Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS SPINAL STENOSIS DI RUANG OK CENTRAL
RSPAL Dr.RAMELAN SURABAYA

Di Susun Oleh :
Afni Pravita Bunga, S.Kep
2030005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SPINAL STENOSIS DI RUANG OK CENTRAL
RSPAL Dr.RAMELAN SURABAYA

Laporan Pendahuluan ini disusun oleh:


Nama : Afni Pravita Bunga, S.Kep
NIM : 2030026
Prodi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Diagnosa Medis Spinal Stenosis Di Ruangan OK Central RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai Tinjauan


Teoritis Kasus Stase Keperawatan Gawat Darurat di OK Central RSPAL Dr. Ramelan
Surabaya untuk memenuhi tugas individu Progam Studi Profesi Ners STIKES Hang
Tuah Surabaya.

Surabaya, 19 April 2021

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Christina Yuliastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep Irma Zuhalifah, S.Kep.,Ns


NIP.03017 Pembina IV/a
NIP.196607301990032001
LAPORAN PENDAHULUAN CANAL STENOSIS
A. Definisi
Stenosis adalah penyempitan pada kaliber orifisium tuba, yang menyebabkan
penurunan aliran cairan atau gas disertai penekanan struktur saraf, bila tidak terjadi
penekanan maka kanalnya dikatakan mengalami penyempitan namun bukan stenosis
(Amanda, Suhindra and Agustina, 2013).
Lumbal spinal canal stenosis atau stenosis kanal lumbal adalah merupakan
penyempitan osteoligamentous kanalis vertebralis atau foramen intervertebralis yang
menghasilkan penekanan pada akar saraf sumsum tulang belakang. Penyempitan kanal
tulang belakang atau sisi kanal yang melindungi saraf sering mengakibatkan penekanan
dari akar saraf sumsum tulang belakang. Saraf menjadi semakin terdesak karena
diameter kanal menjadi lebih sempit (Apsari et al., 2015).
Stenosis tulang belakang lumbal (penyempitan pada ruang saraf) adalah penyakit
yang terutama mengenai usia paruh baya dan usia lebih tua, dan terjadi akibat
penyempitan kanal spinal secara perlahan, mulai dari gangguan akibat penebalan
ligamen, sendi faset yang membesar, dan diskus yang menonjol. Biasanya seseorang
dengan stenosis tulang belakang memiliki keluhan khas nyeri yang luar biasa pada
tungkai atau betis dan punggung bagian bawah bila berjalan (Apsari et al., 2015).
B. Etiologi
Terdapat 3 faktor yang menjadi penyebab lumbal spinal canal stenosis, yaitu:
1. Pertumbuhan berlebih pada tulang.
2. Ligamentum flavum hipertrofi
3. Prolaps diskus
Sebagian besar kasus stenosis kanal lumbal adalah karena progresif tulang dan
pertumbuhan berlebih jaringan lunak dari arthritis. Risiko terjadinya stenosis tulang
belakang meningkat pada orang yang:
1. Terlahir dengan kanal spinal yang sempit
2. Jenis kelamin wanita lebih beresiko daripada pria
3. Usia 50 tahun atau lebih (osteofit atau tonjolan tulang berkaitan dengan
pertambahan usia)
4. Pernah mengalami cedera tulang belakang sebelumnya
C. Web Of Caution (WOC)

(Rian,2014)
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang dirasakan tiap pasien berbeda tergantung pola dan distribusi stenosis.
Gejala bisa berhubungan dengan satu akar saraf pada satu level. Adapun manifestasi
kliniknya adalah:
1. Kebanyakan pasien mengeluh pada nyeri pinggang bawah (95%)
2. Nyeri pada ekstremitas bawah (71%) berupa rasa terbakar yang sifatnya hilang
timbul, kesemutan, berat, geli di posterior atau posterolateral tungkai
3. Kelemahan (33%) yang menjalar ke ekstremitas bawah memburuk dengan berdiri
lama, beraktivitas, atau ekstensi lumbal yang biasanya berkurang pada saat duduk,
berbaring, dan posisi fleksi lumbal

E. Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi empat grup yaitu , infeksi,vaskuler, kardiorespirasi,
dan kematian. Kematian berkorelasi dengan usia dan penyakit komorbid karena lumbar
stenosis lebih banyak mengenai populasi lanjut usia maka kemungkinan terjadi
komplikasi pasca operasi lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Selain itu juga
lebih banyak penyakit penyerta pada orang lanjut usia yang akan mempengaruhi proses
pemulihan pasca operasi.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk memastikan canal lumbal stenosis mencakup :
1. Sensasi kulit, kekuatan otot, dan refleks
2. Romberg tes, uji pinggul ekstensi dan tes fungsi neuromuskuler
3. Foto polos x-ray Lumbosacral
Merupakan penilaian rutin untuk pasien dengan back pain. Dibuat dalam posisi
AP lateral dan obliq, dengan tampak gambaran kerucut lumbosacral junction, dan spina
dalam posisi fleksi dan ekstensi. Diharapkan untuk mendapat informasiketidakstabilan
segmen maupun deformitas.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan gold standar diagnosis lumbar stenosis dan perencanaan operasi.
Kelebihannya adalah bisa mengakses jumlah segmen yang terkena, sertamengevaluasi
bila ada tumor, infeksi bila dicurigai. Selain itu bisa membedakandengan baik kondisi
central stenosis dan lateral stenosis.
5. CT Scan
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan tulang apapun yang dapat menempel ke
tulang punggung dan mengambil ruang di sekitar saraf tulang belakang.
6. EMG (Elektromiogram).
Dilakukan jika ada kekhawatiran tentang masalahneurologis. Ini dilakukan untuk
memeriksa apakah jalur motor saraf bekerja dengan benar.
7. SSEP (Somatosensori Test)
Tes ini dilakukan untuk mencari lebih tepatnya di manasaraf tulang belakang
tertekan. SSEP digunakan untuk mengukur sensasi saraf seperti rasa sakit,suhu, dan
sentuhan.
8. Tes darah
Untuk menentukan apakah gejala disebabkan dari kondisi lain, sepertiarthritis atau
infeksi.
G. Penatalaksanaan
Terdapat dua (2) penatalaksanaan medis untuk mengatasi canal stenosis lumbal,
sebagai berikut :
1. Terapi Konservatif
a. Obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengurangi inflamasi dan
menghilangkan nyeri
b. Analgesik untuk menghilangkan nyeri
c. Blok akar saraf untuk menghilangkan nyeri sementara
d. Program latihan atau fisioterapi untuk mempertahankan gerakan tulang
belakang, memperkuat otot perut dan punggung, serta membangun stamina.
e. Korset lumbal untuk memberikan dukungan dan membantu pasien
mendapatkan kembali mobilitasnya.
f. Akupuntur dapat menstimulasi lokasi-lokasi tertentu pada kulit melalui
berbagai teknik, sebagian besar dengan memanipulasi jarum tipis dan keras
dari bahanmetal yang memenetrasi kulit.
2. Terapi Operatif
Indikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah berat, defisit neurologis
yang progresif, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan
menyebabkan penurunan kualitas hidup, serta terapi konservatif yang gagal.
Prosedur yang paling standar dilakukan adalah laminektomi dekompresi.
Tindakan operasi bertujuan untuk dekompresi akar saraf dengan berbagai tekhnik
sehingga diharapkan bisa mengurangi gejala pada tungkai bawah dan bukan untuk
mengurangi LBP (low back pain).

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Penilaian kelancaran airway pada klien yang mengalami canal stenosis
lumbal, melakukan inspeksi kemungkinan obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing. Tehnik yang dilakukan adalah chin lift atau jaw trust
merupakan tekhnik untuk membebaskan jalan nafas.
2) Breathing
Dada klien harus dibuka untuk melihat pernafasan yang baik. Auskultasi
dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru. Perkusi dilakukan
untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi
dapat mengetahui kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi.
Evaluasi kesulitan pernafasan karena edema pada klien cedera wajah dan leher.
Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru, open pneumothoraks dan
hemathotoraks massif. Jika terjadi hal yang demikian siapkan klien untuk intubasi
trakea atau trakeostomi sesuai indikasi
3) Circulation
Apabila terdapat perdarahan, maka kontrol perdarahan dengan monitor input
dan output cairan atau darah. Kontrol juga Tekanan darah, Nadi, dan kondisi
sirkulasi dalam darah pasien seperti Hasil Lab darah (Hb, Hct, PLT, WBC, RBC,
dan lain sebagainya), kaji tanda-tanda syok yaitu penurunan tekanan darah, kulit
dingin, lembab dan nadi. Pertahankan tekanan darah dengan infus RL, Berikan
transfusi darah untuk terapi komponen darah sesuai ketentuan setelah tersedia
darah. Berikan oksigen karena obstruksi jantung paru menyebabkan penurunan
suplai oksigen pada jaringan menyebabkan colaps sirkulsi. Pembebatan
ekstremitas dan pengendalian nyeri penting dalam mengatasi syok yang menyertai
fraktur.
4) Disability
Dievalusai keadaan neurologisnya secara cepat, yaitu tingkat kesadaran
ukuran dan reaksi pupil. Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan
oksigen atau penurunan perfusi ke otak atau perlukaan pada otak. Perubahan
kesadaran perlu dilakukannya pemeriksaan terhadap keadaan ventilasi, perfusi dan
oksigenasi.
b. Pengkajian Sekunder
1) Kaji riwayat trauma dan mengetahui riwayat trauma.
2) Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaku secara
sistematis, inspeksi adanya laserasi bengkak dan deformitas.
3) Kaji adanya nyeri pada area pinggang
4) Kaji adanya penekanan saraf
5) Kaji adanya perdarahan
6) Kaji adanya sindrom kompartemen, fraktur terbuka, tertutup dapat
menyebabkan perdarahan atau hematoma pada daerah yang tertutup sehingga
menyebabkan penekanan saraf.
7) Kaji TTV secara berkala
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri Kronis b/d Penekanan sistem saraf (Kategori : Psikologis, Sub Kategori
: Nyeri dan Keamanan. D.0078)
2) Gangguan Mobilitas Fisik b/d Gangguan Muskuloskeletal (Kategori :
Psikologis, Sub Kategori : Aktivitas/Istirahat. D.0054)
3) Ansietas b/d krisis situasional/ kurang terpapar informasi (Kategori: Psikologi
Subkategori: integritas Ego. D.0080)
b. Post Operasi
1) Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif
2) Resiko Perifer Tidak Efektif
3) Resiko Perdarahan
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
NO Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Nyeri Kronis b/d Setelah dilakukan 1. Identifikasi PQRST 1. Agar mengetahui tingkat nyeri
Penekanan sistem intervensi 3 x 24 Jam 2. Identifikasi pemahaman tentang 2. Untuk mengetahui tentang
saraf (Kategori : maka tingkat nyeri kondisi, situasi, dan perasaannya kondisi, situasi, dan perasaan
Psikologis, Sub menurun dengan kriteria 3. Berikan posisi yang nyaman klien
Kategori : Nyeri hasil : 4. Beri dan ajarkan teknik 3. Agar klien merasa nyaman
dan Keamanan. 1. keluhan nyeri menurun nonfarmakologi untuk 4. Agar mengurangi rasa nyeri
D.0078) (5) mengurangi rasa nyeri (kompres 5. Untuk mengetahui
Gangguan 2. kesulitan tidur menurun hangat/dingin) keberhasilan terapi
(5) 5. Ciptakan lingkungan yang komplementer yang diberikan
nyaman 6. Agar rasa nyeri berkurang
6. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
7. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
2 Mobilitas Fisik b/d Setelah dilakukan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Untuk mengetahui tujuan dan
Gangguan intervensi 3 x 24 Jam mobilisasi prosedur mobilisasi
Muskuloskeletal maka mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik 2. Agar mentoleransi fisik untuk
(Kategori : meningkat dengan kriteria melakukan kegiatan melakukan kegiatan
Psikologis, Sub hasil : 3. Fasilitasi melakukan
Kategori : 1. Pergerakan ekstremitas pergerakan
Aktivitas/Istirahat. cukup meningkat (4)
D.0054) 2. Kekuatan otot cukup
meningkat (4)
3. Kaku sendi menurun (5)
3 Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
situasional/ kurang intervensi 3 x 24 Jam berubah
terpapar informasi diharapkan tingkat ansietas 2. Ciptakan suasana terapeutik
(Kategori: menurun dengan kriteria untuk menumbuhkan kepercayaan
Psikologi hasil : 3. Informasikan secara factual
Subkategori: 1. verbalisasi khawatir mengenai diagnosis, pengobatan
integritas Ego. akibat kondisi yang dan prognosis
D.0080) dihadapi menurun (5) 4. Latih kegiatan pengalihan
2. perilaku gelisah untuk mengurangi ketenganagan
menurun (5)
3. Frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah
menurun (5)
b. Post Operasi
NO Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Resiko Perdarahan Setelah diberikan Observasi 1. Mencegah terjadinya
intervensi selama 1x24 1. Monitor tanda dan gejala keparahan perdarahan
jam diharapkan Tingkat perdarahan 2. Mengurangi aktifitas berlebih
Perdarahan Menurun Terapeutik 3. Mengurangi adanya luka
dengan kriteria hasil : 1. Pertahankan Bedrest tekan akibar bedrest
1. Perdarahan pasca 2. Gunakan Kasur pencegah 4. Mendapatkan penanganan
operasi menurun decubitus yang tepat
2. Hemoglobin Edukasi 5. Membantu meminimalisir
membaik 1. Anjurkan melapor jika terjadinya syok saat
3. Tekanan darah teradi perdarahan perdarahan
membaik Kolaborasi
SLKI/L.02017/147 1. Kolaborasi Pemberian
transfuse darah
SIKI/I.02067/283
2 Resiko Perfusi Setelah diberikan tindakan Observasi 1. Memantau sirkulasi area
Perifer Tidak keperawatan selama 1x24 1. Periksa sirkulasi perifer ekstermitas
Efektif jam diharapkan Perfusi (nadi perifer, edema, crt, 2. Mencegah ketidakefektifan
Perifer Meningkat dengan warna, suhu) tindakan keperawatan
kriteria hasil : Terapeutik 3. Mengetahui adanya oksigen
1. Denyut nadi perifer 1. Hindari pemasangan yang baik pada area
meningkat infus / pengambilan darah ekstermitas
2. Sensasi meningkat di area keterbatasan sendi 4. Memantau keadaan umum
3. Warna kulit pucat 2. Lakukan perawatan kaki seperti suhu, warna dan
menurun dan kuku kepekaan daerah ekstermitas
4. Pengisian kapiler Edukasi bawah
membaik 1. Anjurkan melakukan
5. Turgor kulit perawatan kulit yang tepat
membaik SIKI/I.02079/345
Hipovolemia Setelah diberikan tindakan Observasi 1. Mempermudah mendeteksi
berhubungan keperawatan selama 1x 24 1. Periksa tanda gejala dini tanda hipovlemi
dengan Kehilangan jam diharapkan Status hypovolemia (frekuensi 2. Mengetahui berapa banyak
cairan aktif Cairan Membaik, dengan nadi,tekanan darah, turgor cairan yan diberikan
kriteria hasil : kulit, membrane mukosa) 3. Menghitung berapa cairan
1. Kekuatan nadi 2. Monitor intake output yang diserap dalam tubuh
meningkat cairan 4. Menyimbangkan kebutuhan
2. Turgor kulit Terapeutik cairan dalam tubuh
meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan 5. Menghindari adanya
3. Output urine 2. Berikan asupan cairan oral peningkatan kehilangan
meningkat Edukasi cairan (perdarahan)
1. Anjurkan menghindari 6. Memenuhi cairan tubuh yang
perpindahan posisi yang hilang
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (NaCl,
RL)
SIKI/I.03116/184
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, D., Suhindra, F. and Agustina, F. (2013) ‘Asuhan keperawatan pada Tn.N
dengan stenosis kanal lumbal di bangsal melati 3 rsup dr soeradji
tirtonegoro klaten’, pp. 1–73.
Apsari, P. I. B. et al. (2015) ‘Diagnosa dan Tatalaksana Lumbal Spinal Canal Stenosis’,
pp. 1–18.
Dorland. (2014). Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 29. Buku Kedokteran EGC
Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical Nursing.
7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Ketut S (2018). Penyakit Degenerasi Lumbal Diagnosis dan Tata Laksana. Udayana
University Press Denpasar Bali
TIM PPNI, DKK (2017) STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA,
EDISI I CETAKAN III, TIM POKJA SDKI DPP PPNI,Jl Raya Lenteng
Agung No 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
TIM PPNI, DKK (2017) STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA,
EDISI I CETAKAN II, TIM POKJA SDKI DPP PPNI,Jl Raya Lenteng
Agung No 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610
TIM PPNI, DKK (2017) STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA,
EDISI I CETAKAN II, TIM POKJA SDKI DPP PPNI,Jl Raya Lenteng
Agung No 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

Anda mungkin juga menyukai