Modul 06 : Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintahan
dalam Perundang-undangan Sebelum dan Sesudah
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 KELOMPOK III : • Satha Mehta ( 0440088629 ) • Arizal Sidiq ( 044089337 ) • Enya Aureliea ( 044098676 ) • Rina fitriana ( 044103413 ) • Bangun Insan ( 044107442 ) • Muhammad Fuad ( 048249241 ) • Yunita Ardiana ( 044719805 ) • Arini Eka Safitri ( 045127723 ) • Sidik Waskito ( 048249629 ) • Feri Ahmad Hasan ( 044731952 ) • Nurna Ningsih ( 042971064 ) • Dhona Heri ( 042504221 ) Kegiatan Belajar 1 : Lembaga Negara dan Perundang-Undangan (Sebelum PerubahanUndang-Undang Dasar 1945) › A. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA › Pada dasarnya, dalam hal sistem pemerintahan, Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan menganut sistem pemerintahan presidensiil. Hal itu tercermin dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan bahwa kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar dipegang oleh seorang Presiden dengan dibantu oleh satu orang Wakil Presiden selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan (Pasal 4 ayat 1 dan 2 jo Pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945) › Dengan sistem presidensilnya, ada beberapa pokok-pokok dalam sistem pemerintahan Negara Indonesia. Pokok-pokok tersebut yaitu: 1. Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) 2. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) 3. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah MPR 5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 6. Menteri negara ialah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR 7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. › Dalam hal pemisahan/pembagian kekuasaan negara, Indonesia tidak menganut Trias Politica secara murni. Ajaran Trias Politica murni sebagaimana dikemukakan oleh Montesquieu mengharuskan pembagian kekuasaan negara ke dalam; 1. Kekuasaan legislatif ; Adalah kekuasaan untuk membentuk dan menetapkan ketentuan-ketentuan hukum dalam bentuk undang-undang yang berlaku dalam suatu negara. 2. Kekuasaan eksekutif ; Adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang- undang atau ketentuan hukum dalam bentuk undang-undang. 3. Kekuasaan yudikatif ; Adalah kekuasaan peradilan untuk menjaga agar ketentuan hukum benar-benar ditaati yang untuknya kekuasaan ini dapat menjatuhkan putusan pengadilan yang bersifat mengikat dan memaksa. Salah satu hal yang perlu dipahami adalah dalam ajaran Trias Politica yang dikemukakan Montesquieu, kekuasaan eksekutif, legistatif, dan yudikatif harus dipisah dan pelaksanaannya harus dilakukan oleh organ tersendiri. B. KEKUASAAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG YANG TERDAPAT PADA PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT › Undang-Undang Dasar 1945 memuat ketentuan yang memfokuskan kekuasaan pada lembaga eksekutif (executive heavy) yang dipimpin oleh Presiden. Selain sebagai kepala eksekutif secara praktis Presiden menjadi ketua lembaga legislatif. 12 Hal ini jelas terlihat dari ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur "Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat". › Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kekuasaan pembentukan undang-undang, menurut Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan, kita harus memperhatikan Pasal: 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (2), Pasal 22 ayat (1), Pasal 22 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), dan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.Dari pasal-pasal tersebut dapat diambil beberapa pemahaman, yaitu; › 1. Presiden bertindak sebagai pemegang kekuasaan pembentukan Undang-UndangSeperti dijelaskan diatas, Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan memberikan kekuasaan legislatif kepada Presiden. Namun, sebagaimana termaktub dalam penjelasan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, dalam menjalankan kekuasaan pembentukan Undang-Undang, Presiden harus menjalankannya bersama-sama dengan DPR. Jika Rancangan Undang-Undang yang diajukan Presiden tidak mendapatkan persetujuan dari DPR maka menurut Pasal 20 ayat (2) rancangan itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.Maksud "bersama-sama" dalam penjelasan Undang- Undang Dasar 1945 tersebut bukan berarti Presiden dan DPR memiliki kedudukan yang setara sebagai pemegang kekuasaan pembentukan Undang-Undang. › 2. DPR memberi persetujuan pada Rancangan Undang-Undang yang diajukan PresidenDalam hal Presiden menjalankan kekuasaan pembentukan Undang-Undang, menurut Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Rancangan Undang-Undang yang dibuat oleh Presiden tersebut harus mendapatkan persetujuan dari DPR. Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 mempertegas hal tersebut.Kata "harus memberikan persetujuan" bukan berarti bahwa DPR tidak dapat menolak rancangan Undang-Undang yang diajukan Presiden. C.HAKIKAT NEGARA MENURUT ROUSSEAU › Dalam teorinya, Rousseau berusaha mencari dasar kekuatan mengikat undang-undang. Dia tampil dengan konsep kontrak sosial. Ide tersebut dituangkannya dalamsebuah buku tematis berjudul "Du contract social ou principes du droit pilitique“ (Tentang Kontrak Sosial atau Hukum-Hukum Dasar Politik). Rousseau berpandangan, manusia pada awalnya tinggal dalam keadaan primitif. Dalam kehidupan itu manusia memiliki kebebasan asali: bebas melakukan apapunyang ia inginkan. Namun, karena manusia tidak mampu memenuhi segala kebutuhanhidupnya sendiri maka pada suatu saat manusia akan membentuk kehidupan bersamadengan orang lain.Ketika manusia mulai hidup bersama dengan orang lain muncul sebuah permasalahan: kebebasan orang satu dengan orang lainnya berbenturan. Benturan hakasali itu jika tidak diselesaikan akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yangterhimpun dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu tiap individu harus membuatsebuah kesepakatan bersama tentang bagaimana kehidupan bersama akan berjalan.Kesepakatan bersama inilah yang disebut dengan kontrak sosial. D. CITA NEGARA HUKUM DAN SISTEM PEMERITAHAN › Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas Hukum, dengan rumusan Rechtsstaat sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, dan rumusan ini dilandasi oleh suatu Cita Negara Intergralistik. Cita negara integralistik ini dapat kita lihat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, sebelum perubahan, yang menyebutkan "Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan. Dalam Pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya."Konsepsi mengenai negara integralistik diambil dari pidato Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945. Mengenai negara integralistik Soepomo mengemukakan; › "Aliran pikiran lain dari segi pengertian negara ialah, teori yang dapat dinamakan teori integralistik yang diajarkan oleh spinoza, Adam Muller, Hegel, dan lain:lain (abad 18 dan 19). Menurut pikiran ini negara ialah tidak untuk menjamin Kepentingan seseorang atau golongan, akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan.“ › Dalam pidato tersebut Soepomo menguraikan pentingnya dasar pengertian negara. Ide Soepomo mengenai Cita Negara Integrakistik ini di setujui oleh Rapat Besar Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 14 Juli 1945. Kemudian di tuangkan dalam pokok pikiran pertama Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 E. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA LAINNYA › Selain Lembaga-Lembaga Negara yang telah diterangkan sebelumnya, mash terdapat beberapa Lembaga Negara lain. Mengacu pada pendapat Maria Farida Indrati, yang merujuk pada Prayudi Atmosudirdjo, kekuasaan negara tersusun sebagai berikut; 1. Penguasa Konstitutif = MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) 2. Penguasa Legislatif = Presiden + Dewan Perwakilan Rakyat 3. Penguasa Eksekutif = Pemerintah = Presiden (dengan dibantu oleh pejabat- pejabat pemerintah) 4. Penguasa Administratif = Administrator Negara = Presiden (dengan mengepalaiAdministrasi Negara) 5. Penguasa Militer = Presiden (dengan membawahi angkatan perang) 6. Penguasa Yudikatif = Mahkamah Agung (dengan membawahi Aparatur Peradilan) 7. Penguasa Konsultatif = Dewan Pertimbangan Agung 8. Penguasa Inspektif = Badan Pemeriksa Keuangan. Kegiatan Belajar 2 : Lembaga Negara danPerundang-Undangan(Setelah PerubahanUndang-Undang Dasar 1945) › A. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA › Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Undang-Undang Dasar, sebagai resultan atau produk kesepakatan yang terkait dengan keadaan atau situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat saat dibuat, Undang-Undang Dasar 1945 sangat mungkin untuk diubah. Pada tahun 1998 muncul desakan kuat dari masyarakat untuk merubah Undang-Undang Dasar 1945. › Sebagaimana diungkapkan A..M. Fatwa, amandemen Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan berdasarkan lima kesepakatan dasar, yaitu; 1. Tidak mengubah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; 2. Mempertahankan bentuk negara kesatuan; 3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensiil; 4. Meniadakan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 serta memasukkan hal-hal normatif kedalam batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945; 5. Melakukan perubahan dengan cara adendum Dengan kesepakatan tersebut MPR kemudian melakukan empat kali perubahan terhadap Undang- Undang Dasar 1945 rumusan asli. Akhirnya pada tanggal 10 Agustus 2002, Undang-Undang Dasar 1945 perubahan ditetapkan oleh MPR sebagai Undang-Undang Dasar. › Sistem Pemerintah Negara sesudah perubahan Undang-Undang Dasar 1945.Menurut beberapa ahli, antara lain sebagai berikut : › 1. Prinsip Pemerintahan Berdasar Atas Sistem Konstitusi : Prinsip pemerintahan berdasar atas sistem Konstitusi merupakan implikasi dari Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 perubahan. › 2. Kekuasaan Tertinggi Berada di Tangan Rakyat : Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 mengatur kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Pengaturan tersebut berbeda dengan pengaturan pada Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan, di dalam Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. › 3. MPR Tidak Lagi Menjadi Lembaga Negara Tertinggi : Sebagai akibat diubahnya Pasal 1 Undang-Undang Dasar 1945, MPR tidak lagi merupakan lembaga negara tertinggi. " Selain itu MPR hanya terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu - utusan golongan tidak lagi dimasukkan sebagai anggota MPR. › 4. Presiden adalah Penyelenggara Pemerintahan Tertinggi : Pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945 perubahan mengatur pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat. Hal ini berimplikasi pada adanya distribusi kedaulatan secara langsung dari rakyat kepada Presiden untuk menjalankan pemerintahan. Dengan posisi MPR yang tidak lagi sebagai Lembaga Negara Tertinggi, secara otomatis Presiden menjadi Penyelenggara Pemerintahan Tertinggi. › 5. Presiden tidak Bertanggung Jawab kepada DPR : Memperhatikan ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2), dan ayat(3), serta Pasal 20 A Undang-Undang Dasar 1945 perubahan, Presiden bekeria bersama-sama dengan Dewan, akan tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan. Dengan pengaturan seperti ini posisi Presiden sebagai Penyelenggara Pemerintahan Tertinggi menjadi semakin kuat. › 6. Menteri adalah Pembantu Presiden dan Tidak Bertanggung Jawab kepadaDPR : Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 perubahan, Menteri diposisikan sebagai pembantu Presiden. Dalam hal pengangkatannya, Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Karena hal tersebut Menteri bertanggung jawab kepada Presiden. › 7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas : Salah satu tujuan diadakannya perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk memperkuat mekanisme check and balances di antara Lembaga-Lembaga Negara. Presiden memang tidak bertanggung jawab kepada DPR. Namun, hal ini tidak berarti kekuasaan Presiden bersifat mutlak. Sesuai dengan konsep rechtsstaat, kekuasaan yang dimiliki oleh Presiden serta Lembaga-Lembaga Negara lain dibatasi oleh hukum. B. KEKUASAAN PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG YANGTERDAPAT PADA PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT › Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 perubahan menyebutkan"Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang".Lalu Pasal 20 ayat (2) Undang- Undang Dasar 1945 perubahan menyebutkan "Setiaprancangan Undang-Undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama“ › Dapat disimpulkan, menurut Undang-Undang Dasar 1945 perubahan kekuasaan pembentukan Undangm – Undang ada di tangan DPR. Namun, dalam dalam menjalankan kewenangan pembentukan Undang-Undang, DPR harus melakukannya bersama dengan Presiden. › Pasal 20 Ayat 4 UUD 1945 perubahan menyebutkan “Presiden mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang”. Melihat ketentuian tersebut dan ketentuan lain pada UUD 1945 maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. DPR memegang kekuasaan tertinggi dalam hal pembentukan UU 2. Untuk dapat menjadi UU, setiap rancangan UU harus mendapatkan persetujuan bersama DPR dan Presiden 3. Presiden memegang kekuasaan mengesahkan rancangan UU yang telah mendapat persetujuan DPR dan Presiden C. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA LAINNYA
› Memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam
Undang-Undang Dasar1945 perubahan, dapat disimpulkan terdapat beberapa Lembaga Negara, yaitu; 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat 2. Presiden 3. Dewan Perwakilan Rakyat 4. Dewan Perwakilan Daerah 5. Mahkamah Agung 6. Mahkamah Konstitusi 7. Komisi Yudisial 8. Badan Pemeriksa Keuangan Kegiatan Belajar 3 : Lembaga Pemerintah dan Perundang-Undangan (Sebelum dan SesudahPerubahan Undang-UndangDasar 1945) › A. LEMBAGA PEMERINTAH DAN PERUNDANG-UNDANGANSEBELUM PERUBAHAN UNDANG- UNDANG DASAR 1945 › 1. Presiden Lembaga-Lembaga Negara di Tingkat Nasional disusun sedemikian sehingga mencerminkan pengembanan aspirasi dari seluruh rakvat Indonesia. 40 Pasal 1 ayat (2)Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan mengkonstruksikan MPR sebagai pengemban kedaulatan rakyat. Pada saat itu, rakyat sebagai pemegang kedaulatan memilih wakil-wakilnya untuk duduk di DPR, utusan Daerah, serta Utusan Golongan Dalam proses pemilihan wakil rakyat ini terjadi transfer kedaulatan dari rakyat kepada wakil yang dipilihnya. Wakil-wakil rakyat tersebut kemudian berhimpun di MPR dan diMPR-lah terdapat akumulasi kedaulatan rakyat. › 2. Menteri-Menteri Negara Pengaturan mengenai Menteri Negara terdapat di dalam Pasal 17 Undang-UndangDasar 1945 sebelum perubahan. Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa Menteri bertindak sebagai pembantu Presiden yang juga diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Lebih lanjut, sebagai pembantu Presiden, Menteri menjalankan kekuasaan pemerintah. Dalam tata negara Indonesia, menurut Undang-Undang Dasar Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan, dikenal adanya tiga kedudukan Menteri, yaitu; a. Menteri Koordinator (Menko) b. Menteri Negara (Meneg) c. Menteri Departemen (Menteri) Selain oleh Menteri-menteri Negara, Presiden juga dibantu pejabat setingkatMenteri, antara lain; a. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia b. Jaksa Agung c. Gubernur Bank Indonesia › 3. Lembaga Pemerintah Nondepartemen Lembaha Pemerintahan Nondepartemen memiliki berbagai macam penamaan. Perbedaan utama antara Lembaga Pemerintah Departemen dipimpin oleh seorang Menteri sedangkan Lembaga Negara Nondepartemen dipimpin bukan oleh seorang Menteri melainkan oleh seorang kepala. › 4. Direktorat Jenderal Departemen Direktorat Jenderal Departemen, berdasarkan pada Keputusan Presiden No.44 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen Republik Indonesia,memiliki kewenangan untuk membuat Peraturan Perundang-undangan yang bersifatteknis. Kewenangan yang dimilikinya merupakan delegasian untuk melaksanakan kebijakan yang diambil oleh Menteri. › 5. Badan Negara Badan Negara merupakan lembaga-lembaga pemerintah yang dibentuk dengan undang-undang, dan berfungsi menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Contoh dari Badan Negara adalah Badan Usaha Milik Negara.Untuk menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, oleh Undang-Undang yang membentuknya, Badan Negara diberikan wewenang membentuk peraturan Perundang-undangan sesuai dengan ruang lingkup tugasnya. Wewenang tersebut didapatkan dari atribusian Undang-Undang yang bersangkutan. › 6. Pemerintah Daerah Untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di daerah-daerah di Indonesia,Undang- Undang Dasar 1945 sebelum perubahan mengkonstruksikan PemerintahanDaerah. Berdasarkan konstitusi, Pemerintah wajib melaksanakan desentralisasi dandekonsentrasi. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah dikenal daerah otonom (diselenggarakan atas desentralisasi) dan daerah Administratif (diselenggarakan atas dekonsentrasi).Pembagian berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi, pemerintahan daerahjuga dibagi ke dalam Pemerintah Daerah Tingkat I (Gubernur/Kepala Daerah TingkatI bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I) dan Pemerintah DaerahTingkat II (Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II bersama-sama DewanPerwakilan Rakyat Daerah Tingkat II) › 7. Kepala Daerah Untuk melaksanakan kekuasaan eksekutif di daerah dipilih seorang Kepala Daerah. Untuk Daerah Tingkat I dipilih seorang Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Untuk Daerah Tingkat II dipilih seorang Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Dalam hubungannya dengan peraturan Perundang-undangan, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II merupakan lembaga-lembaga Pemerintah yang dapat mengeluarkan peraturan Perundang-undangan yang bersifat pelimpahan atau delegasian. B.LEMBAGA PEMERINTAH DAN PERUNDANG-UNDANGANSESUDAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 › 1. PresidenPada Undang-Undang Dasar 1945 perubahan, terjadi perubahan mendasar dalam hal penyaluran kedaulatan. Presiden tidak lagi berperan sebagai mantaris MPR. Pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat berimplikasi pada distribusi kedaulatan secara langsung dari rakyat kepada Presiden untuk menjalankan pemerintahan. Dalam tugasnya sebagai Penyelenggara Tertinggi Pemerintahan Negara, Presiden dibantu seorang Wakil Presiden, Pejabat-Pejabat setingkat Menteri, Menteri-Menteri Negara, dan juga Kepala Lembaga Pemerintah Nondepartemen. Wakil Presiden, yang dipilih secara langsung oleh rakyat, sebagai pembantu Presiden bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden serta bertanggung jawab kepada Presiden. Dalam menyelenggarakan Pemerintahan Negara, Presiden dibatasi oleh Undang-Undang Dasar. Hal ini merupakan implementasi dari Wawasan Pemerintahan Negara berdasar sistem Konstitusi. › 2. Menteri-Menteri Negara Ketentuan mengenai Menteri-menteri Negara di dalam Undang-Undang Dasar1945 perubahan dapat kita temukan dalam Pasal 17. Di dalam ketentuan tersebut Menteri tetap diposisikan sebagai pembantu Presiden. Karena diangkat oleh Presiden Menteri bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini sesuai dengan sistem presidensiil yang dianut Indonesia. › 3. Kepala Lembaga Pemerintah Nondepartemen Lembaga Pemerintah Nondepartemen adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu yang dimiliki Presiden, sesuai dengan ketentuan Perundang- undangan yang berlaku. Saat ini terdapat beberapa Lembaga Pemerintah Nondepartemen, yaitu; a. Arsip Nasional Republik Indonesia b. Badan Akuntansi Keuangan Negara c. Badan Intelijen Negara d. Badan Kepegawaian Negara e. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional f. Badan Koordinasi Penanaman Modal g. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional h. Badan Meteorologi dan Geofisika i. Badan Pengawas Obat dan Makanan j. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi k. Badan Pengawas Tenaga Nuklir l. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan m. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi n. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional o. Badan Pertanahan Nasional p. Badan Pusat Statistik q. Badan Standarisasi Nasional r. Badan Tenaga Nuklir Nasional s. Badan Urusan Logistik t. Lembaga Administrasi Negara u. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia v. Lembaga Informasi Nasional w. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional x. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia y. Badan Narkotika Nasional Masing-masing Lembaga Pemerintah Nondepartemen dapat membuat peraturan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. › 4. Direktorat Jenderal Departemen Direktorat Jenderal Departemen adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidangnya. Direktur Jenderal Departemen dapat membuat peraturan yang bersifat teknis sesuai dengan bidang tugasnya. › 5. Badan Negara Badan Negara adalah lembaga pemerintah atau lembaga negara yang dibentuk dengan undang-undang, dan berfungsi menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan bidang tugas dan kewenangannya. Contoh dari Badan Negara adalah Bank Indonesia. Untuk menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan bidang tugas dan kewenangannya, oleh undang-undang yang membentuknya Badan Negara diberikan wewenang membentuk peraturan Perundang-undangan. Wewenang tersebut didapatkan dari atribusian undang-undang yang bersangkutan. › 6. Pemerintah Daerah Undang-Undang Dasar 1945 perubahan mengkonstruksikan pemerintahan daerah ke dalam Pemerintahan daerah Provinsi, Pemerintahan daerah kabupatan, dan Pemerintahan daerah kota. Masing-masing pemerintahan daerah dipimpin oleh seorang kepala daerah dan memiliki dewan perwakilan rakyat daerah. Kepala daerah tidak harus dipilih melalui pemilihan umum secara langsung tapi anggota dewan perwakilan rakyat daerah harus dipilih melalui pemilihan umum."Pemerintah Daerah (Kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dapat menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Kewenangan tersebut didapatkan secara atribusi dari Undang-Undang Dasar 1945 perubahan. › 7. Kepala Daerah Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, setiap pemerintahan daerah dipimpin oleh seorang kepala daerah.32 Mengacu pada Pasal 246 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, kepala daerah berwenang menetapkan Peraturan Kepala Daerah (regeling) dan Ketetapan Kepala Daerah (beschikking). SEKIAN DARI KAMI, TERIMA KASIH