Anda di halaman 1dari 6

SISTEM KONSTITUSI

Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa


Negara Indonesia

KELOMPOK 5
Avrina Dewi Nacita / D051211021
Adinda Nafisa Sayyidatina / D051211027
Syahila Ayu Mahatri Halyb / D051211031
Ananta Bagas Santosa / D051211035
Nurjannah / D051211075
Rasya Rafanaila / D051211081
Alfni Yul Kesya Manantuada / D051211087
A. Latar Belakang dan Definisi Konstitusi
Mengutip pengertian konstitusi dari ”Black’s Law Dictionary” bahwa,konstitusi
adalah “Hukum dasar dan organik dan suatu bangsa atau negara dalam menetapkan
konsep, karakter, dan organisasi dan pemerintahannya, juga menjelaskan kekuasaan
kedaulatannya serta cara dan pengujiannya”. (Sirajuddin dan Winardi, 2015:47). Di
Indonesia sendiri, pengertian konstitusi secara hukum yaitu berbagai aspirasi serta
masukan dari rakyat yang kemudian dirumuskan menjadi suatu aturan atau undang-
undang normative yang harus berlaku. Hal ini berkaitan erat dengan bentuk Indonesia
sebagai negara demokrasi dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, dimana
penerapannya adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Konstitusi adalah hal yang krusial dan sangat penting dalam penyelenggaraan suatu
negara. Jika penerapan konstitusi telah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat,
maka hal ini dapat membangkitkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan
perannya dalam kehidupan bernegara. Di masa globalisasi seperti saat ini, menerapkan
konstitusi secara utuh dan sesuai dengan tujuan awalnya tentu akan mengalami
banyak tantangan serta pergeseran-pergeseran yang perlu diatasi. Tentu dalam
penanganannya tidak dapat dilakukan oleh satu atau beberapa lapisan masyarakat saja,
tetapi perlu digerakkan serta diatasi bersama sehingga suatu negara dapat
menanggulangi permasalahan serta dinamika tersebut secara maksimal. Berikut adalah
dinamika konstitusi yang terjadi sepanjang masa kemerdekaan sampai reformasi.

B. Pada Masa Kemerdekaan


Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa Indonesia masih
menghadapi kekuatan Sekutu yang berupaya menanam kembali kekuasaan Belanda di
Indonesia, yaitu pemaksaan untuk mengakui NICA (Nica Indies Civil Administration).
Sedangkan untuk Bentuk negara Republik Indonesia pada kurun waktu 18 Agustus
1945 sampai dengan 27 Desember 1949 adalah Negara Kesatuan, dengan landasan
Yuridis, yang terdapat dalam Pembukaan UUD aline 4, dan Pasal 1 ayat 1 UUD 1945.
Seperti yang sudah tercantum pada landasan yuridis diatas bahwa sebuah Negara
kesatuan harus membentuk lembaga-lembaga Negara seperti Legislatif, yang
dilakukan oleh DPR, Eksekutif, yang dijalankan oleh presiden, Konsultatif, yang
dijalankan oleh DPR, Eksaminatif (mengevaluasi), kekuasaan inspektif (mengontrol,
dan kekuasaan auditatif (memeriksa), yang dijalankan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan, dan Yudikatif, yang dijalankan oleh Mahkamah Agung. Tetapi pada saat
itu Negara Indonesia hanya ada presiden, wakil presiden, dan menteri-menteri, serta
KNIP. Oleh karena itu, sejak tanggal 18 Agustus 1945 sampai 16 Oktober 1945 segala
kekuasaan (eksekutif, kegislatif, dan yudikatif) dijalankan oleh satu badan atau
lembaga, yaitu presiden dibantu oleh KNIP. Jadi dapat dikatakan belum ada
pembagian kekuasaan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyimpangan system
pemerintahan dari presidensial menjadi parlementer, karena NKRI berubah menjadi
Negara RIS sesuai dengan siding KMB. Konstitusi RIS yang bersifat liberal
federalistik tidak sesuai dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
Pancasila dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, muculah berbagai
reaksi dan unjuk rasa dari negara-negara bagian menuntut pembubaran negara RIS
dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan mencipatakan UUDS
1950. Tetapi UUDS’50 itu dianggap tidak memuaskan rakyat dan stabilitas nasional
tidak dapat tercapai. Yang mengakibatkan terjadinya 7 kali pergantian cabinet yaitu:
1. Kabinet Natsir (6 Sep 1950-4 apr 1951)
2. Kabinet Sukiman (27 Apr 1951-3 apr 1952)
3. Kabinet Wilopo (3 Apr 1952-1 agt 1953)
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo (1 agt 1953-12 agt 1955)
5. Kabinet Burhanudin Harahap (12 agt 1955-24 mar 1956)
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (24 mar 1956-1957)
7. Kabinet Juanda (9 apr 1957-10 juli 1959)
Karena seringnya pergantian Kabinet, konstituante mengadakan sidang namun selalu
gagal, sehingga Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden Pada tanggal 5 Juli 1959.
Berdasakan Dektrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di Negara
Kesatuan Republik Indonesia hingga saat ini.

C. Masa Orde Baru


Secara terminologi, Orde Baru berarti suatu tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa
dan negara yang diletakan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 45 secara
murni dan konsekuen. Dari pendapat tersebut kita simpulkan, bahwa orde baru
merupakan sistem pemerintahan di Indonesia yang menggantikan zaman sebelumnya
didasarkan atas koreksi terhadap berbagai penyimpangan. Lahirnya Orde Baru diawali
dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) oleh Presiden
Soekarno kepada Letjen Soeharto.
Sebagai tindak lanjut dari instruksi Presiden tersebut, Letjen Soeharto mengambil
berbagai kebijakan untuk memulihkan kembali kondisi Negara. Puncaknya, pada
Sidang Istimewa MPRS tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, MPR secara resmi
mengangkat Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia ke-2, dan pada sidang
istimewa pada tahun 1968 MPRS mengangkat Soeharto menjadi presiden sampai
terselenggaranya Pemilu. Kemudian terbentuklah lembaga negara seperti MPR, DPR,
DPA dan BPK yang sesuai dengan UUD 1945. Mekanisme kegiatan kenegaraan lima
tahunan secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) MPR mengadakan sidang umum, dan Pemilu
2) Dalam sidang umum MPR bertugas;
a. Menetapkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara).
b. Memilih presiden dan wakilnya untuk melaksanakan GBHN.
3) Presiden, wakilnya, dan para menteri negara menjalankan tugas berdasarkan
UUD 1945.
4) Tugas Presiden:
a. Membentuk lembaga tinggi negara, yaitu DPA dan BPK.
b. Melaksanakan Pemilu tepat waktu.
c. Mengajukan APBN setiap tahun tepat waktu dan harus menyusun
Repelita.
d. Membuat UU dengan persetujuan DPR dalam rangka pelaksanaan
UUD 1945 dan GBHN.
5) DPR bertugas mengawasi pelaksanaan tugas Presiden.
6) Lembaga negara lainnya melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan UUD
1945 dan undang-undang

D. Masa Reformasi
Seiring perjalanan sejarah, berubahnya konstitusi atau undang-undang yang berlaku di
Indonesia telah menjadi dinamika ketatanegaraan. Era reformasi lahir setelah
berakhirnya masa orde baru yang ditandai dengan presiden Soeharto yang
mengundurkan diri dan digantikan oleh B.J. Habibie. Konstitusi dapat diartikan
sebagai undang-undang dasar suatu negara. Di masa reformasi sejak 1998-sekarang
konstitusi yang berlaku ialah UUD NRI 1945.
Diawal era reformasi, berbagai tuntutan reformasi hadir di masyarakat. tuntutan
reformasi tersebut diantaranya:
a. Amandemen UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Menghapuskan doktrin dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
c. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), dan
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
d. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah
e. Mewujudkan kebebasan pers
f. Mewujudkan kehidupan demokrasi
Adanya tuntutan ini, berdasarkan pada pandangan tentang UUD NRI 1945 yang
belum memberikan landasan bagi kehidupan yang demokratis, penghormatan HAM,
dan penguatan rakyat. Hal inilah yang menyebabkan tuntutan terhadap perubahan
UUD NRI 1945 sebagai langkah maju yang diharapkan. Pemerintah sebagai posisi
politik yang diperkuat oleh MPR tidak menginginkan adanya perubahan terhadap
UUD NRI 1945, adapun jika terdapat peluang perubahan UUD NRI 1945 harus
memenuhi syarat yakni dengan melakukan referendum (meminta pendapat rakyat).
Karena dianggap sebagai kebutuhan bersama, dalam perkembangannya dilakukan
perubahan yang didasarkan pada hasil MPR dari pemilu 1999, sebagaimana sesuai
dengan kekuasaannya yang diatur dalam pasal 37 UUD NRI 1945, telah dilakukan
perubahan sebanyak 4 kali yang diselenggarakan secara sistematis dan bertahap.
Sampai saat ini, UUD 1945 Republik Indonesia telah diamandemen sebanyak 4 kali,
yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
menyesuaikan dengan tuntutan dan tantangan pada masa itu.

E. Tantangan Konstitusi Saat Ini


Seiring dengan perkembangan zaman, pesoalan dan tantangan kita dalam bernegara
semakin dinamis, beragam, dan bersifat sangat kompleks seperti cyber crime, money
laundering, pergeseran nilai, korupsi, belum lagi problem dekadensi moral yang
terjadi secara massif dan sudah sangat merusak
Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa era berubah sedemikian cepat. Cara
berkonstitusi idealnya menyesuaikan dengan tantangan perubahan tersebut. Sudah
begitu, kata dia, tantangan berkonstitusi berbaur dengan sejumlah kondisi. Karena itu,
diperlukan pendekatan khusus untuk membumikan konstitusi agar mudah dipahami,
khususnya bagi kaum muda. "Sekarang anak-anak milenial (generasi Y) punya cara
pikir berbeda dengan generasi sebelumnya. Tantangannya, bagaimana membuat nilai
dan semangat konstitusi dipahami generasi muda," ucap pria kelahiran Solo itu.
Contoh-contoh tantangan konstitusi dan pengertiannya:
1. Radikalisme
Radikalisme dianggap sebagai paham yang membahayakan keutuhan NKRI
karena tidak hanya mengancam dari luar tetapi menyusupi ke dalam diri
melalui pencucian otak yang dilakukan oleh kelompok intoleran. Ada 4
penyebab berkembangnya radikalisme di Indonesia yaitu: faktor ekonomi,
ideologi, agama dan politik.
2. Terorisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan menimbulkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas
publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan.
3. Globalisasi
Globalisasi adalah proses mendunianya suatu hal sehingga batas antara negara
menjadi hilang. Globalisasi didukung oleh berbagai faktor, seperti
perkembangan teknologi, transportasi, ilmu pengetahuan, telekomunikasi, dan
sebagainya yang kemudian berpengaruh pada perubahan berbagai aspek
kehidupan dalam masyarakat.
4. Problem Dekadensi Moral
Dekadensi moral merupakan kondisi moral yang merosot (jatuh) dan
kemunduran yang terus menerus (sengaja atapun tidak sengaja) terjadi serta
sulit untuk diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula.

Daftar Pustaka
 Junaidi, Muhammad. "Hukum Konstitusi: Pandangan dan gagasan modernisasi
negara hukum." (2018).
 https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/sejarah-undang-undang-dasar-
negara-republik-indonesia-tahun-1945-sebagai-konstitusi-di-indonesia
 https://www.merdeka.com/jateng/tujuan-konstitusi-di-indonesia-ketahui-jenis-
dan-fungsinya-kln.html
 https://sangpembedauniat.wordpress.com/2015/10/02/makalah-dinamika-
negara-kebangsaan-indonesia/
 https://tirto.id/sejarah-tritura-gerakan-mahasiswa-tumbangkan-orde-lama-erMo
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/120000569/dekrit-presiden-
isi-dan-sejarahnya?page=all
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/10/080000569/terbentuknya-
republik-indonesia-serikat?page=all
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/18/120000169/penyimpangan-
konstitusi-pada-era-orde-lama?page=all
 http://p2k.itbu.ac.id/id3/3063-2950/Era-Orde-Lama_29566_itbu_era-orde-
lama-itbu.html
 Modul PKN Pekan III
 Ismail, dan Sri Hartati. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia). Pasuruan: CV. Penerbit
Qiara Media.

Anda mungkin juga menyukai