

9. Masalah yang ditemukan

S :Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi BPH yang akan dilakukan, klien
mengatakan bahwa ini pengalaman pertamanya operasi

O :Klien terlihat bertanya-tanya tentang prosedur operasi, klien terlihat takut/cemas,


gelisah
FASE PRE OPERASI

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Ansietas Stres pre operasi

Klien mengatakan takut dengan


tindakan operasi BPH yang akan
dilakukan, klien mengatakan bahwa ini
pengalaman pertamanya operasi

Do :

- wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien menenangkan diri dengan


berdoa

- N : 88 x/menit , TD: 110/80 mmHg, rr


: 26 x/m

- Klien terlihat bertanya-tanya tentang


prosedur operasi, klien terlihat
takut/cemas, gelisah

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Ansietas berhubungan dengan stres : pre operasi

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
dengan stres : menit diharapkan klien tidak · Gunakan pendekatan yang menenangkan
pre operasi cemas lagi dengan kriteria
hasil : · Jelaskan prosedur selama tindakan
operasi
· Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan · Temani pasien untuk memberikan
menunjukkan tehnik untuk keamanan dan mengurangi takut
mengontol cemas
· Vital sign dalam batas · Identifikasi tingkat kecemasan
normal
· Dengarkan dengan penuh perhatian
ü TD : 120/80 mmHg
· Anjurkankepada pasien menggunakan
ü RR : 15-20 x/menit. teknik relaksasi (nafas dalam)

ü N : 80-100 x/menit · Anjurkan kepada pasien untuk selalu


berdoa sesuai agamanya.
· Ekspresi wajah menunjukkan
berkurangnya cemas.

4. Catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
12/03/2014 08.44 · Menggunakan 09.20 edy
pendekatan yang
09.15 menenangkan S : Klien mengatakan masih agak
takut.
· Menjelaskan prosedur
selama tindakan operasi O:

· Mengidentifikasi tingkat - Wajah tampak masih agak


kecemasan gelisah

· Mendengarkan dengan - N : 84 x/menit


penuh perhatian
- R : 24 x/menit
· Menganjurkankepada
pasien menggunakan A : Masalahkepewatan teratasi
teknik relaksasi (nafas sebagian : vital sign dalam batas
dalam) normal dan ekspresi wajah
menunjukkan berkurangnya
· Menganjurkan kepada cemas.
pasien untuk selalu berdoa
sesuai agamanya. P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan


cemas.

· Lakukan prosedur operasi dan


tetap damping pasien.

B. FASE INTRA OPERASI


1. Persiapan Perawat

Persiapan Operator, Asisten dan Instrumen

- mencuci tangan steril

- mengeringkan tangan dengan lap/ handuk tangan steril

- memakai baju operasi steril

- memakai handscone steril

- perawat instrument menyiapkan instrument

Cek :

- APD : menggunakan

- Cuci tangan steril : ya

- Cek nama pasien : ya

- Cek tindakan OP : ya

- Time out :

Tim Operasi

a. Operator : dr suemadji Sp. B

b. Anestesi : dr.eko

c. Ass Bedah : Yatman

d. perawat Anestesi : Yudi

e. Instrumen : Susilo

f. On loop : nana

g. Recovery : Irawan

1. Prosedur anastesi

- Jenis anastesi : Regional Anestesi


- Teknik : Spinal Anestesi diantara lumbal 3 dan 4

- Obat : Ducain 0,5 % 4 ml

- Posisi : Duduk membungkuk di tempat tidur operasi

2. Persiapan alat dan ruang

a. Persiapan Kamar Operasi

- meja instrumen

- lampu operasi

- monitor

- mesin suction

- O2

- mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

- cairan anastesi

- tromol kassa (besar/kecil) 1

- tromol depper 1

- korentang steril 1

- kotak benang steril 1

- tromol duk steril 1

- selang suction

- standart infus

- tempat sampah

b. Persiapan tenun

- Duk besar buntu 2

- Duk besar lubang 1


- Duk kecil buntu 2

- Duk meja instrumen 1

- Duk tanggung 2

c. Instrumen

- Kocher 2

- Pean bengkok 4

- Nidle holder 2

- Pinset anatomis 2

- Pinset chirurgis 2

- Gunting jaringan 1

- Gunting benang 1

- Tang depper 1

- Scapel mess 1

- ovarium klem 1

- arteri klem 4

- Hak langen 1

- Duk klem 6

- bisturi no 20 1

- Kasa besar dan kecil 10/ 10

- Kasa deppers 10

- Bengkok 1

- Kom 2

- Spuit 10 cc 1
- Selang three way kateter 1

- Canul suction 1

- Tang disinfektan 1

- Jarum ( round, tajam )

- benang jahit : -cat gut plain no 2, cat gut chromic no 2 dan chromic 0, seide 2/0

3. Prosedur Operasi

a. Pasien masuk ruang operasi pukul 09.20 WIB

b. Pasien dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi dengan
posisi membungkuk

c. Sebelum dilakukan operasi, pasien diposisikan supine

d. Jenis Operasi yang dilakukan adalah prostatectomy

e. Operator melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan kasa betadine dari
prosesus xipoidus sampai paha.

f. Mempersempit daerah operasi dengan memasang duck steril (lubang dan buntu)

g. Drapping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi
dengan duk klem. Pasang slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem, kemudian
ditutup dengan duk lobang

h. Time Out

i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai buli ), buli
ditest dengan aspirasi menggunakan spuit 10cc,tusuk balon kateter, lepas kateter
terpasang

j. Buli diinsisi sambil disuction air yang keluar dari buli, pasang hak prostat 3 (atas 2,
bawah 1). Insisi bledder neck hak dilepas, enuklease prostat, setelah prostat terangkat
smua sambil disuction siapkan jahitan cromic 1.0, sambil assist suction perdarahan yang
keluar, pasang hak, jahit bledder neck yang tadi diinsisi

k. Pasang three way cateter, spulling dari kateter sampai lancar, isi balon 30-50 cc. cuci
buli untuk mengevaluasi perdarahan, traksi three way cateter.

l. Tutup buli dengan jahitan cromic no1,klem atas bawah, setelah dijahit cek buli dengan
cara spulling dari Three way cateter untuk mengevaluasi perdarahan
m. Basahi buli yang sudah dijahit dengan kasa betadin, pasang drain fiksasi dengan side
2/0

n. Menutup luka op lapis demi lapis dengan urutan menutup luka otot dengan plain no 2.0
, setelah otot dijahit pasang drain, menutup luka fasia dg cromik 1.0 dari atas kebawah,
sub kutis dg plain no 2/0, kulit dengan side no 2/0

o. Tutup luka dengan kassa,fiksasi

p. Fiksasi traksi Three way Cateter sebelum duk dilepas semua

q. Pindah pasien sambil evaluasi output dan warna urine

r. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan transfer
bed kemudian pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.

s. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kpada tempat semula, alat-
alat instrument direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.

t. Operasi selesai pukul 10.15 WIB

4. Selama prosedur operasi

a. IV line: jenis : RL banyak: 800cc

b. Posisi pembedahan : supine

c. Restrain : tidak

d. Posisi ground : -

e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan Betadine

f. Monitor TTV :

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


09.25 127/78 86 22 - -
09.50 123/69 86 24 - -

ANALISA DATA

FASE INTRA OPERASI

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
1. DS : -- Resiko defisit Perdarahan aktif
volume cairan (berlangsungnya
DO : proses pembedahan)

Pasien sedang dilakukan operasi,

Tampak ada luka operasi yang banyak


mengeluarkan darah, darah yang
dikeluarkan ± 300 cc, Pasien tampak
dengan resiko pendarahan
2 Ds :- Resiko infeksi Tindakan invasive :
operasi BPH.
Do :

Tampak terlihat pembedahan BPH

Terdapat luka sayatan ± 6 cm

N : 86 x/menit

RR : 22 x/menit
3 Ds :-- Resiko cedera faktor resiko:
Gangguan persepsi
Do: sensori karena
anestesi
penggunaan jarum, benang, kasa,
intrument dalam prosedur operasi BPH

Diagnosa :

1. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan aktif (berlangsungnya proses


pembedahan)

2. Resiko infeksi b.d Tindakan invasive : operasi BPH.

3. Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


1. Resiko defisit v Fluid balance Fluid management
volume cairan b.d
perdarahan aktif v Monitor status hidrasi (kelembaban
(berlangsungnya v Hydration membran mukosa, nadi adekuat,
proses tekanan darah ortostatik)
pembedahan) v Nutritional Status : Food
and Fluid Intake v Monitor vital sign

Setelah dilakukan v Monitor masukan makanan / cairan


tindakan keperawatan selama proses pembedahan
selama 1 jam diharapkan
defisit volume cairan tidak v Monitor status perdarahan
terjadi dengan
v Kolaborasi dokter jika tanda cairan
Kriteria Hasil : berlebih muncul meburuk

v Tekanan darah, nadi, v Atur kemungkinan tranfusi


suhu tubuh dalam batas
normal v Persiapan untuk kemungkinan
tranfusi
v Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang
berlebihan
Resiko infeksi Setelah dilakukan Infeksi control , intra operatif (6545)
berhubungan tindakan keperawatan
dengan tindakan selama 1 x 30 menit · Gunakan sabun antimikrobia untuk
invasif : operasi diharapkan klien tidak cuci tangan
BPH. mengalami nresiko infeksi
dengan kriteria hasil : · Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
· Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi · Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
· Vital sign dalam batas
normal · Pertahankan lingkungan aseptik
selama proses pembedahan
ü TD : 120/80 mmHg
· Berikan terapi antibiotik bila perlu
ü RR : 15-20 x/menit.
· Monitor tanda dan gejala infeksi
ü N : 80-100 x/menit.
· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
ü S : 36,5 ºC -37ºC
· Monitor tanda-tanda vital.
Resiko cedera v control resiko Surgical precousen Aktifitas
dengan faktor
resiko: Gangguan Setelah dilakukan 3. Tidurkan klien pada meja
persepsi sensori tindakan keperawatan operasi dengan posisi sesuai
karena anestesi selama 1 x 30 menit kebutuhan
diharapkan klien tidak 4. Monitor penggunaan instrumen,
mengalami resiko jarum dan kasa
injuri/cedera dengan 5. Pastikantidak ada instrumen,
kriteria hasil : jarum atau kasa yang tertinggal
dalam tubuh klien
o Klien terbebas dari
cedera
o Dapat mengetahui
pemakaian
intrumen, jarum
dan kasa. Dengan
tertinggalnya
benda asing dapam
tubuh klien dapat
menimbulkan
bahaya

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
12/03/14 09.22 1. Memonitor vital sign 12/03/14 10.15 edy

09.25 2. Memonitor status S:-


hidrasi (kelembaban
09.30 membran mukosa, nadi O:
adekuat, tekanan darah
09.55 ortostatik) 1. Klien nampak tenang,
konjungtiva tidak anemis
3. Memonitor masukan
cairan selama proses 2. Jam 09.25 TD : 127/78 mmHg,
pembedahan N : 86 x/menit, Respirasi : 22
x/menit
4. Memonitor vital sign
3. Jam 09.55 TD : 123/69 mmHg,
5. Memonitor perdarahan N : 86 x/menit, Respirasi : 24
x/menit perdarahan ± 300 cc
6. Mengkolaborasikan
dengan dokter jika tanda A :
cairan berlebih muncul
memburuk Masalah resiko deficit volume
cairan teratasi sebagian

P:

1. Lanjutkan intervensi

2. Pantau perdarahan
09.22 1. Mempertahankan 10.15 edy
lingkungan aseptik
09.55 selama proses S:-
pembedahan.
O:
2. Memonitor tanda dan
gejala infeksi - Tampak terlihat pembedahan
BPH
3. Menginspeksi kondisi
luka / insisi bedah - Terdapat luka sayatan ± 6 cm

- Terdapat jahitan : 7-8

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

N : 86 x/menit

RR : 24 x/menit

SPO2 : 99%

A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi
09.22 6. Monitor 10.15 edy
penggunaan
09.55 instrumen, jarum S:-
dan kasa
7. Pastikan tidak ada O:
instrumen, jarum
atau kasa yang - Intrument lengkap tidak ada
tertinggal dalam yang tertinggal di area
tubuh klien pembedahan
- Jarum lengkap

- Kasa lengkap yang digunakan


dan tersisa

- Area pembedahan bebas dari


benang sisa dari jahitan

A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien terbebas
dari resiko cedera

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau kembali kelangkapan


kasa, jarum, intrument

FASE POST OPERASI

4. Tanda-tanda vital

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


10.16 124/80 86 22 - -
10.36 112/82 88 20 - -

5. Kondisi Umum Pasien

Hasil Observasi Kapan Reflek kembali


Reflek muntah Ada -
Reflek batuk Ada -
Kesadaran Composmentis -

6. Balance cairan

Total Intake Total output


Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Cairan infuse 800 CC Dain -
Tranfusi - Urine 200cc
Perdarahan 300cc
Lain-lain 50cc
Total 800 cc Total 550 cc
Keluhan utama saat ini :

Subyek : Klien mengatakan kaki belum dapat digerakkan.

Obyek : Klien nampak tenang, konjungtiva tidak anemis

Aldredte Score

Area pengkajian Poin nilai Score


Pernapasan 2 : kemampuan untuk bernapas dengan dalam dan batuk

1 : upaya bernapas terbatas

0 : tidak ada upaya napas spontan


Sirkulasi 2 : > 80% dari tingkat pra anastetik

1 : 50% - 80% dari tingkat pra anastetik

0 : < 50% dari tingkat pra anastetik


Tingkat kesadaran 2 :respon verbal terhadap pertanyaan dan terorientasi
terhadap waktu

1 : terbangun ketika dipanggil namanya

0 : tidak memberi respon terhadap perintah


Warna 2 : warna kulit normal

1 : warna kulit pucat, agak kehitaman, ikterik

0 : sianosis
Aktivitas 2 : kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas

1 : kemampuan untuk menggerakkan 2 ekstremitas

0 : tidak mampu mengontrol setiap ekstremitas

Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
III Unable to flex knees, but with free movement of feet Almost complete (66%)
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)
DATA PENUNJANG

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil


11/03/2014 Hb 13,0 g/dl

Hmt 39,8 %

Leukosit 9,36x 10 3/ ul

Trombosit 263x 10 3/ul

Eritrosit 4,24x 103/ul

PCT (plateletcrit) 0,210 %

Gol darah B

GDS 106 mg/dl


Ureum 32 mg/dl

Kreatinin 1,18 mg/dl

TERAPI YANG DIBERIKAN

Tanggal Jenis Rute Dosis Waktu Indikasi


Terapi
12/03/2014 Ceftriaxon IV 1000mg 60 menit Sebagai
sebelum Antibiotik untuk
Decain Spinal 0,5 % (4 operasi mencegah
ml) dilakukan terjadinya infeksi
Ketorolac IV
30 mg Sebelum Sebagai obat bius
Kalnex IV operasi pada saat operasi
500 mg dimulai
Analgetik
Saat operasi
Anti perdarahan
Operasi
hampir
selesai

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko jatuh Kondisi post
operasi
Do :

- Kesadaran compos mentis: E : 4 M : 6


V:5

- Klien baring ditempat tidur

- Klien tampak lemah.

- TD : 124/80 mmHg

- N : 86 x/menit

- RR : 22 x/menit

- Saturasi oksigen: 99%

- Bromage Score : 2

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko jatuh berhubungan dengan faktor resiko pengobatan (anastesi).

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 15 menit
kondisi post operasi diharapkan klien tidak mengalami · Sediakan lingkungan yang
resiko jatuh dengan kriteria hasil : aman untuk klien

· Klien terbebas dari jatuh · Identifikasi kebutuhan


keamanan klien, sesuai dengan
· Menggunakan fasilitas kondisi fisik dan fungsi
kesehatan yang ada kognitif klien dan riwayat
penyakit terdahulu klien
· Mampu mengenali perubahan
status kesehatan · Pasang side rail tempat tidur

· Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih
· Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

· Berikan penjelasan pada klien


atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

4. catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
12/03/2014 10.16 · Memobilisasi klien dari bed 10.36 Edy
tindakan ke bed mobilisasi
10.36 S : Klien mengatakan
· Mengidentifikasi keamanan kepalanya pusing, badannya
klien dan kemampuan fisik lemas dan masih kaku untuk
klien digerakan

· Memasang side rail tempat O :


tidur
Kesadaran CM
· Mengantarkan klien ke
ruang RR Ekstremitas bawah baru bisa
digerakan sedikit
· Meletakan tempat tidur
kedaerah yang aman dan Klien baring ditempat tidur
terhidar dari barang-barang dengan dipasang side rail
berbahaya
Klien tampak lemah
· Memberikan penerangan
yang cukup TD : 112/82 mmHg

N : 88 x/menit

RR : 21 x/menit

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : klien terbebas dari
jatuh

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital.


LAPORAN UJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN NY.W DENGAN MASALAH APPENDICITIS AKUT

DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners

peminatan

Disusun oleh:

EDY PRATOMO

3213012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2014
LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


(..................................................) (.....................................................)
Mahasiswa
( edy pratomo )

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Nama Mahasiswa : edy pratomo

Tempat Praktek : Ruang IBS RSUD Wates

Tanggal Praktek : 5 februari– 5 april 2014

IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Ny.W

Umur : 25 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No RM : 475473

Alamat : Pengasih, Kulon Progo

Tanggal pengkajian : 3 /4/ 2014

Sumber info : Klien dan Rekam Medik

Diagnosa :

Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : appendicitis akut

Jenis operasi : appendiktomy

Jenis anastesi : general Anastesi

Riwayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : tidak


Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) :

Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, Kesadaran :
Composmentis, Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi :83 x/menit Warna kulit : Sawo
matang, Respirasi : 25 x/menit

Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah melakukan Operasi

5
5

Rentang Gerak (ekstremitas)

Kekuatan otot : 5

5
5

tidak ada kelainan pada ekstremitas

Pernafasan

RR : 25 x/menit

Suara nafas : vesikuler

Otot bantu nafas : tidak ada

Sirkulasi

Nadi : 83 x/menit

Turgor kulit : Lembab

Reaksi alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun
lingkungan

Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : antibiotic ceftriaxone 1 gram

Persiapan Operasi

No Item Observasi Observasi


Ya Tidak
1 Pencukuran area yang akan √
dioperasi
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
6 Assesoris, jam, gelang, jepit √
rambut, cincin
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √

Masalah yg ditemukan

S : Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi usus buntu yang akan dilakukan

O : - wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien tampak menenangkan diri dengan berdoa

- N : 83 x/menit , TD: 100/70 mmHg, rr : 25 x/m

- Klien terlihat bertanya-tanya tentang prosedur operasi

1. Analisa Data
No. DATA PROBLEM ETIOLOGI
1 Ds : Ansietas Stres pre operasi

Klien mengatakan takut dengan


tindakan operasi usus buntu yang akan
dilakukan,

Do :

- wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien tampak menenangkan diri


dengan berdoa

- N : 83 x/menit , TD: 100/70 mmHg, rr


: 25 x/m

- Klien terlihat bertanya-tanya tentang


prosedur operasi

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Ansietas berhubungan dengan stres : pre operasi

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
berhubungan keperawatan selama 1 x 15
dengan stres : menit diharapkan klien tidak · Gunakan pendekatan yang menenangkan
pre operasi cemas lagi dengan kriteria
hasil : · Jelaskan prosedur selama tindakan
operasi
· Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan · Temani pasien untuk memberikan
menunjukkan tehnik untuk keamanan dan mengurangi takut
mengontol cemas
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Vital sign dalam batas
normal · Dengarkan dengan penuh perhatian

ü TD : 120/80 mmHg · Anjurkankepada pasien menggunakan


teknik relaksasi (nafas dalam)
ü RR : 15-20 x/menit. · Anjurkan kepada pasien untuk selalu
berdoa sesuai agamanya.
ü N : 80-100 x/menit

· Ekspresi wajah menunjukkan


berkurangnya cemas.

4. Catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
3/04/2014 09.23 · Menggunakan 09.30 edy
pendekatan yang
09.30 menenangkan S : Klien mengatakan masih agak
takut.
· Menjelaskan prosedur
selama tindakan operasi O:

· Mengidentifikasi tingkat - Wajah tampak masih agak


kecemasan gelisah

· Mendengarkan dengan - N : 82 x/menit


penuh perhatian
- R : 23 x/menit
· Menganjurkankepada
pasien menggunakan A : Masalahkepewatan teratasi
teknik relaksasi (nafas sebagian : vital sign dalam batas
dalam) normal dan ekspresi wajah
menunjukkan berkurangnya
· Menganjurkan kepada cemas.
pasien untuk selalu berdoa
sesuai agamanya. P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan


cemas.

· Lakukan prosedur operasi dan


tetap damping pasien.

C. FASE INTRA OPERASI

7. Persiapan Perawat

Persiapan Operator, Asisten dan Instrumen


- mencuci tangan steril

- mengeringkan tangan dengan lap/ handuk tangan steril

- memakai baju operasi steril

- memakai handscone steril

- perawat instrument menyiapkan instrument

Cek :

- APD : menggunakan

- Cuci tangan steril : ya

- Cek nama pasien : ya

- Cek tindakan OP : ya

- Time out :

Tim Operasi

h. Operator : dr. triyoga, Sp. B

i. Anestesi : dr.susilo

j. Ass Bedah : maryadi

k. perawat Anestesi : linda

l. Instrumen : edy

m. On loop : ary

n. Recovery : Irawan

5. Prosedur anastesi

- Jenis anastesi : general anastesi Anestesi

- Teknik : Spinal Anestesi diantara lumbal 3 dan 4, iv vena dan mesin anastesi

- Obat : bupivacain hcl 0,5 % 4 ml, recofol 10 mg, midazolam 5 mg,


- Posisi : Duduk membungkuk di tempat tidur operasi

6. Persiapan alat dan ruang

a. Persiapan Kamar Operasi

- meja instrumen

- lampu operasi

- monitor

- mesin suction

- O2

- mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

- cairan anastesi

- tromol kassa (besar/kecil) 1

- tromol depper 1

- korentang steril 1

- kotak benang steril 1

- tromol duk steril 1

- selang suction

- standart infus

- tempat sampah

b. Persiapan tenun

- Duk besar buntu 2

- Duk besar lubang 1

- Duk kecil buntu 2

- Duk meja instrumen 1


- Duk tanggung 2

c. Instrumen

- Kocher 2

- Pean bengkok 8

- Nidle holder 2

- Pinset anatomis 2

- Pinset chirurgis 2

- Gunting jaringan 1

- Gunting benang 1

- bab cock 1

- couter. 1

- Alis 1

- Tang depper 1

- Scapel mess 1

- Klem dsenfektan 1

- arteri lurus 2

- langen back 2

- O hack 2

- Duk klem 6

- bisturi no 20 1

- Kasa besar dan kecil 10/ 10

- Kasa deppers 10

- Bengkok 1
- Kom 2

- Canul suction 1

- Jarum ( taper, cutting )

- benang jahit : -cat gut plain no 2/0, cat gut chromic no 2/0, seide 2/0

7. Prosedur Operasi

a. Pasien masuk ruang operasi pukul 09.30 WIB

b. Pasien pertama dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi
dengan posisi membungkuk, selanjutnya ditambahkan recofol 10 mg, midazolam 5 mg

c. Sebelum dilakukan operasi, pasien diposisikan supine

d. Jenis Operasi yang dilakukan adalah appendiktomy

e. Intrument dan asisten bedah melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan
kasa alkohol dan betadine dari prosesus xipoidus sampai paha.

f. Mempersempit daerah operasi dengan memasang duck steril (lubang dan buntu)

g. Drapping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi
dengan duk klem. Pasang slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem, kemudian
ditutup dengan duk lobang

h. Time Out

i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai peritonium,

j. Setelah terbuka Berikan bab cock untuk untuk menjepit appendik kemudian pisahkan
dari meso appendik dengan couter.

k. Berikan crushing klem untuk menjepit pangkal appendik kemudian berikan benang
non absorbable 2/0 untuk mengikat pangkal appendik 2 x.

l. Berikan crusing klem lagi untuk menjepit diatas ikatan dan berikan pisau bedah no 20
yang telah dibasahi dengan desinfektan untuk memotong appendik

m. Berikan pinset panjang untuk mengkoter ujung potongan appendik dan untuk merawat
perdarahan

n. Inventaris alat dan kasa


o. Jahit lapis demi lapis dengan benang absorbtabel seide 2/0 , cromic 2/0. Bersihkan luka
dengan Nacl 0,9% keringkan, tutup dengan sufratul, kasa & plester.

p. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan
transfer bed kemudian pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.

q. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kepada tempat semula,


alat-alat instrument direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.

r. Operasi selesai pukul 10.30 WIB

8. Selama prosedur operasi

a. IV line: jenis : RL banyak: 900cc

b. Posisi pembedahan : supine

c. Restrain : tidak

d. Posisi ground : -

e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan Betadine

f. Monitor TTV :

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


09.30 116/76 84 22 - -
09.50 110/68 88 24 - -

ANALISA DATA

FASE INTRA OPERASI

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
1 Ds :- Resiko infeksi Tindakan invasive :
operasi app.
Do :

Tampak terlihat pembedahan app

Terdapat luka sayatan ± 5 cm

Luka terbuka
N : 84 x/menit

RR : 22 x/menit

TD : 110 / 69 mmhg

T : 36,9 0C
2 Ds :-- Resiko cedera faktor resiko:
Gangguan persepsi
Do: sensori karena
anestesi
penggunaan jarum, benang, kasa,
intrument dalam prosedur operasi app

Diagnosa :

1. Resiko infeksi b.d Tindakan invasive : operasi app.

2. Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infeksi control , intraoperatif (6545)
berhubungan keperawatan selama 1 x 30
dengan menit diharapkan klien · Gunakan sabun antimikrobia untuk
tindakan tidak mengalami nresiko cuci tangan
invasif : infeksi dengan kriteria
operasi BPH. hasil : · Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
· Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi · Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
· Vital sign dalam batas
normal · Pertahankan lingkungan aseptik selama
proses pembedahan
ü TD : 120/80 mmHg
· Berikan terapi antibiotik bila perlu
ü RR : 15-20 x/menit.
· Monitor tanda dan gejala infeksi
ü N : 80-100 x/menit.
· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
ü S : 36,5 ºC -37ºC
· Monitor tanda-tanda vital.
Resiko cedera v control resiko Surgical precousen Aktifitas
dengan faktor
resiko: Setelah dilakukan tindakan 10. Tidurkan klien pada meja operasi
Gangguan keperawatan selama 1 x 30 dengan posisi sesuai kebutuhan
persepsi sensori menit diharapkan klien 11. Monitor penggunaan instrumen,
karena anestesi tidak mengalami resiko jarum dan kasa
injuri/cedera dengan 12. Pastikantidak ada instrumen,
kriteria hasil : jarum atau kasa yang tertinggal
dalam tubuh klien
o Klien terbebas dari
cedera
o Dapat mengetahui
pemakaian
intrumen, jarum
dan kasa. Dengan
tertinggalnya benda
asing dapam tubuh
klien dapat
menimbulkan
bahaya

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
09.30 1. Mempertahankan 10.30 edy
lingkungan aseptik
10.30 selama proses S:-
pembedahan.
O:
2. Memonitor tanda dan
gejala infeksi - Tampak terlihat pembedahan
app
3. Menginspeksi kondisi
luka / insisi bedah - Terdapat luka sayatan ± 5 cm

- Terdapat jahitan : 7-8

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

N : 84 x/menit
RR : 24 x/menit

SPO2 : 99%

A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau tanda-tanda vital dan


tanda-tanda infeksi
09.30 13. Monitor 10.30 edy
penggunaan
10.30 instrumen, jarum S:-
dan kasa
14. Pastikan tidak ada O:
instrumen, jarum
atau kasa yang - Intrument lengkap tidak ada
tertinggal dalam yang tertinggal di area
tubuh klien pembedahan

- Jarum lengkap

- Kasa lengkap yang digunakan


dan tersisa

- Area pembedahan bebas dari


benang sisa dari jahitan

A : Masalah keperawatan
teratasi penuh : klien terbebas
dari resiko cedera

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau kembali kelangkapan


kasa, jarum, intrument

FASE POST OPERASI

1. Tanda-tanda vital

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


10.30 108/67 89 23 - -
10.40 113/70 85 24 - -

2. Kondisi Umum Pasien

Hasil Observasi Kapan Reflek kembali


Reflek muntah Ada -
Reflek batuk Ada -
Kesadaran Composmentis -

3. Balance cairan

Total Intake Total output


Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Cairan infuse 900 CC Dain -
Tranfusi - Urine 300 cc
Perdarahan 100 cc
Lain-lain 50 cc
Total 900 cc Total 450 cc

Keluhan utama saat ini :

Subyek : Klien mengatakan kaki belum dapat digerakkan.

Obyek : Klien nampak tenang, konjungtiva tidak anemis

Aldredte Score

Area pengkajian Poin nilai Score


Pernapasan 2 : kemampuan untuk bernapas dengan dalam dan batuk 2

1 : upaya bernapas terbatas

0 : tidak ada upaya napas spontan


Sirkulasi 2 : > 80% dari tingkat pra anastetik 2

1 : 50% - 80% dari tingkat pra anastetik

0 : < 50% dari tingkat pra anastetik


Tingkat kesadaran 2 :respon verbal terhadap pertanyaan dan terorientasi 1
terhadap waktu

1 : terbangun ketika dipanggil namanya


0 : tidak memberi respon terhadap perintah
Warna 2 : warna kulit normal 2

1 : warna kulit pucat, agak kehitaman, ikterik

0 : sianosis
Aktivitas 2 : kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas 1

1 : kemampuan untuk menggerakkan 2 ekstremitas

0 : tidak mampu mengontrol setiap ekstremitas

Nilai 8

Bromage score

Grade Criteria Degree of block


I Free movement of leg and feet Nil (0%)
II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
III Unable to flex knees, but with free movement of feet Almost complete (66%)
IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

DATA PENUNJANG

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil


2/04/2014 Hb 14,8 g/dl

Hmt 42,5 %

Leukosit 6,18 x 10 3/ ul

Trombosit 178 x 10 3/ul

Eritrosit 4,57 x 103/ul

PCT (plateletcrit) 0,1 %

Gol darah A

GDS 99 mg/dl

TERAPI YANG DIBERIKAN

Tanggal Jenis Rute Dosis Waktu Indikasi


Terapi
03/04/2014 Ceftriaxon IV 1000mg 60 menit Sebagai
sebelum Antibiotik untuk
Decain Spinal 0,5 % (4 operasi mencegah
ml) dilakukan terjadinya infeksi
Ketorolac IV
30 mg Sebelum Sebagai obat bius
Kalnex IV operasi pada saat operasi
500 mg dimulai
Analgetik
Saat operasi
Anti perdarahan
Operasi
hampir
selesai

4. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds :- Resiko jatuh Kondisi post
operasi
Do :

- Kesadaran compos mentis: E : 4 M : 5


V:4

- Klien baring ditempat tidur

- Klien tampak lemah.

- TD : 113/70 mmHg

- N : 85 x/menit

- RR : 22 x/menit

- Saturasi oksigen: 99%

- Bromage Score : 2

- Alderate scrore : 7

5. Diagnosa Keperawatan
Ø Resiko jatuh berhubungan dengan faktor resiko pengobatan (anastesi).

6. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 15 menit (6480)
kondisi post operasi diharapkan klien tidak mengalami
resiko jatuh dengan kriteria hasil : · Sediakan lingkungan yang
aman untuk klien
· Klien terbebas dari jatuh
· Identifikasi kebutuhan
· Menggunakan fasilitas keamanan klien, sesuai dengan
kesehatan yang ada kondisi fisik dan fungsi
kognitif klien dan riwayat
· Mampu mengenali perubahan penyakit terdahulu klien
status kesehatan
· Pasang side rail tempat tidur

· Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih

· Pindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

· Berikan penjelasan pada klien


atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

7. catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
03/04/2014 10.30 · Memobilisasi klien dari bed 10.40 Edy
tindakan ke bed mobilisasi
10.40 S : Klien mengatakan
· Mengidentifikasi keamanan kepalanya pusing, badannya
klien dan kemampuan fisik lemas dan masih kaku untuk
klien digerakan

· Memasang side rail tempat O :


tidur Kesadaran CM

· Mengantarkan klien ke Ekstremitas bawah baru bisa


ruang RR digerakan sedikit

· Meletakan tempat tidur Klien baring ditempat tidur


kedaerah yang aman dan dengan dipasang side rail
terhidar dari barang-barang
berbahaya Klien tampak lemah

· Memberikan penerangan TD : 113/70 mmHg


yang cukup
N : 85 x/menit

RR : 22 x/menit

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : klien terbebas dari
jatuh

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital.

Posted 27th November 2015 by denk e'ed

Labels: ibs

Add a comment

Nov

25

laporan stase komunitas


LAPORAN HASIL PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
KULIAH KERJA KESEHATAN MASYARAKAT (K3M)

DUSUN SAMBIROTO DESA BANYUROTO

KECAMATAN NANGGULAN

KULON PROGO

26 November 2012 – 19 januari 2013

1. ADE HERIANTO, S.Kep 3212001

2. AJI SAYOGO ARY WIBOWO, S.Kep 3212002

3. ALAN JUMNA OKTACVIANAH, S.Kep 3212003

4. AMALIA NUR WIDIYAWATI, S.Kep 3212005

5. CHRIST ROVIACI TOBAN, S.Kep 3212007

6. G. YOSSE PRAPASKALIS ANES, S.Kep 3212012

7. IWAN PURWANTO, S.Kep 3212017

8. RIA ANITA, S.Kep 3212024

9. SUTRIA PUSPITASARI, S.Kep 3212031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2013
ABSTRACT

Latar Belakang : Asuhan Keperawatan Komunitas merupakan suatu


bentuk asuhan keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
klien dan keluarga serta memfasilitasi kebutuhan pemenuhan kesehatan
dalam lingkup komunitas melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan
peran serta masyarakat sebagai salah satu mekanisme untuk
mempermudah pencapaian tujuan. Pengkajian yang dilakukan
menghasilkan data-data yang mendukung untuk ditegakkannya diagnosa
masalah kesehatan komunitas, kemudian dilakukan perencanaan program-
program yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalah-permasalahan
di desa tersebut. Program disepakati bersama dalam Musyawarah
Masyarakat Desa II, dan hasil pelaksanaan program dibahas dalam
Musyawarah Masyarakat Desa III.

Tujuan : Asuhan Keperawatan Komunitas diharapkan dapat memberikan


manfaat positif terutama dalam meNanggulangi masalah kesehatan yang
terjadi di komunitas, serta diharapkan pula dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakatnya.

Tempat dan Waktu Pelaksanaan : Praktek komunitas ini dilaksanakan


di RT 42, sampai dengan RT 49 di Dusun Sambiroto, Desa Banyuroto,
Kecamatan Nanggulan Kulon Progo dari tanggal 10 Desember 2012 – 19
Januari 2013. Pengkajian dilakukan pada setiap rumah warga di RT 42
sampai dengan RT 49.

Hasil : Data-data yang dikumpulkan mendukung kami dalam menegakkan


8 diagnosa masalah kesehatan dengan masing-masing intervensi di setiap
diagnosa. Seluruh program-program yang direncanakan telah berhasil
dilaksanakan dengan baik, tampak sekali antusiasme dan peran aktif
masyarakat dalam mendukung program-program yang dilaksanakan,
namun ada pula beberapa program kurang berjalan secara maksimal yang
disebabkan oleh beberapa faktor.

Kesimpulan : Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas berjalan


dengan baik dan sesuai dengan tujuan, tetapi tetap perlu dilakukan tindak
lanjut dari dusun dan pusat pelayanan kesehatan di desa tersebut.

DAFTAR ISI
Halaman

Halaman judul ii

Abstrak iii

Daftar isi iv

BAB I PENDAHULUAN 1

0. LATAR BELAKANG 1
1. TUJUAN 7
2. STRATEGI 8
3. WAKTU PELAKSANAAN 9

BAB II TINJAUAN TEORI 10

4. PARADIGMA SEHAT 2010 10


5. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS 11
6. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS 14

BAB III APLIKASI ASUHAN 18

7. PENGKAJIAN KESEHATAN KOMUNITAS 18


8. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS 39
9. PERENCANAAN 47
10. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 55

BAB IV PEMBAHASAN 44

11. KEKUATAN 44
12. KELEMAHAN 45
13. KESEMPATAN 45
14. ANCAMAN 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 47

15. KESIMPULAN 47
16. SARAN 48

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan


hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat pembangunan kesehatan
yang termuat di dalam sistem kesehatan nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara
optimal diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU no. 23 tahun 1992, yaitu
pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan.

Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di dalam berbagai bidang kehidupan


mengakibatkan terjadi juga pergeseran pada pola kehidupan masyarakat, salah satunya
adalah dalam bidang kesehatan. Dimana denagn berkembangnya paradigma “Sehat” saat
ini, telah terjadi pergeseran upaya-upaya dalam hidup kesehatan antara lain: berubahnya
upaya pengobatan kepada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan, dari segi
kegiatan yang bersifat pasif menunggu klien berobat di unit-unit pelayanan kesehatan
bergeser kepada penemuan kasus secara aktif. Perubahan ini tentunya akan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan secara aktif dalam
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Oleh karenanya peran serta
masyarakat perlu terus dikembangkan agar tercapai pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang optimal secara mandiri.

Komunitas atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan dan aktif dalam
seluruh proses perubahan, sejak pengenalan masalah kesehatan sampai peNanggulangan
masalah, yang melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai target
pelayanan keperawatan komunitas dengan fokus masyarakat berupa peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam
seluruh akitfitas kegiatan komunitas.

Dalam upaya mengaplikasikan teori ilmu keperawatan komunitas yang telah dibekalkan
kepada mahasiswadi bangku kuliah, serta sebagai salah satu upaya menyiapakan tenaga
keperawatan yang profesional dan potensi keperawatan secara mandiri, maka mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta melaksanakan praktek keperawatan komunitas Kuliah Kerja Kesehatan
Masyarakat (K3M) di Dusun Sambiroto. Pada kegiatan praktek keperawatan komunitas
digunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, pendekatan kelompok dan
pendekatan kepada masyarakat.

Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa dapat membina


keluarga binaan dengan resiko tinggi salah satunya, yaitu Terapi Komplementer yang
diberikan di wilayah RT 42 samapai dengan RT 49 di Dusun Sambiroto. Pendekatan
secara kelompok dilaksanakan dengan cara melakukan pembentukan kelompok anak,
karena di Dusun Sambiroto hanya terdapat Posyandu Balita. Pendekatan kepada
masyarakat dilakukan dengan cara megikuti kegiatan masyarakat dalam bentuk pengajian
tiap minggunya, perkumpulan tempe tiap minggunya dan perkumpulan besar tiap
bulannya serta mengikuti kegiatan karangtaruna.

Dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas mahasiswa menggunakan


pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari pengkajian dengan cara
pengumpulan data, kemudian menyusun rencana atau intervensi sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan sampai pelaksanaan dan terakhir evaluasi. Bentuk kegiatan
yang telah dilakukan mahasiswa antara lain: penyuluhan tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat, kegiatan kerja bakti bersama masyarakat Dusun Sambiroto,
Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk, penyuluhan tentang KB dan
Kontrasepsi, Masa Menopause, dan Sadari, penyuluhan tentang penyakit Lansia, yaitu
Hipertensi serta Relaksasi Otot Progresif dan Diabetes Melitus serta Senam Kaki DM,
Senam Lansia, Pemeriksaan Fisik Lansia, Pelatihan Kader, penyuluhan tentang PMS,
Kesehatan Reproduksi Remaja, dan Menstruasi, mengajarkan cara menggosok gigi dan
mencuci tangan dengan baik dan benar untuk anak-anak SD dan TK, Penyuluhan P3K
dan DDST II di Posyandu Balita, melaksanakan kegiatan donor darah, senam bugar,
pelayanan kesehatan, dan cek golongan darah bagi siswa-siswi SD di Dusun Sambiroto.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Setelah melakukan praktek keperawatan komunitas, mahasiswa mampu menerapkan


upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat di tingkat komunitas

2. Tujuan khusus

a. Puskesmas

1) Sebagai dasar pengembangan program Puskesmas

2) Sebagai acuan dalam meningkatkan peran serta masyarakat

b. Masyarakat Dusun Sambiroto di RT 42 s/d RT 49

1) Sebagai data dasar dalam menyusun rencana pengembangan kesehatan Dusun


Kadisono RT 42 s/d RT 49.

2) Sebagai acuan dalam meningkatkan peran serta masyarakat untuk perbaikan mutu
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat serta mencegah penyakit di wilayah Dusun
Sambiroto.

c. Mahasiswa
1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan komunitas

2) Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas

3) Mampu memprioritaskan masalah yang dijumpai

4) Mampu menyusun rencana pemecahan maslah

5) Mampu melakukan implementsasi keperawatan komunitas berdasarkan masalah dan


perncanaannya

6) Mampu mengevaluasi terhadap hasil implementasi keperawatan komunitas

C. STRATEGI

1. Penjajakan umum

a. Perkenalan awal kepada pihak Puskesmas, RT, Kader Kesehatan dan tokoh masyarakat
Dusun Sambiroto. Kegiatan ini dilakukan melalui Musyawarah Mayarakat Desa I (MMD
I)

b. Pendekatan dan penjelasan program kepada pihak Puskesmas, RT, kader kesehatan dan
tokoh masyarakat Dusun Sambiroto. Kegiatan ini dilakukan melalui Musyawarah
Masyarakat Desa II (MMD II)

c. Orientasi wilayah

d. Evaluasi hasil program kepada pihak Puskesmas, RT, kader kesehatan dan tokoh
masyarakat Dusun Sambiroto. Kegiatan ini dilakukan melalui Musyawarah Masyarakat
Desa III (MMD III)

2. Pengumpulan data

a. Angket dan observasi terhadap warga Dusun Sambiroto

b. Wawancara dengan kepala Dukuh, kader kesehatan dan tokoh masyrakat Dusun
Sambiroto

c. Survei lingkungan

3. Identifikasi dan prioritas masalah

a. Angket diidentifikasikan bersama-sama dengan masyarakat berdasarkan data yang


telah diperoleh

b. Menyusun prioritas masalah bersama-sama masyarakat


c. Melibatkan unsur yang terkait dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah
(Puskesmas, kader dan masyarakat)

4. Perencanaan MMD II

5. Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pemecahan masalah dilaksanakan berdasarkan rencana bersama


masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat

b. Bersama-sama dengan Puskesmas, kader dan masyarakat

6. Evaluasi pada MMD III

a. Evaluasi dilaksanakan bersama-bersama dengan mayarakat

b. Bersama-sama dengan kader yang ada di masyrakat dalam mengevaluasi pemecahan


masalah

D. WAKTU PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan praktek keperawatan komunitas Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat


(K3M) dilaksanakan selama 5 minggu mulai tanggal 10 Desember 2012 – 19 Januari
2013.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PARADIGMA SEHAT

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan
yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan
dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan
kesehatan. Secara makro, paradigma sehat berarti bahwa pembangunan semua sektor
harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, paling tidak harus memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Secara mikro,
paradigma sehat berarti bahwa pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia, di samping juga merupakan karunia Tuhan
yang perlu disyukuri. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya.

Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor: lingkungan, perilaku, pelayanan


kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat
kesehatan. Termasuk lingkungan adalah: Keadaan pemukiman perumahan, tempat kerja,
sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial dan
ekonomi. Sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari seperti: pola makan,
kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan.

Upaya-upaya dalam bidang lingkungan dan perilaku tersebut pada waktu yang lalu belum
dilaksanakan optimal. Padahal meskipun upaya kesehatan sudah dilakukan maksimal,
tetapi apabila lingkungan dan perilaku belum berkembang baik, tidak akan menjamin
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena, itu pada waktu yang akan datang
pembangunan kesehatan perlu lebih proaktif tidak menunggu orang sakit, melainkan aktif
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat, dalam rangka
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia produktivitas masyarakat.

B. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pernyataan dari Asosiasi Perawat Amerika definisi dari praktek keperawatan kesehatan
Komunitas adalah merupakan bagian dari keperawatan kesehatan masyarakat serta juga
menjelaskan hubungan antara dua disiplin ini. Keperawatan kesehatan Komunitas adalah
sintesis dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diaplikasikan
untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan populasi serta mempelajari, memecahkan
masalah dan melakukan tindakan ataupun asuhan keperawatan profesional pada
sekelompok individu maupun keluarga secara berkesinambungan.

Sifat praktek ini umum dan komprehensif dan tidak terbatas pada umur atau kelompok
diagnostik tertentu serta berkelanjutan dan tidak terputus-putus. Tanggung jawab yang
dominan adalah terhadap masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, perawatan
diarahkan ke individu, keluarga, atau kelompok yang mengarah ke kesehatan keseluruh
populasi. Pendekatan holistic akan menggunakan peningkatan kesehatan, pencegahan
kesehatan, pendidikan kesehatan, koordinasi dan kontinyuitas perawatan. Tindakan
keperawatan membutuhkan pemahaman dan perencanaan kesehatan, pengenalan
pengaruh social dan masalah ekologis, pemberian perhatian pada populasi, dan
penggunaan kekuatan dinamis yang dapat memunculkan perubahan.

Sedangkan definisi dari Asosiasi Kesehatan Masyarakat bagian yang juga merupakan
bagian dari Keperawatan adalah dimana kebutuhan keperawatan kesehatan dan kesehatan
itu sendiri diperiksa oleh perawat profesional atau bersama dengan disiplin ilmu lain.
Bidang keperawatan kesehatan masyarakat adalah keperawatan professional yang
diarahkan keseluruh Komunitas atau populasi dimana prakteknya mencakup identifikasi
subgroup dan keluarga serta individu didalamnya. Penekanan praktek ini adalah pada
perencanaan perawatan komunitas secara menyeluruh dan bukanlah secara individu.
Tujuan praktek ini adalah untuk meningkatkan kesehatan Komunitas melalui intervensi
perawat. Tujuan itu dicapai bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin Komunitas,
kelompok yang memiliki hubungan denga kesehatan, kelompok yang berada dalam
bahaya, keluarga dan individu, serta dengan terlibat dalam tindakan sosial yang relevan.
Satu komponen yang membedakan praktek kesehatan masyarakat dengan praktek lainnya
adalah pemeran analisis Komunitas.

1. Komunitas

Untuk memahami pengertian Komunitas sebagai klien, kita terlebih dahulu harus
mendefinisikan arti “Komunitas”. Terdapat berbagai macam pengertian pada istilah
Komunitas sebagaimana juga pada individu dan keluarga. Definisi global yang tepat,
akurat, dan komprehensif sulit untuk dibentuk. Meskipun demikian terdapat beberapa
kunci elemen yang dapat membedakan dan mengidentifikasi Komunitas sebagai united
(kesatuan) yang terpisah dengan lingkungan sekitar.

Diskusi elemen berikut ini berdasarkan pada daftar komponennya Connor. Seluruh
komunitas termasuk berbagai macam individu dapat dipahami sebagai kelompok
(dengan ukuran apapun) atau kelompok sosial (yang mengidentifikasikan beberapa tipe
interaksi). Dalam hubungannya dengan aspek kemanusiaan di Komunitas, dapat dengan
mudah dimengerti bahwa seluruh Komunitas terdiri dari manusia. Secara harfiah
Manusia sebagai anggota masyarakat saling berinteraksi baik secara formal atau tidak
dalam beberapa tipe struktur dalam organisasional. Orang yang tinggal dihotel residen
tertentu dan bekerja yang memanen tanaman merupakan contoh dari komunitas dengan
batasan struktural yang terdefinisi dengan jelas dan terbuka.

Orang dalam komunitas memiliki perspektif kelompok yang membedakan dengan


kelompok lain. Perspektif ini dapat memiliki banyak bentuk atau mungkin merupakan
kombinasi dari beberapa karakteristik. Perspektif ini mencakup pada identitas yang
berdasar pada kultur,kepercayaan,dll. Contoh komunitas yang sesuai dengan deskripsi ini
adalah berdasar pada etnis,rasa atau agama. Saat imigran berpindah dari satu Negara
kenegara lain, mereka cenderung bertempat tinggal dengan berkelompok dengan identitas
cultural yang sama. Banyak contoh dari hal ini dapat kita temui di kota-kota besar.

Agregat populasi seperti anak-anak remaja, atau kelompok manapun yang memiliki
karakteristik sama kadang dapat digunakan sebagai alternative lain guna tujuan
pengevaluasian. Agregat populasi juga dapat digunakan untuk menandai wilayah tertentu
akan kebutuhan kesehatan.Jika agregat populasi tidak berfungsi sebagai kesatuan dengan
identitas kelompok dan mode interaksi,maka impementasi rencana untuk memperbaiki
kesehatan akan lebih mencakup kerja secara terpisah pada setiap individu dalam
agregat,dari pada keseluruhan kelompok.

Karakteristik sama lainnya pada identitas kelompok adalah hukum, pekerjaan, atau
wilayah tempat tinggal. Oleh karena itu, sebagai seorang perawat profesional perlu
mengembangkan pendekatan dari berbagai aspek dan berbagai perbedaan yang
membentuk suatu komuinitas untuk dapat memberikan proses asuhan keperawatan yang
komprehensif. Pekerjaan sebagai perawat komunitas juga memiliki identifikasi dan
karakteristik yang dapat menyatukan orang-orang kedalam komunitas yang terdiri atas
berbagai perbedaan.

Saat wilayah tempat tinggal digunakan sebagai karakteristik komunitas, istilah “tetangga”
sering dapat ditukar dengan istilah komunitas. Dalam praktek keperawatan komunitas
Tetangga biasanya digunakan untuk mengarahkan ke komunitas kecil dan komunitas
yang lebih besar. Tetangga merupakan kelompok orang yang bertempat tinggal dalam
area tertentu dalam lingkungan tertentu. Tetangga dapat dianggap komunitas jika mereka
merupakan kelompok sosial, memiliki perspektif kelompok, dan berfungsi sebagai
komunitas, dan merupakan sub divisi dari keperawatan komunitas itu sendiri.

2. Konsep Komunitas Sebagai Klien

Konseptualisasi Komunitas sebagai klien dan pengevaluasian klien untuk


mengideentifikasi kebtuhan kesehatan merupakan fungsi praktek keperawatan kesehatan
Komunitas. Untuk memahami praktek dalam ruang lingkup yang spesifik kita perlu
memahami dua disiplin yang merupakan asal dari pengetahuan, keahlian, dan pendekatan
konseptual terhadap praktek yang digunakan oleh perawat Komunitas. Dua disiplin
tersebut adalah keperawatan dan kesehatan public. Berdasarkan integrasinya kedua
disiplin inilah perawat mendefinisikan ruang lingkup, sikap dan aktifitas praktek
keperawatan kesehatan Komunitas.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PROFESIONAL

Menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA), Standarts Of Nursing Practice (Standar


Praktek Keperawatan), praktek keperawatan komunitas didefinisikan sebagai layanan
langsung, tujuan yang dapat diarahkan dan dapat diadaptasikan pada kebutuhan individu,
keluarga dan komunitas baik saat mereka sakit atau saat mereka sehat. Keperawatan
adalah layanan yang diberikan oleh manusia. Secara individual Manusia adalah fokus dan
subyek aktifitasnya. Fokus ini sering mengarah pada pemahaman bahwa keperawatan
adalah aktifitas yang terfokus pada klien dan pasien. Keperawatan berhubungan dengan
identifikasi kebutuhan manusia yang berhubungan dengan kesehatan baik sebagai
individu, keluarga atau kelompok yang lebih besar, tanpa mempertimbangkan umur dan
tempat, subyek dari keperawatan adalah memiliki tujuan untuk meningkatkan, menjaga
dan memperbaiki kesehatan, untuk menghindarkan manusia dari penyakit serta untuk
merawat dan membantu orang untuk melewati penyakit.

Konsep “unit layanan” atau “unit perawatan” mengarah kepoint pusat praktek perawat
dan memunculkan definisi klien yang dirawat. Fokus yang ada ini mungkin bersifat
individu seperti dalam perawatan klinik atau pengobatan klinik atau kelompok ataupun
komunitas yang terdefinisi secara spesifik, seperti dalam perawatan kesehatan masyarakat
dan praktek kesehatan masyarakat. Setiap unit layanan (pasien/klien) dipandang sebagai
satu kesatuan individu yang berinteraksi dengan lingkungan internal dan eksternalnya.

Keperawatan memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasikan dan memberi


kepastian bahwa kebutuhan klien tersebut terpenuhi. Perawat tidak hanya menggunakan
sumber daya mereka sendiri tetapi juga menggunakan sumber daya orang lain termasuk
klien. Oleh karena itu, untuk memberikan perawatan kesehatan, perawat memiliki
tanggung jawab yang besar untuk membentuk koordinasi dan konsultasi dengan klien,
orang penting lainnya dalam sistem yang mendukung klien, dan anggota tim disiplin ilmu
lainnya. Dalam proses ini perawat harus mengenali dan menghormati hak-hak klien untuk
memiliki perbedaan kebutuhan, karakteristik, nilai, orientasi kultur dan sistem
peresponan kebutuhan kesehatan.

Perawatan oleh perawat terimplementasi kedalam penggunaan proses keperawatan yang


merupakan rangkaian sistematik, terorganisasi, berkelanjutan, dan bersiklus dari tahap-
tahap yang saling tergantung satu sama lain yang mencakup pengevaluasian klien,
formulasi diagnosa keperawatan, perencanaan dan penerapan intervensi keperawatan dan
pengevaluasian perubahan pada status kesehatan klien.

Perawat menggunakan aktifitasnya seperti edukasi kesehatan, pemecahan masalah dan


pengurangan masalah kesehatan agar dapat membantu klien dalam pengembangan
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri. Tujuan jangka
panjang perawat dalam hubungannya dengan klien adalah untuk menolong agar klien
tersebut dapat mencapai level kesehatan yang optimal dan tidak lagi bergantung pada
perawat. Perawat yang dikhususkan sebagai perawat komunitas diharapkan dapat menjadi
mitra kesehatan klien dan sistem yang menopang klien untuk lebih bertanggung jawab
kepada pemenuhan kebutuhan kesehatan dalam lingkup komunitas konseptual.

Untuk memenuhi tujuan tersebut perawat hendaknya dapat memposisikan dirinya sebagai
penghubung antara klien dengan sistem perawatan kesehatan yang membantu klien untuk
menggunakan sumber dayanya dan menawarkan layanan untuk meningkatkan
penggunaan sumber daya tersebut. Proses ini akan mengarah pada identifikasi,
pemahaman, dan dukungan terhadap peningkatan kesehatan serta perawatan oleh perawat
dan sistem perawatan kesehatan.

Dengan menggunakan pendekatan holistik yang terpusat pada klien dengan fokus
pengoptimallan kesehatan, perawat memiliki perspektif yang lebih bagus. Perspektif ini
penting dalam penting dalam perencanaan pengoptimalan kesehatan pada seluruh level
dari local keinternasional. Oleh karena itu, dalam proses pencapaian kebutuhan kesehatan
dan perencanaan perawatan kesehatan, perawat harus terlihat juga dengan profesi dan
konsumen kesehatan lainnya.

Pada tahun 1958, standar akreditasi Persatuan Perawat Nasional Amerika yang telah
terevisi memutuskan bahwa persatuan tersebut tidak lagi mengakreditasi program
pendidikan yang memberikan spesialisasi pada level Bachelor. Pada waktu itu, bidang
kesehatan komunitas dan pendidikan keperawatan terdapat pada program post-basic pada
level Bachelor. Setelah lima tahun, hanya program Bachelor yang mencakup keperawatan
kesehatan masyarakat saja yang terakreditasi. Hal ini memberikan tanggung jawab
kepada pendidikan keperawatan Bachelor untuk mempersiapkan keperawatan kesehatan
komunitas. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan Bachelor memiliki tanggung jawab
untuk mempersiapkan lulusan yang dapat : 1) Betugas pada setting yang terstruktur dan
yang tidak, 2) Bertugas pada posisi level staf dalam agensi komunitas, 3)
Mengidentifikasikan masalah kelompok atau populasi klien.

BAB III

APLIKASI ASUHAN

PENGKAJIAN KOMUNITAS

KULIAH KERJA KESEHATAN MASYARAKAT (K3M)

DUSUN SAMBIROTO BANYUROTO NANGGULAN

1. Core, yaitu kelompok masyarakat yang dibina pada RT 42 s/d RT 49

Pengkajian Inti Komunitas Temuan


Riwayat: v Dahulu Dusun Sambiroto berupa tanah datar dan pe
§ Riwayat Wilayah Banyumeneng yang masih dalam satu wilayah. Setela
§ Apakah pernah ada pemekaran wilayah dan Sambiroto. Adapun batasan-batasan wilayah Dus
§ Berapa usia penduduk yang paling tua di wilayah dengan Sungai Serang (Kecamatan Pengasih) dan seb
tersebut. 43, RT 44, dan RT 45) dan RW 16 (RT 46, RT 47, RT
memiliki KTP dan jumlah KK adalah 135 KK.
v Wilayah Dusun Sambiroto memiiliki RW dan RT, y
48 dan RT 49.
v Usia penduduk paling tua di Dusun Sambiroto adala
Demografi: § Jumlah penduduk Dusun Sambiroto adalah sekitar 6
§ Usia dan jenis kelamin kelompok/ komunitas KK, RT 43 berjumlah 23 KK, RT 44 berjumlah 13 K
yang dibina berjumlah 12 KK dengan populasi 306 orang.
§ Tingkat pendidikan § Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
§ Status pekerjaan 1. Laki-laki : 119 orang (38,89%)
§ Tingkat penghasilan masyarakat 2. Perempuan : 187 orang (61,11%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49 mempunyai ting
1. Tidak sekolah : 27 orang (8,82%)
2. TK / PAUD : 4 orang (1,31%)
3. SD : 83 orang (27,12%)
4. SMP : 48 orang (15,69%)
5. SMA : 60 orang (19,61%)
6. PT : 10 orang (3,27%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49 mempunyai stat
1) Pelajar : 47 orang (15,36%)
2) Tani : 119 orang (22,55%)
3) Buruh : 36 orang (11,76%)
4) Swasta : 41 orang (13,40%)
5) PNS : 2 orang (0,65%)
6) Tidak bekerja : 11 orang (3,59%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49 mempunyai ting
1) < Rp 300.000 : 89 orang (29,08%)
2) Rp 301.000-Rp 500.000 : 73 orang (23,86%)
3) Rp 501.000-Rp 700.000 : 80 orang (26,14%)
4) Rp 701.000-Rp 1.000.000 : 58 orang (18,95%)
5) > Rp 1.000.000 : 6 orang (1,96%)
Statistik vital: § Hasil data dari Puskesmas berdasarkan Top Penyak
§ Angka prevalensi masalah kesehatan masyarakat 1) Nasopharingitis Akut : 347 orang
§ Angka kesakitan dan kematian dalam 2 tahun 2) Hipertensi primer : 225 orang
terakhir 3) Pusing : 185 orang
4) Rheumatoid Arthritis : 184 orang
5) Penyakit Gusi : 153 orang
6) Penyakit Vulva : 151 orang
7) Kecelakaan : 111 orang
8) Gastritis : 99 orang
9) Gigi dan Erupsi : 99 orang
10) Diabetes Melitus : 78 orang
§ Masalah kesehatan di Dusun Sambiroto pada RT 42
1) Hipertensi : 22 orang (7,19%)
2) Diabetes Melitus : 17 orang (5,55%)
3) Asma : 15 orang (4,90%)
4) Gout : 14 orang (4,57%)
5) ISPA : 13 orang (4,25%)
6) Stroke : 5 orang (1,63%)
7) Jiwa : 5 orang (1,63%)
8) Lain-lain : 6 orang (1,96%)
§ Di Dusun Sambiroto untuk angka kesakitan sendiri
§ Untuk kematian di Dusun Sambiroto dalam 2 tahun
Nilai dan kepercayaan : § 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat dan
§ Latar belakang yang mempengaruhi perilaku § 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras deng
kesehatan § 49% masih ada warga yang membuang sampah di s
§ Bangunan tempat ibadah § 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10 m
§ Keyakinan terhadap suatu penyakit § Di Dusun Sambiroto terdapat 2 Masjid yang terletak
§ Kepercayaan masyarakat tentang penyakit dan § 85% warga Dusun Sambiroto berpandangan positif
kesehatan Puskesmas.
§ 10% warga masih mengkonsumsi obat herbal seper
§ 15% warga masih percaya akan dukun untuk memb
§ 85% warga Dusun Sambiroto dapat mempercayai te
yang dialami karena apabila ada anggota keluarga yan
2. Interaksi Sub Sistem

a. Lingkungan fisik

Pengkajian Sub Sistem Lingkungan Temuan


Inspeksi: v Sesuai dengan pengkajian ditemukan data, yang raw
§ Peta RT rawan masalah kesehatan di RT yang 1. 35% lingkungan perumahan yang tidak terawat dan
dikelola 2. 49% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras deng
§ Adanya pasar 3. 15% masih ada warga yang membuang sampah di su
§ Tempat rekreasi 4. 27% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10 m
§ Data windshield survey v Pengolahan sampah di Dusun Sambiroto, yaitu:
1) Dibakar : 170 orang (55,55%)
2) Disungai : 49 orang (16,01%)
3) Di TPU : - (0%)
4) Disembarang tempat : - (0%)
5) Ditimbun : 87 orang (28,43%)
v Jarak septitank dengan sumur, yaitu:
1) <10 meter : 76 orang (24,83%)
2) >10 meter : 173 orang (56,53%)
3) Sungai : 57 orang (18,62%)
v Jaminan Kesehatan, yaitu :
1) Jamkesmas : 12 orang (3,92%)
2) Jamsostek : - (0%)
3) Jamkesos : 6 orang (1,96%)
4) Askes PNS : 6 orang (1,96%)
5) Jamkesda : 126 orang (41,18%)
v Di Dusun Sambiroto tidak terdapat pasar. Jika masya
v Di Dusun Sambiroto tidak ada tempat rekreasi terdek
v Data terlampir
Tanda vital: v Musim yang ada di Dusun Sambiroto adalah musim
§ Kondisi iklim atau cuaca v Keadaan lingkungan perumahan di Dusun Sambiroto
§ Kondisi Lingkungan dan rumah keadaan penampungan air cukup bersih, pekarangan ru
banyak dimanfaatkan untuk tempat pemeliharaan hewa
warga membakar dan sebagian ditimbun.
Sistem Review: v Dukungan keluarga maupun masyarakat sekitar terha
§ Dukungan sosial dari keluarga, kelompok atau memberi bantuan seikhlasnya.
masyarakat setempat v Perumahan di Dusun Sambiroto rata-rata masih berb
§ Observasi sistem sosial seperti perumahan, semen kasar dan ada yang masih berbentuk tanah, jend
tempat ibadah, tempat bisnis antar warga cukup terjaga.
v Di Dusun Sambiroto memiliki 2 tempat ibadah (mas
v Tempat bisnis di Dusun Sambiroto, yaitu terdapat 3 u
potong.

b. Pelayanan kesehatan dan social


Pengkajian Sub Sistem Temuan
Pelayanan kesehatan dan Sosial
§ Pelayanan yang diberikan v Di Dusun Sambiroto terdapat 1 pelayanan Posyandu, yait
§ Biaya/ harga v Biaya untuk Posyandu Balita adalah Rp 1.000 setiap warg
§ Waktu pelayanan v Waktu pelayanan untuk Posyandu Balita adalah setiap tan
§ Siapa pemberi pelayanan kesehatan v Untuk semua posyandu dilakukan oleh Kader Kesehatan
§ Karakteristik pengguna pelayanan v Untuk Posyandu Balita yang masuk di dalam pelayanan te
§ Angka statistik jumlah pengguna v Jumlah warga yang memanfaatkan pelayanan Posyandu B
pelayanan setiap hari, mingguan, bulanan v Pelayanan yang diberikan, yaitu melakukan penimbangan
§ Keadekuatan, aksesibilitas dan penerimaan v Waktu pelayanan pada pagi hari setiap bulannya, kegiatan
fasilitas oleh pengguna pelayanan yang dialami warga.
§ Kegiatan posyandu (waktu, kegiatan dan v Kegiatan Posyandu dilaksanakan pada tanggal 16 setiap b
penyuluhan yang diberikan di posyandu) yang diberikan.

c. Keamanan dan Transportasi

Pengkajian Sub Sistem Temuan


Keamanan dan Transportasi
Keamanan: v Di Dusun Sambiroto tidak terdapat pelayana
§ Pelayanan polisi v Untuk pembuangan limbah banyak yang ma
§ Sanitasi banyak warga yang menggunakan WC cemplu
§ Kebakaran v Untuk kejadian kebakaran di Dusun Sambiro
Transportasi: v Sebagian besar masyarakat Sambiroto meng
§ Jenis transportasi yang digunakan oleh masyarakat v Untuk pelayanan transportasi masyarakat leb
§ Pelayanan transportasi v Sekitar 20% masyarakat warga Sambiroto tid
§ Jumlah penduduk yang mengalami keterbatasan dalam v Keadaan jalan di Dusun Sambiroto belum be
hal transportasi
§ Kondisi jalan

d. Politik dan Pemerintahan

Pengkajian Sub Sistem Temuan


Politik dan Pemerintahan
§ Kebijakan pemerintahan setempat dalam mengatasi v Adanya pemberian jaminan kesehatan kepada m
masalah kesehatan yang ada di masyarakat v Pemberian jaminan kesehatan, seperti JAMKES
§ Kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah Progo.
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat v Adanya Puskesmas, Puskesmas Pembantu Bany
§ Kemitraan yang dilakukan dalam menanggulangi v Adanya kegiatan desa siaga, yaitu pemeriksaan
masalah kesehatan (lintas sektoral/lintas program). v Di Dusun Sambiroto belum ada lintas program k

e. Komunikasi

Pengkajian Sub Sistem Komunikasi Temuan


§ Media komunikasi yang dimiliki oleh v Media komunikasi televisi dan radio telah banyak dimanfaatka
keluarga (koran, televisi, radio) dikelola oleh warga Dusun Sambiroto.
§ Alat komunikasi (handphone, v Sebagian besar masyarakat Dusun Sambiroto telah memilki HP
telepon) tersebut. Sedangkan untuk telpon rumah pribadi, tidak ada masya
§ Media komunikasi di masyarakat v Untuk kegiatan arisan maupun pengajian masyarakat telah mem
(arisan, pengajian) v Biasanya masyarakat datang ke tenaga kesehatan terdekat, sepe
§ Konsultasi dengan tenaga kesehatan media pelayanan kesehatan
dalam mengatasi masalah kesehatan

f. Pendidikan

Pengkajian Sub Sistem Pendidikan Temuan


§ Prosentase keluarga yang buta huruf v Di Dusun Sambiroto angka buta huruf mencapai 38%, karena b
§ Fasilitas pendidikan atau informasi v Di Dusun Sambiroto tidak ditemukan koran dinding dan perpu
yang ada di masyarakat yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga seperti
koran dinding dan perpustakaan.

g. Rekreasi

Pengkajian Sub Sistem Rekreasi Temuan


§ Kebiasaan makan bersama di luar v Masyarakat di dusun Sambiroto jarang yang melakukan kebiasa
rumah warung makan.
§ Makanan yang sering dikonsumsi v Warga Dusun Sambiroto jarang makan diluar rumah, jika pun a
saat makan di luar v Untuk rekreasi sendiri, warga di dusun Sambiroto sangat jarang
§ Kebiasaan rekreasi v Untuk pergi rekreasi secara bersamaan masyarakat biasanya me
§ Sarana rekreasi v Masyarakat biasanya pergi rekreasi diluar daerah Sambiroto, mi
§ Jenis rekreasi yang ada di keluarga merupakan tempat rekreasi terdekat.
maupun masyarakat

ANALISIS DATA DIAGNOSA DAN PRIORITAS

A. ANALISIS

1. Kategori data

Kategori Hasil Analisis


Karakteristik Demografi: § Jumlah penduduk Dusun Sambiroto adalah sekitar 600an orang
§ Jumlah anggota keluarga berjumlah 23 KK, RT 44 berjumlah 13 KK, RT 45 berjumlah 23 K
§ Usia dengan populasi 306 orang.
§ Budaya § Dusun Sambiroto, RT 42-49
§ Suku 1. Balita : 16 orang (5,23%)
2. Usia sekolah : 24 orang (7,84%)
3. Remaja : 20 orang (6,53%)
4. Dewasa Muda : 27 orang (8,82%)
5. Dewasa Tua : 69 orang (22,55%)
6. Pra Lansia : 62 orang (20,26%)
7. Lansia : 40 orang (13,07%)
§ Kebudayaan masyarakat yang sering dilakukan oleh warga Dusu
§ Mayoritas masyarakat Dusun Sambiroto adalah suku asli Jawa.
Karakteristik Geografi: v Di Dusun Sambiroto merupakan hasil pemekaran daerah atau w
§ Batasan wilayah ü Sebelah utara dengan Dusun Gayam.
§ Jalan ü Sebelah selatan dengan Dusun Brangkal.
ü Sebelah barat dengan Sungai Serang (Kecamatan Pengasih).
ü Sebelah Timur dengan Dusun Dlingo.
§ Jalan yang ada di Dusun Sambiroto belum beraspal halus tetapi
Karakteristik Sosial Ekonomi: v Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
§ Pekerjaan penduduk 1. Pelajar : 47 orang (15,36%)
§ Rata-rata pendapatan penduduk 2. Tani : 119 orang (22,55%)
§ Perusahaan 3. Buruh : 36 orang (11,76%)
§ Home industry 4. Swasta : 41 orang (13,40%)
5. PNS : 2 orang (0,65%)
6. Tidak bekerja : 11 orang (3,59%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
1. < Rp 300.000 : 89 orang (29,08%)
2. Rp 301.000-Rp 500.000: 73 orang (23,86%)
3. Rp 501.000-Rp 700.000: 80 orang (26,14%)
4. Rp 701.000-Rp 1.000.000 : 58 orang (18,95%)
5. > Rp 1.000.000 : 6 orang (1,96%)
§ Di Dusun Sambiroto terdapat usaha milik sendiri dan kelompok
§ Di Dusun Sambiroto terdapat warung yang dikelola secara priba
Sumber Pelayanan Kesehatan: § Di Dusun Sambiroto sendiri tidak terdapat pelayanan kesehatan,
§ RS, klinik, RSJ, Puskesmas

WINSHIELD SURVEY

Lokasi pengamatan : Dusun Sambiroto

Kelompok : II

Detail Temuan
Tipe perkampungan/pedesaan v Dusun Sambiroto berada dalam tahap perkembangan
§ Perumahan § 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat dan tida
§ Semi usaha § 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras dengan t
§ Lingkungan usaha/bisnis § 49% masih ada warga yang membuang sampah di sunga
§ 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10 meter
v Tempat bisnis di Dusun Sambiroto, yaitu terdapat 4 war
v Usaha yang ada di Dusun Sambiroto antara lain, usaha a
Lingkungan tempat tinggal v Jarak rumah antara warga satu dengan warga yang lain
§ Rumah tunggal (terpisah antara rumah satu v Tidak ada apartemen di Dusun Sambiroto
dengan lainnya)
§ Apartemen
Umur Area Perumahan v Tidak ada bangunan baru yang lagi dikerjakan warga, k
§ Bangunan baru v Tidak ada bangun lama yang terpelihara
§ Bangunan lama tetapi terpelihara bagus v Tidak ada bangunan yang rusak akibat bencana alam ata
§ Bangunan banyak yang rusak
Karakteristik social-kultural § Dusun Sambiroto, RT 42-49
§ Variasi umur penduduk 1. Balita : 16 orang (5,23%)
§ Ras dan etnik grup 2. Usia sekolah : 24 orang (7,84%)
§ Siswa sekolah 3. Remaja : 20 orang (6,53%)
§ Pekerjaan 4. Dewasa Muda : 27 orang (8,82%)
5. Dewasa Tua : 69 orang (22,55%)
6. Pra Lansia : 62 orang (20,26%)
7. Lansia : 40 orang (13,07%)
§ 100% warga Sambiroto adalah orang Jawa asli yang tela
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
1. Tidak sekolah : 27 orang (8,82%)
2. TK / PAUD : 4 orang (1,31%)
3. SD : 83 orang (27,12%)
4. SMP : 48 orang (15,69%)
5. SMA : 60 orang (19,61%)
6. PT : 10 orang (3,27%)
§ Dusun Sambiroto RT 42 s/d RT 49
1. Pelajar : 47 orang (15,36%)
2. Tani : 119 orang (22,55%)
3. Buruh : 36 orang (11,76%)
4. Swasta : 41 orang (13,40%)
5. PNS : 2 orang (0,65%)
6. Tidak bekerja : 11 orang (3,59%)
Lingkungan v Sebagian besar halaman rumah warga cukup terawat de
1. Tampakan umum manfaatkan sebagai perkarangan ternak.
§ Halaman, jalan, pekarangan v Tanaman yang ada di pekarangan rumah, seperti buah-b
§ Tanaman v Di Dusun Sambiroto tidak memiliki tanda-tanda kesenia
§ Patung, tanda-tanda seni
2. Bahaya lingkungan v Polusi udara di Dusun Sambiroto tidak ada karena kond
§ Polusi udara v Pengolahan sampah di Dusun Sambiroto, yaitu:
§ Sampah a) Dibakar : 170 orang (55,55%)
§ Area bermain yang berbahaya b) Disungai : 49 orang (16,01%)
§ Penerangan jalan c) Di TPU : - (0%)
§ Alat pemadam kebakaran d) Disembarang tempat : - (0%)
§ Lalu lintas e) Ditimbun : 87 orang (28,43%)
§ Polisi/anggotapengaman/penyebrangan jalan § Dusun Sambiroto berada dekat dengan sungai dan salah
untuk anak sekolah § Penerangan jalan di Dusun Sambiroto sangat kurang ka
3. Stessor lingkungan § Tidak terdapat alat pemadam kebakaran di Dusun Samb
§ Kegaduhan/ ramai/ kemacetan § Lalu lintas di Dusun Sambiroto tidak begitu padat karen
§ Tanda-tanda yang menyebabkan banyak § Di Dusun Sambiroto tidak ada pengamanan untuk peny
angka kriminal § Tidak ada kegaduhan, kemacetan maupun keramaian ya
§ Tanda-tanda adanya penyalahgunaan bahan- § Tidak terdapat tindakan kriminal di Dusun Sambiroto
bahan terlarang (NAPZA) § Tidak terdapat penyalahgunaan NAPZA di Dusun Samb
§ Tanda-tanda adanya kemiskinan § Untuk tanda-tanda kemiskinan tidak begitu terlihat kare
dimanfaatkan sebagai usaha, tetapi status warga berada pa
Sumber-sumber v Di Dusun Sambiroto tidak memiliki pasar tetapi memili
§ Tempat belanja/ daerah belanja v Sebagian besar warga Dusun Sambiroto menggunakan s
§ Transportasi v Warga Dusun Sambiroto jarang melakukan rekreasi dilu
§ Rekreasi v Rata-rata pendidikan di Dusun Sambiroto masih dalam
§ Pendidikan v Di Dusun Sambiroto terdapat 2 masjid, yaitu di RT 45 d
§ Pusat agama/ kepercayaan (masjid, gereja, v Di Dusun Sambiroto terdapat 8 pos ronda disetiap RT
dan lain-lain) v Untuk pelayanan farmasi atau apotik cukup jauh dari D
§ Pelayanan keamanan v Beberapa tahun terakhir ini tidak terjadi kegawatdarurat
§ Farmasi v Untuk pelayanan umum seperti Bank cukup jauh denga
§ Kegawatdaruratan (kebakaran, dll) v Untuk pengambilan sampah tidak ditemukan secara lan
§ Pelayanan umum (kantor pos, bank, dll) v Untuk surat kabar atau koran dinding tidak ada
§ Pengambil sampah
§ Surat kabar
Pelayanan kesehatan v Di dusun Sambiroto tidak terdapat klinik dokter atau pra
1. Fasilitas kesehatan (Ada/ tidak ada) bawa ke Puskesmas atau sekedar periksa di seorang Mant
§ Rumah sakit v Sumber pelayanan kesehatan pertama yang digunakan a
§ Klinik, lainnya
2. Sumber pelayanan kesehatan pertama
§ Puskesmas
§ Nursing center
§ Praktek dokter swasta, lainnya

Analisa Data Masalah Kebersihan Lingkungan dan Rendahnya Pengetahuan


Warga Terhadap Masalah Kesehatan Di Dusun Sambiroto

Data Masalah Keperawatan Komunitas


DS : Kurangnya perilaku masyarakat dalam menerapka
§ Sebagian warga mengatakan jarang membuang
sampah di TPU akhir karena biayanya mahal, tidak
punya kamar mandi sendiri karena biaya
pembuatannya juga mahal.
§ Sebagian warga mengatakan memang jarang
menguras bak mandi karena cepat kotor juga, apalagi
saat musim hujan seperti ini.
DO :
Data bulan Desember 2012 mengenai masalah
kebersihan lingkungan dan rendahnya pengetahuan di
Dusun Sambiroto:
§ 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat dan
tidak dimanfaatkan.
§ 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras
dengan teratur.
§ 49% masih ada warga yang membuang sampah di
sungai.
§ 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10
meter.
§ 58% jumlah jumantik di lingkungan warga Dusun
Sambiroto.
§ Dari hasil survey mengenai sikap keluarga terhadap:
1. Pengolahan sampah di Dusun Sambiroto, yaitu :
a) Dibakar : 170 orang (55,55%)
b) Disungai : 49 orang (16,01%)
c) Disembarang tempat : - (0%)
d) Ditimbun : 87 orang (28,43%)
2. Jarak septitank dengan sumur, yaitu:
a) <10 meter : 76 orang (24,83%)
b) >10 meter : 173 orang (56,53%)
c) Sungai : 57 orang (18,62%)
DS : Kurangnya pengetahuan pasangan usia subur dan
§ Hasil wawancara dengan sampel 30 orang wanita
secara acak dengan usia produktif diketahui bahwa
sebanyak 16 orang yang mengatakan tidak memahami
tentang KB dan alat kontasepsi, mereka mengatakan
belum pernah mendapat informasi mengenai tentang
hal tersebut.
§ Sebagian besar ibu-ibu mengatakan ingin
mendapatkan penyuluhan tentang Menopause dan
Sadari.
DO :
§ 37% penduduk Dusun Sambiroto merupakan
pasangan usia subur.
§ 10,45% pasangan memiliki jumlah anak yang jarak
usianya sangat dekat.
DS : Tingginya angka kesakitan karena penyakit Hipert
§ Berdasarkan wawancara terhadap 10 sampel warga
secara acak, didapatkan data bahwa 8 lansia
mengalami hipertensi tanpa mereka ketahui
penyebabnya.
DO :
§ Hasil data dari Puskesmas berdasarkan Top Penyakit
yang di dapatkan pada Desa Banyuroto, yaitu:
1) Hipertensi : 225 orang
2) Diabetes Mlitus : 78 orang
§ Masalah kesehatan di Dusun Kadisono pada RT 01
dan RT 04
1) Hipertensi : 22 orang (7,19%)
2) Diabetes Melitus : 17 orang (5,55%)
DS : Potensial peningkatan PHBS sejak dini di Dusun S
§ Anak-anak mengatakan tidak suka sikat gigi malam
karena malas keluar rumah malam hari.
DO :
§ Banyaknya anak-anak TK yang giginya berlubang
dan hitam yang dapat menyebabkan cariers gigi
§ Kurangnya pengetahuan cuci tangan menggunakan
sabun
§ Kurangnya perhatian orang tua terhadap kebersihan
anak
DS : Potensial peningkatan kesehatan reproduksi remaj
§ Sebagian remaja terutama wanita mengatakan belum
mengetahui proses terjadinya menstruasi dan penyakit
menular seksual itu seperti apa.
DO :
§ Kurangnya informasi remaja tentang masalah
penyakit menular seksual.
§ Kurangnya informasi remaja tentang masalah
kesehatan reproduksi remaja.
DS : Kesiapan peningkatan kesehatan bagi lansia dan ta
§ Dari hasil wawancara kepada sebagian
besarmasyarakat dan kader yang ada di Dusun
Sambiroto, didapatkan data bahwa di Dusun
Sambiroto tidak terdapat Posyandu Lansia yang dapat
dimanfaatkan oleh para lansia.
DO :
§ Jumlah lansia 57 orang (13,57%)
§ Angka kejadian hipertensi pada lansia sebanyak 22
orang (7,19%).
§
DS : Kurang optimalnya pelaksanaan Dusun siaga di D
§ Karang taruna mengatakan ingin mengadakan donor
darah dan meminta bantuan pada K3M.
§ Guru-guru di SD Negeri Sambiroto ingin
mengadakan cek golongan darah dan meminta
bantuan pada K3M.
§ Sebagian besar warga Sambiroto ingin meminta cek
glukosa, asam urat dan kolestrol.
DO :
§ Masih banyak warga yang tidak tahu angka glukosa,
asam urat dan kolestrol.
§ Siswa-siswi banyak yang ingin mengetahui
golongan darahnya.
DS : Kurangnya keterampilan kader dalam pemeriksaan
§ Hasil wawancara dengan kader kesehatan yang ada
di Sambiroto didapatkan hasil bahwa hanya 2 dari 10
kader yang ada di Dusun Sambiroto yang dapat
melakukan pengukuran tekanan darah.
DO :
§ Jumlah kader di Dusun Sambiroto sebanyak 10
orang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

Masalah (Aktual/ Etiologi


Tanda dan Gejala Dimanifestasikan oleh
Potensial) Berhubungan
dengan
1. Kurangnya perilaku Kurangnya Data bulan Desember 2012 mengenai masalah kebersi
masyarakat dalam pengetahuan § 53% lingkungan perumahan yang tidak terawat dan t
menerapkan perilaku hidup masyarakat dalam § 64% keadaan toilet yang tidak pernah di kuras denga
bersih dan sehat di Dusun mengenal perilaku § 49% masih ada warga yang membuang sampah di su
Sambiroto hidup bersih dan § 37% jarak septitank dengan sumur kurang dari 10 m
sehat di Dusun § 58% banyaknya jumlah jumantik di Dusun Sambirot
Sambiroto
2. Kurangnya pengetahuan Kurangnya paparan § 18,62% penduduk Dusun Sambiroto merupakan pasa
pasangan usia subur dan informasi § Hasil wawancara dengan sampel 30 orang wanita sec
pra-lansia tentang KB, dan alat kontasepsi, mereka mengatakan belum pernah
Menopause dan Sadari di § 10,45% pasangan memiliki jumlah anak yang jarak u
Dusun Sambiroto
3. Tingginya angka Kurangnya § Hasil data dari Puskesmas berdasarkan Top Penyakit
kesakitan karena penyakit pengetahuan warga 1) Hipertensi : 225 orang
Hipertensi pada kelompok tentang penyakit 2) Diabetes Mlitus : 78 orang
lansia di Dusun Sambiroto Hipertensi § Masalah kesehatan di Dusun Kadisono pada RT 01 d
1. Hipertensi : 22 orang (7,19%)
2. Diabetes Melitus : 17 orang (5,55%)
§ Berdasarkan wawancara terhadap 10 sampel warga s
§ Untuk kematian dalam 2 tahun terdapat 5 orang warg
4. Potensial peningkatan Kurang pengetahuan § Banyaknya anak-anak TK yang giginya berlubang da
PHBS sejak dini di Dusun keluarga didalam § Kurangnya pengetahuan cuci tangan menggunakan s
Sambiroto menjaga kesehatan § Kurangnya perhatian orang tua terhadap kebersihan a
anak
5. Potensial peningkatan Kurangnya § Kurangnya informasi remaja tentang masalah penyak
kesehatan reproduksi pengetahuan remaja § Kurangnya informasi remaja tentang masalah keseha
remaja di Dusun Sambiroto tentang reproduksi
remaja
6. Kesiapan peningkatan Peningkatan derajat § Jumlah Pra Lansia : 62 orang (20,26%)
kesehatan bagi lansia dan kesehatan masyarakat § Lansia : 40 orang (13,07%)
tahap perkembangan anak § Angka kejadian hipertensi pada lansia sebanyak 22 o
di Dusun Sambiroto
7. Kurang optimalnya Kurangnya § Kurang optimalnya pemantauan jentik berkala oleh k
pelaksanaan Dusun siaga di kemampuan § Masih Banyak warga yang tidak tau golongan darahn
Dusun Sambiroto masyarakat mengenal
masalah kesehatan
8. Kurangnya keterampilan Kurangnya pelatihan § Hasil wawancara dengan kader kesehatan yang ada d
kader dalam pemeriksaaan kader oleh petugas melakukan pengukuran tekanan darah dengan tensime
status kesehatan secara kesehatan
umum (penggunaan alat-
alat kesehatan)

PRIORITAS MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


No Dx Kep Komunitas A B C D E F G H I J K Total Prioritas
1. Kurangnya perilaku 4 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 39 1
masyarakat dalam
menerapkan
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di
Dusun Sambiroto.
2. Kurangnya 3 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 38 2
pengetahuan
pasangan usia subur
dan pra-lansia
tentang KB,
Menopause dan
Sadari.
3. Tingginya angka 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 37 3
kesakitan karena
penyakit Hipertensi
pada kelompok
lansia di Dusun
Sambiroto.
4. Potensial 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 36 4
peningkatan PHBS
sejak dini di Dusun
Sambiroto.
5. Potensial 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 35 5
peningkatan
kesehatan
reproduksi remaja di
Dusun Sambiroto.
6. Kesiapan 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 35 6
peningkatan
kesehatan bagi
lansia dan tahap
perkembangan anak
di Dusun Sambiroto
7. Kurang optimalnya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 34 7
pelaksanaan Dusun
siaga di Dusun
Sambiroto.
8. Kurangnya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 8
keterampilan kader
dalam pemeriksaan
status kesehatan
secara umum
(penggunaan alat-
alat kesehatan).

Keterangan pembobotan:

1. Sangat rendah A : Risiko terjadi G : Tempat

2. Rendah B : Risiko keparahan H : Waktu

3. Cukup C : Potensial untuk penkes I : Dana

4. Tinggi D : Minat masyarakat J : Fasilitas kesehatan

5. Sangat tinggi E : Kemungkinan diatasi K : Sumber daya

F : Sesuai dengan program pemerintah

PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Strateg Rencan
Tujuan Tujuan i a Sumbe Temp
No Dx Kep Evaluasi PJ
Umum Khusus Interve Kegiata r at
nsi n
Krit Standa
eria r
1. Kurang Tercapai 1. 1. 1. Bersihnya 1. 1. Dusu Nita
nya nya Masyara Pendidi Penyulu Lingkung Melaku Masya n Yose
perilaku kebersiha kat kan han an Dusun kan rakat Samb
masyara n paham kesehat tentang Sambiroto kerja Sambi iroto
kat lingkung akan an penting bakti roto
dalam an di pentingn 2. nya secara 2.
menera Dusun ya Kerjasa kesehat berkala. Kelo
pkan Sambirot menjaga ma an 2. mpok
perilaku o setelah kebersih 3. lingkun Memah K3M
hidup dilakuka an pember gan dan ami
bersih n asuhan pekaran dayaan pengelo pemilih
dan keperawa gan masyara laan an
sehat di tan rumah kat limbah sampah
dusun komunita 2. 2. yang
Sambir s selama Masyara Kegiata benar
oto 2 minggu kat n kerja
paham bakti
akan bersama
pentingn masyara
ya kat
menjaga Dusun
kebersih Sambiro
an to
kandang 3.
ternak Gerakan
3. serentak
Masyara pember
kat mau antasan
berpartis sarang
ipasi nyamuk
dalam
upaya
meningk
atkan
kebersih
an
lingkung
an
4.
Masyara
kat
paham
tentang
pembua
ngan
limbah
yang
tepat
2 Kurang Meningk 1. PUS 1. 1. Memaha Pemilih Kelo Dusu Amel
nya at-nya paham Kerjasa Penyulu mi an alat- mpok n Chris
pengeta pengetah akan ma han pentingny alat K3M Samb t
huan uan PUS pentingn masyara tentang a kontras iroto Iwan
pasanga dan ya KB kat KB dan mengatur epsi
n usia pralansia 2. PUS 2. Kontras jarak yang
subur terhadap mengena Pendidi epsi kelahiran tepat
dan pra pentingn l alat- kan 2. dan dapat bagi
lansia ya alat kesehat Penyulu memilih PUS
tentang pengetah kontrase an han kontrasep dan
KB uan psi tentang si yang teknik
menopa tentang (jenis, Menopa tepat, sadari
use dan KB, cara use tanda dan serta
sadari menopau menggu 3. gejala menget
se dan nakan, Penyulu menopaus ahui
sadari kelebiha han e, seta tentang
setelah n dan tentang memprakt manopa
dilakuka kekuran Sadari ekankan use
n asuhan gan) teknik pada
keperawa 3. PUS sadari pralansi
tan mampu a
komunita menentu
s selama kan alat
2 minggu kontrase
psi yang
tepat
untuk
mereka
4. PUS
dan
pralansia
mengeta
hui
tentang
menopa
use
5. PUS
dan
pralansia
dapat
mengeta
hui
manfaat
dan cara
menerap
kan
teknik
Sadari
3 Tinggin Meningk 1. 1. Member Pemaham Cara Kelo Dusu Ade
ya atnya Masyara Kerjasa ikan an tentang merawa mpok n Tria
angka pengetah kat ma penyulu penyakit t lansia K3M Samb
kesakita uan paham masyara han Hipertensi dan iroto
n masyarak tentang kat tentang keluarg
karena at tentang penyakit 2. Hiperte a yang
penyaki penyakit Hiperten Pendidi nsi memilik
t Hipertens si kan antara i
Hiperte i setelah (Definisi kesehat lain Hiperte
nsi pada dilakuka , an Definisi nsi
kelomp n asuhan penyeba ,
ok keperawa b, tanda penyeba
Lansia tan dan b, tanda
di komunita gejala, gejala,
Dusun s selama komplik komplik
Sambir 2 minggu asi) asi, cara
oto 2. perawat
Masyara an dan
kat pencega
mampu han
mengam dengan
bil diet
keputusa hiperten
n yang si dan
tepat terapi
dalam otot
menanga progresi
ni f
Hiperten
si
4 Potensi Meningk 1. 1. 1. Penerapan 1. Kelo SD Yoss
al atkan Meningk Kerjasa Mengaj PHBS Anak- mpok dan e
peningk PHBS atkan ma arkan sejak dini anak K3M TK di Nita
atan sejak dini PHBS masyara cara Usia Dusu
PHBS di Dusun pada kat menggo Sekolah n
sejak Sambirot anak 2. sok gigi dan Samb
dini di o, prasekol Pendidi yang Praseko iroto
Dusun Banyurot ah dan kan benar lah
Sambir o, sekolah kesehat 2. menget
oto, Nanggula Dusun an Mengaj ahui
Banyur n, Kulon Sambiro arkan Cara
oto, Progo to cara meng-
Nanggu 2. Anak cuci gosok
lan, prasekol tangan gigi
Kulon ah dan yang yang
Progo sekolah baik dan baik
Dusun benar dan
Sambiro benar.
to dapat 2. Cara
melakuk mencuc
an cuci i tangan
tangan yang
dan baik
gosok dan
gigi benar
dengan
benar
5. Potensi Meningk 1. 1. Penyulu Remaja Remaja Kelo Dusu Aji
al atkan Menamb Kerjasa han Terhindar paham mpok n Alan
peningk pengetah ah ma tentang dari tentang K3M Samb
atan uan pengetah masyara kesehat masalah- PMS iroto
kesehat remaja uan kat an masalah dan
an akan remaja 2. reprodu kesehatan Kesehat
reprodu pentingn tentang Pendidi ksi reproduks an
ksi ya kesehata kan remaja i Reprod
remaja kesehata n kesehat uksi
di n reproduk an mening
Dusun reproduk si kat
Sambir si remaja 2.
oto Member
ikan
gambara
n kepada
remaja
tentang
perilaku
yang
tepat
dalam
menjaga
kesehata
n
reproduk
si
remaja
6. Kesiapa Kesiapan 1. 1. 1. Meningka 1. Kelo Dusu Aji
n lansia Lansia Pendidi Penyulu tnya Memah mpok n Alan
peningk dan paham kan han derajat ami dan K3M Samb Chris
atan anakdala akan kesehat kesehat kesehatan menceg iroto tTria
kesehat m upaya pentingn an an dan lansia ah
an bagi peningka ya 2. penyaki Dusun terjadin
lansia tan kesehata Kerjasa t pada Sambiroto ya
dan kesehata n di usia ma lansia penyaki
tahap n lanjut masyara misalny t lansia.
perkem 2. kat a DM 2.
bangan Lansia 3. dan Senam
anak di dapat Pember Hiperte secara
dusun mengopt daya-an nsi, teratur.
Sambir imal-kan masyara terapi 3.
oto kemamp kat otot Memen
uannya progresi uhi
untuk f dan ADL
memenu senam mandiri
hi kaki 4.
kebutuh DM Memah
an 2. ami
secara Pemerik cara
mandiri saan pengece
3. fisik kan
Lansia dan perkem
paham mental bangan
akan lansia pada
cara 3. anak
menjaga Penyulu 5.
kebugar han Mengta
an P3K hui cara
tubuhny pada mengat
a anak asi
4. yang penyaki
Lansia sakit t biasa
mengeta biasa yang
hui terjadi terjadi
tentang pada pada
penyakit anak- anak
- anak secara
penyakit 4. mandiri
yang Penyulu
sering han
terjadi tahapan
pada perkem
lansia bangan
dan anak
cara 5.
penatala Penyulu
ksana- han gizi
annya. pada
5. bayi dan
Orangtu Balita
a dari
anak
mengeta
hui
pentingn
ya
kesehata
n anak
6.
Orangtu
a anak
mengeta
hui
tahapan
perkemb
angan
anak,
gizi
yang
dibutuhk
an dan
cara
penenga
nan
penyakit
yang
diderita
anak-
anak
secara
umum.
7 Kurang Mengopti 1. 1. 1. Pelaksana 1. Kelo Dusu TIM
optimal malkan Terlaksa Proses Penyulu an Dusun Masyar mpok n
nya pelaksan nanya kelomp han Siaga akat K3M Samb
pelaksa aan salah ok tentang terlaksana memah iroto
naan Dusun satu 2. manfaat lebih ami
Dusun Siaga di program Pendidi cek optimal manfaat
siaga di Dusun dusun kan golonga dan
Dusun Sambirot siaga kesehat n darah penting
Sambir o, 2. an 2. nya cek
oto, Banyurot Member 3. Pendata golonga
Banyur o, i Kerjasa an n darah
oto, Nanggula gambara ma peserta dan
Nanggu n, Kulon n masyara cek mau
lan, Progo tentang kat golonga bepartis
Kulon manfaat 4. n darah ipasi
Progo cek Pember 3. didalam
golonga daya-an Pelaksa nya
n darah masyara naan 2.
3. kat kegiatan Masyar
Member cek akat
ikan golonga sadar
pemaha n darah akan
man 4. penting
tentang Jumanti nya
pencega k dan upaya
han Penyulu pencega
DBD han han
4. GERTA DBD
Member K PSN 3.
ikan (Geraka Masyar
pemaha n akat
man Serenta memah
tentang k ami arti
pentingn Pember penting
ya antasn dari
menjaga Sarang menjag
kesehata Nyamu a
n k) kesehat
5. an
Pelayan
an
Kesehat
an &
penyulu
han
kesehat
an
secara
umum
8 Kurang Peningka 1. Kader 1. 1. Kader dan 1. Para Kelo Dusu TIM
nya tan memaha Pendidi Pelatiha pelaksana kader mpok n
keteram keteramp mi kan n kader an dapat K3M Samb
pilan ilan tentang kesehat dalam posyandu memah iroto
kader kader posyand an penggu dapat ami
dalam dalam u dan 2. naan berfungsi tugas
pemerik menggun sistem 5 Kerjasa alat-alat secara dan
saan akan alat- meja ma kesehat optimal fungsin
status alat dalam masyara an, ya.
kesehat kesehata posyand kat tugas 2. Para
an n dan u 3. dan Kader
secara peningka 2. Kader Pember fungsi dapat
umum tan memaha daya-an kader, melaku
(penggu pemaham mi masyara serta kan
naan an tentang kat Posyand pemerik
alat-alat tentang tugas u saan
kesehat posyandu kader 2. tekanan
an) posyand Observa darah,
u si fungsi suhu,
3. Kader Kader nadi,
mampu dan dan
mengena keteram respiras
l dan pilan i.
menggu penggu 3. Para
nakaan naan Kader
alat-alat alat-alat dapat
kesehata kesehat menera
n untuk an serta pkan
pemerik penerap sistem 5
saan an meja
status sistem 5 dalam
kesehata meja posyand
n secara u
umum
4. Kader
mengeta
hui batas
normal
tanda-
tanda
vital

RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
o Kegiatan
1. Kurangnya Tujuan 1. Seluruh Minggu, Dusun Kelompo Nita
perilaku umum : Penyuluhan masyaraka 23 Sambirot k K3M Yos
masyarakat Tercapainya tentang t Dusun Desembe o Kelompo e
dalam kebersihan pentingnya Sambiroto r 2012 Dusun k K3M TIM
menerapka lingkungan kesehatan Seluruh Minggu, Sambirot Kelompo TIM
n perilaku di Dusun lingkungan masyaraka 16 o k K3M
hidup Sambiroto dan t Dusun Desembe Dusun
bersih dan setelah pengelolaan Sambiroto r 2012 Sambirot
sehat di dilakukan limbah Seluruh Jumat, o
dusun asuhan 2. Kegiatan masyaraka 21
Sambiroto keperawatan kerja bakti r Dusun Desembe
komunitas bersama Sambiroto r 2012 –
selama 2 masyarakat 4 Januari
minggu. Dusun 2013
Tujuan Sambiroto
Khusus : 3. Gerakan
1. serentak
Masyarakat pemberantasa
paham akan n sarang
pentingnya nyamuk
menjaga
kebersihan
pekarangan
rumah
2.
Masyarakat
paham akan
pentingnya
menjaga
kebersihan
kandang
ternak
3.
Masyarakat
mau
berpartisipas
i dalam
upaya
meningkatka
n kebersihan
lingkungan
4.
Masyarakat
paham
tentang
pembuangan
limbah yang
tepat

N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Tempat PJ
o Kegiatan Waktu Dana
2. Kurangnya Tujuan umum 1. Seluruh Sabtu, 22 Dusun Kelompo Amel
pengetahua : Meningkat- Penyuluha PUS dan Desembe Sambirot k K3M Chris
n pasangan nya n tentang Pralansi r 2012 o t
usia subur pengetahuan KB dan a Sabtu, 29 Dusun Amel
dan pra PUS dan Kontraseps Seluruh Desembe Sambirot Crist
lansia pralansia i PUS dan r 2012 o Tria
tentang KB terhadap 2. Pralansi
menopause pentingnya Penyuluha a
dan sadari pengetahuan n tentang
tentang KB, Menopause
menopause 3.
dan sadari Penyuluha
setelah n tentang
dilakukan Sadari
asuhan
keperawatan
komunitas
selama 2
minggu
Tujuan
Khusus :
1. PUS paham
akan
pentingnya
KB
2. PUS
mengenal
alat-alat
kontrasepsi
(jenis, cara
menggunakan
, kelebihan
dan
kekurangan)
3. PUS
mampu
menentukan
alat
kontrasepsi
yang tepat
untuk mereka
4. PUS dan
pralansia
mengetahui
tentang
menopause
5. PUS dan
pralansia
dapat
mengetahui
manfaat dan
cara
menerapkan
teknik Sadari

3. Tingginya Tujuan umum Penyuluhan Masyarak Sabtu, Dusun Kelompo Ade


angka : tentang at Dusun 15 Sambirot k K3M Tria
kesakitan Meningkatny Hipertensi, Sambiroto Desemb o
karena a Diet Rendah er 2012 Dusun
penyakit pengetahuan Garam dan Jumat, 4 Sambirot
Hipertensi masyarakat terapi otot Januari o
pada tentang progresif 2013
kelompok penyakit
Lansia di Hipertensi
Dusun setelah
Sambiroto dilakukan
asuhan
keperawatan
komunitas
selama 2
minggu
Tujuan
Khusus :
1. Masyarakat
paham
tentang
penyakit
Hipertensi
(Definisi,
penyebab,
tanda dan
gejala,
komplikasi)
2.Masyarakat
mampu
mengambil
keputusan
yang tepat
dalam
menangani
Hipertensi
N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
o Kegiatan
4. Potensial Tujuan umum 1. Seluruh Kamis, TK dan Kelompo Yoss
peningkatan : Mengajarkan anak SD 20 SD di k e
PHBS sejak Meningkatka cara dan TK di Desemb Dusun K3M Nita
dini di n PHBS sejak menggosok Dusun er 2012 Sambirot Kelompo
Dusun dini di Dusun gigi yang Sambiroto Rabu, 16 o k K3M
Sambiroto Sambiroto benar Januari TK dan
Tujuan 2. 2013 SD di
Khusus : Mengajarkan Dusun
1. cara cuci Sambirot
Meningkatka tangan yang o
n PHBS pada baik
anak
prasekolah
dan sekolah
Dusun
Sambiroto
2. Anak
prasekolah
dan sekolah
Dusun
Sambiroto
dapat
melakukan
cuci tangan
dan gosok
gigi dengan
baik serta
benar
5. Potensial Tujuan umum 1. Seluruh Sabtu, Dusun Kelompo Aji
peningkatan : Penyuluhan remaja 22 Sambirot k K3M Alan
kesehatan Meningkatka Penyakit Dusun Desemb o
reproduksi n Menular Sambiroto er 2012
remaja di pengetahuan Seksual
Dusun remaja akan (PMS)
Sambiroto pentingnya 2.
kesehatan Penyuluhan
reproduksi tentang
remaja kesehatan
Tujuan reproduksi
Khusus : remaja
1. Menambah 3.
pengetahuan Penyuluhan
tentang tentang
kesehatan Menstruasi
reproduksi
2.
Memberikan
gambaran
perilaku yang
tepat dalam
menjaga
esehatan
reproduksi
6. Kesiapan Tujuan umum 1. Seluruh Sabtu, Dusun Kelompo Ade
peningkatan : Kesiapan Penyuluhan lansia 29 Sambirot k K3M Tria
kesehatan lansia dan kesehatan Dusun Desemb o Kelompo Aji
bagi lansia anakdalam dan penyakit Sambiroto er 2012 Dusun k K3M Alan
dan tahap upaya pada lansia Kader dan Jumat, 4 Sambirot Kelompo Chris
perkembang peningkatan misalnya Ibu Januari o k K3M t
an anak di kesehatan DM dan Posyandu 2013 Dusun Tria
dusun Tujuan Hipertensi, Kader dan Minggu, Sambirot
Sambiroto Khusus: terapi otot Ibu 16 o
1. Lansia progresif Posyandu Desemb
paham akan dan senam er 2012
pentingnya kaki DM Rabu, 16
kesehatan di 2. Januari
usia lanjut Pemeriksaan 2013
2. Lansia fisik dan
dapat mental
mengoptimal- lansia
kan 3.
kemampuann Penyuluhan
ya untuk P3K pada
memenuhi anak yang
kebutuhan sakit biasa
secara terjadi pada
mandiri anak-anak
3. Lansia 4.
paham akan Penyuluhan
cara menjaga tahapan
kebugaran perkembang
tubuhnya an anak
4. Lansia (DDST)
mengetahui 5.
tentang Penyuluhan
penyakit- gizi pada
penyakit yang bayi dan
sering terjadi Balita
pada lansia
dan cara
penatalaksana
-annya.
5. Orangtua
dari anak
mengetahui
pentingnya
kesehatan
anak
6. Orangtua
anak
mengetahui
tahapan
perkembanga
n anak, gizi
yang
dibutuhkan
dan cara
penenganan
penyakit yang
diderita anak-
anak secara
umum.
N Rencana
Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
o Kegiatan
7. Kurang Tujuan umum : 1. Seluruh Sabtu, Dusun Kelompo TI
optimalnya Mengoptimalk Penyuluhan masyarak 22 Sambirot k K3M M
pelaksanaa an pelaksanaan dan at Dusun Desembe o Kelompo TI
n Dusun Dusun Siaga di sosialisasi Sambiroto r 2012 Dusun k K3M M
siaga di Dusun tentang 2, 3, dan Sambirot Kelompo TI
Dusun Sambiroto. donor darah 4 Januari o k K3M M
Sambiroto Tujuan Khusus 2. 2013 Dusun dan Ala
: Sosialisasi Minggu, Sambirot Swadaya n
1. dan 6 Januari o Masyrak
Terlaksananya Pendataan 2013 Dusun at
salah satu peserta Senin- Sambirot Kelompo
program dusun donor darah Jumat, o k K3M
siaga dalam 3. 14- 18 Kelompo
bidang Pelaksanaan Januari k K3M
kesehatan kegiatan 2013 Dan
2. Memberikan donor darah Rabu, 16 Swadaya
pelayanan 4. Pelayanan Januari Masyrak
kesehatan Kesehatan 2013 at
masyarakat dan Terapi
Dusun Komplemen
Sambiroto t-er untuk
masyarakat
Dusun
Sambiroto
5. Senam
Bugar
6. Cek
golongan
darah
8. Kurangnya Tujuan umum : 1. Pelatihan Seluruh Kamis, 3 Dusun Kelompo TI
keterampila Peningkatan kader kader Januari Sambirot k K3M M
n kader keterampilan 2. Observasi posyandu 2013 o
dalam kader dalam fungsi di Dusun
pemeriksaa menggunakan Kader dan Sambiroto
n status alat-alat keterampila
kesehatan kesehatan dan n
secara peningkatan penggunaan
umum pemahaman alat-alat
(penggunaa tentang kesehatan
n alat-alat posyandu. serta
kesehatan). Tujuan Khusus penerapan
: sistem 5
1. Kader meja
memahami
tentang
posyandu dan
sistem 5 meja
dalam
posyandu
2. Kader
memahami
tentang tugas
kader posyandu
3. Kader
mampu
mengenal dan
menggunakaan
alat-alat
kesehatan
untuk
pemeriksaan
status
kesehatan
secara umum
4. Kader
mengetahui
batas normal
tanda-tanda
vital

IMPLEMENTASI PROGRAM DAN EVALUASI

No Hari, Implementasi Evaluasi Paraf


Tanggal,
Jam
1. Senin- Melakukan pengkajian di S : Warga mengatakan senang
Kamis, 10- Dusun Sambiroto dan berterimakasih karena
13 mendapatkan perhatian tentang
Desember kesehatan di keluarga dan
2012 dusunnya
(09.00 – O : Data Terlampir
selesai) A :Masalah pengkajian teratasi
Dusun P :Persiapan program K3M
Sambiroto (MMD II)
2. Jumat, 14 1. Mengundang warga Dusun S : Sebagian besar warga sangat
Desember Sambiroto antusias dengan adanya K3M
2012 2. Melaksanakan MMD II dan mengatakan ingin
(19.00- 3. Memperkenalkan anggota memeriksakan kesehatannya.
21.00) kelompok K3M O : - Warga menerima dengan
Rumah 4. Menjelaskan masalah terbuka dan menyambut dengan
Kepala kesehatan yang ada di baik.
Dukuh masyarakat - Jumlah peserta MMD II
Sambiroto 5. Melakukan diskusi atau sebanyak 45 orang
tanya jawab dengan warga - Warga banyak yang bertanya
6. Mengikuti acara sampai seputar masalah kesehatan
selesai A : Masalah MMD II teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan Hipertensi dan
Relaksasi Otot Progresif)
3. Sabtu, 15 1. Mengikuti kegiatan S : Warga mengatakan cukup
Desember perkumpulan tani senang dengan adanya K3M di
2012 2. Memberikan penyuluhan dalam memberikan penyuluhan
(20.00 – tentang Hipertensi dan tentang kesehatan dan senang
21.30) Relaksasi Otot Progresif mendapatkan terapi relaksasi.
Rumah 3. Mendemonstrasikan cara O : - Warga menerima dengan
Kepala melakukan ROP terbuka dan menyambut dengan
Dukuh 4. Membagikan leaflet hasil baik serta mengharapkan dapat
Sambiroto penyuluhan tambahan informasi kesehatan.
5. Melakukan diskusi tanya - Jumlah warga yang hadir 40
jawab orang.
A : Masalah penyuluahan HT
dan ROP teratasi
P : Persiapan program K3M
(Kerja bakti dan Posyandu
balita)
4. Minggu, 16 1. Mengikuti kegiatan kerja S : Warga mengatakan cukup
Desember bakti bersama warga Dusun senang dengan adanya K3M
2012 Sambiroto membantu dalam kegiatan kerja
(07.00 – 2. Mengikuti acara sampai bakti bersama.
09.30) selesai O : - Warga menerima dengan
RT 46 terbuka dan menyambut dengan
baik serta mengharapkan dapat
tambahan informasi kesehatan.
- Hampir seluruh warga RT 46
mengikuti kegiatan kerja bakti
A : Masalah kerja bakti
bersama teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan tentang cuci
tangan dan gosok gigi bagi
anak)
5. Minggu, 16 1. Mengikuti kegiatan S : Ibu-ibu kader mengatakan
Desember Posyandu Balita sangat senang dan meminta
2012 2. Membantu kegiatan K3M kembali bulan depan.
(10.00- posyandu, seperti penimbangan O : Ibu-ibu kader tampak
12.00) dan pencatatan KMS balita bersemangat melakukan
Rumah 3. Memberikan penyuluhan kegiatan posyandu balita.
Ketua Kader tentang P3K pada anak Jumlah kader yang ada hanya 5
Dusun 4. Mengikuti kegiatan sampai orang.
Sambiroto selesai A : Masalah penyuluhan P3K
(Posyandu teratasi
Balita) P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan tentang cuci
tangan dan gosok gigi bagi
anak)
6. Kamis, 20 1. Menyiapkan sabun untuk S : Kepala sekolah SD
Desember mencuci tangan mengatakan merasa senang
2012 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
(09.00- tentang cuci tangan didalam mengajarkan anak.
11.00) 3. Mendemonstrasikan cara O : Jumlah siswa 76 orang,
SD Negeri mencuci tangan yang benar terdiri dari enam kelas, yaitu
Sambiroto 4. Mengajarkan cara mencuci kelas 1 s/d kelas 6, ruangan
tangan yang benar pada anak- tertata rapi dan bersih, hiasan
anak SD sudah terpasang.
A : Masalah cuci tangan
teratasi.
P : Mengajarkan cuci tangan
yang baik dan benar di TK
7. Jumat, 21 1. Menyiapkan pasta gigi untuk S : Kepala sekolah SD
Desember gosok gigi mengatakan merasa senang
2012 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
(09.00- tentang gosok gigi didalam mengajarkan anak.
11.00) 3. Memutarkan video gosok O : Jumlah siswa 76 orang,
SD Negeri gigi terdiri dari enam kelas, yaitu
Sambiroto 4. Mendemonstrasikan cara kelas 1 s/d kelas 6, ruangan
menggosok gigi yang benar tertata rapi dan bersih, hiasan
5. Mengajarkan cara sudah terpasang.
menggosok gigi yang benar A : Masalah gosok gigi teratasi.
pada anak-anak SD P : Mengajarkan cara
menggosok gigi yang baik dan
benar di TK
8. 21 1. Mengolah data pengkajian S : Sebagian besar warga
Desember Jumantik di rumah warga mengatakan memang jarang
2012 – 4 2. Mempersiapkan materi menguras bak mandi karena
Januari 2013 unutuk Gerakan 3M lagi musim hujan, jadi cepat
(15.00 – 3. Mendatangi rumah warga kotor.
17.00) dan melakukan Pemberantasan O : - Junlah jumantik sebanyak
Dusun Sarang Nyamuk 58%
Sambiroto 4. Menganjurkan warga untuk - Banyak terdapatnya jentik
tetap menguras bakmandi, nyamuk di tempat
membersihkan tempat-tempat penampungan air, seperti
yang tergenang, seperti: kaleng bekas, botol bekas.
pembuangan limbah, potongan A : Masalah jumantik teratasi
bambu sebagian
5. Memberikan leafleat P : Persiapan program K3M
kesehatan tentang gerakan 3M (Penyuluhan Menopause dan
Sadari bagi PUS dan pra-lansia,
PMS, Kespro dan Menstruasi
bagi remaja atau karang taruna
serta rapat donor darah)
9. 22 1. Mengikuti kegiatan S : Warga mengatakan cukup
Desember perkumpulan tempe senang dengan adanya K3M di
2012 2. Memberikan penyuluhan dalam memberikan penyuluhan
(11.00 – tentang Menopause dan Sadari tentang kesehatan dan senang
13.00) 3. Mendemonstrasikan cara mendapatkan cara melakukan
Rumah melakukan Sadari Sadari.
Ketua RT 46 4. Membagikan leaflet hasil O : - Warga menerima dengan
penyuluhan terbuka dan menyambut dengan
5. Melakukan diskusi tanya baik serta mengharapkan dapat
jawab tambahan informasi kesehatan.
- Jumlah warga yang mengikuti
kegiatan tempe 20 orang
A : Masalah penyuluahan
Menopause dan Sadari teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan PHBS)
10. 22 1. Mengundang karang taruna S : Karang taruna mengatakan
Desember Dusun Sambiroto cukup senang dengan adanya
2012 2. Memberikan penyuluhan K3M di dalam memberikan
(19.00 – tentang Penyakit Menular penyuluhan tentang kesehatan,
21.00) Seksual senang karena dibantu didalam
Rumah 3. Memberikan penyuluhan melakukan kegiatan donor
Kepala tentang Kesehatan Reproduksi darah yang selama ini ingin
Dukuh Remaja dilaksanakan.
Sambiroto 4. Memberikan penyuluhan O : - Karang taruna menerima
tentang Menstruasi dengan terbuka dan menyambut
5. Melakukan diskusi tanya dengan baik serta
jawab mengharapkan dapat tambahan
6. Melakukan rapat dan informasi kesehatan.
sosialisasi donor darah - Karang taruna yang hadir
dalam penyuluhan dan rapat
donor darah sebanyak 35 orang.
A : Masalah penyuluahan PMS,
Kespro dan Menstruasi teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan PHBS)
11. Minggu, 23 1. Mengikuti kegiatan arisan S : Salah satu warga
Desember warga menanyakan tentang masalah
2012 (10.00 2. Melakukan penyuluhan septitank yang jaraknya kurang
– 12.00) tentang Perilaku Hidup Bersih dari 10 m dan menanyakan
Rumah Dan Sehat tentang masalah kesehatan
Kepala 3. Melakukan diskusi tanya matanya yang suka berair.
Dukuh jawab O : - Warga terlihat antusias
Sambiroto saat mengikuti penyuluhan
PHBS
- Warga tampak dapat
memahami materi penyuluhan
yang diberikan
- Warga yang menghadiri arisan
sebanyak 15 orang
A : Masalah penyuluhan PHBS
teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Penyuluhan KB dan DM)
12. Sabtu, 29 1. Mengikuti kegiatan S : Warga mengatakan cukup
Desember perkumpulan tempe senang dengan adanya K3M di
2012 (10.00 2. Memberikan penyuluhan dalam memberikan penyuluhan
– 12.00) tentang KB dan alat kontrasepsi tentang kesehatan dan senang
Rumah Ibu 3. Memberikan penyuluhan mendapatkan cara melakukan
Sumi RT 44 tentang Diabetes Melitus dan senam kaki DM.
Senam Kaki DM O : - Warga menerima dengan
4. Mendemonstrasikan Senam terbuka dan menyambut dengan
Kaki DM baik serta mengharapkan dapat
5. Melakukan diskusi tanya tambahan informasi kesehatan.
jawab - Jumlah warga yang mengikuti
6. Melakukan sosialisasi kegiatan tempe 20 orang
tentang donor darah dan A : Masalah penyuluahan KB
pelayanan kesehatan dan DM teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Pelatihan Kader)
- Pendataan peserta donor darah
- Sosialisasi tentang donor
darah dan pelayanan kesehatan
door to door
13. Kamis, 3 1. Mengundang Kader Dusun S : Ibu-ibu kader sangat senang
Januari 2013 Sambiroto mendapatkan pelatihan
(10.00 – 2. Menyiapkan alat-alat menggunakan alat-alat
12.00) kesehatan, seperti : kesehatan dan mengatakan
Rumah tensimeter, termometer, dan sudah
Kepala stetoskop dapat menggunakan alat-alat
Dukuh 3. Melakukan praktek langsung kesehatan.
Sambiroto menggunakan O : - Dari 10 orang kader yang
alat-alat kesehatan untuk para ada di Dusun Sambiroto yang
kader datang mengikuti pelatihan
4. Mendampingi ibu-ibu kader sebanyak 8 orang, kader-
selama latihan kader yang lain berhalangan
menggunakan alat-alat untuk dapat hadir
kesehatan. - Kader-kader yang hadir dapat
5. Mensosialisasikan kegiatn mempraktekkan secara
donor daran dan langsung penggunaan alat-alat
pelayanan kesehatan. kesehatan, dan sudah
dapat mengukur dengan benar
tekanan darah, suhu tubuh,
nadi, dan pernapasan.
A : Masalah pelatihan kader
teratasi.
P : - Observasi dan Evaluasi
hasil pelatihan kader saat
Posyandu Balita
- Melanjutkan sosialisasi donor
darah dan pelayanan kesehatan
- Persiapan program K3M
(Penyuluhan HT dan DM di RT
42)
14. Jumat, 4 1. Mengundang warga RT 42 S : Warga mengatakan cukup
Januari 2013 2. Memberikan penyuluhan senang dengan adanya K3M di
(19.30 – tentang Hipertensi dan dalam memberikan penyuluhan
21.30) Relaksasi Otot Progresif tentang kesehatan dan senang
Rumah 3. Memberikan penyuluhan mendapatkan cara melakukan
Ketua RT 42 tentang Diabetes Melitus dan relakasi otot progresif dan
Senam Kaki DM senam kaki DM.
4. Mendemonstrasikan O : - Warga menerima dengan
Relaksasikan Otot Progresif terbuka dan menyambut dengan
dan Senam Kaki DM baik serta mengharapkan dapat
5. Melakukan diskusi tanya tambahan informasi kesehatan.
jawab - Jumlah warga yang
6. Melakukan sosialisasi menghadiri penyuluhan
tentang donor darah dan sebanyak 20 orang
pelayanan kesehatan A : Masalah penyuluahan HT
dan DM teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Aksi Kesehatan)
- Pendataan peserta donor darah
- Sosialisasi tentang donor
darah dan pelayanan kesehatan
15. Jumat, 4 1. Mengundang Karang Taruna S : - Karang taruna mengatakan
Januari 2013 2. Melakukan rapat persiapan sangat antusia mengikuti
(19.30 – Donor Darah dan aksi kegiatan donor darah dan siap
21.30) kesehatan lainnya membantu K3M.
Rumah O : - Jumlah karang taruna
Mbak Rismi sebanyak 20 orang.
RT 46 - Karang taruna terlihat sangat
(Karang antusias dalam rapat
Taruna) A : Masalah aksi kesehatan
teratasi sebagian
P : Persiapan program K3M
(Aksi Kesehatan)
16. Minggu, 6 1. Mendata warga yang datang S : Sebagian besar warga
Januari 2013 mengikuti senam bugar mengatakan ingin melakukan
(07.00 – 2. Melakukan senam bugar senam kembali di minggu
08.30) bersama depan karena belum ada
SD Negeri 3. Membagikan dorprize pada persiapan.
Sambiroto warga O : - Jumlah peserta senam
4. Menyampaikan kegiatan bugar sebanyak 80 orang
selanjutnya, yaitu donor darah - Warga sangat antusias
dan pemeriksaan kesehatan mengikuti kegiatan senam
bugar bersama
A : Masalah senam bugar
teratasi sebagian
P : - Lanjut kegiatan senam
bugar
- Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
17. Minggu, 6 1. Mendata warga yang datang S : Warga mengatakan tidak
Januari 2013 mengikuti donor darah dapat menyumbangkan
(09.00 – 2. Melakukan donor darah yang darahnya karena tidak lolos
12.00) bekerja sama dengan PMI dalam seleksi kesehatan
SD Negeri 3. Membagikan dorprize pada O : - Jumlah peserta donor
Sambiroto warga darah sebanyak 40 orang
- Warga yang dapat
menyumbangkan darahnya
hanya sebanyak 21 orang
- Warga sangat antusias
mengikuti kegiatan donor darah
A : Masalah donor darah
teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
18. Minggu, 6 1. Mendata warga yang datang S : Sebagian besar warga
Januari 2013 mengikuti pemeriksaan mengatakan ingin melakukan
(09.00 – kesehatan senam kembali di minggu
12.00) 2. Melakukan pemeriksaan depan karena belum ada
SD Negeri kesehatan, seperti pengecekan persiapan.
Sambiroto glukosa, asam urat dan O : - Jumlah peserta pelayanan
kolestrol kesehatan sebanyak 60 orang
3. Membagikan dorprize pada - Warga sangat antusias
warga mengikuti kegiatan pelayanan
kesehatan
A : Masalah pelayanan
kesehatan teratasi
P : - Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
19. 14 – 18 1. Mendata warga yang datang S : Sebagian besar warga
Januari 2013 mengikuti senam bugar mengatakan ingin melakukan
(16.00 – 2. Melakukan senam bugar senam kembali.
18.00) bersama O : - Jumlah peserta senam
SD Negeri bugar sebanyak 30 orang
Sambiroto - Warga sangat antusias
mengikuti kegiatan senam
bugar bersama
A : Masalah senam bugar
teratasi
P : Persiapan program K3M
(Penyuluhan cuci tangan dan
gosok gigi di TK serta cek
golongan darah di SD)
20. Rabu, 16 1. Menyiapkan sabun untuk S : Kepala sekolah TK
Januari 2013 mencuci tangan mengatakan merasa senang
(08.00 – 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
09.30) tentang cuci tangan didalam mengajarkan anak.
TK 3. Mendemonstrasikan cara O : Jumlah siswa 18 orang,
Sambiroto mencuci tangan yang benar ruangan tertata rapi dan bersih,
4. Mengajarkan cara mencuci hiasan sudah terpasang.
tangan yang benar pada anak- A : Masalah cuci tangan
anak TK teratasi.
P : Persiapan MMD III
21. Rabu, 16 1. Menyiapkan pasta gigi untuk S : Kepala sekolah TK
Januari 2013 gosok gigi mengatakan merasa senang
(09.00 – 2. Memberikan penyuluhan dengan bantuan dari K3M
11.00) tentang gosok gigi didalam mengajarkan anak.
SD Negeri 3. Memutarkan video gosok O : Jumlah siswa 18 orang,
Sambiroto gigi ruangan tertata rapi dan bersih,
4. Mendemonstrasikan cara hiasan sudah terpasang.
menggosok gigi yang benar A : Masalah gosok gigi teratasi.
5. Mengajarkan cara P : Persiapan MMD III
menggosok gigi yang benar
pada anak-anak TK
22. Rabu, 16 1. Mengikuti kegiatan S : Ibu-ibu kader mengatakan
Januari 2013 Posyandu Balita sangat senang dan ibu-ibu
(10.00 – 2. Membantu kegiatan sangat senang karena tahu tahap
12.00) posyandu, seperti penimbangan perkembangan anak.
Rumah dan pencatatan KMS balita O : Ibu-ibu kader tampak
Ketua Kader 3. Memberikan penyuluhan bersemangat melakukan
Sambiroto tentang DDST II pada kegiatan posyandu balita.
(Posyandu perkembangan anak Jumlah kader yang ada hanya 5
Balita) 4. Mengikuti kegiatan sampai orang.
selesai A : Masalah penyuluhan DDST
II teratasi.
P : Lanjut MMD III
23. Jumat, 18 1. Mengundang warga Dusun S : Warga sangat senang dan
Januari 2013 Sambiroto berterima kasih serta ingin
(19.30 – 2. Melaksanakan MMD III melanjutkan program yang ada
21.30) 3. Menjelaskan hasil program seperti senam bugar.
Rumah kerja K3M O : Warga tampak senang dan
Kepala 4. Melakukan diskusi atau melakukan foto bersama
Dukuh tanya jawab dengan warga A : Masalah MMD III teratasi
Sambiroto 5. Mengikuti acara sampai P:-
selesai

BAB IV

PEMBAHASAN

A. KEKUATAN
Sebagian besar masyarakat Dusun Sambiroto adalah masyarakat pedesaan
sehingga rasa kekeluargaan dan kegotongroyongannya masih kuat. Apabila ada
permasalahan dalam masyarakat, mereka mempunyai antusiasme yang tinggi
dalam menyeleseikan permsalahannya. Warga masyarakat juga sangat terbuka
untuk menerima informasi-informasi baru yang berhubungan dengan kesehatan
terutama dalam tentang perilaku masyarakat untuk dapat hidup bersih dan sehat.
Hal inilah yang sangat membantu dalam proses asuhan keperawatan komunitas di
Dusun Sambiroto.

Dalam melakukan proses keperawatan komunitas di RT 42 s/d RT 49, antusiasme


dan peran aktif masyarakat dalam membatu pelaksanaan program-program yang
telah direncanakan sangat membantu dalam tercapainya tujuan-tujuan yang kami
harapkan dalam setiap pelaksanaan program. Rasa kekeluargaan dan gotong
royong mereka sangat membatu terutama dalam penyebaran informasi-informasi
yang kami berikan melalui penyuluhan, sosialisasi, diskusi, pelatihan, serta
musyawarah bersama, begitupula dukungan dari kepala dukuh, kader-kader
kesehatan, serta tokoh-tokoh masyarakat yang sangat besar dalam memberikan
masukan-masukan serta saran yang membangun, sehingga menjadi sumber utama
kekuatan kami untuk dapat mengimplementasikan program-program yang telah
direncanakan dengan baik dan yang kami harapkan dapat membatu proses
pencapaian sasaran pembangunan milenium (millennium development goals/MDGs)
yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia untuk
mencapai “Indonesia Sehat di tahun 2015”

B. KELEMAHAN

Warga masyarakat di Dusun Sambiroto memiliki pekerjaan sebagai petani dan


buruh yang mengakibatkan mobilitas tinggi di masyarakat sehingga terdapat
kesulitan dalam menentukan waktu pertemuan yang tepat sebagai sarana dalam
proses keperawatan komunitas. Hal ini merupakan salah satu penyebab kurang
maksimalnya pelaksanaan beberapa program yang kami laksanakan. Untuk
program-program yang berkaitan dengan lansia, kelemahan yang kami temukan
adalah dalam hal komunikasi, banyak sekali lansia Dusun Sambiroto yang kurang
mengerti bahasa Indonesia, dan hanya beberapa dari kami yang dapat
berkomunikasi aktif dengan bahasa Jawa halus, sehingga penyampaian beberapa
informasi belum dapat tersampaikan dengan maksimal.

C. KESEMPATAN

Warga Dusun Sambiroto cukup antusias dan berperan aktif dalam proses
keperawatan komunitas, mereka mau meluangkan waktu istirahat mereka di
malam hari untuk ikut dalam beberapa program yang kami lakukan di malam hari
seperti : MMD I, MMD II, MMD III. Seringnya jadwal kegiatan-kegiatan
masyarakat menjadi peluang emas bagi kami untuk dapat ikut serta dalam
kegiatan mereka, dan kami selalu diberikan kesempatan untuk memberikan
penyuluhan-penyuluhan serta menyampaikan informasi dalam setiap kegiatan
tersebut, hal ini sangat bermanfaat sehingga kami menjadi lebih cepat dalam saling
mengenal, akrab, dan dapat membaur dengan masyarakat. Hal tersebut membuat
mereka sangat respect dan mendukung program-program yang kami laksanakan
seperti senam lansia, donor darah, pelayanan kesehatan, pelatihan kader, dan
penyuluhan-penyuluhan kesehatan.

D. ANCAMAN

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan


sehat menjadi ancaman utama masalah kesehatan di Dusun Sambiroto, Pengelolaan
sampah yang belum terorganisir dengan baik dapat meningkatkan resiko
timbulnya berbagai macam penyakit teruatama yang ditimbulkan oleh bakteri dan
kuman. Banyaknya warga yang merokok dalam rumah dapat mengakibatkan
infeksi saluran pernapasan atas pada anggota keluarga yang lain. Kurangnya
perilaku warga dalam pemberantasan jentik nyamuk di tempat-tempat
tersembunyi, seperti di dispenser, potongan bambu, tempat air wudhu yang tidak
ditutup dengan rapat, serta pengurasan yang jarang dilakukan menjadi ancaman
terjadinya demam berdarah, serta wilayah Dusun Sambiroto sebagian besar
jalannya masih tanah dan cor-coran semen yang dapat meningkatkan resiko jatuh
terutama saat hujan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Keperawatan kesehatan komunitas bekerja memerlukan waktu yang lama dengan


lebih mengutamakan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan proteksi
kesehatan sebagai fungsi utamanya dari pada mengobati penyakit. Keterampilan
dan pengalaman yang didasari dengan ilmu pengetahuan tentang kesehatan
diperlukan dalam mengkaji aset dan kebutuhan komunitas dalam merencanakan
dan mengimplementasikan strategi pembangunan komunitas karena akan
menentukan derajat kesehatan bagi komunitas.

Berkaitan dengan program pendidikan ilmu keperawatan stase keperawatan


komunitas, mahasiswa melaksanakan kegiatan keperawatan dengan melibatkan
masyarakat untuk mengenal, menanggapi dan mengambil tindakan dalam
mengatasi kesehatan masyarakat dengan menerapkan PHBS yang dimulai dari
tatanan keluarga sebagai inti dari komunitas. Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Nanggulan di RT 42 s/d RT 49 Dusun Sambiroto dalam waktu 5
minggu atau 1 bulan lebih dari tanggal 10 Desember 2012 – 19 Januari 2013 dan
diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Kegiatan Keperawatan Komunitas di RT 42 s/d RT 49 di Dusun Sambiroto


berjalan lancar dengan baik dan sesuai program.
2. Sebagian warga yang terlibat dalam kegiatan keperawatan komunitas sangat
memberikan respon dan peran serta yang aktif

3. Masih ada warga yang tidak dapat terlibat dalam beberapa kegiatan
keperawatan komunitas yang dominannya adalah bapak-bapak yang ada di Dusun
Sambiroto.

4. Puskesmas Nanggulan Kulon Progo memfasilitasi sarana, prasaran dan informasi


yang dibutuhkan selama program stase komunitas untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan.

5. Tujuan jangka pendek dari masing-masing kegiatan sudah dapat dievaluasi dan
diperlukan adanya rencana tindak lanjut dari dusun yang dibina.

6. Pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan jadwal yang diprogramkan.

7. Ancaman-ancaman yang ada di Dusun Sambiroto dapat diminimalisir dengan


dilakukan kerjasama dari berbagai pihak terutama dengan peran aktif dan
kesadaran masyarakat Dusun Sambiroto itu sendiri dalam mengenal dan
mengambil keputusan yang tepat.

B. SARAN

1. Bagi mahasiswa keperawatan khususnya untuk stase keperawatan komunitas


berikutnya dapat melaksanakan follow up kegiatan yang sudah dilaksanakan serta
program yang lebih baik dan berkesinambungan.

2. Bagi Puskesmas Nanggulan perlu diadakan follow up untuk PHBS pada warga di
Dusun Sambiroto dan pemantauan intensif dalam pelaksanaan POSYANDU dan
pelayanan kesehatan bagi para lansia..

3. Bagi Dusun Sambiroto perlu dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak demi
tercapainya peningkatan derajat kesehatan dan mencegah ancaman-ancaman
masalah kesehatan di Dusun Sambiroto.

4. Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan dapat terus menerus dilakukan kerjasama


dengan pihak Puskesmas Nanggulan dan Dusun Sambiroto untuk mengevaluasi
kegiatan yang telah dilaksanakan, serta menentukan rencana tindak lanjut yang
tepat.

Posted 25th November 2015 by denk e'ed

Labels: KOMUNITAS

0
Add a comment

Nov

20

LAPORAN PENDAHULUAN CKD (


CHRONIC KIDNEY DISEASE )
LAPORAN PENDAHULUAN

CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )

A. Pengertian

Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001;
1448)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD ),pada
dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ), namun pada
terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada
kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT ( clearance creatinin test )
dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF ( cronic renal failure ) hanya 3
stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan
terminal stage bila menggunakan istilah CRF.

B. Etiologi
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis

2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,


stenosis arteria renalis

3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis


nodosa,sklerosis sistemik progresif

4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus


ginjal

5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis

6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal

7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

C. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

D. Klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

o Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
o Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.

o Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat


penurunan LFG :

o Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2

o Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2

o Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2

o Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2

o Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.

E. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):

a) Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi

b) Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin
tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisytem renin - angiotensin – aldosteron), gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan
cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi).

3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner

Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal

Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.

d. Gangguan muskuloskeletal

Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati (
kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.

e. Gangguan Integumen

kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.

f. Gangguan endokrim

Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.

g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa

biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h. System hematologi

anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan


eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan
trombositopeni.

F. Pemeriksaan Penunjang

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu


pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :

1. Pemeriksaan lab.darah
- hematologi

- Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit

- RFT ( renal fungsi test )

- ureum dan kreatinin

- LFT (liver fungsi test )

- Elektrolit

- Klorida, kalium, kalsium

- koagulasi studi

- PTT, PTTK

- BGA

2. Urine

- urine rutin

- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. pemeriksaan kardiovaskuler

- ECG

- ECO

4. Radiagnostik

- USG abdominal

- CT scan abdominal

- BNO/IVP, FPA

- Renogram

- RPG ( retio pielografi )

G. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

1. Konservatif

- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk

2. Dialysis

- peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

- Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )

- Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )

3. Operasi

- Pengambilan batu

- transplantasi ginjal

H. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia / gelisah


atau somnolen)

Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak


2. Sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak,tangan, disritmia jantung.

Nadi lemah halus,hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia, pucat, kecenderungan


perdarahan.

3. Integritas ego

Gejala : Factor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, perasaan tak berdaya,
tak ada harapan, tak ada kekuatan.

Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian

4. Eliminasi

Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau
konstipasi.

Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, cokelat,berawan, oliguria,
dapat menjadi anuria.

5. Makanan/ cairan

Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan (malnutrisi),
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di mulut (pernapasan
amonia), penggunaan diuretic

Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor kulit /


kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah, penurunan
oto, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.

6. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “ kaki gelisah”,

Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan


berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma,
rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.

7. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari)
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.

8. Pernapasan

Gejala : napas pendek ; dispnea nocturnal paroksimal ; batuk dengan / tanpa sputum
kental dan banyak.

Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan kusmaul),


batuk produktif dengan sputum merah muda – encer (edema paru).

9. Keamanan

Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi

Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjdai


peningkatan pada pasie yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal., petechie,

10. Seksualitas

Gejala : Penurunan libido ; amenorea ; infertilitas

11. Interaksi social

Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankn


fungsi peran biasanya dalam keluarga.

12. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis herediter,kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh toksin, contoh, obat,
racun lingkungan

I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,


muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk sampah


danprosedur dialysis
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan

J. Perencanaan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebih
dan retensi cairan serta natrium.

Tujuan:

Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

Intervensi:

a. Kaji status cairan ; timbang berat badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema, distensi vena leher,tekanan darah, denyut dan irama nadi.

R: pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan


mengevaluasi intervensi.

b. Batasi masukan cairan

R: pembatasan cairan akan menentuka berat tubuh ideal, haluaran urin,dan respon
terhadap terapi.

c. Identifikasi sumber potensial cairan ; medikasi dan cairan yang digunakan untuk
pengobatan oral dan intravena, makanan.

R: sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.

d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan

R:pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.

e. Beritahu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan

R: kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan diet.

f. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering

R: hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual,


muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.

Intervensi:

a. Kaji status nutrisi ; perubahan berat badan, nilai laboratorium BUN,Kreatinin.

R: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

b. Kaji pola diet nutrisi pasien ; riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.

R: pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.

c. Kaji factor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi ; anoreksia, mual atau
muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi,kurang memahami
pembatasn diet,stomatitis.

R: menyediakan informasi mengenai faktro lain yang dapat dirubah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan oral.

d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.

R: Mendorong peningkatan masukan diet

e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi telur, produk susu,
daging.

R: protein lengkapdiberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan


untuk pertumbuhan dan penyembuhan.

f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan.

R: Mengurangimakanan dan protein yang dibatasi dan menyediakan kalori untuk energy,
membagi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.

g. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal dan
peningkatan urea dan kadar kreatinin.

R:Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, urea,kadar kreatinin


dengan penyakit renal.

h. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan sebelum makan

R: Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang.

i. Sediakan daftar makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjuran untuk
memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.
R:Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan
merupakan referensi untuk pasien dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.

j. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan

R: Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam menimbulkan anoreksia


dihilangkan.

k. Timbang berat badan harian

R: Untuk memantau status cairan dan nutrisi.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia,retensi produk sampah


danprosedur dialysis

Tujuan: Berpartisipasi dalam dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.

Intervensi:

a. Kaji factor yang menimbulkan keletihan ; anemia,ketidakseimbangan cairan dan


elektrolit,retensi produk sampah,depresi.

R: Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.

b. Tingkatkan kemndirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi ; bantu
jika keletihan terjadi.

R: Meningkatkan aktivitas ringan / sedang dan memperbaiki harga diri.

c. Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahat.

R: Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat
yang adekuat.

d. Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis

R: Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis, yang bagi banyak paisen sangat
melelahkan.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,


perubahan pada citra diri dan disfungsi seksual.

Tujuan: Memperbaiki konsep diri

Intervensi:
a. Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan.

R: Menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi
perubahan perubahan dalam hidup.

b. Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat.

R: Penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi

c. Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga

R: Pola koping yang telah efektif dimasa lalu mungkin potensial destrukstif ketika
memandang pembatasan yan ditetapkan akibat penyakit dan penanganan.

d. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan
penanganan ; perubahan peran, perubahan gaya hidup, perubahan dalam pekerjaan,
perubahan sekual, ketergantungan pada tim tenaga kesehatan

R: Pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah- langkah yang diperlukan untuk
menghadapinya.

e. Gali cara alternative untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual.

R: Bentuk alternative ekspresi seksual dapat diterima.

f. Diskusikan peran member dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan.

R: Seksualitas mempunyai arti yang berbeda bagi tiap individu, tergantung pada tahap
maturitansnya.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, dan program penanganan berhungan dengan


kurang informasi.

Tujuan: Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang


bersangkutan.

Intervensi:

a. Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal, konsekuensinya, dan


penanganannya ; penyebab gagal ginjal pasien, pengertian gagal ginjal, pemahaman
mengenai fungsi renal, hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan gagal ginjal,
rasional penanganan (hemodialisis, dialysis peritoneal, transplantasi)

R: Merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.


b. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman
dan kesiapan pasien untuk belajar

R: Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penaganan setelah mereka siap untuk
memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.

c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan


akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.

R: Pasien dapa melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.

d. Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral dengan tepat tentang ; fungsi dan
kegagalan renal, pembatasan cairan dan diet, medikasi, melaporkan masalah, tanda dan
gejala, jadwal tindak lanjut, sumber di komunitas, pilihan terapi.

R: Pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya di


rumah.

K. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap


pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan


interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi
dan respon pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

L. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H,
dkk, 1989).

Evaluasi pada klien dengan CKD, yaitu :

1. Berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan teratasi


2. Masukan nutrisi yang adekuat teratasi

3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi teratasi

4. Konsep diri teratasi

5. Pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan meningkat

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)


Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI

Posted 20th November 2015 by denk e'ed

Labels: HEMODIALISA

Add a comment
































Loading
e'ed. Dynamic Views theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai