ILMU PERUNDANG-
UNDANGAN
setelah uts
Presiden sebelum perubahan UUD 1945 adalah pemegang kekuasaan eksekutif dan
legislatif dengan persetujuan DPR.
Montesquieu membagi kekuasaan negara ke dalam Trias Politica, terdiri dari kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
1
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Pemisahan kekuasaan ini bermaksud untuk mencegah supaya kekuasaan negara tidak
berada pada satu tangan atau organ saja; dikhawatirkan dapat menimbulkan
penyalahgunaan kekuasaan.
Jellinek: pemerintahan mengandung dua arti, formal dan material. Arti formal:
kekuasaan mengatur dan kekuasaan memutus. Arti material: unsur memerintah dan
melaksanakan.
Dapat disimpulkan dari Pasal 4 ayat (1) bahwa kekuasaan pemerintahan meliputi
kekuasaan membentuk peraturan. Hal ini sesuai dengan pendapat van Wijk & W.
Konijnenbelt yang menyatakan bahwa pelaksanaan dapat berarti pengeluaran
penetapan-penetapan atau berupa perbuatan-perbuatan nyata lainnya ataupun berupa
pengeluaran peraturan-peraturan lebih lanjut.
Teori van Vollenhoven: pengertian pemerintahan dapat berarti sebagai lembaga dan
sebagai suatu fungsi. Pemerintahan dalam arti luas terdiri atas empat fungsi:
ketataprajaan, pengaturan, keamanan/kepolisian, dan peradilan; fungsi terakhir dipisah
karena adanya wawasan negara berdasar atas hukum.
A. Hamid S. Attamimi: “…. Seluruh tugas dan fungsi staatsregeling dari NRI berada di
tangan Presiden, dan Presiden jugalah Penyelenggara Tertinggi organ staatsregeling
tersebut.”
persetujuan DPR. Dapat dilihat dalam Pasal 5 ayat (1) untuk UU, Pasal 5 ayat (2) untuk
PP, Pasal 22 ayat (1) untuk PERPU, dan Pasal 4 ayat (1) untuk Keppres.
Struktur sosial Indonesia yang asli ialah ciptaan kebudayaan Indonesia. semangat
kebatinan, struktur kerohanian dari bangsa Indonesia yang bersifat dan bercita-cita
persatuan hidup, persatuan kawula dan gusti, etc… (hlm. 122-123 di buku ajar)
A. Hamid S. Attamimi: “cita negara integralistik” atau “cita negara totaliter” sebaiknya
tidak digunakan lagi, gunakan “cita negara kekeluargaan” atau “cita negara persatuan”.
4
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Presiden NRI adalah pemegang kekuasaan pemerintahan dalam arti eksekutif dan
kekuasaan membentuk UU bersama DPR.
Yang berbeda:
Kedudukan Presiden setelah
perubahan UUD 1945 lebih kuat
daripada sebelum perubahan UUD
1945, karena Presiden RI langsung
mendapatkan mandat dari rakyat.
5
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Presiden hanya berhak untuk mengajukan RUU usul inisiatif kepada DPR.
Prof. Maria Indrati Soeprapto berpendapat bahwa ketentuan Pasal 20 ayat (2) UUD 1945
bermakna agar dalam membentuk UU, DPR harus melaksanakannya dengan
persetujuan atau dengan bersama-sama Presiden. Agar UU dapat terbentuk, kedua
kewenangan itu dilaksanakan bersama-sama oleh DPR dan Presiden.
6
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
presiden
Presiden RI adalah Kepala Negara, Mandataris MPR, dan Penyelenggara Tertinggi
Pemerintah Negara Republik Indonesia.
Dalam UUD 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR. Sebagai mandataris rakyat dan MPR, Presiden bertugas menjalankan Haluan
negara menurut garis-garis besar Haluan negara.
Presiden diangkat oleh MPR, jadi ia tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
Presiden adalah Penyelenggara Pemerintah Negara tertinggi di bawah MPR dan dalam
menjalankan Pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung jawab ada di tangan
Presiden.
Presiden dibantu oleh Wakil Presiden, Menteri, Pejabat setingkat Menteri, dan Kepala
Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
Wakil Presiden dipilih dan diangkat MPR, tapi dia bertanggung jawab ke Presiden.
menteri-menteri negara
Pasal 17 UUD 1945:
“(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.”
7
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Menteri Negara ini dibagi penyebutannya: Menteri Koordinator, Menteri Negara, dan
Menteri Departemen (disebutnya “Menteri” aja).
Selain pembagian di atas, ada juga Pejabat setingkat Menteri, yaitu: Panglima ABRI,
Jaksa Agung, dan Gubernur BI. Mereka membantu Presiden dalam bidangnya, tapi tidak
terkait langsung dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.
Menteri Tugas
Menteri Koordinator Keputusan Presiden No. 12 Tahun 1978
(“Menko”) Menteri Koordinator adalah Menteri Negara Pembantu Presiden
dengan tugas pokok mengkoordinasikan penyiapan dan penyusunan
kebijaksanaan serta pelaksanaannya di bidang tertentu dalam kegiatan
pemerintahan negara.
Menteri Negara Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1993
(“Meneg”) Menteri Negara adalah Pembantu Presiden yang menangani bidang
tugas tertentu yang melampaui bidang tugas suatu Departemen.
Menteri Departemen Keputusan Presiden No. 15 Tahun 1984
(“Menteri”) Semua Departemen dipimpin oleh seorang Menteri.
8
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
badan negara
Badan Negara merupakan lembaga-lembaga pemerintah yang dibentuk dengan suatu
UU dan berfungsi menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan
kesejahteraan masyarakat. Contoh: Pertamina, Bank Indonesia, Perusahaan Jawatan
Kereta Api.
pemerintah daerah
Pasal 18 UUD 1945 à pemerintah wajib
melaksanakan desentralisasi dan dekonsentrasi di
bidang ketatanegaraan.
kepala daerah
Dalam rangka desentralisasi, Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II dipimpin oleh
Kepala Daerah. Dalam rangka dekonsentrasi, setiap wilayah dipimpin oleh Kepala
Wilayah; Gubernur untuk Provinsi dan Ibukota Negara (Tingkat I), Bupati untuk
Kabupaten dan Walikota untuk Kota (Tingkat II), dan Walikota untuk Kota
Administratif dan Camat untuk Kecamatan.
9
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
presiden
Presiden sesudah Perubahan UUD 1945 adalah Kepala Negara dan Penyelenggara
Tertinggi Pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Baik sebelum atau sesudah perubahan, ketentuan dalam UUD 1945 telah meletakkan
UUD sebagai dasar dan rujukan utama dalam menjalankan kedaulatan rakyat. Yang
berbeda, dulu sebelum perubahan kedaulatan rakyat itu dilakukan oleh MPR. Malah
yang sebelum perubahan itu lebih spesifik karena langsung naruh kedaulatan di MPR;
di sesudah perubahan, nomenklaturnya sebatas menulis “dilaksanakan menurut UUD”.
Menggunakan teori Rousseau mengenai rakyat: rakyat berada dalam dua posisi, yaitu
rakyat sebagai citoyen atau rakyat yang memerintah/berdaulat dan rakyat sebagai sujet
atau rakyat yang diperintah. Posisi Presiden setelah perubahan UUD 1945 lebih kuat
daripada sebelum perubahan. Dulu, mandat rakyat kepada Presiden diberikan melalui
MPR; sekarang, mandat rakyat kepada Presiden diberikan langsung.
Dengan perubahan UUD 1945, rakyat sebagai pemegang kedaulatan (sebagai citoyen)
telah memberikan mandatnya atau kedaulatannya kepada Presiden secara langsung.
Ada yang berpendapat bahwa sejak perubahan UUD 1945, tidak ada Lembaga Tertinggi
dan Lembaga Tinggi Negara. Alasannya karena dulu MPR merupakan lembaga yang
lebih utama dari lembaga negara lainnya. Tapi, sebutan “Lembaga Tertinggi” atau
“Lembaga Tinggi Negara” tidak harus dipermasalahkan karena dari dulu juga tidak ada
istilah seperti itu di UUD 1945. Pahami saja berdasarkan “wewenang, tugas, dan fungsi
yang diberikan oleh UUD 1945”.
Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat, tapi bertanggung jawab ke Presiden. Other
than that, kerjaannya nggak beda jauh. Bantuin Presiden, nggak membentuk peraturan
perundang-undangan, kecuali kebutuhan mendesak, dia bakal bikin atas nama Presiden.
10
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
menteri-menteri negara
Berdasarkan Pasal 17 UUD 1945 Perubahan, Menteri bukan pegawai tinggi biasa
walaupun kedudukannya tergantung pada Presiden. Lalu menurut ayat (3), Menteri lah
yang terutama menjalankan kekuasaan pemerintah di bidangnya.
Nggak jauh berbeda – Menteri tetep membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Hal-hal yang bersangkutan dengan kementerian negara diatur dalam UU No. 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara.
Pasal 1:
“Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
2. Menteri Negara yang selanjutnya disebut Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin
Kementerian.
…”
Sejak pelantikan Presiden Joko Widodo – Wakil Presiden Ma’ruf Amin, diatur juga
dalam beberapa Peraturan Presiden.
1. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2019 tentang Penataan Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024
2. Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara,
mencabut Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara.
11
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
2) Kementerian Kelompok I
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Presiden 68/2019: Kementerian Kelompok I adalah
Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang nomenklatur
kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) jo. Pasal 1 angka 6, 7, 8, yang termasuk Kementerian
Kelompok I:
1) Kementerian Dalam Negeri;
2) Kementerian Luar Negeri; dan
3) Kementerian Pertahanan.
3) Kementerian Kelompok II
Pasal 2 ayat (3) Peraturan Presiden 68/2019: Kementerian Kelompok II adalah
Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) jo. Pasal 1 angka 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 yang termasuk Kementerian Kelompok II:
a. Kementerian Agama; d. Kementerian Pendidikan dan
b. Kementerian Hukum dan Hak Kebudayaan;
Asasi Manusia; e. Kementerian Kesehatan;
c. Kementerian Keuangan; f. Kementerian Sosial;
13
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) jo. Pasal 1 angka 5, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, yang
termasuk Kementerian Kelompok III:
a. Kementerian Sekretariat c. Kementerian Pendayagunaan
Negara; Aparatur Negara dan Reformasi
b. Kementerian Perencanaan Birokrasi;
Pembangunan Nasional/Badan d. Kementerian Badan Usaha
Perencanaan Pembangunan Milik Negara;
Nasional; e. Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah;
14
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Telah terjadi pergeseran tugas dan fungsi beberapa kementerian/lembaga sehingga ada
peraturan tersendiri dengan beberapa Peraturan Presiden:
No. 69 Tahun 2019 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
No. 72 Tahun 2019 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
No. 73 Tahun 2019 Kementerian Riset dan Teknologi
No. 71 Tahun 2019 Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
Pasal 25 ayat (2) UU No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara: Lembaga
pemerintah non-kementerian berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri yang mengoordinasikan.
15
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian.
Berdasarkan Peraturan Presiden 3/2013, ada 14 LPNK:
1. Lembaga Administrasi Negara, dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014, diatur
dalam Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2018. Menyelenggarakan tugas pemerintahan di
bidang administrasi negara yang berada di bawah bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri.
2. Arsip Nasional Republik Indonesia, diatur dalam UU No. 49 Tahun 2009 yang
dilaksanakan dengan PP No. 28 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013.
Bertugas di bidang kearsipan dan berkedudukan di ibukota negara.
3. Badan Kepegawaian Negara, diatur dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013,
Peraturan Presiden No. 58 Tahun 2013, UU No. 5 Tahun 2014. Berwewenang melakukan
pembinaan dan menyelenggarakan manajemen ASN.
4. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, diatur dengan Keppres No. 67 Tahun 2000
dan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013.
5. Badan Standardisasi Nasional, diatur dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013 dan
dibentuk berdasarkan UU No. 20 Tahun 2014 dan terakhir diatur Peraturan Presiden No.
4 Tahun 2018.
6. Badan Pengawas Tenaga Nuklir, dibentuk berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997, Keppres
76 Tahun 1998, Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013, dan Peraturan Presiden No. 145
Tahun 2015.
7. Badan Tenaga Nuklir Nasional, dibentuk berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997, diatur
Keppres No. 197 Tahun 1998 dan Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2013.
8. Badan Siber dan Sandi Negara, diatur Keppres No. 77 Tahun 1999, Peraturan Presiden
No. 3 Tahun 2013, Peraturan Presiden No. 53 Tahun 2017 diubah dengan Peraturan
Presiden No. 133 Tahun 2017.
9. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dibentuk UU No. 52 Tahun
2009, diatur Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2010, Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013,
Peraturan Presiden No. 145 Tahun 2015.
10. Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional, dibentuk Keppres No. 33 Tahun 1988,
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013; UU No. 21 Tahun 2015, Peraturan Presiden No. 49
Tahun 2015.
11. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, diatur Peraturan Presiden No. 192
Tahun 2014 dan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013.
12. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, diatur Keppres No. 1 Tahun 1986 dan Peraturan
Presiden No. 3 Tahun 2013.
13. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, diatur Keppres No. 117 Tahun 1998 dan
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013.
14. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, diatur Keppres No. 110 Tahun 2001, Peraturan
Presiden Tahun 3 Tahun 2013, dan Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2017.
Selain 14 yang ada di Peraturan Presiden 3/2013 itu, ada juga LPNK lain:
15. Badan Pusat Statistik 17. Badan Koordinasi Penanaman
16. Badan Informasi Geospasial Modal
16
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Hubungan antara Kementerian dan LPNK, diatur dalam Pasal 25 UU No. 39 Tahun 2008.
Intinya hubungannya fungsional, dilaksanakan secara sinergis sebagai satu sistem
pemerintahan. LPNK berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui Menteri yang mengkoordinasikan.
Kewenangan Dirjen diatur lagi dalam Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005, khususnya
Pasal 74-77.
Dengan berlakunya Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara, terdapat ketentuan yang mengatur tentang susunan organisasi Kementerian
Kelompok I dan II yang antara lain mengatur tentang “unsur pelaksana”. Pasal 13
ditetapkan bahwa “unsur pelaksana” itu maksudnya Direktorat Jenderal.
Jadi, Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana Sebagian tugas dan fungsi Kementerian
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dipimpin oleh Direktur
Jenderal.
17
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Untuk Kementerian Kelompok III, unsur pelaksananya adalah Deputi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Fungsi Deputi:
a. perumusan kebijakan di bidangnya;
b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidangnya; dan,
d. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
badan negara
Badan Negara adalah lembaga negara atau lembaga pemerintah yang dibentuk dengan
suatu UU dan berfungsi menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan
bidang tugas dan kewenangannya, seperti Bank Indonesia.
pemerintah daerah
Sejak terjadi peralihan kekuasaan dari Presiden Soeharto, terdapat perubahan yang sangat
mendasar dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Perubahan
itu dimulai dari UU No. 22 Tahun 1999 yang mencabut UU No. 5 Tahun 1974 dan UU No.
5 Tahun 1979.
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 UUD 1945 Perubahan, ditetapkan UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan UU 22/1999, yang saat ini digantikan lagi
oleh UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Kewenangan Pemerintah Daerah untuk membentuk Perda dikonkretkan dalam Pasal 236
UU 23/2014. Kewenangan ini diberikan secara atribusi, melalui Pasal 18 ayat (6) UUD 1945
Perubahan dan Pasal 136 UU 23/2014.
kepala daerah
Pasal 59 UU 23/2014: setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintahan Daerah yang
disebut Kepala Daerah.
Pasal 65 ayat (2), Kepala Daerah berwenang:
1. mengajukan rancangan Perda;
2. menetapkan Perda yang telah mendapatkan persetujuan bersama DPRD;
3. menetapkan Perkada dan Keputusan Kepala Daerah;
4. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan
oleh daerah dan/atau masyarakat;
5. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
19
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
b. Undang-Undang Formal (Wet in formele zin) dan Material (wet in materiele zin)
- Wet in formele zin à Keputusan yang dibuat Regering dan Staten Generaal (dilihat
dari pembentukannya)
- Wet in materiele zin à keputusan yang mengikat umum terlepas Lembaga yang
membentuknya
- Di Indonesia tidak tepat mengenakan istilah UU Formal dan UU Materil
- Undang-Undang disetarakan dengan Wet yang merupakan suatu keputusan yang
dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (sebelum
Perubahan UUD 1945) atau dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden (sesudah Perubahan UUD 1945)
c. Undang-undang Pokok
- Berdasarkan UUD 1945 tidak ada istilah Undang-Undang Pokok (Undang-
Undang “induk”) dari Undang-Undang lain.
- UU di Indonesia memiliki hierarki sama dan dibentuk oleh DPR Bersama Presiden
- Kesalahan pemahaman pada “Undang-Undang Pokok” dan “Undang-Undang
tentang Pokok- pokok ...” Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan
dalam UUD 1945 karena UU Pokok dan UU biasa setingkat
20
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
2. Peraturan Pemerintah
- Pasal 5 ayat (2) UUD 1945
"Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya."
- Ditafsirkan secara teknis, dibentuk Presiden
- Dibentuk apabila telah ada Undang-Undangnya
- Peraturan Pemerintah hanya boleh mencantumkan sanksi pidana ataupun sanksi
pemaksa apabila ditentukan dalam Undang-Undang yang dilaksanakannya.
- Karakteristik Peraturan Pemerintah menurut A. Hamid S. Attamimi:
a. Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa terlebih dulu ada Undang-Undang yang
menjadi “induknya”.
b. Peraturan Pemerintah tidak dapat mencantumkan sanksi pidana apabila Undang-Undang
yang bersangkutan tidak mencantumkan sanksi pidana. (Tidak berlaku sejak UU No. 12
Tahun 2011)
c. Ketentuan Peraturan Pemerintah tidak dapat menambah atau mengurangi ketentuan
Undang-Undang yang bersangkutan.
d. Untuk "menjalankan", menjabarkan, atau merinci ketentuan Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah dapat dibentuk meski ketentuan Undang-undang tersebut tidak memintanya
secara tegas
e. Ketentuan Peraturan Pemerintah berisi peraturan atau gabungan peraturan dan penetapan
- Peraturan Pemerintah tidak dapat mengubah materi yang ada dalam UU yang
dijalankannya
3. Peraturan Presiden
- Pasal 4 ayat (1) UUD 1945:
"Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.”
- Jellinek: Pemerintah dalam arti formal mengandung kekuasaan mengatur dan memutus
sedangkan pemerintahan arti materil mengandung unsur melaksanakan
- Presiden memiliki kekuasaan mengatur segala sesuatu di negara Republik Indonesia
sesuai Batasan dalam pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 UUD 1945 di mana Presiden
membentuk UU harus dilakukan bersama DPR
- Apabila Presiden hendak mengatur dengan jalur eksekutif, dapat dilaksanakan dengan
pembentukan Peraturan Presiden.
- Suatu Keputusan Presiden dapat merupakan pengaturan secara langsung berdasarkan
atribusi dari Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, Keputusan Presiden ini disebut Keputusan
Presiden yang mandiri
- Keputusan presiden juga dapat berupa peraturan bersifat pelimpahan wewenang
(delegasi) dari PP atau UU yang dilaksanakan
- Tidak selalu keputusan yang bersifat penetapan dan berlaku sekali selesai (einmahlig)
tetapi sering kali merupakan keputusan yang mengatur dan berlaku terus-menerus
(dauerhaftig)
22
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
4. Peraturan Menteri
- Pasal 17 UUD 1945 di mana Menteri-menteri Negara itu adalah pembantu-pembantu
Presiden yang menangani bidang-bidang tugas pemerintahan yang diberikan
kepadanya.
- Tidak semua Menteri dapat membentuk Permen
- Menteri yang dapat membentuk Permen:
a. Menteri Kelompok I yang nomenklaturnya disebutkan dalam UUD 1945
b. Menteri Kelompok II yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945
- Pasal 8 UU No. 12 Tahun 2011
(1) Yang dimaksud dengan "Peraturan Menteri" adalah peraturan yang ditetapkan oleh Menteri
berdasarkan materi muatan dalam rangka penyelenggaraan urusan tertentu dalam pemerintahan.
(2) Yang dimaksud dengan "berdasarkan kewenangan" adalah penyelenggaraan urusan tertentu
pemerintahan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
- Pembentukan Permen dibatasi untuk peraturan yang bersifat teknis administratif
23
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
24
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
2. Peraturan Presiden
- Dibentuk oleh Presiden berdasarkan Surat Presiden kepada Ketua Dewan Perwakilan
Rakyat No. 3639/Hk/59
- Bersumber pada Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 dan PENPRES
b. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh
UUD 1945
- Dirumuskan dalam Penjelasan Umum UUD 1945 alinea ke IV
- Apabila suatu ketentuan dalam Batang Tubuh (Pasal-pasal) UUD 1945 walaupun tidak
menyatakan secara tegas ditetapkan untuk diatur dengan Undang-Undang, tetapi
pengaturannya harus dilakukan dengan Undang-Undang.
26
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
27
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
- Peraturan Presiden yang merupakan “sisa” dari per-UU-an yang tertentu batas
lingkupnya, yaitu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden yang merupakan pengaturan
delegasian.
28
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Perwakilan Daerah, Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Menteri, dan peraturan pejabat yang
setingkat, secara mutatis mutandis berpedoman pada pembukaan Undang-Undang.”
- Nomor 211 Lampiran II Undang-Undang No. 12 Tahun. 2011
“Pendelegasian kewenangan mengatur dari Undang- Undang kepada menteri, pemimpin
lembaga pemerintah non kementerian, atau pejabat yang setingkat dengan menteri dibatasi
untuk peraturan yang bersifat teknis administratif.”
29
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Hal tersebut sesuai dengan UUD 1945 yang hanya menetapkan siapa yang dapat
membentuk undang-undang (Pasal 5 ayat (1): Presiden dengan persetujuan DPR), tetapi
tidak menetapkan mengenai materi muatan undang-undang.
Banyak ahli berpendapat bahwa muatan undang-undang dalam arti “formele wet” atau
“formell Gesetz” tidak dapat ditentukan lingkup materinya karena undang-undang
merupakan perwujudan kedaulatan raja/rakyat. Kedaulatan bersifat mutlak dan tidak
bergantung pada apa pun sehingga undang-undang bisa mempunyai materi muatan apa
saja kecuali undang-undang tidak berkehendak mengatur atau menetapkannya.
30
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 ayat (1)), maka
meliputi wewenang untuk dapat membentuk semua peraturan perundang-undangan di
Indonesia dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Namun, dalam Pasal 5
ayat (1) disebutkan bahwa pembentukan undang-undang oleh Presiden harus melalui
persetujuan DPR, maka dapat dibedakan menjadi:
1. Undang-undang à perlu persetujuan DPR (berarti pembentukannya dikaitkan
dengan materi muatan yang khas/khusus)
2. Peraturan perundang-undangan lainnya à tidak perlu persetujuan DPR (dibentuk
dari sisa materi muatan yang tidak menjadi materi muatan undang-undang)
31
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
a. Polizeistaat
Terbentuk sebagai reaksi terhadap monarki absolut, cirinya adalah undang-undang
dibentuk dengan tujuan mengatur semua rakyat yang pengaturannya dilakukan oleh
negara (bukan rakyat itu sendiri).
b. Rechtsstaat sempit/liberal (negara penjaga malam)
Berfungsi menjaga ketertiban dan ketenangan masyarakat, negara hanya bertindak
jika ada gangguan terhadapnya. Cirinya adalah mulai ada pengaturan undang-
undang yang berisi:
• perlindungan hak-hak asasi manusia
• prinsip pemisahan kekuasaan.
c. Rechtsstaat formal
Negara sudah mulai melaksanakan pengaturan untuk kepentingan masyarakat. Hal-
hal yang membatasi kemerdekaan dan milik warga negara serta yang membebani
warga negara harus diatur undang-undang. Undang-undang menjadi jembatan
penyelenggaraan pemerintahan negara. Cirinya ditandai dengan adanya:
• prinsip perlindungan hak-hak asasi manusia
• prinsip pemisahan/pembagian kekuasaan
• prinsip pemerintahan berdasarkan undang-undang
• prinsip adanya peradilan administrasi
d. Rechtsstaat material/sosial (welfare state/verzorgingstaat)
Ada pengakuan terhadap kebijaksanaan bagi tindakan pemerintahan negara, namun
diimbangi dengan adanya peradilan administrasi. Pengaturan tidak dituangkan
dalam undang-undang sepenuhnya, dapat didelegasikan kepada peraturan yang
lebih rendah à pelimpahan titik berat materi muatan “dari atas ke bawah”. Hukum
material negara harus menyelenggarakan kesejahteraan rakyat. Cirinya:
• prinsip perlindungan hak-hak asasi manusia
• prinsip pemisahan/pembagian kekuasaan
• prinsip pemerintahan berdasarkan undang-undang
• prinsip adanya peradilan administrasi
32
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Rincian di atas menunjukkan ‘pena-pena penguji’ (testpennen) untuk menguji apakah suatu
materi perundang-undangan negara termasuk materi muatan undang-undang atau tidak.
Jika suatu masalah tidak sesuai dengan butir-butir materi muatan di atas, maka diatur dalam
Keputusan Presiden.
33
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
34
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
Selain dalam Pasal 8 sampai Pasal 13, dalam Pasal 14 dirumuskan bahwa materi muatan
mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam undang-undang dan Perda. Hal
ini bertentangan dengan Pasal 10, karena PP harusnya dapat mencantumkan sanksi
pidana sesuai dengan undang-undang yang dilaksanakannya.
35
Dyah Ayu Saraswati, Raisya Tjahyaningtyas, Fairuz Rana Indrayanti (FH UI 2018)
3. Materi Muatan PP
Pasal 12:
Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya.
36