Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. S merupakan wanita dengan umur 83 tahun datang ke Rumah Sakit Pusat
Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya dengan diagnose Fraktur Femur. Pasien datang
dan dilakukan rawat inap pada tanggal 09 April 2021 di ruang rawat F2. Pasien
rencana dilakukan tindakan operasi dengan tindakan Partial Hip Replecement pada 15
April 2021 di Ruang OK Central. Prosedur operasi merupakan tindakan infasif
dimana akan memberikan dampak dan efek samping untuk penderita. Maka dari itu
perlu adanya pemberian edukasi kepada keluarga maupun pasien terkait jenis operasi
dan pengertian tindakan yang dilakukan, serta resiko kemungkinan yang terjadi
selama operasi. Dengan beberapa penjelasan yang telah disampaikan maka keluarga
perlu mengisi lembar inform contcent bedah dan lembar infrm concent anasthesi.
Pada persiapan sebelum dilakukannya operasi pasien telah melakukan puasa sesuai
dengan advis dokter yang telah diberikan. Pada tanggal 15 April 2021 dengan rencana
operasi yang telah dijadwalkan maka segera ditujukan transfer antar ruang dimana
pasien yang semula diberikan perawatan di ruang F2 akan dipindahkan ke ruang
operasi denan pemantauan di rawat premedikasi terlebih dahulu. Dalam ruang
premedikasi terdapat beberapa pengecekan kembali data data pasien. Ny. S
merupakan wanita dengan usia 83 tahun dengan fraktur femur dan akan direncanakan
tindakan operasi Partial Hip Replecement. dengan memperhatikan kondisi pasien
yang baik, tidak ada alergi makanan, minuman maupun obat dengan metode
pemindahan brankard.
Dalam pemeriksaan penunjang telah terkaji bahwa pasien telah melakukan
pemeriksaan laborat dan disertai dengan hasil rontgen. Karena perlu melewati
proedur operasi kondisi pasien saat berpindah ruangan terkaji cemas dengan
kesadaran composmentis dngan total GCS 15 dan keadaan umum baik. Pada
pemeriksaan awal dimana terkaji tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah :
160/92 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali permenit, suhu 36,5 oC
dengan pantauan saturasi oksigen sebesar 99%. Terpantau peralatan yang digunakan
pasien adalah brancart dengan terpasang infus RL dengan pemberian intravena
sebagai pemenuhan cairan, didampingi oleh perawat ruangan dan di setujui oleh
keluarga pasieen (anak) atas pemindahan dari ruang F2 ke ruang operasi (pre
medikasi).
Pasien datang ke ruang premediksi pada pukul 07.00 dengan menggunakan
brancart sesuai dengan rencana operasi. Pasien menggunakan anasthesi jenis SAB
dan epidural dengan jenis operasi bersi dan khusus. Pada persiapan pasien perlu
beberapa hal yang diperhatikan dan telah terkaji diantaranya adalah : pasien telah
mempersiapkan administrasi surat ijin operasi, surat ijin pembiusan yang telah
ditanda tangani oleh keluarga dan persetujuan SJP/ASKES. Pada pemeriksaan
diagnostic pasien telah melewati beberpa pemeriksaan diantaranya adalah
pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan laboratorium. Pada persiapan awal pasien
perlu dilakukan pengkajian untuk mengetahui kondisi fisik pasien dengan
pemeriksaan dasar meliputi tekanan darah : 137/77mmHg, nadi 98 kali per menit,
respirasi 20 kali permenit, serta suhu 36oC. Pasien telah melakukan puasa dan terakir
makan pada pukul 24.00 dengan memperhatikan bahwa tidak adanya persiapan
cukur, penggunaan jam tangan, tidak adanyapenggunaan perhiasan serta tidak
digunakannya gigi palsu. Pada diri pasien juga terkaji bahwasanya terpasang
penggunaan infus RL. Disini perlu mengkaji adanya riwayat penyakit masa lalu
pasien guna menentukan efek atau adanya dampak yang berkelanjutan setelah
dilakukannya operasi. Pada Ny. S terkaji bahwasanya pasien tidak memiliki riwayat
penyakit masalalu seperti adanya penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan asma
yang dapat memperngauhi prognosis pasca operasi yang akan dilakukan. Disini
pasien juga dibekali cairan infus beserta obat sesuai dengan advis dokter.
Pada saat dilakukan transfer pasien dari ruang pre medikasi ke ruang rawat
OK 1 dipastikan kembali bahwa tepat diagnose pasien dengan fraktur femur dengan
tindakan yang akan dilakukan adalah Partial Hip Replecement dengan alasan merujuk
pemasangan bone cement yang terkaji bahwa kondisi pasien baik, metode
pemindahan menggunakan brencart dengan tidak ada riwayat alergi.Memasuki
pengkajian intra operasi dimana anasthesi dimulai pada pukul 07.45 hingga 08.45
dengan jenis pembiusan spinal . Diketahui bahwasanya pasien terpasang infus pada
posisi tangan kanan dengan menggunakan jenis cairan RL 20 tpm. Pada kasus ini
menggunakan posissioning lateral dengan jenis operasi bersih. Golongan operasi
khusus dengann terpasang cateter urin yang dilakukan di ruang OK. Pada sebelum
prosedur pembedahan diketahui bahwa area insisi telah dilakukan desinfeksi kulit
menggunakan providone iodine pada daerah insisi anterior approach dengan adanya
diatermi yang terpasang pada paha kiri . Selama operasi berlangsung telah diketahui
bahwasanya memperhatikan monitor anastesi dengan penggunaan mesin anasthesi
namun tidak menggunakan pemakaian torniquet serta tamponade. Pada instrument
terkait pembedahan tersebut terkaji bahwasanya menggunakan kassa yang terpakai
sebanyak 40 lembar, deppres yang digunakan selama operasi sebanyak 10 biji, pisau
yang dipakai operasi sebanyak 2 buah dengan ukuran 10/20 dengan menggunakan
jarum sebanyak 1 buah dengan ukuran 1,20. Instrumen terkaji lengkap tanpa
penggunaan formalin dengan perhatian khusus bahwasanya terpasang bipolar dengan
bone cement 40 mg dengan control perdarahan drain ok 16.
Pada prosedur kelanjutan dengan memperhatikan ceklist keselamatan pasien
pembedahan dengan diagnose fraktur femur dengan tindakan Partial Hip
Replecement pemasangan bipolar dengan fiksasi bone cement. Terkaji bahwasanya
pada prosededur Sign in yang idealnya dilakukan sebelum induksi anasthesi, dihadiri
minimal perawat OK dan perawat anasthesi dengan memperhatikan cakupan
indikator bahwa pasien telah terkaji terpasang identitas gelang pasien, dengan
penandaan operasi , prosedur opersi dan persetujuan operasi yang telah dilakukan
keluarga pasien. . terkaji bahwasanya lokasi nyeri sudah diberikan tanda . Mesin dan
obat obatan terkaji telah di cek dan telah dipastikan dapat digunakan dengan baik,
pulse oximeter telah dicek dan berfungsi. Pada pasien terkaji tidak memiliki riwayat
alergii, resiko kemungkinan terjadi kehilngan darah 500 ml (7ml/kg Bb pada anak)
dan terpasang 2 akses intravena guna dilakukan rencana terapi cairan.
Pada prosedur Time out yang idealnya dilkukan sebelum insisi dihadiri oleh
perawat, ahli anasthesi dan operator yng dibacakan dengan keras guna
mengkonfirmasi kembali tindakan yang akan dilakukan. beberapa hal yang dilakukan
konfirmasi kembali adalah menyebutkan nama dan peran masing-masing seluruh
anggota tim , mengkonfirmasi adanya nama pasien, procedure tindakan, lokasi insisi,
serta fikasasi asien. Penggunaan profilaksis antibiotic dengan penggunaan 30 menit
sebelumnya dan diberikan oleh perawat. Pengkonfirmasian kembali bahwa adanya
kemungkinan kesulitan yang timbul dalam operasi, estimasi waktu lamanya operasi
(2 jam) dengan perkiran kehulangan darah sebanyak 100 cc dengan memperhatikan
masalah khusus beserta langkah antisipasi dan pengecekan kembali kesiapan alat.
Pada prosedur akhir dimana Sign out dengan idealnya dilakukan sebelum
pasien meninggalkan OK, dihadiri oleh perawat anastesi operator dan dibacarak
denan suarayang keras dan jelas guna mengidentifiksi beberapa faktor penting
lainnya. Pengkonfirmasian kembali secara verbal tentng nama prosedur tindakan
dengan memperhatikan jumlah instrument, sponge, jarum sesuai dengan
kelengkapannya. Pengecekan kelengkapan instrument meliputi beberapa item seperti
penggunaan instrument 45 terkaji lengkap, kassa 40 terkaji lengkap , depers 6 terkaji
lengkap, jarum 2 terkaji lengkap, pisau 2 terkaji lengkap. Terpantau bahwa tidak
adanya masalah dengan peralatan selama operasi. dan tidak ada pesan khusus yang
disampaikan oleh ahli bedah, ahli anasthesi dan perawat bedah untuk perawat di
recovery room.

Anda mungkin juga menyukai