BUDAYA HUKUM

STAF PENGAJAR FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU
 PENDAHULUAN
1. HUKUM MENGANDUNG IDE-IDE YANG ABSTRAK YANG
HARUS DIIMPLEMENTASIKAN KE DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT SEHARI-HARI.
2. OLEH KARENA ITU, PERLU ADANYA RANGKAIAN
KEGIATAN MEWUJUDKAN IDE-IDE MELALUI
PENYULUHAN HUKUM UNTUK PENEGAKAN HUKUM.
3. PENEGAKAN HUKUM TIDAK DAPAT DILIHAT BERDIRI
SENDIRI, MELAINKAN MENYANGKUT BERBAGAI ASPEK
KEHIDUPAN YANG BERSIFAT NON-HUKUM.
4. HUKUM HENDAKNYA DILIHAT SEBAGAI GEJALA SOSIAL
BUDAYA YANG DAPAT DIAMATI DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT (PERILAKU MASYARAKAT).
5. ARTINYA TITIK PERHATIAN KEPADA HUBUNGAN
ANTARA HUKUM DENGAN FAKTOR NON HUKUM (IDE,
SIKAP, DAN PANDANGAN MASYARAKAT), YAITU BUDAYA
HUKUM.
6. ADANYA BUDAYA HUKUM INILAH YANG MEMBUAT
PENEGAKAN HUKUM BERBEDA ANTARA MASYARAKAT
YANG SATU DENGAN LAINNYA.
 MENGAPA DALAM
PENEGAKAN HUKUM
DIPERLUKAN KAJIAN
BUDAYA HUKUM!
MENURUT TEORI ILMU HUKUM:

BENTUK HUKUM

KODIFIKASI TERTULIS TERCATAT TIDAK TERTULIS

(SISTEMATIS (BERSIFAT (FIELD NOTES) (NON-STATUTAIR)
DAN LOGIS) SEKTORAL)
BERLAKUNYA HUKUM
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT:

IDEALNYA
K DAS SOLLEN ATAU LAW IN THE
E BOOK (HUKUM
S SEHARUSNYA BERLAKU)
U
S
ADA JURANG PEMISAH
I BERLAKUNYA HUKUM
L
A
A
N DAS SAIN ATAU LAW IN ACTION
KEHIDUPAN (HUKUM DALAM KENYATAAN)
MASYARAKAT KEBIASAAN
BERLAKUNYA HUKUM PEMERINTAH
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT:
IDEALNYA
DAS SOLLEN ATAU LAW IN THE BOOK
(HUKUM SEHARUSNYA BERLAKU)
K
E
S BERLAKUNYA HUKUM POSITIF
U (PEMERINTAH) BERADA
S DI TENGAH-TENGAH.
I
L
A
A
N
DAS SAIN ATAU LAW IN
ACTION (HUKUM DALAM
KETEGANGAN KENYATAAN MASYARAKAT
SOSIAL-BUDAYA KEBIASAAN
■ TUJUAN HUKUM POSITIF PEMERINTAH HANYA
MENCIPTAKAN TUJUAN DIBUATNYA HUKUM SAMPAI
PADA TUJUAN PERTAMA (1), YAITU:
“KEPASTIAN HUKUM”

■ BELUM MENCIPTAKAN TUJUAN DIBUATNYA HUKUM

YANG KE:
(2).KETERTIBAN MASYARAKAT.
(3).KEADILAN UNTUK MENSEJAHTERAKAN
MASYARAKAT.

■ SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG HUKUM

POSITIF DIABAIKAN.
BERLAKUNYA HUKUM PEMERINTAH
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT:
IDEALNYA
DAS SOLLEN ATAU LAW IN THE BOOK
(HUKUM SEHARUSNYA BERLAKU)
K
E
S DIPERLUKAN PENDEKATAN
U
S BUDAYA HUKUM DALAM
I PENYULUHAN HUKUM UNTUK
L PENEGAKAN HUKUM
A
A
N
DAS SAIN ATAU LAW IN
ACTION (HUKUM DALAM
KETEGANGAN KENYATAAN MASYARAKAT
SOSIAL-BUDAYA KEBIASAAN
KONSEP KEBUDAYAAN:
Kebudayaan adalah suatu ide yang ada dalam
kepala manusia dan bukannya suatu gejala (yang
terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia).
Sebagai suatu ide, kebudayaan terdiri atas
serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan
larangan-larangan untuk melakukan suatu tindakan
dalam menghadapi suatu lingkungan sosial,
kebudayaan dan alam yang berisikan serangkaian
konsep-konsep, serta model-model pengetahuan
mengenai berbagai tindakan dan tingkah laku yang
seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam
menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan,
dan alam.
KONSEP KEBUDAYAAN:
IDE MANUSIA
(COGNITIVE SYSTEM)

WUJUD

NILAI-NILAI NORMA-NORMA DAN LAIN-LAIN

MENJADI PEDOMAN HIDUP

DALAM MENGHADAPI LINGKUNGAN

BUDAYA SOSIAL ALAM

 PROSES PEMBELAJARAN
(PROCESS OF LEARNED ACTION)

PROSES KEBUDAYAAN
(CULTURE PROCESS)

SISTEM NILAI-NILAI BUDAYA

(VALUES SYSTEM OF CULTURE)

PEDOMAN HIDUP
 SISTEM NILAI-NILAI BUDAYA
(VALUES SYSTEM OF CULTURE)

NORMA-NORMA SOSIAL
(SOCIAL NORMS)

NORMA-NORMA HUKUM
(LEGAL NORMS)

PEDOMAN HIDUP
KONSEPSI HUKUM:
Hukum adalah konsepsi
(penyebutan atau istilah yang
menunjuk pada norma, aturan,
prinsip, konsep, ideal dan
sebagainya); yang mengandung
proposisi kognitif dan proposisi
normatif.
Mengartikan hukum secara lebih luas,
yaitu sebagai gejala atau proses sosial.
Dalam kajian ini hukum tidak hanya
dilihat sebagai konsep yang
mengandung unsur pemaksa dan
otoritas negara seperti yang ada pada
hukum positif nasional, melainkan juga
hukum lain seperti hukum agama,
hukum adat, dan norma-norma hukum
lain yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat.
KONSEPSI MASYARAKAT:

MASYARAKAT:
ADALAH KESATUAN HIDUP MANUSIA YANG
BERINTERAKSI MENURUT SUATU SISTEM ADAT
ISTIADAT TERTENTU YANG BERSIFAT KONTINYU, DAN
YANG TERIKAT OLEH SUATU RASA IDENTITAS BERSAMA.

UNSUR-UNSUR MASYARAKAT:

1.GROUPING.
2.COMMON CUSTOM.
3.IDENTITIES.
1. GROUPING (KESATUAN HIDUP MANUSIA):

ADALAH KESATUAN HIDUP MANUSIA YANG SELALU

BERINTERAKSI SECARA TERUS MENERUS DAN
KONTINYU (BERSIFAT TETAP ATAU PERMANEN).

CONTOHNYA:
1.MASYARAKAT DESA, KOTA, DLL.
2.KELOMPOK-KELOMPOK MASYARAKAT INI YANG
MASIH BERPEDOMAN KEPADA NILAI-NILAI BUDAYA.
2. COMMON CUSTOM (ADAT ISTIADAT):

ADALAH SUATU KEBIASAAN YANG DILAKUKAN OLEH

MASYARAKAT DAN MASYARAKAT MELAKUKAN
KEBIASAAN TERSEBUT TIDAK TAHU ASAL USULNYA,
YANG PENTING KEBIASAAN TERSEBUT TELAH
DILAKUKAN OLEH NENEK MOYANGNYA DAN
DIWARISKAN SECARA TURUN TEMURUN. ASAL USUL
ADAT ISTIADAT INI TIDAK DAPAT DIKETAHUI DENGAN
PASTI SEPERTI BULATAN YANG TIDAK BERUJUNG
PANGKAL.TUMBUH DAN BERKEMBANGNYANYA ADAT
ISTIADAT INI SECARA PELAN SEKALI SEPERTI
TUMBUHNYA TANAMAN PADI.

CONTOHNYA:
- ADAT ISTIADAT KELAHIRAN.
- ADAT ISTIADAT PERKAWINAN.
- ADAT ISTIADAT SESAJI LAUT.
- ADAT ISTIADAT MENANGKAP IKAN DAN LAIN-LAIN.
3. IDENTITIES (IDENTITAS):

POLA TINGKAH MANUSIA YANG KHAS MENGENAI

SEMUA FAKTOR KEHIDUPANNYA YANG BERSIFAT
TETAP DAN KONTINYU (PERMANEN DAN TERUS
MENERUS).

Contohnya:
a.Berdasarkan Prinsip Keturunan Darah:
1).Nama Keluarga (Marga).
2).Bahasa Lokal (Daerah).
b.Berdasarkan Prinsip Asal Wilayah (Daerah).
c.Dan Lain-lain.
 JARINGAN SOSIAL
(SOCIAL NETWORK)
Suatu pengelompokan yang terdiri dari tiga orang atau
lebih, yang masing-masing orang tersebut mempunyai
identitas tersendiri, dan yang masing-masing
dihubungkan antara satu dengan lainnya melalui
hubungan-hubungan sosial yang ada, sehingga melalui
hubungan-hubungan sosial tersebut mereka itu dapat
dikelompokan sebagai suatu kesatuan sosial atau
kelompok sosial.
Hubungan-hubungan yang ada di antara mereka yang
terlibat dalam suatu jaringan sosial biasanya tidak bersifat
hubungan-hubungan yang resmi. Mereka yang berada
dalam suatu jaringan sosial biasanya tidak sadar akan
keanggotaannya dalam jaringan sosial tersebut, karena
jaringan sosial tersebut belum tentu terwujud sebagai
suatu organisasi atau perkumpulan resmi.
CONTOH JARINGAN SOSIAL:

KEPALA SUKU

KETUA ADAT
KEPALA DESA
WARGA
MASYARAKAT

KYAI (USTAD) PEDAGANG

TEORI SEMI-AUTONOMOUS SOCIAL FIELDS:

Secara metodologi masyarakat yang hendak dikaji dapat

dipandang sebagai arena sosial yang bersifat terbatas (semi-
autonomous social fields). Arena sosial ini tidak dipandang
dari organisasinya, masyarakatnya, atau wilayahnya, tetapi
karena proses sosialnya (prosesualnya). Arena sosial yang
bersifat terbatas ini dapat membuat atau memberlakukan
suatu peraturan, paksaan, atau sanksi kepada orang-orang
yang berinteraksi di dalamnya, dan dipertahankan
berlakunya.

Di samping itu, arena sosial ini sekaligus berada di dalam

suatu kerangka matriks sosial yang lebih luas, yaitu rentan
terhadap berlakunya aturan-aturan hukum yang berasal dari
luar, seperti hukum positif pemerintah, tetapi pada
kenyataannya aturan-aturan hukum dibuat sendiri dapat
mempengaruhi dan menguasainya, kadang-kadang
mengundang orang-orang atas kehendaknya sendiri atau
paksaan untuk masuk ke dalam arena sosial tersebut.
 BERLAKUNYA HUKUM

SEMI-AUTONOMOUS SOCIAL FIELDS

HUKUM POSITIF HUKUM DIBUAT

PEMERINTAH SENDIRI
ADANYA DUALISME HUKUM YANG BERLAKU,
YAITU HUKUM POSITIF PEMERINTAH DAN HUKUM
YANG DIBUAT SENDIRI, MAKA MANAKAH YANG
LEBIH KUAT BERLAKUNYA ?

APAKAH HUKUM POSITIF PEMERINTAH ATAU

HUKUM YANG DIBUATNYA SENDIRI ?
 SEMI-AUTONOMOUS SOCIAL FIELDS

DUALISME BERLAKUNYA HUKUM

HUKUM POSITIF HUKUM DIBUAT SENDIRI

PEMERINTAH

LEBIH KUAT BERLAKUNYA

HUKUM SUDAH ADA DAN BERLAKU

LAMA

HUKUM DIBUAT SENDIRI

 CONTOH KASUS:
TEORI SEMI-AUTONOMOUS SOCIAL FIELDS

MASYARAKAT ENGGANO

KELOMPOK-KELOMPOK SUKU BANGSA

Kauno Kaitora Kaarubi Kaharuba Kaahoao Kamaik

 Hukum
Adat
Hukum Positif Hukum Positif
Pemerintah Pemerintah

Kauno

Kaarubi Kaitora
Hukum Hukum
Adat Kaharuba Kaahoao Adat

Kamaik

Hukum Positif Hukum Positif

Pemerintah Pemerintah
Hukum
Adat
CONTOH KASUS:
PENETAPAN
KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
(TNKS)

Hukum Pemerintah
Pelestarian Kawasan
TNKS
Hutan Lindung
Bewij’zn (BW)

Hukum
Terjadi Penetapan Konflik Dualisme Adat Lebih Konflik
Kesepakatan TNKS Batas Patok Hukum Kuat Berlanjut

Hutan Adat
Suku Bangsa Ketaatan Hukum Adat
Rejang Patok Sama BW
(Lahan Kebun)
KETAATAN MASYARAKAT PADA HUKUM ADAT

BUDAYA MASYARAKAT

NORMA-NORMA HUKUM ADAT

PEDOMAN HIDUP

AUTHOMATIC SPONTANEUS SUBMISSION TO ADAT LAW

PERILAKU DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

HUKUM SEBAGAI SUATU SISTEM

● BERORIENTASI PADA TUJUAN.

● SECARA MENYELURUH (HOLISTIC).
● BERINTERAKSI MENYELURUH DENGAN
YANG LEBIH BESAR (LINGKUNGAN
MASYARAKATNYA).
● BEKERJANYA MENCIPTAKAN YANG
BERHARGA.
 DUNIA NILAI

■ IDE.
■ NILAI.
■ KEADILAN.

HUKUM
PENGATURAN HUBUNGAN
MANUSIA DENGAN
ALOKASI SUMBER-SUMBER
DAYA

DUNIA
SEHARI-HARI
 KOMPONEN TERKANDUNG
DALAM HUKUM

• KELEMBAGAAN HUKUM
(PERADILAN).
• NORMA-NORMA HUKUM.
• BUDAYA HUKUM:
a.INTERNAL LEGAL CULTURE.
b.EXTERNAL LEGAL CULTURE.
 KOMPONEN MEMPENGARUHI
PENEGAKAN HUKUM
HUKUM SEBAGAI KONSEP
MODERN MEMPUNYAI
FUNGSI:
■ MELAKUKAN PERUBAHAN
SOSIAL.
■ MENYALURKAN HASIL
KEPUTUSAN POLITIK.
■ MENCIPTAKAN POLA
PERILAKU YANG BARU.
 HUKUM SEBAGAI PEROSES UNTUK
MEWUJUDKAN TUJUAN-TUJUANNYA:

PARA PEMBUAT
HUKUM

PARA PELAKSANA PARA WARGA

HUKUM MASYARAKAT
 PERUBAHAN SOSIAL - BUDAYA

1.PERUBAHAN KEBUDAYAAN:
PERUBAHAN YANG TERJADI DALAM SISTEM
PENGETAHUAN (IDE) YANG DIMILIKI BERSAMA WARGA
MASYARAKAT YANG BERSANGKUTAN ANTARA LAIN
MECAKUP ATURAN-ATURAN (NORMA-NORMA) YANG
MENJADI PEDOMAN HIDUP, NILAI-NILAI, TEKNOLOGI,
SELERA, RASA KEINDAHAN (KESENIAN), DAN BAHASA.

2.PERUBAHAN SOSIAL:
PERUBAHAN DALAM STRUKTUR SOSIAL DAN DALAM
POLA-POLA HUBUNGAN SOSIAL ANTARA LAIN
MENCAKUP SISTEM STATUS, HUBUNGAN-HUBUNGAN
DALAM KELUARGA, SISTEM POLITIK DAN KEKUATAN,
DAN PERSEBARAN PENDUDUK.
 PERUBAHAN
SOSIAL DAN BUDAYA
INOVATION

DISCOVERY INVENTION

DIFUSI

INTEGRASI DISINTEGRASI
 PERUBAHAN
SOSIAL DAN BUDAYA
INOVATION

HUKUM BARU

DIFUSI

INTEGRASI DISINTEGRASI

PERILAKU MASYARAKAT PERILAKU MASYARAKAT

 INTEGRASI:
■ Masyarakat biasa melakukan kontak
dengan orang luar.
■ Pandangan hidup atau nilai-nilai inovasi
sama dengan yang dianut oleh masyarakat.
■ Corak struktur sosial masyarakat
menentukan penerimaan inovasi.
■ Masyarakat sudah memiliki unsur-unsur
kebudayaan untuk menerima inovasi.
■ Inovasi ada manfaatnya bagi masyarakat.
 DISINTEGRASI:

■ Inovasi bertentangan dengan nilai-nilai

kebudayaan masyarakat.
■ Inovasi akan merubah pola-pola
kebudayaan dan struktur sosial masyarakat.
■ Inovasi menyangkut nilai-nilai atau
pandangan hidup yang mendasar dan
mendalam dalam masyarakat.
■ Inovasi terlalu mahal biayanya.
 HUKUM DAN STRUKTUR MASYARAKAT

▪ HUKUM MEMILIKI HUBUNGAN TIMBAL BALIK DENGAN

MASYARAKAT.
▪ HUKUM SEBAGAI SARANA PENGATUR PERILAKU
MASYARAKAT.
▪ HUKUM BEKERJA DI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT.
▪ HUKUM TIDAK DAPAT TERLEPAS DARI IDE, GAGASAN,
DAN PENDAPAT MASYARAKAT.
▪ DALAM PENYULUHAN HUKUM UNTUK PENEGAKAN
HUKUM:
a.STRUKTUR MASYARAKAT DAPAT MENGHAMBAT
BERLAKUNYA HUKUM.
b.STRUKTUR MASYARAKAT DAPAT MEMBERIKAN
SARANA-SARANA SOSIAL PENEGAKAN HUKUM.
 PERKEMBANGAN SISTEM HUKUM
DI INDONESIA

▪ SEJAK INDONESIA MERDEKA, SISTEM HUKUM

INDONESIA MENGADOPSI SISTEM BARAT, YANG
TIDAK DIBARENGI PERKEMBANGAN MASYARAKAT.
▪ MASYARAKAT INDONESIA MASIH BERPEDOMAN
KEPADA NILAI-NILAI BUDAYANYA.
▪ DAMPAKNYA TERJADI KESENGJANGAN SISTEM NILAI-
NILAI DIANUTNYA.
▪ SOLUSI PEMECAHAN AGAR HUKUM PEMERINTAH
DAPAT BERLAKU EFEKTIF, DALAM PENYULUHAN
HUKUM UNTUK PENEGAKAN HUKUM DIGUNAKAN
PENDEKATAN BUDAYA HUKUM MASYARAKAT.
 KESIMPULAN

■ BUDAYA HUKUM MEMEGANG PERANAN

PENTING DI DALAM PENEGAKAN HUKUM.
■ BUDAYA HUKUM BERFUNGSI UNTUK
MENJEMBATANI SISTEM HUKUM DENGAN
TINGKAH LAKU MASYARAKAT.
■ SEORANG WARGA MASYARAKAT PATUH
ATAU TIDAK PATUH TERHADAP HUKUM
SANGAT DITENTUKAN OLEH SISTEM NILAI-
NILAI BUDAYANYA YANG MENJADI
PEDOMAN DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT.
 SEKIAN
TERIMA KASIH