Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7558 (Online)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2020: 92-102 2548-7868 (Cetak)
ABSTRAK: Fenomena kekerasan dalam berpacaran bukan hanya terjadi di ruang tertutup atau pribadi
saja melainkan sangat mudah ditemukan di ruang publik seperti halaman sekolah, tempat rental komputer,
taman, trotoar, kendaraan umum, pada penumpang kendaraan roda dua di tengah lalu lintas. Dan ketika
peristiwa itu berlangsung serta disaksikan oleh masyarakat umum, pelaku dan korban tidak merasa
terganggu, rikuh, malu, atau berhenti. Padahal kekerasan dalam pacaran di kalangan remaja merupakan
salah satu akses kepada kekerasan dalam rumah tangga, apabila hal ini tidak ditangani secara benar
sebelum berkelanjutan dengan korban yang mengalami dampak pada fisik, psikis, sosial, moral, ekonomi
dan masa depan generasi penerus. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan mengkaji
fenomena kekerasan dalam pacaran dari sudut pandang Alkitab dan psikologi, dimana secara psikologis
kekerasan seksual yang terjadi pada masa remaja berdampak negatif bagi pelaku maupun korban
kekerasan seksual. Adapun kekerasan pada masa berpacaran dapat disebabkan karena remaja mengalami
loncatan akibat gejolak hormon dan pesatnya teknologi informasi. Secara teologis hubungan seks sebelum
menikah adalah tindakan merusak kehidupan para pelakunya dan kekerasan pada masa berpacaran
merupakan tindakan yang bertentangan dengan konsep imago dei.
ABSTRACT: The phenomenon of dating violence does not only occur in closed or private spaces but is
very easy to find in public spaces such as school yards, computer rental places, parks, sidewalks, public
transportation, on two-wheeled vehicle passengers in the middle of traffic. And when the event took place
and was witnessed by the general public, the perpetrators and victims did not feel disturbed,
uncomfortable, embarrassed, or stopped. Whereas violence in courtship among adolescents is one access
to domestic violence, if this is not handled properly before it is sustained with victims who have an
impact on the physical, psychological, social, moral, economic and future generations. The method used
is descriptive research by examining the phenomenon of dating violence from the perspective of the Bible
and psychology, where psychologically sexual violence that occurs during adolescence has a negative
impact on perpetrators and victims of sexual violence. The violence during dating can be caused by
adolescents experiencing jumps due to hormone fluctuations and rapid information technology.
Theologically sex before marriage is an act of destroying the lives of the perpetrators and violence during
dating is an action that is contrary to the concept of Imago dei.
M. Hamadi & R. Diana, Tinjauan Psiko-Teologis Terhadap Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran…. 93
lam pacaran untuk menghasilkan sebuah tinjauan sif yang selalu minta disalurkan) serta superego
tentang fenomena kekerasan dalam pacaran dengan yang berisi larangan-larangan yang menghambat na-
mencermati berbagai penelitian yang sudah dipubli- luri-naluri itu (Sarwono, 2002; Wijaya & Darma-
kasikan dalam jurnal dan repository dengan akses wan, 2019). Selanjutnya, ego masih harus memper-
secara daring. Pencermatan terhadap aspek psikolo- timbangkan realitas di dunia luar sebelum menam-
gis dan teologis berdasarkan sumber-sumber pustaka pilkan perilaku tertentu. Sehingga Amnon –seperti
yang relevan berkaitan dengan aspek tersebut yang teori Freud, yang dikuasai naluri seksualnya telah
pemaknaannya diwarnai dengan kegelisahan atas pe- melampaui superegonya sehingga egonya pun tidak
ngalaman menyaksikan langsung peristiwa yang ter- diberi kesempatan untuk memberi pertimbangan rea-
jadi di lingkungan masyarakat. Hasil analisis dari litas dari luar yaitu saran Tamar untuk melalui pro-
proses tersebut disajikan secara deskriptif dan pola ses peminangan yang berlaku (2 Sam 13:12-13) de-
ini menurut Darmawan (Darmawan & Asriningsari, ngan berkata,
2018) dapat digunakan dalam kajian teologis untuk Tidak kakakku, jangan perkosa aku, sebab
mengemukakan sebuah pandangan secara teologis. orang tidak berlaku seperti itu di Israel. Ja-
nganlah berbuat noda seperti itu. Dan aku, ke
manakah kubawa kecemaranku? Dan engkau
Jurnal ini, engkau akan dianggap sebagai orang yang
Analisis
Sumber Display bebal di Israel. Oleh sebab itu, berbicaralah de-
makna
Buku ngan raja, sebab ia tidak akan menolak mem-
berikan aku kepadamu.
Gambar 1. Proses Penelitian Lain halnya dengan pandangan Erikson, seorang
neo-psikoanalisis yang berpendapat bahwa manusia
PEMBAHASAN adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan
perilakunya dikendalikan oleh ego yang lebih ba-
Perspektif Teologi tentang Kekerasan Dalam nyak dipengaruhi oleh faktor sosial daripada do-
Pacaran rongan seksual. Dalam kasus Amnon pun teori Erik-
son masih berpadanan karena memang pada awalnya
Kasus Amnon dan Tamar Amnon (2 Sam. 13:1-2: Amnon bin Daud jatuh cinta
Kasus Amnon & Tamar merupakan salah sa- kepadanya. Hati Amnon sangat tergoda, sehingga ia
tu wujud dari kekerasan dalam pacaran yang dicatat jatuh sakit karena Tamar) secara pribadi tidak punya
Alkitab (2 Sam. 13:1-22). Pemerkosaan Amnon ter- keberanian untuk melampiaskan dorongan seksual-
hadap Tamar didorong oleh hawa nafsu belaka yang nya terhadap Tamar karena menurut anggapan Am-
membutakan akal sehatnya untuk menunda penya- non mustahil untuk melakukan sesuatu terhadap Ta-
lurannya yang secara budaya harus dilakukan setelah mar (2 Sam. 13:2). Namun setelah Yonadab, sebagai
proses peminangan yang berlaku pada masa itu (2 bagian dari faktor sosial memberi solusi, maka terja-
Sam 13:13). Namun rupanya nafsu birahi Amnon dilah malapetaka itu. Dalam 2 Samuel 13:3-5:
sudah menodai Tamar, dan tidak berhenti sampai di- Amnon mempunyai seorang sahabat bernama
situ, melainkan berkembang sampai melahirkan ke- Yonadab, anak Simea kakak Daud. Yonadab itu
bencian yang amat sangat terhadap korban pelam- seorang yang sangat cerdik. Katanya kepada
piasannya dengan mengusir Tamar. Seperti teori Amnon: "Hai anak raja, mengapa engkau demi-
kian merana setiap pagi? Tidakkah lebih baik
Freud seorang psikoanalisis yang berpendapat bah- engkau memberitahukannya kepadaku?" Kata
wa faktor bakat yang terpenting pada jiwa manusia Amnon kepadanya: "Aku cinta kepada Tamar,
adalah naluri seksual, dimana inti dari kepribadian adik perempuan Absalom, saudaraku itu." Lalu
manusia adalah Ego yang harus menghadapi konflik berkatalah Yonadab kepadanya: "Berbaringlah
di tempat tidurmu dan berbuat pura-pura sakit.
antara Id (yang berisi naluri-naluri seksual dan agre-
M. Hamadi & R. Diana, Tinjauan Psiko-Teologis Terhadap Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran…. 95
yang diciptakan segambar dengan Allah. Manusia tumbuh memampukan anak melewati berbagai krisis
memiliki nilai yang tak terbatas dalam setiap hu- kehidupan baik hal biologis maupun moral juga hal
bungan sosial. Setiap manusia berharga, apa pun ke- yang berkaitan dengan etika Kristen. Sambil tetap
bangsaannya, warna kulit, kepercayaan ataupun ke- menjaga hak memilih yang Tuhan karuniakan kepa-
budayaannya. Dalam pandangan Allah, semua ma- da manusia tanpa membatasi kebebasan. Namun se-
nusia mempunyai hak dan nilai yang sama sebagai tiap perbudakan termasuk perbudakan seks adalah
Gambar Allah yang bukan untuk disalahgunakan se- sesuatu yang tidak dapat dibenarkan.
bagai alat demi mencapai kepuasan dan tujuan pri- Karena walau kitab Ulangan 4:32 mengi-
badi yang mementingkan diri sendiri, melainkan un- ngatkan umat Israel tentang kebesaran perbuatan Al-
tuk memuliakan Allah, Sang Pencipta. Sehingga ke- lah dalam proses penciptaan manusia, namun sama
pada anak harus ditanamkan suatu pertanyaan se- halnya dengan umat manusia pada masa kini yang
bagai bahan pertimbangan ketika anak diperhadap- seringkali menganggap dirinya sebagai makhluk
kan kepada pilihan untuk membuat keputusan dan yang kerdil dan rendah. Sehingga sikap penghormat-
bagi saudaranya bertanggung jawab untuk menjadi an terhadap Allah Pencipta dan kepada dirinya ma-
penjaga yang saling menjaga. sing-masingpun tidak sepadan dengan maksud Allah
yang memberi kedaulatan untuk menjadi penguasa.
Kekerasan Dalam Pacaran Dalam Perspektif Seperti halnya yang terjadi pada salah seorang ma-
Teologi Sistematika nusia pertama yang merendahkan dirinya setara de-
Konsep Imago Dei dalam diri remaja seba- ngan ular padahal diberi kesempatan dan otoritas un-
gai ciptaan Allah seperti juga pandangan Barth tuk mengendalikan pengambilan keputusan atas hi-
(1991, p. 50) disebut sebagai makhluk utama dan dupnya (Kej. 3:1-5). Perendahan citra diri ini ber-
mahkota segala makhluk memerlukan semangat ke- kelanjutan dengan pembunuhan terhadap Habil (Kej
tekunan untuk mengajarkannya dari generasi ke ge- 4:8) oleh kakaknya sendiri yang tidak menghargai
nerasi (Shema) tanpa lelah. Penghargaan yang se- keturunan makhluk utama ciptaan Allah.
demikian tinggi kepada manusia sebagai ciptaan Penghormatan manusia terhadap citra diri-
Allah walau dibentuk dari debu dan tanah merupa- nya semakin merosot dengan berbagai perilaku jahat
kan modal dasar pemahaman dan keyakinan diri pa- yang nampak dari penghinaan terhadap pasangan hi-
ra remaja. Khususnya ketika mereka sedang menga- dup dan lembaga pernikahan dengan memilih perce-
lami kegalauan atas krisis perubahan dalam dirinya raian ketika terjadi masalah. Para orang tua yang
yang tidak seimbang ditambah pula dengan tuntutan menyakiti, menganiaya, memperdagangkan, menyia-
masyarakat atasnya yang berpotensi mengaburkan nyiakan bahkan membunuh anak yang dipercayakan
konsep tentang sifat hakiki manusia dan konsep diri Tuhan kepadanya. Para remaja dan pemuda hidup
yang paling mendasar. Gambar Allah melekat baik bebas melakukan hubungan seks tanpa terikat janji
kepada laki-laki maupun perempuan, artinya manu- nikah, bahkan sampai memiliki keberanian untuk
sia memiliki martabat dan layak mendapat penghor- menggugurkan kandungan dengan cara yang bere-
matan dari sesama manusia, namun keberdosaan te- siko tinggi dari hasil hubungan di luar nikah. Pada-
lah merendahkan hakekat Imago Dei. Orang tua dan hal menurut Knoers et al (1989, p. 16) penginte-
gereja bertanggung jawab untuk menghidupkan kem- grasian Sexus (nafsu seks) dan Eros (rasa kasih yang
bali potensi dalam persekutuan dengan Allah sesuai mempunyai hakekat etis) serta berbagai macam nilai
dengan panggilan Allah bagi setiap umatnya. Pe- hidup dalam suatu sistem nilai pribadi bersamaan
nanaman hakekat gambar Allah dalam kehidupan dengan penemuan diri dan pembentukan suatu ren-
anak harus dilakukan sedini mungkin sehingga ka- cana hidup yang pribadi adalah inti perkembangan
rakter yang terbentuk karena benih iman yang ber- seseorang. Krisis terhadap penghayatan nilai hidup
M. Hamadi & R. Diana, Tinjauan Psiko-Teologis Terhadap Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran…. 97
kalau gagal, menimbulkan rasa tidak bahagia dan kekuasaan tipe traditional authority mengenai jenis
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. wewenang yang berkembang dalam kehidupan tra-
Menurut Mappiare (1982, p. 99) tugas-tugas disional yang mana keabsahannya berdasarkan tradi-
perkembangan pada remaja yang berhubungan de- si yang dianggap suci, yaitu patriarkhalisme tentang
ngan seksual, yaitu: 1) Menerima keadaan fisiknya jenis wewenang yang didasarkan pada senioritas di-
dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita; mana pihak yang lebih tua atau senior dianggap me-
2) Menjalin hubungan baru dengan teman-teman se- miliki kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, seba-
baya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin; gian masyarakat Indonesia menganut sistim ini se-
3) Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup hingga wewenang ayah, suami, anggota tertua atau
berkeluarga. Knoers et al (1989, p. 220) mengamati anak tertua dalam rumah tangga sangat dihormati,
krisis remaja sebagai suatu masa dengan gejala yang diutamakan dibandingkan dengan yang lebih muda.
menunjukkan adanya pembelokan dalam perkem- Hal ini terpola dalam kehidupan anak-anak, sehing-
bangan dan suatu kepekaan serta labilitas yang me- ga dalam konteks berpacaran pun, rasa ingin me-
ningkat. Hal ini terjadi karena dipicu oleh percepat- nguasai satu terhadap yang lain muncul. Utamanya
an pertumbuhan pada periode antara usia 11 dan 13 jika dalam rumah pelaku mengalami perendahan
tahun untuk anak wanita dengan permulaannya pada karena status sebagai yang muda atau bahkan yang
usia 11 tahun dan puncaknya pada usia 14 tahun. tua pun sudah terbiasa berada pada posisi sebagai
Namun hal ini tidak bersamaan waktu keberlang- yang lebih berkuasa. Namun tendensi suatu kekuasa-
sungannya dengan anak laki-laki yang nampaknya an dalam berpacaran pun tergantung adanya peluang
lebih lambat tetapi berakhir pada usia 15 tahun dari hubungan antara pihak yang memiliki kemam-
(Fauziyah, 2019). Selain juga terjadinya kesenjangan puan untuk melancarkan pengaruhnya dengan me-
antara tuntutan sosial dengan kesiapan yang belum merintah atau peran sebagai pengambil keputusan
maksimal untuk berperan sebagai orang dewasa bagi pihak lain baik secara paksaan atau tidak. Pada
yang mengakibatkan frustasi dan konflik batin (Suri- umumnya laki-laki ingin menguasai perempuan dan
tno, 2011, p. 24). Belum lagi terjadinya penyim- ketika maksudnya mengalami hambatan, tidak ja-
pangan-penyimpangan pada bentuk badan khas wa- rang muncul sikap agresi secara fisik ataupun verbal
nita atau khas laki-laki yang menimbulkan kegusar- terhadap objeknya (Susantyo, 2011, p. 189). Se-
an karena menyangkut penampilan dirinya. hingga kekerasan dalam pacaran berpotensi terjadi
di tengah masyarakat yang menganut pola patriarki
Aspek Psikologi Sosial Tentang Kekerasan Dalam dengan tambahan mitos yang berkembang bahwa
Pacaran kekerasan, pengekangan, dan sikap posesif yang ber-
Pengaruh budaya, lingkungan dan masyara- lebihan merupakan wujud rasa sayang dan melin-
kat mengandung dua sisi seperti pada mata uang dungi sehingga remaja perempuan yang terpengaruh
yang satu merupakan penunjang bagi pertumbuhan dengan mitos ini, bersikap pasif dan pasrah atas
anak manusia, sekaligus bisa juga menjadi pengham- perlakuan pacarnya yang tidak senonoh sekalipun.
bat bahkan penyesat. Hal ini tergantung dari bagai- Ditinjau dari segi perkembangan sosial di
mana pembekalan yang mendasar dari keluarga khu- lingkungan remaja usia 17-18 tahun mulai ada ke-
susnya orang tua untuk menghantar anak memasuki beranian untuk saling mengajak berkencan yaitu per-
masa remaja yang merupakan saatnya mereka lepas temuan atau pergaulan sosial di antara anak-anak re-
dari ikatan dengan orangtua dan bergabung dengan maja dari kedua jenis seks berbeda tanpa adanya ko-
kelompok usia sebayanya. Ritzer dan Goodman mitmen atau janji untuk nikah (Nurjanah, 2007, pp.
(2008) menjelaskan bahwa Weber mengamati salah 41, 61). Melainkan hanya sebagai kesempatan untuk
satu penyebab kekerasan dalam pacaran yaitu teori belajar mengenali dan menghargai arti dan makna
M. Hamadi & R. Diana, Tinjauan Psiko-Teologis Terhadap Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran…. 99
reaksi yang berbeda untuk mengatasi stres ataupun negatif bagi pelaku maupun korban kekerasan sek-
tekanan emosional pada dirinya. Jadi coping dapat sual. Kekerasan dalam berpacaran di kalangan rema-
dipilih sebagai strategi merespon situasi menekan ja masih pada fase awal yang hanya berfokus pada
dengan fokus pada usaha mengurangi atau memi- dirinya sendiri dan mengabaikan hubungan dengan
nimalkan dampak dari kejadian tersebut. Bentuk dan orang lain. Secara psikologis kekerasan dalam pa-
fungsinya adalah a) Problem Focused Coping (PFC) caran dapat disebabkan karena remaja mengalami
lebih mengarah kepada upaya untuk mengurangi tun- loncatan akibat gejolak hormon dan pesatnya tekno-
tutan dari situasi yang penuh tekanan dengan meng- logi informasi. Secara teologis hubungan seks sebe-
gunakan keterampilan untuk meningkatkan percaya lum menikah adalah merusak orang lain karena ke-
diri, misalnya kemampuan bela diri; b) Emotion Fo- tika terjadi penyerang maka ada korban yang tidak
cused Coping (EFC) untuk mengalihkan maksud dapat berdiam diri terhadap kenyataan ini karena se-
dengan pendekatan behavioral seperti olahraga, rek- suai dasar Alkitab yang memanggil orang percaya
reasi bersama kelompok, dan pendekatan kognitif sebagai penjaga dan pelindung bagi saudaranya
seperti negosiasi, persuasif. Sehingga bentuk-bentuk (Kej. 4:9).
penekanan sebagai wujud otoritas yang dicobakan Penyelesaian masalah pada kekerasan dalam
oleh pihak lawan jenis terhadapnya dapat diantisi- pacaran harus menjadi keprihatinan segenap lapisan
pasi dengan ketrampilan coping yang tentunya juga masyarakat dengan mengupayakan strategi untuk
merupakan tugas pembekalan dan tanggung jawab menangani masalah ini yang melibatkan para pihak
dari para orang dewasa yang kompeten dalam hal ini terkait dalam pembinaan warga jemaat yang dapat
dengan cara menyelenggarakan seminar, workshop, menjalin kerjasama dengan jaringan institusi yaitu
talk-show, diskusi tentang topik-topik seks, love and keluarga dan gereja, sekolah, para profesional di bi-
dating yang sehat dan aman. Riniwati (2016) menje- dang yang terkait seperti psikologi, hukum, kese-
laskan bahwa gereja memiliki peran membekali je- hatan dan kebijakan pemerintah baik lokal maupun
maat sehingga dapat menjadi orang Kristen yang nasional.
mampu menghadapi berbagai perubahan dan situasi.
KESIMPULAN
Secara psikologis kekerasan seksual yang
terjadi di dalam kehidupan anak remaja berdampak
DAFTAR RUJUKAN
Andini, T. M. (2019). Identifikasi Kejadian Keke- Darmawan, I. P. A., & Asriningsari, A. (2018). Buku
rasan Pada Anak Di Kota Malang. Jurnal Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Ungaran:
Perempuan Dan Anak, 2(1), 13–28. Sekolah Tinggi Teologi Simpson.
Barth, C., & Frommel, M. C. B. (1991). Teologi Erickson, M. J. (1998). Christian Theology (2 edi-
Perjanjian Lama Jilid 1. Jakarta: BPK Gu- tion). Grand Rapids, Mich: Baker Acade-
nung Mulia. mic.
Darmawan, I. P. A. (2019). Pembelajaran Memorisa- Erickson, M. J. (2003). Teologi Kristen Vol Dua.
si dalam Ulangan 6:6-9. EPIGRAPHE: Jur- Malang: Gandum Mas.
nal Teologi dan Pelayanan Kristiani, 3(1), Fauziyah, S. A. (2019). Hubungan dukungan sosial
25–31. orang tua dengan Self Efficacy pada santri
remaja di Pondok Pesantren X Cianjur (Di-
ploma, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
M. Hamadi & R. Diana, Tinjauan Psiko-Teologis Terhadap Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran…. 101
Sit, M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Me- Wijaya, H., & Darmawan, I. P. A. (2019). Optima-
dan: Perdana Publishing. lisasi Superego dalam Teori Psikoanalisis
Suritno, S. (2011). Pengaruh ibu bekerja di luar ko- Sigmund Freud untuk Pendidikan Karakter.
ta terhadap kenakalan remaja di desa Lu- Proceedings Seminar Nasional : Merajut
wijawa Kecamatan Jatinegara kabupaten Keragaman Untuk Mencapai Kesejahteraan
Tegal (Undergraduate, IAIN Walisongo). Psikologis Dalam Konteks Masyarakat 5.0,
Retrieved from 2019. https://doi.org/10.31219/osf.io/zmt6y
http://eprints.walisongo.ac.id/2956/ Wishesa, A. I., & Suprapti, V. (2014). Dinamika
Susanti, S. E. (2016). Spiritual Education: Solusi Emosi Remaja Perempuan Yang Sedang
Terhadap Dekadensi Karakter Dan Krisis Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran.
Spiritualitas Di Era Global. Humanistika, JURNAL Psikologi Pendidikan dan
2(1), 89–132. Perkembangan, 3(3), 159–163.
Susantyo, B. (2011). MEMAHAMI PERILAKU Zahra, G. P., & Yanuvianti, M. (2017). Hubungan
AGRESIF: Sebuah Tinjauan Konseptual. Antara Kekerasan dalam Berpacaran
Informasi, 16(03), 189–202. (Dating Violence) dengan Self Esteem Pada
Wardhani, D. T. (2012). Perkembangan Dan Seksu- Wanita Korban KDP di Kota Bandung.
alitas Remaja. Informasi, 17(03), 184–191. Prosiding Psikologi, 3(2), 303–309.