TEORI KRIMINOLOGI

KEJAHATAN SERTA ARTI DAN STATUS

PENJAHAT
NAMA ANGGOTA KELOMPOK II
1. SATHA METHA HANNA K
2. ENYA AURRELIA S
3. ARMIA ARJUN
4. DWI ARIS S
5. ALFI ARTIANI
6. ACHMAT BACHRUL F
KB. 1DEFINISI KEJAHATAN
SECARA UMUM OBJEK KRIMINOLOGI ADALAH NORMA NORMA KELAKUAN (TINGKAH
LAKU) YANG TIDAK DISUKAI OLEH KELOMPOK-KELOMPOK MASYARAKAT, TETAPI
KEJAHATAN (CRIME) SEBAGAI SALAH SATU UNSUR KRIMINOLOGI MASIH MERUPAKAN
BAGIAN YANG TERPENTING. SEPERTI TELAH DIJELASKAN SEBELUMNYA, KEJAHATAN
KARENA ULAH MANUSIA DALAM USAHANYA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHANNYA ATAU
UNTUK MEMUASKAN NAFSUNYA SEHINGGA SERING LALAI ATAU SAMA SEKALI TIDAK
PEDULI DENGAN KEPENTINGAN ORANG LAIN. AKIBATNYA, TERJADI PELANGGARAN YANG
MENURUT HUKUM PIDANA DIKATEGORIKAN SEBAGAI "KEJAHATAN". MESKIPUN TIDAK
SEMUA PERBUATAN EGOIS SEMACAM ADALAH KEJAHATAN TERLEBIH JIKA DIPANDANG
DARI SUDUT HUKUM PIDANA.
PASAL 1 KUHP, MISALNYA MENYATAKAN "TIADA SATU PERBUATAN KEJAHATAN YANG
BOLEH DIHUKUM MELAINKAN ATAS KEKUATAN ATURAN PIDANA DAN UNDANG-UNDANG
YANG TERDAHULU DARI PERBUATAN ITU (NULLUM CRIMEN, NULLA POENA SINE PRAEVIA
LEGE POENALIS). MERUJUK PADA RUMUSAN TERSEBUT MAKA SETIAP PERBUATAN,
TERLEPAS DINILAI OLEH MASYARAKAT ADALAH BURUK, APABILA PERBUATAN TERSEBUT
TIDAK DIATUR DAN DIKATEGORIKAN OLEH HUKUM PIDANA SEBAGAI PERBUATAN YANG
DILARANG MAKA PERBUATAN TERSEBUT TIDAK DAPAT DIANGGAP SEBAGAI SUATU
KEJAHATAN
• SECARA YURIDIS-FORMAL, DENGAN DEMIKIAN KEJAHATAN MERUPAKAN PERBUATAN MANUSIA
YANG BERTENTANGAN ATAU MELANGGAR KAIDAH-KAIDAH HUKUM (PIDANA). SEBAGAI CONTOH
RUMUSAN YANG TERCANTUM DALAM PASAL 362 KUHP "BARANG SIAPA MENGAMBIL BARANG
SESUATU YANG SELURUHNYA ATAU SEBAGIAN KEPUNYAAN ORANG LAIN, DENGAN MAKSUD UNTUK
DIMILIKI SECARA MELAWAN HUKUM, DIANCAM KARENA PENCURIAN DENGAN PIDANA PENJARA
PALING LAMA LIMA TAHUN ATAU DENDA SEBANYAK-BANYAKNYA SEMBILAN RATUS RUPIAH".
• PASAL 338 KUHP MENYATAKAN "BARANG SIAPA SENGAJA MERAMPAS NYAWA ORANG LAIN, DIANCAM
KARENA PEMBUNUHAN DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA LIMA BELAS TAHUN. ATAU
RUMUSAN PADA PASAL 285 "BARANG SIAPA DENGAN KEKERASAN ATAU ANCAMAN KEKERASAN
MEMAKSA SEORANG WANITA BERSETUBUH DENGAN DIA DI LUAR PERKAWINAN, DIANCAM KARENA
MELAKUKAN PERKOSAAN DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA DUA BELAS TAHUN“
• TINGKAH LAKU KRIMINAL ADALAH TINGKAH LAKU YANG MELANGGAR HUKUM PIDANA.
BAGAIMANAPUN JUGA TINGKATAN SIFAT AMORALNYA, KESALAHANNYA, ATAU
KETIDAKPATUTANNYA MENENTUKAN BAHWA SUATU PERBUATAN ATAU TINGKAH LAKU TERSEBUT
DILARANG OLEH HUKUM PIDANA. HUKUM PIDANA SECARA KONVENSIONAL MERUPAKAN SUATU
KESATUAN PERATURAN MENGENAI TINGKAH LAKU MANUSIA YANG TELAH DIUNDANGKAN OLEH
KEKUASAAN POLITIK. (PENGUASA), BERLAKU BAGI SELURUH ANGGOTA MASYARAKAT, DAN
DISERTAI DENGAN ANCAMAN HUKUMAN YANG DILAKSANAKAN OLEH NEGARA. KARENA ITU SIFAT
KHUSUS YANG MEMBEDAKAN HUKUM PIDANA DARI KUMPULAN KESATUAN NORMA-NORMA
TENTANG TINGKAH LAKU MANUSIA LAINNYA TERLETAK PADA POLITICALLITY, SPECIFICITY,
UNIFORMITY, DAN SANKSI HUKUM.
• POLITICALITY. SECARA UNIVERSAL, POLITICALLITY DI PANDANG SEBAGAI SUATU UNSUR YANG
HARUS ADA DI DALAM HUKUM PIDANA. PERATURAN-PERATURAN TENTANG SERIKAT BURUH,
TENTANG GEREJA, ATAU TENTANG KELUARGA TIDAK DIPANDANG SEBAGAI HUKUM PIDANA, BEGITU
PULA PARA PELANGGAR PERATURAN INI TIDAK DIANGGAP SEBAGAI KEJAHATAN. PERBEDAAN
ANTARA ATURAN NEGARA DAN ATURAN KELOMPOK BUKAN HANYA LEMAH MENURUT SEGI HUKUM
SAJA, NAMUN PERLU DIPERTAHANKAN DI DALAM MASYARAKAT YANG KONSEP KEKUASAANNYA
DIDASARKAN PADA KEKUASAAN PATRIAKAL.
• GYPSIES TIDAK MEMPUNYAI ORGANISASI TERRITORIAL DAN TIDAK MEMILIKI HUKUM YANG
TERTULIS TETAPI MEREKA MEMPUNYAI ADAT KEBIASAAN, LARANGAN-LARANGAN DAN MEMPUNYAI
SEMACAM DEWAN PERADILAN YANG MEMBUAT KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG BERSIFAT TETAP
MENGENAI BAIK BURUKNYA PERILAKU PARA ANGGOTA KELOMPOK MEREKA, SEHINGGA DAPAT
MENJATUHKAN HUKUMAN-HUKUMAN. DEWAN-DEWAN INI TIDAK MEMPUNYAI WEWENANG POLITIS
DI DALAM LINGKUNGAN TERITORIAL TEMPAT MEREKA ITU BERAKTIVITAS. TETAPI MEREKA
MELAKSANAKAN FUNGSI DI DALAM KELOMPOK MEREKA SESUAI ATAU SAMA DENGAN YANG
DILAKSANAKAN OLEH PENGADILAN-PENGADILAN DI DALAM ORGANISASI MASYARAKAT YANG
BERPOLITIK.
• SPECIFICITY, SUATU UNSUR DI DALAM DEFINISI HUKUM PIDANA. UNSUR INI DAPAT LEBIH
MEMPERJELAS PERBEDAAN ANTARA HUKUM PIDANA DENGAN HUKUM SIPIL. HUKUM SIPIL MUNGKIN
BERSIFAT UMUM. SEBALIKNYA, HUKUM PIDANA TIDAK MEMUAT KETENTUAN UMUM YANG
MENYATAKAN BAHWA SETIAP PERBUATAN, YANG DILAKUKAN DENGAN MAKSUD SENGAJA DAN
MERUGIKAN MASYARAKAT DAPAT DITUNTUT SEBAGAI SUATU PELANGGARAN YANG DAPAT
DIHUKUM. MAKA SESUAI DENGAN ITU SERING TERJADI BAHWA SUATU PERBUATAN LAIN SAMA SIFAT
DAN AKIBATNYA TIDAK DILARANG DAN TIDAK BERTENTANGAN DENGAN HUKUM.
• UNIFORMITY ATAU REGULARITY, DIMASUKKAN DI DALAM DEFINISI YANG
KONVENSIONAL TENTANG HUBUNGAN PIDANA KARENA HUKUM BERUSAHA UNTUK
MEMBERIKAN KEADILAN YANG TIDAK MEMBEDAKAN ORANG PERORANGAN. SUATU
PERBUATAN YANG DILUKISKAN SEBAGAI KEJAHATAN ADALAH KEJAHATAN YANG
TIDAK PEDULI SIAPA PUN JUGA ORANG YANG MELAKUKANNYA. UNIFORMITY JUGA
BERARTI BAHWA PROSES PELAKSANAAN HUKUM AKAN DISELENGGARAKAN DENGAN
TIDAK MEMPERHATIKAN STATUS ORANG-ORANG YANG TELAH MELAKUKAN
KEJAHATAN ATAU YANG DITUDUH MELAKUKAN KEJAHATAN-KEJAHATAN
• PENAL SANCTION, SEBAGAI SALAH SATU UNSUR YANG TERDAPAT DI DALAM DEFINISI
HUKUM MENGGAMBARKAN BAHWA PARA PELANGGAR HUKUM AKAN DIHUKUM ATAU
SETIDAK-TIDAKNYA DIANCAM DENGAN HUKUMAN OLEH NEGARA. HUKUMAN
TERSEBUT DIBERIKAN BERDASARKAN SIKAP YANG TIDAK DIDASARKAN PADA
PERASAAN DENDAM, DENGAN MENGGUNAKAN PERTIMBANGAN AKAL SEHAT, DI MANA
PARA PENGAMAT TIDAK MEMIHAK PADA PARA WAKIL NEGARA. NAMUN DEMIKIAN,
SUATU HUKUM YANG TIDAK MEMUAT HUKUMAN, AKAN MENIMBULKAN PENDERITAAN
KARENA DIPANDANG SEBAGAI HUKUM YANG TIDAK MEMPUNYAI KEKUATAN
• BANYAK TEORI YANG BERKEMBANG YANG MENJELASKAN MENGENAL ASAL MUASAL
HUKUM PIDANA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT KONTROL SOSIAL,
• PERTAMA, INI MENURUT TEORI KLASIK, HUKUM PIDANA MUNCUL KARENA ADANYA
BERBAGAI GANGGUAN ATAU SERANGAN TERHADAP ORANG. PER ORANG. SEMUA SERONGAN
ITU LALU MENIMBULKAN UPAYA PEMBELAAN DIRI DARI PIHAK-PIHAK YANG DIRUGIKAN, ATAS
HAL INI LALU ORANG MERUMUSKAN ALAT UNTUK MENGATASI GANGGUAN ITU DAN
MUNCULLAH HUKUM PIDANA.
• KEDUA, BERPENDAPAT BAHWA HUKUM PIDANA BERASAL DARI PROSES RASIONAL ATAU
PRODUK AKAL PIKIR YANG TERBENTUK DI DALAM SUATU KESATUAN PERGAULAN HIDUP
BERMASYARAKAT.
• KETIGA, BERPENDAPAT BAHWA HUKUM PIDANA BERASAL DARI ADANYA KAIDAH DAN NORMA
MORAL SEKALIGUS MERUPAKAN KRISTALISASI DARI KAIDAH ATAU NORMA MORAL TADI.
ADAT KEBIASAAN ATAU ADAT ISTIADAT MEMANG TERBENTUK KARENA ADANYA (KEGIATAN)
AKAL PIKIR MANUSIA MELALUI ANALISIS RASIONALNYA MENGENAI KEBIASAAN-KEBIASAAN
YANG DILAKUKAN.
• KEEMPAT, BERPENDAPAT BAHWA HUKUM PIDANA BERASAL DAN KONFLIK ADANYA
KEPENTINGAN KELOMPOK-KELOMPOK YANG BERBEDA. MENURUT TEORI INI, PERBUATAN
YANG SALAH ITU MEMANG MERUPAKAN KARAKTERISTIK DARI SEMUA KELAS-KELAS (SOSIAL)
YANG TERDAPAT DI DALAM MASYARAKAT DEWASA INI. KELAS YANG LEBIH TINGGI
KESALAHAN- KESALAHANNYA BERSIFAT HALUS (TAK KENTARA ATAU MENCOLOK),
SEDANGKAN KELAS-KELAS YANG UNDER PRIVILEGED ATAU YANG LEBIH RENDAH, YANG
TIDAK MEMILIKI PRIVILISE, KESALAHANNYA BERSIFAT LANGSUNG, SANGAT KENTARA DAN
 PEMBEDAAN KEJAHATAN
• PADA AWALNYA, HUKUM PIDANA HANYA MEMUAT DEFINISI TENTANG KEJAHATAN
TERTENTU, SEPERTI PEMBONGKARAN, PERAMPOKAN, DAN PERKOSAAN. AKAN TETAPI
PARA AHLI HUKUM TELAH MELAKUKAN ABSTRAKSI AZAS UMUM ATAU KONSEP
DASAR TERTENTU DARI DEFINISI DIMAKSUD. AZAS-AZAS UMUM INILAH YANG
SECARA IDEAL BERLAKU BAGI SEMUA KEJAHATAN DAN MERUPAKAN KRITERIA YANG
BETUL-BETUL DIPERGUNAKAN DI DALAM MENENTUKAN APAKAH SUATU PERILAKU
ATAU PERBUATAN TERTENTU ITU MERUPAKAN KEJAHATAN ATAU TIDAK.
• SUATU ANALISIS TENTANG KEJAHATAN YANG LUAS DAN MENDALAM TELAH
MENGHASILKAN SUATU URAIAN ATAU GAMBARAN MENGENAI TUJUH PERBEDAAN
KEJAHATAN YANG SALING BERKAITAN DAN SALING MEMPENGARUHI SATU SAMA
LAIN. IDEALNYA, SUATU PERILAKU TIDAK AKAN DISEBUT KEJAHATAN KECUALI BILA
IA MEMUAT SEMUA TUJUH UNSUR TERSEBUT SEBAGAI PERSYARATAN:
• 1. PERTAMA, SEBELUM SUATU TINDAKAN ITU DAPAT DISEBUT SEBAGAI KEJAHATAN MAKA
HARUS ADA AKIBAT TERTENTU YANG NYATA, YANG BIASANYA DISEBUT DENGAN
KERUGIAN.
• 2. KEDUA, KERUGIAN HARUS DILARANG OLEH UNDANG-UNDANG DAN HARUS
DIKEMUKAKAN DENGAN JELAS DI DALAM HUKUM PIDANA. PERILAKU YANG ANTI SOSIAL,
MISALNYA, BUKANLAH KEJAHATAN KECUALI KALAU HAL ITU DILARANG OLEH UNDANG-
UNDANG
• KETIGA, HARUS ADA SUATU PERBUATAN NYATA DILAKUKAN YANG MENIMBULKAN
AKIBAT-AKIBAT YANG MERUGIKAN.
• KEEMPAT, "MENS REA" ATAU MAKSUD JAHAT HARUS ADA. MENS REA ADALAH
INTENTIONALDAN BUKANNYA MOTIVATION. MOTIF UNTUK MELAKUKAN SUATU
KEJAHATAN MUNGKIN SAJA "BAIK", AKAN TETAPI MAKSUDNYA ITU SENDIRI
MUNGKIN BERTUJUAN UNTUK MENIMBULKAN KERUGIAN YANG DILARANG OLEH
UNDANG-UNDANG PIDANA, YAITU SUATU MAKSUD JAHAT
• KELIMA, HARUS ADA HUBUNGAN KESATUAN, KESESUAIAN, PERSAMAAN SATU
HUBUNGAN KEJADIAN DI ANTARA MENS REA DENGAN CONDUCT.
• KEENAM, HARUS ADA HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DI ANTARA KERUGIAN YANG
DILARANG UNDANG- UNDANG DENGAN MISCONDUCT YANG VOLUNTAIR
(DILAKUKAN ATAS DASAR KEINGINAN SENDIN, BUKAN ATAS DASAR PAKSAAN ORANG
LAIN).
• KETUJUH, HARUS ADA HUBUNGAN YANG DITETAPKAN OLEH UNDANG-UNDANG.
TIDAK HANYA KERUGIAN YANG TERJADI YANG HARUS DIJELASKAN SECARA TEGAS
OLEH UNDANG-UNDANG ITU, AKAN TETAPI SEBAGAIMANA DITUNJUKKAN DI ATAS,
PENJELASAN ITU HARUS MEMUAT PULA SUATU ANCAMAN HUKUMAN TERHADAP
PARA PELANGGAR. PERILAKU YANG VOLUNTAIR TADI HARUS DINYATAKAN DAPAT
DIHUKUM OLEH UNDANG-UNDANG.
SIFAT KEJAHATAN DILIHAT DARI KACAMATA SOSIAL/
MASYARAKAT
• PERNYATAAN BAHWA TIDAK AKAN ADA KEJAHATAN APABILA TIDAK ADA HUKUM
(UNDANG- UNDANG) PIDANA DAN BAHWA KITA AKAN DAPAT MENGHILANGKAN
SELURUH KEJAHATAN HANYA DENGAN MENGHAPUSKAN SEMUA HUKUM (UNDANG-
UNDANG) PIDANA ADALAH LOGOMACHY. MAKA TELAH DIADAKAN USAHA-USAHA
UNTUK MENGAJUKAN ATAU MERUMUSKAN DEFINISI TENTANG KEJAHATAN DI MANA
PENJELASANNYA MENYANGKUT URAIAN MENGENAI SIFAT HAKIKAT PERBUATAN-
PERBUATAN YANG DILARANG OLEH HUKUM. DENGAN DEMIKIAN DEFINISI ATAU
BATASAN ITU LEBIH MENEKANKAN PADA ASPEK SOSIALNYA DARIPADA ASPEK
YURIDIS TENTANG DEFINISI KEJAHATAN.
• GAROFALO (1984), MEMPERKENALKAN SUATU KONSEPSI TENTANG SIFAT-SIFAT HAKIKAT
ALAMIAH SEMUA KEJAHATAN DAN MEMBEBERKAN BAHWA KEJAHATAN ADALAH
PELANGGARAN TERHADAP PERASAAN-PERASAAN TENTANG RASA KASIHAN DAN RASA
KEJUJURAN,
• BROWN (1990), MENDEFINISIKAN KEJAHATAN SEBAGAI SUATU PELANGGARANTERHADAP
SUATU KEBIASAAN YANG MENDORONG DILAKSANAKANNYA SANKSI PIDANA.
• THOMAS (1981) MENDEFINISIKAN KEJAHATAN DARI SUDUT SOSIAL PSIKOLOGIS YANG
MENYATAKAN BAHWA KEJAHATAN MERUPAKAN SUATU TINDAKAN YANG BERTENTANGAN
DENGAN RASA SOLIDARITAS KELOMPOK DI MANA SI INDIVIDU ITU DIANGGAP ANGGOTA
KELOMPOKNYA SENDIRI.
• KEJAHATAN, MERUJUK PADA PENJELASAN YANG TERDAHULU, DAPAT DIANGGAP
SEBAGAI PERBUATAN YANG MENCAKUP TIGA UNSUR
• PERTAMA, MERUPAKAN NILAI YANG DIJUNJUNG TINGGI ATAU DIHORMATI OLEH SUATU
KELOMPOK ATAU OLEH SEBAGIAN DARI SUATU KELOMPOK YANG PENTING DI DALAM ARTI
POLITIS.
• KEDUA, BERBENTUK PENGISOLASIAN ATAU KONFLIK KEBUDAYAAN DI DALAM BAGIAN
LAIN DARI SUATU KELOMPOK SEHINGGA PARA ANGGOTANYA TIDAK MENGHARGAI NILAI
ITU DAN KARENA ITU AKIBATNYA CENDERUNG MEMBAHAYAKAN NILAI TERSEBUT.
• KETIGA, SUATU USAHA MEMAKSA DARI MEREKA YANG MENGHARGAI NILAI ITU TERHADAP
MEREKA YANG MENGABAIKAN NILAI TERSEBUT.
• APABILA SUATU KEJAHATAN DILAKUKAN, MAKA HUBUNGAN-HUBUNGAN INI
MENJADI SALING BERKAITAN. HUBUNGAN INILAH YANG KEMUDIAN MEMUNCULKAN
KEJAHATAN, TERUTAMA, DITINJAU DARI SUDUT PANDANG KESELURUHAN KELOMPOK
DAN TIDAK DARI SEGI ORANG-PER ORANG
• DARI SUDUT PANDANG SOSIOLOGI, KEJAHATAN MERUPAKAN SALAH SATU PERBUATAN YANG
ANTI SOSIAL DAN AMORAL SERTA TIDAK DIKEHENDAKI OLEH MASYARAKAT, KARENA
MERUGIKAN DAN MENJENGKELKAN. SEHINGGA TIDAK BOLEH DIBIARKAN DAN SECARA SADAR
HARUS DITENTANG DENGAN DEMIKIAN, UNTUK MEMERANGI ATAU MENCEGAH PERBUATAN
SEMACAM ITU DIPERLUKAN SARANA BERUPA PENETAPAN NORMA- NORMA HUKUM PIDANA
DENGAN SANKSI PIDANANYA BILA PERBUATAN ITU DILAKSANAKAN. DENGAN DEMIKIAN,
DAPATLAH DIKATAKAN BAHWA KEJAHATAN MERUPAKAN SALAH SATU PERSOALAN YANG
PALING SERIUS DAN MENENTUKAN DALAM HAL TIMBULNYA DISORGANISASI SOSIAL, KARENA
PENJAHAT-PENJAHAT ATAU PELAKU KEJAHATAN ITU SEBENARNYA MELAKUKAN PERBUATAN-
PERBUATAN YANG MENGANCAM DASAR-DASAR PEMERINTAHAN, HUKUM, KETERTIBAN, DAN
KESEJAHTERAAN UMUM. BEBERAPA KEJAHATAN MENUNJUKKAN SIFAT-SIFAT EGOISTIS,
KETAMAKAN DARI SI PENJAHAT, DENGAN SAMA SEKALI TIDAK MEMPERDULIKAN
KESELAMATAN, KESEJAHTERAAN ATAUPUN MILIK ORANG LAIN.
• DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI, KEJAHATAN ADALAH CERMINAN DARI PERILAKU MANUSIA
DI DALAM MASYARAKAT, BERKAITAN DENGAN KEGIATAN KEJIWAAN INDIVIDU YANG TIDAK
SELARAS DENGAN NORMA-NORMA PERGAULAN MASYARAKAT. KEJAHATAN MERUPAKAN
PERBUATAN YANG ABNORMAL, JIKA DIPANDANG DARI SUDUT PELAKUNYA MAKA PENAMPILAN
PERILAKU ABNORMAL INI TERJADI KARENA BEBERAPA KEMUNGKINAN, MISALNYA KARENA
FAKTOR PSIKOPATOLOGIK, YAKNI PERILAKU KEJAHATAN PADA PENDERITA SAKIT JIWA ATAU
KELAINAN KEJIWAAN KARENA FAKTOR RENDAHNYA KONDISI 1Q-NYA, DAN SEBAGAINYA
• SELAIN ITU, KEJAHATAN JUGA DAPAT TERJADI KARENA FAKTOR KEGIATAN JIWA
YANG WAJAR, TETAPI LEBIH CENDERUNG ATAU LEBIH TERDORONG UNTUK
MENYETUJUI PERBUATAN MELANGGAR HUKUM, INI BIASANYA KEJAHATAN YANG
SERING DILAKUKAN OLEH PENJAHAT-PENJAHAT PROFESIONAL. BEGITU JUGA
FAKTOR SOSIAL YANG SECARA LANGSUNG MEMPENGARUHI INDIVIDU ATAU
KELOMPOK YANG MENGALAMI KESULITAN KEJIWAAN, SEPERTI KEJAHATAN YANG
DILAKUKAN OLEH MEREKA YANG TIDAK MAMPU MENYESUAIKAN DIRINYA DENGAN
SITUASI ATAU KONDISI SOSIAL DI MANA MEREKA HIDUP BERMASYARAKAT
(MALADAPTIVE BEHAVIOUR).
• TINDAKAN SEORANG PENJAHAT, BILAMANA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG
MASYARAKAT DIANGGAP SEBAGAI SUATU PERILAKU YANG MENYIMPANG (DEVIANT
BEHAVIOR). PERBUATAN JAHAT DARI SESEORANG ITU AKAN ADA SECARA TERUS-
MENERUS (PERSISTENT) DAN INI DISEBABKAN OLEH PERASAAN ANTI-SOSIAL YANG
ADA PADANYA. BAGI SEORANG PSIKOLOG, PERASAAN ANTI-SOSIAL TERSEBUT
DISEBABKAN OLEH HAL-HAL YANG TUMBUH DI DALAM DAN DARI JIWA SI PEMBUAT
UNDANG-UNDANG UNTUK MELAKUKAN SUATU REAKSI SECARA TERTENTU
TERHADAP KEJAHATAN YANG TERJADI.
• DI BAWAH INI ADA BEBERAPA PENDEKATAN DEFINISIONAL YANG PALING SERING
DITEMUI DALAM KONTEKS PEMBERIAN BATASAN KRIMINOLOGI.
• LEGALISTIK DI DALAM PANDANGAN INI, KEJAHATAN DIGAMBARKAN SEBAGAI PERILAKU
YANG MELANGGAR KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA. WALAUPUN INI TIDAK
MEMADAI BAGI AHLI KRIMINOLOGI YANG BERORIENTASI PADA HUKUM PIDANA (YANG
MEMANDANG HUKUM SEBAGAI HAL YANG PROBLEMATIK).
• NORMA TINGKAH LAKU PANDANGAN INI, YANG DIPOPULERKAN OLEH BUKU YANG DITULIS
OLEH THORSTEIN SELLIN, DITERBITKAN PADA TAHUN 1938, MENYATAKAN BAHWA KEJAHATAN
HANYA MERUPAKAN SATU BENTUK PELANGGARAN NORMA. TIAP-TIAP KELOMPOK, DENGAN
MENGABAIKAN BATASAN-BATASAN POLITIS, SERTA DENGAN MENGABAIKAN PERWUJUDAN
KARENA PERKAWINAN, MEMPUNYAI NORMA- NORMA TINGKAH LAKU. NORMA ADALAH
PERATURAN TENTANG HAL YANG BENAR (NORMAL) DAN SALAH (ABNORMAL) YANG
KESEMUANYA TERDAPAT DI DALAM KEBIASAAN, TRADISI, ETIKA, AGAMA, KELUARGA, DAN
INSTITUSI SOSIAL LAIN. URGENSI DARI DEFINISI YANG DIKEMUKAKAN SELLIN ADALAH
BAHWA PARA AHLI KRIMINOLOGI HANYA BERPERAN SEBAGAI ILMUWAN YANG
MENGGAMBARKAN POKOK MASALAH MEREKA SENDIRI. KEJAHATAN, DALAM KONTEKS INI,
DILIHAT SEBAGAI PELANGGARAN DARI NORMA SOSIAL (YANG MEREKA BUAT) SENDIRI.
• SOCIAL HARM, SOCIAL HARM ATAU KEJAHATAN SOSIAL, MERUPAKAN PANDANGAN YANG
PALING RELEVAN DENGAN MINAT SUTHERLAND DI DALAM MENJELASKAN MASALAH WHITE
COLLAR CRIME WALAUPUN TENTUNYA ADA PENGARUH LAIN. BAGI SUTHERLAND (DAN JUGA
BAGI KEBANYAKAN AHLI KRIMINOLOGI), ADALAH SUATU HAL YANG JELAS-JELAS TIDAK ADIL
BAHWA WHITE COLLAR CRIMINAL (ATAU SECARA POPULER DISEBUT DENGAN PENJAHAT
BERKERAH PUTIH ATAU PENJAHAT BERDASI) MENDAPATKAN PENGHARGAAN, STATUS TINGGI,
SERTA SELALU DIMAKLUMI (TINDAKANNYA, TERMASUK TINDAKAN KRIMINALNYA), DAN
BUKANNYA MENDAPAT HUKUMAN PIDANA. KORPORASI YANG MENGOTORI LINGKUNGAN
HARUS MEMBAYAR SEJUMLAH UANG YANG TAK LAIN HANYA SUATU TAMPARAN KECIL YANG
TIDAK DIRASAKAN OLEH KORPORASI YANG BERSANGKUTAN.
• PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA, PANDANGAN INI DIANGGAP SEBAGAI PANDANGAN
YANG PALING RELEVAN DENGAN PENDAPAT YANG DIBUAT OLEH HERMAN DAN JULIA
SCHWENDINGER (1975) WALAUPUN ADA JUGA PENGARUH LAIN. BAGI HERMAN DAN JULIA
SCHWENDINGER, TIDAK HANYA SEMUA YANG MENYEBABKAN LUKA-LUKA/KERUGIAN SOSIAL
(IMPERALISME, SEXISME, RASISME, KEMISKINAN) ADALAH KEJAHATAN, TETAPI JUGA SEMUA
YANG MERINTANGI HAK UNTUK MEMPEROLEH EKSISTENSI KEMARTABATAN MANUSIA
(KEBEBASAN GERAK, KEMERDEKAAN BERBICARA, SUATU PENDIDIKAN YANG LAYAK,
KETENAGAKERJAAN, HAK UNTUK MEMBENTUK SERIKAT SEKERJA, DAN LAIN-LAIN). KONSEP
HAK AZASI MANUSIA MEMPEROLEH KEUNTUNGAN DALAM MEMOTONG BATASAN KULTUR
DAN RENTANG WAKTU.
• MASALAH SOSIAL, HAMPIR SEMUA MAHASISWA MANAPUN DI PERGURUAN TINGGI YANG TELAH
MENGAMBIL KULIAH YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH SOSIAL, PASTI MENGETAHUI BAHWA
KEJAHATAN TIDAK LAIN ADALAH SATU DARI BANYAK KONDISI-KONDISI KRONIS YANG SELALU
MUNCUL DI MASYARAKAT (SEPERTI HOMOSEKSUALITAS, KEHAMILAN DI LUAR NIKAH PADA
REMAJA, KEMISKINAN, DAN SEBAGAINYA). PENDEKATAN MASALAH SOSIAL SELALU BERUSAHA
UNTUK MENGHINDARI REDUCTIONISM, ATAU PENJELASAN KEJAHATAN BERDASARKAN ATAS
PENJELASAN BIOLOGIS, PSIKOLOGIS, DAN BAHKAN SOSIOLOGIS. HAL INI BERARTI BAHWA
PENDEKATAN TERSEBUT BERUPAYA UNTUK MELIHAT KEJAHATAN DARI SUDUT PANDANG ARTI
SOSIAL, ATAU DARI KACAMATA DEFINISI KOLEKTIF TENTANG KEJAHATAN. OLEH KARENA ITU,
ADALAH PENTING UNTUK BELAJAR DENGAN CERMAT TENTANG HAL-HAL SEPERTI PEMUNGUTAN
SUARA DI MEDIA (MEDIA POLS) ATAU PENDAPAT UMUM. CARA MENYAJIKAN SUATU MEDIA,
GAMBARAN KEJAHATAN, DAN PENGUKURAN KEJAHATAN ADALAH PERFUATIAN SERIUS YANG
MENGARAH KEPADA PENDEKATAN MASALAH SOSIAL.
• CHAOS, CHAOS ATAU KEKACAUAN, SEBENARNYA JUGA DIRAGUKAN SEBAGAI TEORI DALAM
KONTEKS PEMBERIAN BATASAN KRIMINOLOGI. TIDAK BANYAK LITERATUR YANG DITEMUI DI
DALAM MASA POSTMODERN YANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI CHAOS (KEKACAUAN)
UNTUK MELUKISKAN KEJAHATAN. PENDEKATAN INI HANYA MENGACU PADA MEKANISME
PENGAWASAN SOSIAL ATAU HUKUM YANG MENGHASILKAN PENGARUH NONLINEAR. DALAM
MENJELASKAN KEJAHATAN, PENDEKATAN INI HANYA MENGEMUKAKAN BAHWA TERNYATA ADA
HAL-HAL YANG TERLARANG YANG MENYEBABKAN GODAAN UNTUK MELAKUKAN KEJAHATAN
 KB. 2 RELATIVISME KEJAHATAN
• LEGALISTIS VERSUS AMORAL
• ELLIOT (1952) MENGEMUKAKAN BAHWA SIFAT DARI HUKUM PIDANA YANG TIDAK TERIKAT OLEH SUATU
ATURAN TERTENTU (ARBITRARY) DAN BERSIFAT KHUSUS (SPECIFIC), SERING DIKRITIK OLEH AHLI
KRIMINOLOGI. KENYATAANNYA BAHWA UNTUK MELINDUNGI MASYARAKAT, HUKUM PIDANA
MEMBERIKAN PIDANA TERHADAP PERBUATAN ANTI-SOSIAL YANG KECIL DAN RELATIF TIDAK PENTING.
SEBALIKNYA TERHADAP BERBAGAI PERBUATAN ANTI-SOSIAL YANG LEBIH BESAR DAN LEBIH
BERBAHAYA TERNYATA DIBIARKAN SAJA (JADI TIDAK ADA BUDI NURANI SOSIAL PADA BEBERAPA
WARGA TERTENTU SEPERTI PENGUSAHA, PENGACARA, DOKTER YANG SERINGKALI MENIMBULKAN
PENDERITAAN: PENDERITAAN BESAR).SELANJUTNYA, ELLIOT (1952) MENGATAKAN BAHWA BILA
DILIHAT DARI SUDUT MORAL, BANYAK SEKALI PERBUATAN-PERBUATAN ANTI-SOSIAL YANG
MENGHANCURKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BILA DIBANDINGKAN DENGAN KEJAHATAN-
KEJAHATAN (PERBUATAN YANG DILARANG OLEH ATURAN-ATURAN PIDANA). AKAN TETAPI DIAKUI PULA
OLEHNYA BAHWA APABILA DEFINISI KEJAHATAN TIDAK DIBATASI OLEH ATURAN-ATURAN PIDANA,
MAKA AKAN TIMBUL KETIDAKPASTIAN HUKUM. ORANG TIDAK PERNAH MERASA AMAN TERHADAP
PUTUSAN-PUTUSAN PERADILAN YANG CENDERUNG SEWENANG-WENANG. DAN KARENA ITU ELLIOT
(1952) MENYETUJUI PENDAPAT DARI VON HENTIG (CRIME, CAUSES AND CONDITIONS) BAHWA
MERUPAKAN SUATU KEHARUSAN BAHWA SUATU UNDANG-UNDANG ITU BERSIFAT SANGAT FORMAL.
• SEMENTARA ITU. SUTHERLAND (1960), DALAM BUKUNYA YANG BERJUDUL PRINCIPLES
OF CRIMINOLOGY: BERPENDAPAT BAHWA CRIMINAL BEHAVIOUR (PERBUATAN ATAU
PERILAKU JAHAT) ADALAH PERBUATAN YANG MELANGGAR UNDANG-UNDANG HUKUM
PIDANA. BAGAIMANAPUN AMORALNYA ATAU TIDAK PATUTNYA SUATU PERBUATAN, IA
BUKAN KEJAHATAN JIKA TIDAK DILARANG OLEH UNDANG-UNDANG/ HUKUM PIDANA.
DI BAWAH INI ADALAH KARAKTERISTIK DARI UNDANG-UNDANG/HUKUM PIDANA,
YANG MEMILIKI SIFAT:
• POLITICALITY: HANYA PELANGGARAN TERHADAP ATURAN-ATURAN YANG DIBUAT OLEH
NEGARA MAKA SUATU PERBUATAN ITU DIANGGAP SEBAGAI KEJAHATAN..
• SPECIFICITY: INI UNTUK MEMBEDAKANNYA DENGAN HUKUM SIPIL, DI MANA ATURAN-
ATURAN HUKUM SIPIL HANYA BERUPA RUMUSAN-RUMUSAN UMUM, SEDANGKAN HUKUM
PIDANA PADA UMUMNYA MEMBERIKAN DEFINISI YANG TEGAS MENGENAI SUATU PERBUATAN
TERTENTU
• UNIFORMITY: DI MUKA UNDANG-UNDANG PIDANA, SEMUA WARGA ADALAH SAMA (TIDAK
MELIHAT PADA STATUS SOSIAL SESEORANG) TETAPI DALAM KENYATAAN DI MUKA
PENGADILAN, UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI KEADAAN SESEORANG JUGA
DIPERHATIKAN.
• INDIVIDUALIZATION, INDIVIDUALISASI INI MERUJUK KEPADA SIFAT INDIVIDU DI MANA
MEMANG SUDAH SEWAJARNYA KARENA SETIAP ORANG MEMPUNYAI MOTIF YANG
BERLAINAN DAN DIPENGARUHI OLEH KEADAAN-KEADAAN YANG BERLAINAN PULA.PENAL
SANCTION: DI MANA HUKUMAN PIDANA DIANCAM DAN DIJATUHKAN OLEH NEGARA.
• MASIH DALAM KONTEKS YANG SAMA, SUTHERLAND (1960), MENCOBA PULA UNTUK
MEMBERIKAN DEFINISI DALAM ISTILAH/ARTI SOSIAL (DAN BUKAN DALAM ARTI
HUKUM) MENGENAI KEJAHATAN. KEJAHATAN, MENURUTNYA, MENGANDUNG 3
UNSUR, YAITU:
• ADANYA SUATU NILAI (VALUE) YANG DITERIMA OLEH SUATU KELOMPOK ATAU SEBAGIAN
DARIA.KELOMPOK YANG SECARA POLITIS DIANGGAP PENTING.
• ADANYA ISOLASI ATAU ADANYA KONFLIK KEBUDAYAAN PADA BAGIAN LAIN DARI
KELOMPOKINI, DAN PADA GILIRANNYA ANGGOTA-ANGGOTA MASYARAKAT TIDAK ATAU
KURANG MENERIMA NILAI TERSEBUT, SEHINGGA DAPAT MEMBAHAYAKAN MASYARAKAT
YANG BERSANGKUTAN.
• ADANYA SUATU PAKSAAN, YAITU PAKSAAN DARI GOLONGAN YANG MENERIMA NILAI
TERSEBUT TERHADAP GOLONGAN YANG TIDAK MENERIMA NILAI TERSEBUT. JADI KALAU
TERJADI KEJAHATAN MAKA HUBUNGAN YANG BERSIFAT MEMAKSA INI PASTI TERDAPAT DI
DALAMNYA. OLEH KARENANYA, KEJAHATAN ADALAH HUBUNGAN YANG BERSIFAT
MEMAKSA BILA DILIHAT DARI KACAMATA KELOMPOK
• RELATIF DALAM KUANTITAS
• TIDAK DAPAT DIHINDARI BAHWA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERHATIAN
WARGA MASYARAKAT TERHADAP KEJAHATAN BIASANYA TERTUJU PADA KEJAHATAN-
KEJAHATAN YANG TELAH DILAPORKAN SAJA, YANG TELAH TERUNGKAP DI HADAPAN
INSTANSI PENEGAK HUKUM, ATAU YANG TELAH DIBERITAKAN DALAM MEDIA MASSA.
KEJAHATAN-KEJAHATAN YANG TIDAK DILAPORKAN ATAU TIDAK TERUNGKAP DI
HADAPAN APARAT PENEGAK HUKUM ITU MENURUT ISTILAH TEKNIS DALAM BERBAGAI
REFERENSI KRIMINOLOGI DISEBUT THE HIDDEN CRIMES ATAU KEJAHATAN YANG
TERSEMBUNYI, BERBAGAI MACAM KEJAHATAN YANG TERSEMBUNYI ITU DENGAN
SENDIRINYA TIDAK TERCATAT JUMLAHNYA DALAM STATISTIK KRIMINAL PADA
INSTANSI PENEGAK HUKUM SEHINGGA MASIH MERUPAKAN ANGKA GELAP (DARK
NUMBER) YANG TIDAK PERNAH TERUNGKAP. KESADARAN AKAN ADANYA DARK
NUMBER TERSEBUT KEMUDIAN MENDORONG PARA PENELITI, KHUSUSNYA PARA
KRIMINOLOG, UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN SEPUTAR SEBAB-SEBAB ATAU FAKTOR-
FAKTOR APA YANG MENDORONG TIDAK TERUNGKAPNYA BERBAGAI KEJAHATAN
TERSEBUT. SALAH SATU HASIL PENELITIAN YANG MENCOBA MENGUNGKAP SEBAB-
SEBAB ATAU FAKTOR-FAKTOR YANG MEMUNGKINKAN TIMBULNYA THE HIDDEN
CRIMES ADALAH PENELITIAN YANG DILAKUKAN OLEH SELLIN (1987), DENGAN HASIL
SEBAGAI BERIKUT
• KEJAHATAN ITU PADA HAKIKATNYA BERSIFAT PRIBADI ATAU BIASA JUGA DISEBUT SEBAGAI SECRET
DEVIANCE. KARENA SIFATNYA YANG SANGAT PRIBADI MAKA PELAKU YANG BERSANGKUTAN AKAN
DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH ATAU DENGAN SEKUAT TENAGA UNTUK MERAHASIAKAN
PERBUATANNYA, SEHINGGA SUKAR UNTUK DIKETAHUI ORANG LAIN.
• ADA JUGA PIHAK YANG DIRUGIKAN YANG TIDAK INGIN KEJADIAN KEJAHATAN YANG MENIMPANYA
ITU DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN ATAU OLEH PIHAK YANG BERWAJIB.
• ADA PERASAAN TIDAK SENANG UNTUK MELAPORKAN KEJADIAN KEJAHATAN KEPADA PIHAK YANG
BERWAJIB KARENA KEENGGANAN MENJADI SAKSI DAN BAHKAN DICURIGAI OLEH PIHAK YANG
BERWAJIB BAHWA DIRINYA TERLIBAT DENGAN PERBUATAN JAHAT TERSEBUT.
• ADA PENDAPAT UMUM YANG MENYATAKAN TIDAK MENYUKAI DIBERLAKUKANNYA ATURAN-
ATURAN HUKUM TERTENTU, SEPERTI LARANGAN MAIN JUDI DAN SEBAGAINYA
• BERBAGAI KEJAHATAN YANG PADA HAKIKATNYA MEMANG BERAT UNTUK DAPAT DILAPORKAN
OLEH PELANGGARNYA SENDIRI, SEPERTI MEMBAWA SENJATA GELAP DAN SEBAGAINYA.
• ADANYA KONDISI KESADARAN PELAPORAN YANG TIDAK STABIL ATAU TIDAK
KONSTAN(FLUKTUATIF) SEHINGGA PARTISIPASI PELAPORAN OLEH MASYARAKAT NAIK-TURUN.
• ADA KEENGGANAN DARI PIHAK KORBAN UNTUK MELAPORKAN KEJAHATAN YANG MENIMPANYA
KARENA MERASA MALU, TAKUT AKAN ANCAMAN, TAKUT AKAN BALAS DENDAM DARI PELAKU,
ATAU ADANYA HUBUNGAN SOSIAL KHUSUS DENGAN PELAKU SEPERTI MASIH SAUDARA. KEKASIH,
DAN SEBAGAINYA.
 KB.3 ARTI DAN STATUS PENJAHAT
• BATASAN DAN CIRI-CIRI PENJAHAT
• ELLIOT (1952), MENYATAKAN BAHWA PENGETAHUAN KITA MENGENAI PENJAHAT, ATAU
TEPATNYA TERPIDANA, SEBENARNYA MERUPAKAN PENGETAHUAN MENGENAI TIPE
PENJAHAT YANG KURANG AHLI (LESS SKILLFUL TYPE). PENJAHAT YANG DEMIKIAN INI
ADALAH MEREKA YANG TIDAK CUKUP PANDAI UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI KEJARAN
POLISI. AKAN TETAPI MESKIPUN DEMIKIAN PARA TERPIDANA ITU SEBENARNYA CUKUP
MENCERMINKAN LAPISAN-LAPISAN/TIPE (PENJAHAT) DI DALAM MASYARAKAT. SEBAGIAN
TERPIDANA ADALAH MEREKA YANG BENAR-BENAR JAHAT (VINCIOUS). ORANG-ORANG INI
BERWATAK KERAS YANG AKAN MENEMBAK DAN MEMBUNUH APABILA MEREKA MERASA
PERLU MELAKUKANNYA. SEBAGIAN BESAR DARI PARA TERPIDANA TERSEBUT ADALAH
ORANG-ORANG YANG LEMAH. YANG TIDAK SANGGUP MENYESUAIKAN DIRI DALAM
MENGIKUTI ATURAN-ATURAN YANG TELAH DITENTUKAN DALAM MASYARAKAT YANG
SANGAT KOMPETITIF. SEBAGIAN KECIL DARI TERPIDANA TERSEBUT ADALAH BUKAN
ORANG-ORANG LEMAH MAUPUN ORANG-ORANG YANG BERMUSUHAN DENGAN
MASYARAKAT, MEREKA KADANG-KADANG SAMA TERKEJUT DAN MENDONGKOLNYA
SEPERTI TEMAN-TEMAN DAN KENALAN-KENALAN MEREKA, BAHWA MEREKA ADALAH
PELANGGAR-PELANGGAR UNDANG-UNDANG ORANG-ORANG INI ADALAH MEREKA YANG
DALAM KEADAAN KRISIS GAGAL MENGIKUTI ATURAN-ATURAN NEGARA, YANG
SEBENARNYA ATURAN ITU MEREKA HORMATI JUGA.
• KLASIFIKASI PENJAHAT
• UNTUK MENYUSUN KLASIFIKASI PELAKU KEJAHATAN MAKA ADA BEBERAPA ASPEK YANG
DAPAT KITA GUNAKAN, YAKNI:
1. MENURUT STATUS SOSIAL PELAKU KEJAHATAN
DITINJAU DARI ASPEK STATUS SOSIAL PELAKU KEJAHATAN MAKA KITA AKAN
MEMPEROLEHKLASIFIKASI PENJAHAT MENURUT KELAS SOSIALNYA, ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT:
A. WHITE COLLAR CRIMINAL ATAU ELITE CRIMINAL, YAITU PELAKU KEJAHATAN YANG TERGOLONG
MEMPUNYAI STATUS SOSIAL TINGGI DAN KEDUDUKAN TERHORMAT DALAM SUATU MASYARAKAT.
PADA UMUMNYA MEREKA MELAKUKAN KEJAHATANNYA DALAM RANGKA PELAKSANAAN
PEKERJAANNYA.
B. LOWER-CLASS CRIMINAL, YAKNI PARA PELAKU KEJAHATAN YANG TIDAK MEMPUNYAI STATUS
SOSIAL TINGGI DI MASYARAKAT. PADA UMUMNYA JENIS KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH MEREKA
ADALAH YANG TERKAIT DENGAN MOTIF EKONOMI. LOWER- CLASS CRIMINAL INI BIASANYA MELIPUTI
KEJAHATAN JALANAN (STREET CRIMES), SEPERTI PENCOPETAN, PERAMPASAN, PENODONGAN,
PENJAMBRETAN, PENGANIAYAAN, DAN SEBAGAINYA. KEJAHATAN JUGA BIASANYA TERMASUK JENIS
KEJAHATAN YANG TIDAK DIRENCANAKAN ATAU BERSIFAT SPONTAN.
• MENURUT TINGKAT KERAPIHAN ORGANISASI
• DITINJAU DARI SUDUT TERORGANISIR ATAU TIDAKNYA PELAKU KEJAHATAN DALAM MELAKUKAN
AKTIVITAS KEJAHATANNYA, MAKA AKAN DIPEROLEH KLASIFIKASI SEBAGAI BERIKUT
• A) ORGANIZED CRIMINALS, YAITU PARA PELAKU KEJAHATAN YANG TERGABUNG DALAM
KEJAHATAN TERORGANISASI. MEREKA MELAKUKAN TINDAK KEJAHATANNYA DENGAN
MENGGUNAKAN DAN MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN, SEPERTI ADANYA
PERENCANAAN, KOORDINASI, PENGARAHAN, DAN PENGAWASAN YANG DIKENDALIKAN OLEH
KELOMPOK MEREKA.
• B) NON-ORGANIZED CRIMINALS, YAKNI PARA PELAKU KEJAHATAN YANG DALAM AKTIVITASNYA
BERSIFAT INDIVIDUAL DAN TIDAK TERORGANISASI.
MENURUT KEPENTINGAN PENCARIAN NAFKAH
DITINJAU DARI SUDUT ATAU KEPENTINGAN MATA PENCAHARIANNYA, MAKA DAPAT DIPEROLEH
KLASIFIKASI YANG MERUJUK KEPADA
a) PROFESSIONAL CRIMINALS, YAITU PARA PELAKU KEJAHATAN YANG TELAH MENJADIKANKEJAHATAN
SEBAGAI PROFESINYA, SEBAGAI MATA PENCAHARIAN POKOKNYA.
b) NON-PROFESSIONAL CRIMINALS, YAKNI PARA PELAKU KEJAHATAN YANG MELAKUKANKEJAHATAN SECARA
INSIDENTAL SAJA. DENGAN KATA LAIN, MEREKA MELAKUKAN KEJAHATANTIDAK SEBAGAI MATA
PENCAHARIAN TETAPI HANYA DIDORONG OLEH SITUASI DAN KONDISITERTENTU PADA SUATU WAKTU,
TEMPAT, DAN KEADAAN TERTENTU.
• MENURUT ASPEK KEJIWAAN DARI PELAKU KEJAHATAN
• DITINJAU DARI ASPEK KEJIWAAN PELAKU KEJAHATAN MAKA AKAN DIPEROLEH KLASIFIKASI SEBAGAI
BERIKUT:
• EPISODIC CRIMINALS, YAKNI PELAKU KEJAHATAN YANG MELAKUKAN KEJAHATANNYA SEBAGAI AKIBAT
DORONGAN PERASAAN/EMOSI YANG MENDADAK TAK TERKENDALIMISALNYA, SEORANG AYAH YANG
MEMBUNUH SEORANG LAKI-LAKI SEWAKTU IA MELIHATB) PEREMPUANNYA DIPERKOSA OLEH LAKI-LAKI
TERSEBUT.
• MENTALLY ABNORMAL CRIMINALS, YAKNI PELAKU KEJAHATAN YANG JIWANYA ABNORMAL,MISALNYA
ORANG YANG PSIKOPATIS.
• NON MALICIOUS CRIMINALS, YAKNI PARA PELAKU KEJAHATAN YANG MELAKUKAN KEJAHATAN KARENA
MENURUT KEYAKINAN MEREKA PERBUATAN TERSEBUT BUKAN MERUPAKAN KEJAHATAN. MISALNYA
SEORANG PENGIKUT ALIRAN SESAT DARI KEPERCAYAAN TERTENTU YANG MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS
BEBAS SESAMA ANGGOTA ALIRAN ITU KARENA MEREKA PERCAYA BAHWA MEREKA HARUS SALING
MENGASIHI MESKIPUN TIDAK TERIKAT OLEH PERKAWINAN.

MENURUT ASPEK KEBIASAAN DILAKUKANNYA KEJAHATAN

DITINJAU DARI SEGI KEBIASAAN YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU KEJAHATAN MAKA DAPAT DIPEROLEH
KLASIFIKASI SEBAGAI BERIKUT:
HABITUAL CRIMINALS, YAKNI ORANG YANG MELAKUKAN KEJAHATAN, BAIK DALAM ARTI YURIDIS MAUPUN
DALAM ARTI KRIMINOLOGIS, SECARA TERUS-MENERUS SEBAGAI KEBIASAAN. MISALNYA SEORANG PELACUR,
PEMABOK, PENJUDI, DAN SEBAGAINYA.
NON-HABITUAL CRIMINALS, YAKNI PARA PELAKU KEJAHATAN YANG MELAKUKAN KEJAHATANBUKAN KARENA
KEBIASAANNYA TETAPI DITENTUKAN OLEH KONDISI DAN SITUASI TERTENTU.
• MENURUT ASPEK TERTENTU DARI SIFAT PERBUATANNYA
• DITINJAU DARI BEBERAPA ASPEK YANG TERKAIT DENGAN SIFAT PERBUATAN JAHAT YANGDILAKUKAN OLEH
PELAKU ATAU PENJAHAT MAKA DIPEROLEH KLASIFIKASI SEBAGAI BERIKUT:
• A) CASUAL OFFENDERS, YAKNI ORANG-ORANG YANG MELANGGAR KETERTIBAN MASYARAKAT. MISALNYA
ORANG YANG MELANGGAR JAM MALAM, MENGADAKAN PESTA TANPA IJIN DAN SEBAGAINYA. SEBENARNYA
PERBUATAN-PERBUATAN SEMACAM INI DITINJAU DARI SUDUT YURIDIS BUKANLAH TERMASUK SEBAGAI
KEJAHATAN.
• B) OCCASIONAL CRIMINALS, YAKNI PARA PELAKU KEJAHATAN YANG MELAKUKAN KEJAHATANRINGAN.
MISALNYA, MENGENDARAI KENDARAAN BERMOTOR DAN MENABRAK ORANG YANG MENGAKIBATKAN LUKA
RINGAN, ATAU MELANGGAR LAMPU LALU LINTAS.
• C) SMUGGLER, YAITU PENYELUNDUP. PENYELUNDUP IALAH ORANG YANG MEMASUKKAN ATAU
MENGELUARKAN SESUATU (BIASANYA BARANG, TETAPI DAPAT JUGA ORANG/MANUSIA) DARI ATAU KE LUAR
NEGERI TANPA IJIN DARI PEMERINTAH/YANG BERWAJIB (ILLEGAL IMPORTER DANILLEGAL EXPORTER).
MENURUT UMUR DARI PELAKU KEJAHATAN
DITINJAU DARI SEGI UMUR PELAKU KEJAHATAN MAKA DIPEROLEH KLASIFIKASI SEBAGAI BERIKUT:
a) ADULT OFFENDERS ATAU ADULT CRIMINAL, YAKNI PARA PELAKU KEJAHATAN YANG BERDASARKAN KETENTUAN HUKUM
DARI SUATU MASYARAKAT TERMASUK GOLONGAN ORANG-ORANG YANG TELAHDIKATEGORIKAN SEBAGAI ORANG
DEWASA
b) JUVENILE DELINQUENT ATAU JUVENILE OFFENDERS, YAKNI PARA PELAKU YANG MELAKUKAN KEJAHATAN ATAU
PERBUATAN-PERBUATAN ANTI SOSIAL LAINNYA YANG BERDASARKAN KETENTUAN HUKUM DARI SUATU MASYARAKAT
TERMASUK GOLONGAN ANAK-ANAK ATAU REMAJA.