Anda di halaman 1dari 86

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
P U T U S A N

si
No. 1794 K/Pdt/2004
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai
berikut dalam perkara :

do
gu 1. DIREKSI PERUM. PERHUTANI Cq. KEPALA UNIT PERUM.
PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT, yang berkedudukan di

In
A
Jalan Soekarno Hatta No. 628, Bandung, Pemohon Kasasi I ;
2. PEMERINTAH DAERAH Tk. I PROPINSI JAWA BARAT Cq.
ah

lik
GUBERNUR PROPINSI JAWA BARAT, yang berkedudukan
di Jalan Diponegoro, Bandung, Pemohon Kasasi II ;
3. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq. PRESIDEN
am

ub
REPUBLIK INDONESIA Cq. MENTERl KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA, yang berkedudukan di Jalan Gatot
ep
Subroto, Jakarta, Pemohon Kasasi IV ;
k

Ketiganya dalam hal ini diwakili oleh : Ir. Marsanto, MS., Direktur
ah

Utama Perum. Perhutani, dan dalam hal ini memberi kuasa


R

si
kepada Benemay, SH.,MH., Advokat, Managing Partners pada
Kantor Benemay & Partners Law Office, berkantor di Gedung

ne
ng

Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 5 No. 512 B, Jalan Gatot


Subroto, Senayan, Jakarta Pusat ;

do
gu

Para Pemohon Kasasi juga sebagai para Termohon Kasasi


dahulu para Tergugat I, III dan IV/para Pembanding ;
melawan:
In
A

1. DEDI, bertempat tinggal di Kampung Bojong Jambu, Desa Man-


dalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut Jawa Barat ;
ah

lik

2. HAYATI, bertempat tinggal di Kampung Renggel, Desa Man-


dalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat ;
m

ub

3. ENTIN, bertempat tinggal di Desa Mandalasari, Kecamatan


Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat ;
ka

4. ODED SUTISNA, bertempat tinggal di Kampung Bojong


ep

Jambu, Desa Mandalasari, Kecamatan Kadungora,


ah

Kabupaten Garut, Jawa Barat ;


R

5. UJANG OHIM, bertempat tinggal di Kampung Sindangsari,


es

Desa Mandalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten


M

ng

Garut, Jawa Barat ;


on
gu

Hal. 1 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
6. DINDlN HOLIDIN, bertempat tinggal di Kampung Bunianten,

si
Desa Mandalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten
Garut, Jawa Barat ;

ne
ng
7. ACENG ELIM, bertempat tinggal di Desa Mandalasari,
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat ;
8. MAHMUD, bertempat tinggal di Kampung Maribaya, Desa

do
gu Mandalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,
Jawa Barat ;

In
A
para Termohon Kasasi juga sebagai para Pemohon Kasasi III
dahulu para Penggugat I sampai dengan VIII/para Terbanding ;
ah

lik
Dan:
1. PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Cq. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA, yang berkedudukan di Jalan
am

ub
Merdeka Utara No. 18, Jakarta ;
2. PEMERINTAH DAERAH Tk. II KABUPATEN GARUT
ep
PROPINSI JAWA BARAT Cq. BUPATI KABUPATEN GARUT
k

PROPINSI JAWA BARAT, yang berkedudukan di Jalan


ah

Pembangunan, Garut ;
R

si
para turut Termohon Kasasi dahulu para Tergugat II dan
V/Pembanding dan turut Terbanding ;

ne
ng

Mahkamah Agung tersebut ;


Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

do
gu

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang


para Termohon Kasasi dahulu sebagai para Penggugat I sampai dengan VIII
telah menggugat sekarang para Pemohon Kasasi dahulu sebagai para
In
A

Tergugat I sampai dengan V di muka persidangan Pengadilan Negeri Bandung


pada pokoknya atas dalil-dalil :
ah

lik

Bahwa TERGUGAT I (Perum Perhutani) berdasarkan Peraturan


Pemerintah No. 2 Tahun 1978 jo. Keputusan Kepmen Pertanian No. 43/KPTS/
m

ub

HUM/1978 yang dipertegas dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1999


diberi hak dalam kewenangan pengelolaan kawasan hutan Produksi dan hutan
ka

lindung di Jawa Barat, in casu kawasan Gunung Mandalawangi, Kecamatan


ep

Kadungora, Kabupaten Garut ;


ah

bahwa berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1999


R

TERGUGAT I sebagai pengelola hutan berkewajiban menyelenggarakan


es

kegiatan-kegiatan perencanaan, penanaman, pemeliharaan, pemungutan


M

ng

hasil, pengolahan dan pemasaran serta perlindungan dan pengamanan hutan ;


on
gu

Hal. 2 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bahwa berdasarkan Pasal 7 butir b PP. No. 53 Tahun 1999, segala

si
perbuatan hukum Tergugat I dalam mengelola hutan harus mengacu pada
maksud dan tujuan perusahaan, yaitu melestarikan dan meningkatkan mutu

ne
ng
sumber daya hutan dan mutu lingkungan hidup ;
bahwa TERGUGAT I in casu Direksi Perhutani dalam melaksanakan
tugasnya dibebani kewajiban serta pengabdian untuk melestarikan dan

do
gu meningkatkan mutu sumber daya hutan dan mutu lingkungan hidup (vide Pasal
28 jo Pasal 7 PP No. 53 Tahun 1999) ;

In
A
bahwa segala perbuatan hukum TERGUGAT I di dalam menjalankan
manajemen perusahaannya adalah merupakan satu kesatuan, yang dalam hal
ah

lik
ini segala perbuatan hukum PERHUTANI Unit III Jabar dalam mengelola
kawasan hutan Gunung Mandalawangi juga merupakan perbuatan hukum dari
Direksi Perum PERHUTANI (vide Pasal 24 PP No. 53 Tahun 1999) ;
am

ub
bahwa TERGUGAT I dalam mengelola hutan telah mengabaikan
peraturan dan/atau telah menyimpang dari maksud dan tujuan perusahaan,
ep
perbuatan mana telah mengakibatkan luas hutan di Jawa Barat tinggal 8 %
k

(termasuk hutan Mandalawangi Garut) dari keadaan 53 juta Ha (20 %) sebelum


ah

dikelola oleh TERGUGAT I ;


R

si
bahwa tindakan TERGUGAT III dengan mengeluarkan SK Menhut No.
419/KPTS.II/1999 yang amarnya merubah status hutan lindung Mandalawangi

ne
ng

menjadi hutan produksi terbatas serta memberi wewenang pengelolaannya


kepada TERGUGAT I, yang pada kenyataannya memberikan peluang kepada

do
gu

TERGUGAT I untuk melakukan perbuatan yang mengabaikan peraturan dan/


atau menyimpang dari maksud dan tujuan perusahaan. Perbuatan mana
dilakukan dengan tidak melakukan reboisasi setelah penebangan dan/atau
In
A

merubah hutan primair menjadi sekunder ;


bahwa Tergugat III telah lalai melakukan pembinaan kepada
ah

lik

TERGUGAT I (vide pasal 16 ayat 1 dan 4 PP No. 53/1999) dan/atau menyetujui


tindakan TERGUGAT I atau setidak-tidaknya membiarkan TERGUGAT I (vide
m

ub

pasal 17 b PP No. 53/1999) melakukan kesalahan/pelanggaran dalam


pengelolaan hutan di kawasan hutan Gunung Mandalawangi ;
ka

bahwa menurut penjelasan Sumpena, Kepala KPH Perhutani Garut,


ep

pengkondisian hutan sekunder (penanaman pohon disebabkan area yang


ah

seharusnya direboisasi telah disewakan kepada penduduk di sekitamya dengan


R

alasan/tujuan yang tidak jelas. Padahal perbuatan menyewakan area kawasan


es

hutan tesebut tidak dibenarkan oleh peraturan. Oleh karena itu tindakan
M

ng

TERGUGAT I dapat dikualifikasikan sebagai tindakan perbuatan melawan


on
gu

Hal. 3 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hukum, dan sekaligus menunjukkan ketidakmampuan Tergugat I dalam

si
mengelola hutan ;
bahwa selama mengelola hutan Mandalawangi, TERGUGAT I di

ne
ng
samping tidak melakukan reboisasi, merubah hutan primer menjadi sekunder,
juga telah menciptakan lahan kosong, dan lahan garapan pertanian yang
kemudian dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar area hutan Mandalawangi.

do
gu Oleh karena itu perbuatan TERGUGAT I yang telah merubah fisik dan/atau
fungsi hutan dapat dikualifikasikan sebagai perusakan hutan (vide pasal 50 ayat

In
A
(2) UU No. 41/1999) ;
bahwa akibat perbuatan Tergugat I yang telah mengkondisikan hutan I
ah

lik
sekunder di Gunung Mandalawangi yang berstruktur kemiringan lereng 20
sampai 50 derajat tersebut tidak mampu lagi menahan curah hujan, sehingga
pada tanggal 28 Januari 2003, sekitar pukul 21.30 WIB, terjadi longsor di area
am

ub
hutan Mandalawangi dan menghancurkan area pemukiman penduduk yang
berjarak sekitar 2-3 km dari titik longsor ;
ep
bahwa menurut hasil penyelidikan Direktorat Vulkanologi, faktor-faktor
k

penyebab longsornya Gunung Mandalawangi, yaitu : a) ketebalan pelapukan


ah

tanah (3 meter); b) sarang (mudah meloloskan air); c) batuan vulkanik yang


R

si
belum padu; d) kecuraman lereng 20-50 derajat dan bagian bawah relatif
landai; dan e) adanya perubahan tata guna lahan bagian alas bukit dari

ne
ng

tanaman keras/hutan ke tanaman musiman. Hal ini menegaskan manejemen


pengelolaan hutan yang dilakukan oleh TERGUGAT I hanya mengejar

do
gu

keuntungan semata tanpa menghiraukan kelestarian lingkungan dan ekosistem


serta tata guna lahan sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 7 PP No. 53
Tabun 1999 ;
In
A

bahwa ternyata sebelum terjadinya longsor di kawasan Gunung


Mandalawangi tepatnya di areal hutan lindung terbatas TERGUGAT I sudah
ah

lik

mengetahui dan mengakui bahwa sejak 6 bulan silam (antara Juli - Agustus
2002), petak V yang berarea 102 ha terdapat 3 titik rawan longsor dan VI yang
m

ub

berarea 195 ha terdapat 4 titik rawan longsor, namun TERGUGAT I tidak


menanganinya secara khusus dan tidak mengumumkan penemuan itu kepada
ka

masyarakat dan pihak-pihak terkait termasuk Pemda Kabupaten Garut. Oleh


ep

karenanya TERGUGAT I telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan


ah

jatuhnya korban jiwa dan harta benda (vide Pasal 6 UU No. 23 Tahun 1997) ;
R

bahwa menurut Seksi Gerakan Tanah Direktorat Vulkanologi, daerah


es

kawasan pemukiman penduduk yang tertimpa longsor tersebut sudah tidak bisa
M

ng

lagi untuk dijadikan tempat pemukiman, dan oleh karenanya mau tidak mau
on
gu

Hal. 4 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
para penduduk yang berjumlah 1.796 jiwa yang terdiri dari 376 KK harus

si
meninggalkan daerah tersebut dan menempati daerah baru, oleh karenanya
sudah menjadi konsekuensi logis pihak TERGUGAT harus melakukan relokasi

ne
ng
pemukiman penduduk ;
bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, jelas dan nyata perbuatan
TERGUGAT I telah merubah secara langsung atau tidak langsung terhadap

do
gu sifat fisik yang mengakibatkan lingkungan hutan tidak berfungsi sebagaimana
mestinya (vide Pasal 1 butir 14 UU No. 23/1997 Jo. Pasal 50 ayat (2) UU No.

In
A
41/1999) ;
bahwa Tindakan perusakan hutan yang dilakukan oleh TERGUGAT I
ah

lik
seharusnya tidak terjadi jika TERGUGA T II melaksanakan kewajibannya dalam
pengurusan hutan (vide pasal 10 ayat 2 UU No.41/1999), pengelolaan hutan
(vide pasal 21 UU No. 41/1999), dan perlindungan hutan (Vide pasal 48 ayat 2
am

ub
UU No. 41/1999) ;
bahwa perusakan hutan di Mandalawangi yang dilakukan oleh Tergugat I
ep
juga akibat kelalaian TERGUGAT II, TERGUGAT IV, dan TERGUGAT V dalam
k

melakukan pengawasan hutan (vide pasal 59 dan pasal 60 UU No. 41/1999) ;


ah

bahwa perusakan hutan dan lingkungan yang dilakukan oleh


R

si
TERGUGAT I tidak lepas dari tindakan TERGUGAT IV dan TERGUGAT V yang
mana seharusnya melaksanakan kewenangannya untuk melakukan upaya

ne
ng

paksa guna mencegah, mengakhiri pelanggaran beserta akibat-akibatnya yang


dilakukan oleh TERGUGAT I (vide Pasal 25 ayat 1 UU No. 23 Tahun 1997) ;

do
gu

bahwa akibat kesalahan TERGUGAT I dalam pengelolaan kawasan


hutan serta ketidakpeduliannya terhadap kelestarian lingkungan hidup ternyata
telah mengakibatkan kejadian longsor di sebelah bukit Gunung Mandalawangi,
In
A

sehingga terputusnya jalur lalu lintas Bandung – Garut lewat Japati, oleh karena
itu secara hukum dan kepatutan TERGUGAT I harus bertanggung jawab
ah

lik

dengan melakukan perbaikan dan pemulihan kembali lingkungan di kawasan


Gunung Mandalawangi ;
m

ub

bahwa dikarenakan dalam area hutan tersebut kebanyakan hanya


ditanami pohon jenis perdu tidak sebagaimana asal mulanya yaitu jenis pohon
ka

besar (yang telah ditebang) yang dapat menampung dan menahan aliran air
ep

sehingga longsoran tersebut merambah memasuki kawasan pemukiman


ah

penduduk yang mengakibatkan tertimpanya kawasan pemukiman rumah


R

penduduk tersebut dan menimbulkan korban jiwa dan harta benda sbb :
es

- Korban jiwa meninggal : 20 orang (11 orang laki-laki dan 9 orang perempuan)
M

ng

- Yang belum diketemukan : 1 (satu) orang


on
gu

Hal. 5 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Rumah Permanen/non permanen hancur : 165 buah

si
- Rumah rusak berat : 67 buah
- Rumah rusak ringan : 44 buah

ne
ng
- Rumah terancam longsor susulan : 104 buah
- Madrasah : 2 buah
- Mesjid : 3 buah

do
gu - Kebun : 25 Hektar
- Sawah : 70 Hektar

In
A
- Kolam : 1 Hektar
- Ternak Domba : 150 Ekor
ah

lik
- Ternak Ayam dan Itik : 5000 Ekor
- Ikan : 3000 Kg
bahwa akibat kejadian longsor dari Gunung Mandalawangi tersebut
am

ub
penduduk yang terkena longsoran Gunung Mandalawangi terpaksa mengungsi
yang hanya mengharapkan bantuan/sumbangan, dan sekarang ini ditampung
ep
dalam posko-posko, yaitu :
k

1) pos I
ah

Rumah H. Atri S Kampung Cilageni ……………….. 217 KK = 1.069 Jiwa


R

si
2) pos II
Balai Desa Mandalasari………………………………… 45 KK = 261 Jiwa

ne
ng

3) pos Ill Madrasah AI-Hikmah Kp. Sindangmulya………. 78 KK = 240 Jiwa


4) pos IV Madrasah Baitul Muklis : 22 KK = 98 Jiwa

do
gu

5) pos V RW. 10 Kp. Pintu (Baetul Mutaqin) …………….. 14.KK = 128 Jiwa
Jumlah………………………………………………………. : 376KK = 1.769 Jiwa
bahwa PENGGUGAT sebagai korban dari perbuatan TERGUGAT I
In
A

dan TERGUGAT II, sehingga PENGGUGAT telah mengalami kerugian baik


Materiil dan Immateriil, yang apabila ditaksir mencapai Rp. 50.417.200.000,-
ah

lik

dengan perincian sebagaimana disebutkan dalam gugatan ;


bahwa untuk menjamin ketertiban dan keadilan dalam perolehan
m

ub

ganti rugi bagi PENGGUGAT, maka mekanisme pendistribusian ganti rugi dari
PARA TERGUGAT harus dilakukan secara transparan oleh suatu tim yang di
ka

dalamnya terdiri dari organ Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat dan
ep

Pemerintah Daerah Garut serta LSM-LSM ;


ah

bahwa PARA TERGUGAT bertanggung jawab atas kehancuran


R

pemukiman dan lahan pertanian PENGGUGAT. Oleh karena itu dalam waktu 1
es

(satu) bulan sejak perkara ini diputus, PARA TERGUGAT wajib melakukan
M

ng

relokasi (menyediakan penggantian lahan untuk pemukiman dan pertanian) dan


on
gu

Hal. 6 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mekanisme pelaksanaannya harus dilakukan secara transparan dan

si
berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait serta LSM- LSM ;
bahwa kerusakan hutan di Gunung Mandalawangi adalah tanggung

ne
ng
jawab PARA TERGUGAT, oleh karena itu dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak
perkara ini diputus, PARA TERGUGAT wajib melakukan pemulihan kawasan
hutan (vide Pasal 80 UU No. 41 Tabun 1999) serta minimal selama 5 (lima)

do
gu Tahun TERGUGAT I tidak melakukan penebangan, dan mekanisme
pelaksanaannya harus dilakukan secara transparan, melibatkan Pemerintah

In
A
Daerah Garut dan LSM-LSM pemerhati lingkungan ;
bahwa PENGGUGAT sebagai masyarakat korban longsor di
ah

lik
kawasan Gunung Mandalawangi tidak perlu membuktikan kesalahan dari
TERGUGAT I atas terjadinya Iongsor tersebut di atas, karena hal tersebut
merupakan konsekuensi dari TERGUGAT I sebagai pengelola hutan di
am

ub
kawasan Gunung Mandalawangi, yang mana TERGUGAT mempunyai
tanggung jawab mutlak (strict liability) terhadap kejadian longsor tersebut
ep
sebagaimana diatur dalam Pasal 35 UU No. 23 Tahun 1997 tentang
k

Pengelolaan Lingkungan Hidup ;


ah

bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas para Penggugat mohon


R

si
kepada Pengadilan Negeri Bandung agar memberikan putusan sebagai
berikut :

ne
ng

DALAM PROVISI :
Menyatakan bahwa gugatan Para Penggugat adalah sah sebagai Gugatan

do
gu

Perwakilan atau Class Action.


DALAM POKOK PERKARA
Primair
In
A

1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.


2. Menyatakan menurut hukum bahwa PARA TERGUGAT telah melakukan
ah

lik

perbuatan melawan hukum dan oleh karenanya patutlah dihukum untuk


membayar ganti kerugian.
m

ub

3. Menghukum PARA TERGUGAT untuk melakukan relokasi (menyediakan


penggantian lahan pemukiman dan lahan pertanian) selambat-lambatnya
ka

dilaksanakan dalam waktu 1 (satu) bulan sejak perkara ini diputus, dan
ep

dilakukan secara transparan serta berkoordinasi dengan instansi terkait dan


ah

LSM-LSM.
R

4. Menghukum PARA TERGUGAT untuk melakukan rehabilitasi lahan hutan di


es

kawasan Gunung Mandalawangi dan selambat-lambatnya dilaksanakan


M

ng

dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak perkara ini diputus serta pengawasannya
on
gu

Hal. 7 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dilakukan oleh Pemda Daerah Garut dan LSM-LSM pemerhati lingkungan.

si
5. Menghukum TERGUGAT I untuk tidak melakukan penebangan dalam kurun
waktu minimal 5 (lima) tahun sejak perkara ini diputus dan pengawasannya

ne
ng
dilakukan oleh Pemda Kabupaten Garut serta LSM-LSM pemerhati
lingkungan.
6. Menghukum PARA TERGUGAT untuk membayar ganti kerugian kepada

do
gu PENGGUGAT sebesar Rp. 50.417.200.000,- dengan perincian sebagai
berikut :

In
A
Kerugian Materil :
Sub Kelompok A :
ah

lik
1) Kehilangan Anggota Keluarga.
21 orang meninggal x Rp. 100.000.000,- = Rp.2.100.000.000,-
2) Kerugian Korban luka ringan/berat (Rawat Inap) 15 orang X Rp.
am

ub
10.000.000,- = Rp. 150.000.000,-
Jumlah Sub Kelompok A = Rp. 2.250.000.000,-
ep
Sub Kelompok B :
k

Rumah :
ah

a. Rumah Hancur : 165 Unit x Rp. 100.000,00 = Rp. 16.500.000.000,-


R

si
b. Rumah Rusak Berat : 67 Unit x Rp. 50.000.000,- = Rp. 3.350.000.000,-
c. Rumah Rusak Ringan : 44 Unit x Rp. 25.000.000,- = Rp. 1.100.000.000,-

ne
ng

d. Rumah Terancam : 104 Unit x Rp. 20.000.000,- = Rp. 2.080.000.000,-


Jumlah Sub Kelompok B = Rp. 23.030.000.000,-

do
gu

Sub Kelompok C :
a. Pertanian/tanaman
1) Padi 70 ha x 6 ton x Rp. 3.000/kg = Rp. 1.260.000.000,-
In
A

2) Jagung 35 ha x 3 ton x Rp. 1.200/kg = Rp. 126.000.000,-


3) Kacang Merah 35 ha x 3 ton x Rp. 7.000/kg = Rp. 735.000.000,-
ah

lik

b. Peternakan
1) Domba : 150 ekor x Rp. 500.000,- = Rp. 75.000.000,-
m

ub

2) Ayam dan itik : 5.000 ekor x Rp. 15.000,- = Rp. 75.000.000,-


Jumlah Sub Kelompok C = Rp.2.271.000.000,-
ka

Sub Kelompok D :
ep

a. Jalan setapak/lingkungan 4,5 km……………… = Rp. 337.500.000,-


ah

b. Jembatan 3 m ……………………………………..= Rp. 50.000.000,-


R

c. Drainase 6 Km …………………………………….= Rp. 600.000.000,-


es

d. Pipa Air Bersih 7 Km…………………………….. = Rp. 175.000.000,-


M

ng

e. Madrasah 2 unit………………………………….. = Rp. 200.000.000,-


on
gu

Hal. 8 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
f. Masjid 3 unit ………………………………………..= Rp. 300.000.000,-

si
Jumlah Sub Kel. D : Rp.1.662.500.000,-
Sub Kelompok E :

ne
ng
a. Kesempatan mencari nafkah sejak pengungsian 376 KK x 60hr x
Rp.50.000,- = Rp. 1.128.000.000,-
b. Kerugian dalam belajar mengajar/sekolah (perlengkapan sekolah) :

do
gu - Murid SD : Rp. 200.000,- x 276 murid = Rp. 55.200.000,-
- Murid SLTP: Rp. 300.000,- x 51 murid = Rp. 15.300.000,-

In
A
- Murid SLTA : Rp. 400.000,- x 13 murid =Rp. 5.200.000,-
Rp. 75.700.000,-
ah

lik
Jumlah Sub Kelompok E = Rp. 1.203.700.000,-
TOTAL KERUGlAN MATERlIL : Rp. 30.417.200.000,
B. Kerugian Immateriil sebesar Rp. 20.000.000.000,-
am

ub
7. Memerintahkan PARA TERGUGAT untuk membentuk suatu TIM yang su-
sunan Ketua dan keanggotannya terdiri dari unsur pemerintah daerah dan
ep
LSM-LSM dalam rangka mengorganisir pendistribusian ganti rugi kepada
k

TERGUGAT.
ah

8. Menyatakan PARA TERGUGAT tunduk dan patuh pada putusan ini.


R

si
9. Menyatakan putusan atas gugatan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
walaupun ada upaya hukum.

ne
ng

10. Menghukum PARA TERGUGAT untuk membayar biaya perkara.


Subsidair

do
gu

Apabila Pengadilan mempunyai pertimbangan yang lain, mohon putusan yang


seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut para Tergugat
In
A

mengajukan eksepsi gugatan perwakilan (Class Action) yang pada pokoknya


atas dalil-dalil sebagai berikut :
ah

lik

Eksepsi Tergugat I :
bahwa tindakan Penggugat dalam surat gugatan dengan menyebut dan
m

ub

sebagai "Kelompok Para Korban Longsor Gunung Mandalawangi, Kecamatan


Bojong Jambu dan Kampung Sindangsari serta Desa Karangmulya, Kampung
ka

Bunianten dan Kampung Babakan Nenggeng dstnya" selain tendensius juga


ep

sudah merupakan vonis, sehingga melampaui kewenangannya dan


ah

bertentangan dengan hukum/karena :


R

- Longsor merupakan suatu peristiwa yang kebenarannya masih harus


es

dibuktikan di muka persidangan, apakah berkualifikasi sebagai Longsor atau


M

ng

Peristiwa Alam lainnya ?


on
gu

Hal. 9 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- "Longsor" yang dimaksud kebenarannya harus lebih dahulu dibuktikan di

si
muka persidangan; Apakah terbukti benar "longsor" menimpa Desa
Mandalasari dan Desa Karangmulya ;

ne
ng
- “Longsor" yang dimaksud kebenarannya harus lebih dahulu dibuktikan di
muka persidangan ; Apakah terbukti benar "longsor" menimbulkan korban
terhadap manusia, hewan dan harta benda di Desa Mandalasari dan Desa

do
gu Karangmulya ;
- "Longsor" yang dimaksud kebenarannya harus lebih dahulu dibuktikan di

In
A
muka persidangan; Apakah terbukti benar "longsor" menimpa Penggugat
dan para anggota kelompoknya ;
ah

lik
Sehingga dengan demikian, di dalam "surat gugatan" Penggugat tidak berhak
menyatakan diri sebagai "kelompok Para Korban Longsor Gunung
Mandalawangi" melainkan hanya berhak memohon kepada dan agar
am

ub
Pengadilan :
- Menyatakan bahwa Penggugat adalah sah mewakili "Kelompok Para
ep
Korban Longsor Gunung Mandalawangi", dan ;
k

- Menyatakan bahwa Penggugat adalah "Kelompok Para Korban Longsor


ah

Gunung Mandalawangi dst-nya" dengan anggota kelompok tersebut


R

si
sebagaimana "Daftar Anggota Kelompok" yang telah di notifikasi dan
dinyatakan sah sebagai anggota kelompok sesuai ketentuan PERMA Nomor

ne
ng

1 Tahun 2002 (vide : Pasal 7, Pasal 8, dan PasaI 9) ;


Setelah di muka persidangan terbukti secara sah bahwa Penggugat dan para

do
gu

anggota kelompoknya adalah Benar Para Korban Longsor Gunung


Mandalawangi, maka Pengadilan (Majelis Hakim) berhak menyatakan (dalam
putusan), bahwa : Penggugat adalah "Kelompok Para Korban Longsor Gunung
In
A

Mandalawangi".
bahwa gugatan Penggugat dalam perkara ini tidak memenuhi
ah

lik

persyaratan-persyaratan formal surat gugatan sesuai Ketentuan sebagaimana


dimaksud dan ditetapkan dalam Pasal 3 PERMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang
m

ub

tata cara, yang menyatakan : Selain harus memenuhi persyaratan-persyaratan


formal surat gugatan sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Perdata yang
ka

berlaku, surat gugatan perwakilan kelompok harus memuat :


ep

a. ldentitas lengkap dan jelas wakil kelompok;


ah

b. Definisi kelompok secara rinci dan spesifik, walaupun tanpa menyebutkan


R

nama anggota kelompok satu persatu;


es

c. Keterangan tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam kaitan


M

ng

dengan kewajiban melakukan pemberitahuan;


on
gu

Hal. 10 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d. Posita dari seluruh kelompok baik wakil kelompok maupun anggota

si
kelompok, yang teridentifikasi maupun tidak teridentifikasi yang
dikemukakan secara jelas dan terinci;

ne
ng
e. Dalam satu gugatan perwakilan, dapat dikelompokkan beberapa bagian
kelompok atau sub kelompok, jika tuntutan tidak sama karena sifat dan
kerugian yang berbeda;

do
gu f. Tuntutan atau petitum tentang ganti rugi dikemukakan secara jelas dan rinci,
memuat usulan tentang mekanisme atau tata cara pendistribusian ganti

In
A
kerugian kepada keseluruhan anggota kelompok termasuk usulan tentang
pembentukan tim atau panel yang membantu memperlancar pendistribusian
ah

lik
ganti kerugian karena :
1. Surat Kuasa tertanggal 04 Februari 2003 dari Wakil Kelompok kepada
16 (enam belas) Advokat, Pengacara dan Penasehat Hukum untuk
am

ub
mengajukan gugatan perkara ini adalah tidak sah, alasan hukumnya :
a. sebanyak 7 (tujuh) orang dari 9 (sembilan) orang Wakil Kelompok,
ep
yaitu :
k

- A. Muchyidin
ah

- Uca
R

si
- Esin
- Juhri

ne
ng

- Etik.
- Suryana

do
gu

di persidangan, tanggal 12 Maret 2003, menyatakan : "tidak pernah


memberi kuasa" untuk menggugat Dinas, Instansi, Pemda dan
Perhutani ;
In
A

b. ada pernyataan "tidak pernah memberi kuasa" untuk menggugat Di-


nas, Instansi/Pemda dan Perhutani, maka "surat kuasa" tersebut
ah

lik

tidak memenuhi "syarat materiil" pemberian kuasa sekalipun secara


formil "ada surat kuasa". Dengan lain perkataan bahwa : Surat Kuasa
m

ub

tanggal 4 Februari 2003 tersebut tidak memenuhi syarat-syarat SAH-


nya suatu "Perjanjian (Pasal 1320 KUH-Perdata) Pemberian Kuasa",
ka

in casu ; "tidak ada kesepakatan" antara Pemberi Kuasa dengan Pe-


ep

nerima Kuasa untuk mengajukan gugatan sebagaimana perkara ini ;


ah

c. Ketentuan dalam Pasal 2 sub c dan sub d PERMA Nomor 1 Tahun


R

2002 tentang "Acara Gugatan Perwakilan Kelompok", menyatakan :


es

"Gugatan dapat diajukan dengan mempergunakan tata cara Gugatan


M

ng

Perwakilan Kelompok apabila :


on
gu

Hal. 11 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. Wakil Kelompok memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk

si
melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakilinya ;
b. Hakim dapat menganjurkan kepada wakil kelompok untuk

ne
ng
melakukan penggantian pengacara, jika pengacara melakukan
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kewajiban
membela dan melindungi kepentingan anggota kelompoknya.

do
gu Adanya pernyataan "tidak pernah memberi kuasa" dan "mundur
(tidak menggugat)" dimuka sidang dari 7 (tujuh) orang perwakilan

In
A
kelompok, membuktikan :
- Tidak ada kesepakatan dari Anggota kelompok kepada
ah

lik
Perwakilan kelompok ;
- Tidak ada kesepakatan dari Perwakilan kelompok kepada
Pengacara ;
am

ub
- Tidak ada kehendak yang sungguh-sungguh dari Perwakilan Ke-
lompok untuk mengajukan "Gugatan" sebagaimana perkara ini ;
ep
- Tidak jelas diajukannya "Gugatan" sebagaimana perkara ini untuk
k

membela dan melindungi kepentingan siapa ? apakah :


ah

• Untuk kepentingan anggota kelompok, atau :


R

si
• Untuk kepentingan perwakilan kelompok, atau :
Sehingga dengan demikian; Karena fakta di muka persidangan

ne
ng

membuktikan sebagaimana tersebut di atas, maka gugatan a quo


dalam perkara ini (menurut hukum) tidak memenuhi syarat untuk

do
gu

dapat dinyatakan sah sebagai gugatan perwakilan kelompok.


2. Usulnya "Perwakilan Kelompok Baru" sebagaimana "berkas perkara
In
(daftar Anggota Kelompok dan Inventarisasi kerugian)" masing-
A

masingnya yaitu :
A. Kelompok kerugian luka ringan/berat dan kehilangan anggota
ah

lik

keluarga, yaitu diwakili oleh HAYATI dan DEDI.


B. Kelompok kerugian rumah dan tanah, yang diwakili oleh ENTIN.
m

ub

C. Kelompok kerugian alat rumah tangga (harta benda) diwakili ODED


SUTISNA.
ka

D. Kelompok kerugian peternakan dan pertanian diwakili oleh UJANG


ep

OHIM.
ah

E. Kelompok kerugian rumah dan tanah Desa Karangmulya diwakili


R

DINDIN HOLIDIN.
es

F. Kelompok kerugian fasilitas umum diwakili oleh ACENG ELIM.


M

ng

G. Kelompok kerugian akibat pengungsian diwakili oleh MAHMUD.


on
gu

Hal. 12 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dipersidangan tanggal 19 Maret 2003, untuk "MASUK" turut berperkara

si
dalam perkara ini sebagai pihak "PENGGUGAT" adalah tidak sah, alasan
hukumnya :

ne
ng
a. Ketentuan sebagaimana dimaksud dan ditetapkan dalam Bab IV Pasal
8 PERMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang "Acara Gugatan Perwakilan
Kelompok" hanya mengatur tentang Pernyataan Keluar (anggota

do
gu kelompok). Dengan kata lain, bahwa PERMA tersebut tidak mengatur
tentang Pernyataan MASUK atau PENGGANTIAN (anggota kelompok

In
A
atau wakil Kelompok) sebagai Pihak PENGGUGAT.
b. Hukum Acara Perdata yang berlaku (HIR, RV dan Kebiasaan dalam
ah

lik
acara perdata) bahwa "Masuknya" pihak lain (pihak ketiga) ke dalam
suatu perkara yang sedang dalam proses persidangan, adalah
(dikenal dengan istilah hukum) Intervensi, yang antara lain :
am

ub
- Vrijwaring
- Voeging
ep
- Tussenkomst
k

Dengan tata cara dan persyaratan (prosedur) antara lain :


ah

• Mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri


R

si
(gugatan insidentil) untuk turut berperkara sebagai pihak dalam
perkara yang sedang dalam proses, melalui prosedur, antara lain :

ne
ng

- pendaftaran perkara (gugatan insidentil);


- penetapan Ketua Pengadilan (disposisi pelimpahan) kepada

do
gu

Majelis Hakim yang sedang memeriksa perkara termaksud;


- pemeriksaan perkara (gugatan insidentil);
In
- Putusan Sela diterima atau tidak diterima untuk “masuk”
A

sebagai pihak berperkara.


c. Pemberian "Kuasa Lisan" dari perwakilan kelompok Baru kepada
ah

lik

Kuasa Hukum (16 Advokat dalam perkara ini) sekalipun dibenarkan


dilakukan di muka persidangan, tetapi seharusnya secara formil
m

ub

(tertulis) tetap perlu dibuat (ada), hal ini untuk adanya kepastian
hukum tentang "kewenangan (hak dan kewajiban) Penerima Kuasa.
ka

Sehingga dengan demikian, Karena MASUK-nya Perwakilan


ep

Kelompok Baru tersebut :


ah

- tidak sesuai dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2002;


R

- tidak memenuhi persyaratan prosedur (tata cara) sesuai ketentuan


es

Hukum Acara Perdata yang berlaku;


M

ng

- untuk turut serta sebagai pihak PENGGUGAT dalam perkara ini


on
gu

Hal. 13 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang sebagaimana nomor 1 di atas (menurut hukum) tidak

si
memenuhi syarat untuk dapat dinyatakan Sah sebagai gugatan
perwakilan kelompok.

ne
ng
maka "MASUK-nya Perwakilan Kelompok Baru tersebut" sebagai
Penggugat (penggantian Penggugat) adalah tidak sah, dan gugatan a
quo dalam perkara ini TETAP tidak memenuhi syarat untuk dapat

do
gu dinyatakan Sah sebagai gugatan perwakilan kelompok.
3. Gugatan perwakilan kelompok dalam perkara ini, selain "sangat tidak

In
A
jelas", "membingungkan" dan "sangat tidak mencerminkan kepastian
hukum", juga tidak memenuhi persyaratan-persyaratan formal surat
ah

lik
gugatan sesuai Ketentuan dalam Pasal 3 PERMA Nomor 1 Tahun
2002, alasan hukumnya :
a. Selain berkas perkara tertanggal 18 Februari 2003 yang telah
am

ub
diregistrasi dengan nomor perkara 49/Pdt/G/2003/PN.Bdg. pada
persidangan tanggal 19 Maret 2003 telah diajukan pula (diterima
ep
adanya penyerahan) "berkas perkara (Daftar Anggota Kelompok
k

dan lnventarisasi Kerugian)" tanpa ada penjelasan "kualifikasi


ah

hukum" dari berkas perkara tersebut, sehingga menimbulkan


R

si
pertanyaan, apakah sebagai tambahan gugatan, atau sebagai
Perubahan/perbaikan gugatan, atau :

ne
ng

- sebagai Gugatan Baru dari pihak Penggugat yang sama, atau :


- sebagai Gugatan lntervensi dari "Perwakilan Kelompok BARU

do
gu

tersebut"
b. Adanya 2 (dua) berkas perkara yang berbeda subjek dan objek
dalam 1 (satu) perkara selain membingungkan juga sangat tidak
In
A

mencerminkan kepastian hukum, karena : Yang mana dari


keduanya yang menjadi dasar pemeriksaan perkara ini, apakah :
ah

lik

- salah satu dari keduanya (tetapi yang mana ?), atau :


- seluruh dari kedua-duanya berlaku sebagai surat gugatan, atau :
m

ub

- kombinasi dari keduanya secara sebagian dari sana dan sebagian


dari sini (atau kalau masih dianggap kurang nanti ditambah lagi),
ka

atau :
ep

- akan ada tambahan, perubahan atau perbaikan lagi setelah


ah

eksepsi.
R

c. Jumlah anggota kelompok "membingungkan", dimana :


es

dalam surat gugatan tanggal 18 Februari 2003, pada posita angka


M

ng

21. menyatakan Jumlah : 376 KK = 1.769 jiwa (sebagai anggota


on
gu

Hal. 14 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kelompok).

si
dalam "berkas perkara (Daftar Anggota Kelompok dan Inventarisasi
Kerugian)" yang disampaikan tanggal 19 Maret 2003, disebutkan

ne
ng
antara lain :
A. Kelompok kerugian luka ringan/berat dan kehilangan anggota
keluarga :

do
gu - Kelompok kehilangan anggota keluarga ………………..= 7.
(dalam surat gugatan tgl. 18 Februari 2003 = 21 orang)

In
A
- Kelompok luka berat……………………………………….= 7.
- Kelompok luka ringan…………………………………… = 31.
ah

lik
(dalam gugatan tgl. 18 Feb 2003 luka ringan/berat :
15 orang).
total sub kelompok……………………………………… ...= 45.
am

ub
B. Kelompok kerugian rumah dan tanah, yang diwakili oleh = 70.
(dalam surat gugatan tgl. 18 Februari 2003, rumah hancur 165.
ep
rusak berat 67, rusak ringan 44, rumah terancam 104 = 380.
k

(rumah).
ah

C. Kelompok kerugian alat rumah tangga (harta benda), = 65.


R

si
(dalam surat gugatan tgl. 18 Februari 2003 = "tidak ada").
D. Kelompok kerugian peternakan dan pertanian = 61.

ne
ng

E. Kelompok kerugian rumah dan tanah Desa Karangmulya = 7.


(dalam gugatan tgl. 18 Februari 2003 = "tidak ada"

do
gu

Jumlah anggota kelompok = 248


F. Kelompok kerugian fasilitas umum = semua anggota = 248
I. (dalam surat gugatan tgl. 18 Februari 2003 = "tidak ada")
In
A

G. Kelompok kerugian akibat pengungsian = semua anggota = 248


(dalam surat gugatan tgl. 18 Februari 2003 = 1.769 jiwa)
ah

lik

Kelompok kerugian ternak "domba" sebanyak = 55 ekor (dalam


surat gugatan tgl. 18 Februari 2003 = 150 ekor) Kelompok
m

ub

kerugian ternak "ayam dan itik" sebanyak = 595 (ayam = 477


ekor dan itik = 118 ekor) (dalam surat gugatan tgl. 18 Februari
ka

2003 = 5000 ekor)


ep

Sehingga menjadi pertanyaan, apakah :


ah

Jumlah anggota kelompok, semula : 1.769 berubah menjadi : 248,


R

atau :
es

Jumlah anggota kelompok, semula : 1.769 bertambah 248 menjadi


M

ng

= 2.017.
on
gu

Hal. 15 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d. Jumlah “objek kerugian" tidak jelas dan tidak pasti, dimana Per-

si
masalahannya sama dengan sub c. di atas.
e. PERMA Nomor 1 Tahun 2002, Pasal 3 sub f mempersyaratkan

ne
ng
tuntutan atau petitum tentang ganti rugi harus dikemukakan secara
jelas dan rinci, sedang dalam perkara ini dalam surat gugatan
tanggal 18 Februari 2003, posita angka 22 menyatakan Kerugian

do
gu Materiil …………….: Rp. 30.417.200.000,-
Kerugian Immateriil : Rp. 20.000.000.000,-

In
A
Total Kerugian ……: Rp. 50.417.200.000,-
dalam "berkas perkara (Daftar Anggota Kelompok dan Inventarisasi
ah

lik
Kerugian)" yang diserahkan di persidangan tanggal 19 Maret 2003,
"tidak ada tuntutan atau petitum tentang ganti rugi ;
Sehingga menjadi pertanyaan, apakah :
am

ub
Total Kerugian TETAP seperti semula : Rp. 50.417.200.000,-, atau :
Total Kerugian "berubah" menjadi : BELUM DIHlTUNG, atau :
ep
Total Kerugian : Rp.50.417.200.000,- "bertambah" + BELUM
k

DIHlTUNG, menjadi : Rp. ……………??? .


ah

f. PERMA Nomor 1 Tahun 2002, Pasal 3 sub f. mempersyaratkan,


R

si
bahwa :
"Tuntutan atau petitum tentang ganti rugi harus dikemukakan secara

ne
ng

jelas dan rinci memuat usulan tentang mekanisme atau tata cara
pendistribusian ganti kerugian kepada keseluruhan anggota

do
gu

kelompok termasuk usulan tentang pembentukan tim atau panel yang


membantu memperlancar pendistribusian ganti kerugian", Kenya-
taannya sebagaimana gugatan Penggugat dalam perkara ini :
In
A

- dalam surat gugatan tanggal 18 Februari 2003, petitum angka 7


"hanya" berbunyi :
ah

lik

"Memerintahkan PARA TERGUGAT untuk membentuk suatu TIM


yang susunan Ketua dan keanggotaannya terdiri dari unsur
m

ub

pemerintah daerah dan LSM-LSM dalam rangka mengorganisir


pendistribusian ganti rugi kepada TERGUGAT. "
ka

Interpretasi hukum petitum tersebut, adalah :


ep

a. hanya memuat "usulan tentang pembentukan tim".


ah

b. tidak memuat "usulan tentang mekanisme atau tata cara


R

pendistribusian ganti kerugian kepada keseluruhan anggota


es

kelompok.
M

ng

c. kalimat pada petitum yang tertulis : dalam rangka mengorganisir


on
gu

Hal. 16 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pendistribusian ganti rugi kepada TERGUGAT : pasti "SALAH"

si
karena kata "TERGUGAT" seharusnya ditulis "PENGGUGAT"
(note : tetapi, kalau maksud Penggugat adalah benar seperti

ne
ng
tertulis dalam petitum tersebut, itu Hak Penggugat).
- dalam berkas perkara (Daftar Anggota Kelompok dan/inventarisasi
Kerugian)" yang diserahkan di persidangan tanggal 19 Maret 2003 -

do
gu tidak ada petitum yang "memuat usulan tentang mekanisme atau
tata cara pendistribusian ganti kerugian kepada keseluruhan

In
A
anggota kelompok".
Terjadinya "FAKTA-FAKTA" di persidangan pemeriksaan perkara ini
ah

lik
sebagaimana tersebut di atas : MEMBUKTIKAN, bahwa :
• belum ada kesepakatan "yang sungguh-sungguh" di antara anggota
kelompok dengan perwakilan kelompok untuk mengajukan gugatan
am

ub
perkara ini ;
• belum ada kesepakatan "yang sungguh-sungguh" di antara
ep
perwakilan kelompok untuk mengajukan gugatan perkara ini ;
k

• belum ada kesepakatan "yang sungguh-sungguh" di antara


ah

perwakilan kelompok dengan Kuasa Hukum (Para Pengacara)


R

si
untuk mengajukan gugatan perkara ini ;

ne
belum ada kesepakatan "yang sungguh-sungguh" di antara Kuasa
ng

Hukum (Para Pengacara) tentang tata-cara (prosedure) untuk


mengajukan gugatan perwakilan kelompok sebagaimana perkara

do
gu

ini.
sehingga di persidangan terjadi :
In
- perselisihan antara perwakilan kelompok dengan Kuasa Hukum
A

(Para Pengacara) yang menyatakan "tidak pernah memberi kuasa";


- pergantian perwakilan kelompok dan anggota kelompok;
ah

lik

- surat kuasa tidak dapat dibuat secara sempurna sebagaimana


biasanya ;
m

ub

- surat gugatan menjadi tidak sistimatis, tidak sempurna, tidak jelas


dan tidak memenuhi persyaratan formal sebagaimana disyaratkan
ka

oleh Pasal 3 PERMA Nomor 1 Tahun 2003 ;


ep

- pengajuan gugatan, penggantian pihak Penggugat, perubahan/


ah

penambahan anggota kelompok, perubahan/penambahan objek


R

gugatan, penyusunan "tuntutan/petitum" menjadi salah, dan


es
M

semuanya itu diajukan secara tidak sesuai prosedur (tata-cara) dan


ng

bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku (Perma


on
gu

Hal. 17 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Nomor 1 Tahun 2002 dan Hukum Acara Perdata) ;

si
Akibat hukumnya bahwa gugatan a quo dalam perkara ini (demi
hukum) dinyatakan tidak SAH sebagai gugatan perwakilan kelompok.

ne
ng
4. Gugatan Penggugat KURANG PIHAK, alasannya :
a. Penggugat mendalilkan bahwa gugatan a quo dalam perkara ini adalah
berlandaskan pada Pasal 37 (1) UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang

do
gu Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jo. Pasal 71 (1) UU Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan Jo. PERMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang

In
A
Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, dimana in casu ;
b. Berlandaskan ketentuan sebagaimana dimaksud dan ditetapkan dalam
ah

lik
Pasal 9 ayat (4) UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, menyatakan :
"Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional
am

ub
pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dikoordinasi oleh Menteri ";
ep
sehingga seharusnya MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Wajib
k

diajukan sebagai pihak TERGUGAT dalam perkara ini.


ah

DALAM POKOK PERKARA.


R

si
bahwa TERGUGAT I menolak keseluruhan dalil-dalil gugatan
Penggugat kecuali yang secara tegas-tegas diakui kebenarannya.

ne
ng

bahwa TERGUGAT I khususnya keberadaannya di Jawa Barat


diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1978 tentang

do
gu

Penambahan Unit Produksi Perusahaan Umum Kehutanan Negara,


kemudian diubah dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 36 Tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara
In
A

(Perum Perhutani) dan terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah


Nomor 53 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara
ah

lik

(Perum Perhutani).
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1999 mengatur tentang :
m

ub

a. Tugas dan wewenang TERGUGAT I diatur dalam Pasal 3 ayat (1)


yang menyebutkan :
ka

"Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan


ep

Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk


ah

menyelenggarakan kegiatan perencanaan dan pengurusan hutan


R

dalam wilayah kerjanya".


es

b. Sifat, Maksud dan Tujuan Perusahaan, diatur dalam Pasal 6 dan


M

ng

Pasal 7 yang menyebutkan :


on
gu

Hal. 18 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pasal 6 :

si
"Sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan

ne
ng
prinsip pengelolaan perusahaan dan kelestarian sumber daya
alam".
Pasal 7 :

do
gu "Maksud dan Tujuan Perusahaan adalah :
a. mengelola hutan sebagai ekosistem sesuai karakteristik wilayah untuk

In
A
mendapatkan manfaat yang optimal bagi Perusahaan dan
masyarakat sejalan dengan tujuan Pembangunan Nasional;
ah

lik
b. melestarikan dan meningkatkan mutu sumber daya hutan dan mutu
lingkungan hidup; dan
c. menyelenggarakan usaha dibidang kehutanan yang menghasilkan
am

ub
barang dan jasa yang bemutu tinggi dan memadai guna memenuhi
hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan ".
ep
c. Kegiatan dan pengembangan usaha diatur dalam Pasal 8 yang
k

menyebutkan :
ah

"Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam


R

si
Pasal 7 Perusahaan menyelenggarakan :
a. Pengusahaan hutan yang meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan,

ne
ng

penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil, pengolahan, dan


pemasaran,

do
gu

b. Perlindungan dan pengamanan hutan, dan


c. Usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan
tujuan Perusahaan ".
In
A

d. Wilayah Kerja Tergugat I diatur dalam Pasal 10 ayat (1) yang


menyebutkan :
ah

lik

"Wilayah kerja Perusahaan meliputi seluruh hutan negara yang


terdapat di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Propinsi Daerah
m

ub

Tingkat I Jawa Timur, dan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat".


e. Pembinaan Perusahaan diatur dalam Pasal 16 yang menyebutkan :
ka

Ayat (1) :
ep

Pembinaan Perusahaan melakukan (oleh Menteri pelaksanaan


ah

pembinaan sehari-hari dilakukan oleh Menteri".


R

Ayat (2) :
es

Pembinaan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


M

ng

dilakukan dengan menetapkan kebijakan pengembangan usaha.


on
gu

Hal. 19 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Ayat (3) :

si
Kebijakan pengembangan usaha merupakan arah dalam mencapai
tujuan Perusahaan baik menyangkut kebijakan investasi pembiayaan

ne
ng
usaha, sumber pembiayaannya, penggunaan hasil usaha
perusahaan dan kebijakan pengembangan lainnya".
Ayat (4) :

do
gu Pembinaan sehari-hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan memberikan pedoman bagi Direksi dan Dewan

In
A
Pengawasan dan menjalankan kegiatan operasional Perusahaan".
Ayat (5) :
ah

lik
Pedoman sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disusun
berdasarkan kebijakan pengembangan usaha dimaksud dalam ayat
(2) ".
am

ub
Ayat (6) :
Dalam rangka memantapkan pembinaan dan pengawasan Peru-
ep
sahaan, Menteri Keuangan dan Menteri sewaktu-waktu apabila
k

diperlukan dapat meminta keterangan dari Direksi dan Dewan


ah

Pengawas".
R

si
4. Dalam pengelolaan hutan atas kawasan hutan produksi dan lindung
TERGUGAT I tidak atas dasar keinginan TERGUGAT I sendiri, karena

ne
ng

dalam membuat perencanaan pengelolaan hutan senantiasa berdasarkan


persetujuan dari Menteri Kehutanan. Ketentuan tersebut mengenai

do
gu

pembinaan dan pengawasan dari Menteri Keuangan dan Menteri Kehutanan


diatur lebih lanjut dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 53/Kpts-11/1987 tentang Pembinaan Terhadap Perusahaan Umum
In
A

Kehutanan Negara (Perum Perhutani) yang dalam Pasal 4 diatur bahwa


Pembinaan di bidang perencanaan dilaksanakan terhadap :
ah

lik

1. Rencana Umum Perusahaan


2. Rencana Lima Tahunan Perusahaan
m

ub

3. Rencana Kerja Tahunan Perusahaan


Sebagai realisasi dari Keputusan Menteri Kehutanan, TERGUGAT I telah
ka

membuat :
ep

1. Rencana Umum Perusahaan periode 1990 s/d 2009 yang telah disahkan
ah

oleh Tergugat III berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan


R

Nomor 377/Kpts-IV/1992, ditindaklanjuti dengan Rencana Lima Tahunan


es

Perusahaan. Terakhir untuk periode 2000 s/d 2004 yang telah disetujui
M

ng

oleh Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan Nomor : 197/KMU.016/


on
gu

Hal. 20 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1998.

si
2. Rencana Lima Tahunan Perusahaan periode 1996 s/d 2000 yang telah
disetujui oleh Menteri Keuangan berdasarkan Nomor : S-595/MK.16/

ne
ng
1996 tanggal 2 Desember 1996.
2. Rencana Kerja Tahunan Perusahaan (RKTP) yang merupakan
gabungan Rencana Teknik Tahunan bersumber dari buku Rencana

do
gu Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH).
Disamping rencana tersebut diatas dalam rangka kelestarian hutan

In
A
TERGUGAT I :
1. Membuat Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan untuk jangka waktu :
ah

lik
10 Tahun yang berisi data potensi dan kondisi hutan serta rencana-
rencana pengelolaan hutan.
2. Menyusun Rencana Tehnik Tahunan yang berupa rencana detail
am

ub
pengelolaan kawasan hutan dalam jangka satu tahun untuk setiap
Kesatuan Pemangkuan Hutan termasuk kawasan hutan Gunung
ep
Mandalawangi sebagai penjabaran Rencana Pengaturan Kelestarian
k

Hutan tersebut.
ah

3. Menyusun rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan terakhir untuk


R

si
periode Tahun 2002 yang berisi rencana fisik berdasarkan RKTP dan
finansial perusahaan berdasarkan standar biaya, kemudian diusulkan

ne
ng

oleh Dewan Pengawas Perum. Perhutani untuk mendapatkan


pengesahan dari Menteri Kehutanan dan Menteri Keuangan.

do
gu

Dengan demikian sudah jelas bahwa kegiatan TERGUGAT I senantiasa


berada dalam pembinaan dan pengawasan dari Menteri Kehutanan dan
Menteri Keuangan. Jadi tidak benar pernyataan Penggugat sebagaimana
In
A

dalam angka 1 sampai dengan 5 dalam gugatannya.


5. Bahwa dalil gugatan para Penggugat dalam angka 6 yang menyebutkan
ah

lik

bahwa perbuatan TERGUGAT I telah mengakibatkan luas hutan di Jawa


Barat tinggal 8% (termasuk hutan Mandalawangi Garut) dari keadaan 53
m

ub

juta Ha (20%) sebelum dikelola TERGUGAT I adalah tidak benar dan tidak
mendasar.
ka

Para Penggugat tidak mengerti dan tidak paham apa yang dimaksud
ep

dengan Hutan dan apa yang disebut kawasan hutan. Berdasarkan Undang-
ah

undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan dibedakan antara


R

pengertian hutan dan kawasan hutan :


es

Pasal 1 ayat (2) :


M

ng

"Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


on
gu

Hal. 21 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

si
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan".
Pasal 1 ayat (3) :

ne
ng
"Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan
tetap".

do
gu Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor : 419/Kpts-l1/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah

In
A
Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Barat seluas 1.045.071 Hektar. Rincian
fungsi hutan adalah :
ah

lik
a. Kawasan hutan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam : 252.604 Ha
b. Hutan Lindung ……………………………………………….…: 240.402 Ha
c. Hutan Produksi Terbatas……………………………………....: 213.413 Ha
am

ub
d. Hutan Produksi Tetap …………………………………………: 338.071 Ha
Jumlah : 1.045.071 Ha
ep
Kawasan hutan yang masuk dalam pengelolaan hutan oleh TERGUGAT I
k

hanya seluas 791.886 Ha (termasuk Propinsi Banten).


ah

Luas daratan Propinsi Jawa Barat adalah hanya ± 3,5 juta Ha.
R

si
TERGUGAT I mensomir para Penggugat untuk membuktikan bahwa luas
hutan di Jawa Barat 53 juta Ha dan sekarang hanya ada 8% - nya yaitu ±

ne
ng

4,24 juta Ha.


Oleh karena dalil gugatan tidak berdasar maka sudah selayaknya gugatan

do
gu

para Penggugat ditolak.


6. Bahwa dalil Penggugat sebagaimana dinyatakan dalam halaman 3 angka 7
yang menyatakan, "... Tindakan Tergugat III dengan mengeluarkan SK
In
A

Menhut No. 419/Kpts-II/I999 yang amarnya merubah status hutan lindung


Mandalawangi menjadi hutan produksi terbatas" adalah tidak benar dan
ah

lik

tidak berdasar sama sekali dan terhadap hal tersebut dapat TERGUGAT I
tanggapi sebagai berikut :
m

ub

a. Dalam Surat Keputusan Nomor : 419/Kpts-ll/1999 tidak terdapat amar


yang menyatakan merubah status Hutan Lindung Mandalawangi
ka

menjadi Hutan Produksi Terbatas.


ep

b. Bahwa kawasan hutan Gunung Mandalawangi telah ditunjuk oleh


ah

Pemerintah Hindia Belanda berdasarkan Gouvernement Besluit tanggal


R

5 Pebruari 1916 dengan luas 406,63 ha (empat ratus enam koma enam
es

tiga hektar) dengan status hutan tetap yang dikuasai Negara.


M

ng

c. Berdasarkan hasil Paduserasi antara Tata Guna Hutan Kesepakatan


on
gu

Hal. 22 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Propinsi (RTRWP) yang

si
telah disahkan oleh Gubernur Jawa Barat dengan Surat Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor 17 Tahun 1996, maka kawasan hutan

ne
ng
Propinsi Jawa Barat termasuk kawasan hutan Gunung Mandalawangi
diusulkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat kepada Menteri
Kehutanan untuk ditunjuk menjadi kawasan hutan menurut fungsinya.

do
gu d. Atas usulan angka c tersebut selanjutnya Menteri Kehutanan dengan
Surat Keputusan Nomor : 419/Kpts-ll/1999 telah menunjuk kawasan

In
A
hutan di Propinsi Jawa Barat. Untuk kawasan hutan Mandalawangi
berdasarkan fungsinya menjadi Hutan Lindung seluas ± 217,55 ha dan
ah

lik
Hutan Produksi Terbatas dengan luas ± 189,08 ha.
e. Penunjukan kawasan hutan Gunung Mandalawangi menjadi hutan
Lindung dan Hutan Produksi Terbatas adalah berdasarkan kriteria
am

ub
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1999
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, KEPRES Nomor 32
ep
Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Surat
k

Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 837/Kpts/Um/ll/80 Tentang


ah

Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung serta Surat Keputusan
R

si
Menteri Pertanian Nomor : 683/Kpts/Um/8/81 tentang Kriteria dan Tata
Cara Penetapan Hutan Produksi.

ne
ng

f. Perlu dijelaskan disini bahwa sebelum terbitnya Surat Keputusan


MENHUTBUN Nomor : 419/Kpts-IV/1999 kawasan hutan Gunung

do
gu

Mandalawangi belum pernah ada penetapan fungsi (apakah termasuk


hutan lindung atau hutan produksi), yang ada adalah bahwa
berdasarkan hasil inventarisasi hutan dengan melihat kondisi di
In
A

lapangan serta memperhatikan kriteria tersebut diatas pada angka e,


Gunung Mandalawangi ditetapkan oleh TERGUGAT I termasuk Klas
ah

lik

Hutan, Hutan Lindung Terbatas ;


Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Menteri Kehutanan
m

ub

(Tergugat III) sama sekali tidak pernah merubah status kawasan Hutan
Lindung Gunung Mandalawangi menjadi kawasan Hutan Produksi
ka

Terbatas ;
ep

g. Mengenai wewenang untuk mengelola kawasan hutan di Jawa Barat


ah

termasuk di kawasan Hutan Gunung Mandalawangi oleh TERGUGAT I


R

sebagaimana telah dijelaskan pada angka 3 didasarkan pada Peraturan


es

Pemerintah Nomor 2 Tahun 1978 jo Peraturan Pemerintah Nomor 36


M

ng

Tahun 1986 dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1999 bukan


on
gu

Hal. 23 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
diberikan oleh Tergugat III.

si
Dengan demikian jelas terbukti bahwa tidak pernah terjadi adanya
perubahan fungsi atas kawasan hutan Gunung Mandalawangi bukan

ne
ng
kewenangan dari TERGUGAT III melainkan kewenangan pengelola
yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
7. Bahwa dalil para Penggugat angka 10 menyebutkan pada pokoknya

do
gu bahwa TERGUGAT I tidak pernah melakukan reboisasi dan menambah
hutan primer menjadi hutan sekunder. Dalil tersebut tidak benar, dan

In
A
dapat kami jelaskan sebagai berikut :
Kawasan hutan Gunung Mandalawangi seluas 406,63 ha sebagaimana
ah

lik
telah dijelaskan di atas baru ada penunjukan fungsi menjadi hutan
lindung dan 31 hutan produksi terbatas dengan diterbitkannya Surat
Keputusan Menhutbun Nomor : 419/Kpts-lI/1999.
am

ub
Kawasan hutan Gunung Mandalawangi termasuk administrasi
kehutanan Petak 4, 5 dan 6, Resort Polisi Hutan/RPH Kadungora, BKPH
ep
Leles, KPH Garut (sumber titik longsor terjadi dari Petak 5 dan Petak 6
k

disamping dari tanah milik masyarakat).


ah

a. Kondisi penutupan hutan di petak 5 seluas 102, 20 Ha terdiri dari :


R

si
- Hutan Alam Kayu Lain (HAKL) seluas 26,00 Ha terdiri dari Jenis
Saninten, Huru dll, yang tumbuh cukup rapat. Tumbuhan bawah

ne
ng

jenis Saliara, Kirinyuh dll.


- Tanaman Pinus tahun 1997 (Kelompok Umur II) seluas 4,5 Ha

do
gu

tumbuh baik, rapat, rata (1.050 pohon/Ha).


- Tidak produktif (TPR) berupa semak belukar seluas 71,70 Ha
terdapat beberapa tanaman Pinus. Tumbuhan bawah jenis
In
A

Kirinyuh, Saliara dll,


b. Kondisi penutupan hutan Petak 6 seluas 195,45 Ha terdiri dari :
ah

lik

- Hutan Alam Kayu Lain (HAKL) seluas 52,00 Ha Rimba Campur


terdiri dari Jenis Saninten, Hum, Puspa dll, yang tumbuh rapat dan
m

ub

cukup rata dengan tumbuhan bawah jenis Kirinyuh, Kaso dll.


- Tanaman Pinus tahun 1997 (Kelompok Umur II) seluas 9,3 Ha dan
ka

tanaman tahun 1998 (Kelompok Umur I) seluas 25,83 Ha tumbuh


ep

cukup rapat, rata (912 pohon/Ha).


ah

- Tanaman Pinus tahun 1990 (Kelompok Umur III) seluas 25,40 Ha


R

tumbuh cukup rapat, murni, rapat, rata (421 pohon/Ha).


es

- tidak produktif (TPR) berupa semak belukar seluas 82,9 Ha.


M

ng

Tumbuhan bawah jenis Kirinyuh, Kaso, Saliara tumbuh rapat,


on
gu

Hal. 24 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
serta ada tumbuhan tanaman Pinus dan Suren yang tumbuh

si
jarang.
d. Sebelum dan setelah ada Surat Keputusan Menhutbun Nomor

ne
ng
419/Kpts-lI/1999 di lokasi Gunung Mandalawangi TERGUGAT I
tidak pernah melakukan penebangan pohon, yang ada adalah
tindakan perbaikan kondisi hutan yang rusak/gundul akibat

do
gu perambahan kemudian direboisasi dengan tanaman hutan sebagai
data di bawah ini :

In
A
No. Tahun Tanam Luas (ha) Jenis tanaman
1. 1980 28,90 Pinus
ah

lik
2. 1990 25,40 Pinus
3. 1991 35,00 Pinus
4. 1997 85,80 Pinus
am

ub
5. 1998 25,83 Pinus
6. 1999 8,00 Pinus
ep
k

Dengan demikian jelas dan terbukti bahwa TERGUGAT I telah


ah

R
melakukan reboisasi dan tidak mengubah hutan primair menjadi

si
hutan sekunder.

ne
ng

Oleh karena itu sudah selayaknya bahwa gugatan dinyatakan ditolak.


8. Bahwa pernyataan Penggugat dalam gugatan halaman 4 angka 9
tentang Penjelasan Sumpena, Kepala Perhutani Garut mengenai

do
gu

pengkondisian hutan sekunder, adalah merupakan pemutar balikkan


fakta dan hal tersebut merupakan fitnah, sehingga selayaknyalah
In
kepada Penggugat dilakukan tindakan hukum atas fitnah yang telah
A

dilakukan.
Bahwa TERGUGAT I tidak pernah menyewakan tanah kawasan
ah

lik

hutan kepada penduduk dengan alasan maupun tujuan apapun,


sehingga TERGUGAT I tidak dapat dikualifikasikan sebagai teIah
m

ub

melakukan perbuatan melawan hukum.


9. Adalah tidak benar yang dinyatakan Penggugat dalam gugatannya
ka

ep

halaman 4 angka 10 karena TERGUGAT I telah melakukan kegiatan


reboisasi dan rehabilitasi pada areal in casu sejak tahun 1980
ah

sampai dengan tahun 1999 dengan jenis tanaman Pinus seluas ±


R

208,93 Hektar, sedangkan terciptanya lahan kosong bukan dilakukan


es
M

TERGUGAT I, tetapi dilakukan oleh masyarakat perambah hutan


ng

sehingga mengakibatkan adanya kerusakan hutan.


on
gu

Hal. 25 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Perambahan hutan tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

si
Laporan Kejadian Perambahan Rutan.
10. Bahwa dalil gugatan angka 11 yang menyatakan "sehingga pada

ne
ng
tanggal 28 Januari 2003, sekitar pukul 21.30 WIB, terjadi longsor di
area hutan Mandalawangi dan menghancurkan area pemukiman
penduduk yang berjarak 2-3 Km dari titik longsor". Bahwa bencana

do
gu tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Kadungora merupakan
bencana banjir bandang yang diikuti dengan tanah longsor yang

In
A
merupakan kombinasi antara curah hujan sangat deras, kemiringan
lereng curam dan jebolnya tanggul-tanggul penahan air hujan yang
ah

lik
terbentuk oleh aliran air disertai batu, Lumpur dan bahan perintang
aliran air lainnya.
Bahwa dari data di lapangan terhadap kejadian longsor di lereng
am

ub
Gunung Mandalawangi, Kabupaten Garut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
ep
a. Kelas tanah pada lereng bagian bawah Gunung Mandalawangi,
k

khususnya di lokasi bencana desa Mandalawangi dan


ah

Karangmulya adalah Latosol cokIat kemerahan. Jenis tanah ini


R

si
umumnya memiliki solum yang tebal bersifat masam dan
bertekstur halus dengan drainase sedang. Sedangkan macam

ne
ng

tanah pada bagian lereng atas sampai puncak Gunung


Mandalawangi didominasi oleh asosiasi Regosol coklat tua dan

do
gu

Litosol. Regosol merupakan tanah yang bertekstur kasar dan


sangat parous dengan kemampuan menahan air yang rendah,
sedangkan Litosol merupakan tanah dengan solum tipis.
In
A

b. Kelerengan di dalam kawasan hutan Petak 5 dan Petak 6 lebih


dari 40%.
ah

lik

c. Menurut catatan di stasiun hujan Nomor 56 Kecamatan Leles


Kabupaten Garut intensitas hujan pada saat kejadian longsor
m

ub

sebesar 121 mm per hari berlangsung selama 7 (tujuh) jam jauh


diatas intensitas hujan normal pada hari-hari sebelumnya yang
ka

berkisar 10-21 mm per hari.


ep

Pada saat hujan dengan intensitas tinggi tersebut jatuh ke atas


ah

permukaan tanah Regosol, air meresap dengan mudah ke dalam


R

lapisan tanah karena Regosol merupakan tanah Porous yang


es

didominasi oleh pori makro dan memegang retensi (daya


M

ng

memegang air) yang rendah.


on
gu

Hal. 26 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
d. Melihat fakta di lapangan terjadinya longsor terdapat di 16 (enam

si
belas) sumber titik longsor yang tersebar di kawasan hutan yang
bertumbuhan baik/rapat di kawasan hutan yang bertumbuhan

ne
ng
rawang dan di tanah milik masyarakat, dengan demikian keadaan
vegetasi/tegakan tidak signifikan mengakibatkan terjadinya
longsor, tetapi karena curah hujan yang di atas rata-rata yaitu 121

do
gu mm per hari (14 kali intensitas hujan normal), disamping jenis
tanah yang rendah dalam kemampuan menahan air dan

In
A
kelerengan yang 40%.
Berdasarkan hal tersebut di atas jelas bahwa bencana yang
ah

lik
terjadi merupakan banjir bandang yang termasuk klasifikasi
bencana alam bukan akibat kelalaian Tergugat I dalam
melakukan pengelolaan kawasan hutan Gunung Mandalawangi,
am

ub
sehingga tidak terdapat hubungan hukum antara kejadian
bencana alam tersebut dengan pengelolaan areal kawasan hutan
ep
oleh TERGUGAT I. Dengan demikian maka terbukti bahwa
k

TERGUGAT I tidak melakukan perbuatan melawan hukum.


ah

11. Berkaitan dengan gugatan angka 14, bahwa salah satu penyebab
R

si
longsornya Gn. Mandalawangi adalah adanya perubahan tata
guna lahan bagian atas bukit dari tanaman keras/hutan ke

ne
ng

tanaman musiman.
Bahwa sebagaimana telah dijelaskan di atas, TERGUGAT I tidak

do
gu

pernah melakukan perubahan fungsi tata guna tanah, untuk itu


pernyataan Penggugat sangat somir dan agar pihak Penggugat
membuktikannya, melainkan menyelenggarakan pengelolaan
In
A

hutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu dengan


mereboisasi tanaman hutan dalam rangka rehabilitasi. Jadi bukan
ah

lik

seperti halnya pernyataan Penggugat tersebut pada angka 14.


Oleh karena itu TERGUGAT I mensomir agar pihak Penggugat
m

ub

membuktikan pernyataannya.
12. Bahwa pernyataan Penggugat dalam angka 15 yang menyatakan
ka

TERGUGAT I sudah mengetahui dan mengakui bahwa sejak 6


ep

bulan silam telah mengakui adanya titik-titik longsor adalah


ah

pernyataan yang tidak benar dan tidak berdasarkan atas hukum.


R

Bahwa yang benar adalah adanya 8 titik longsor tersebut


es

diketahui setelah bencana alam banjir bandang terjadi. Bahwa


M

ng

pernyataan Penggugat yang tidak benar tersebut harus


on
gu

Hal. 27 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dinyatakan ditolak.

si
13. Bahwa mengenai relokasi pemukiman korban longsor seba-
gaimana gugatan angka 16 halaman 5, bukan hanya tanggung

ne
ng
jawab maupun konsekuensi para Tergugat tetapi merupakan
tanggung jawab semua pihak. Bahwa kejadian longsor tersebut
adalah bencana alam dan merupakan force majeur maka relokasi

do
gu korban longsor tersebut tidak bisa menjadi tanggung jawab
dibebankan pada Tergugat saja, namun menjadi tanggung jawab

In
A
seluruh lapisan masyarakat atas dasar rasa kemanusiaan.
14. Bahwa dari pernyataaan gugatan Penggugat angka 16 justru
ah

lik
sebaliknya sama sekali tidak ada data-data dan fakta-fakta yang
menunjukkan bahwa Tergugat I telah melakukan perbuatan baik
secara langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan
am

ub
lingkungan tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena
kejadian bencana di Gunung Mandalawangi tersebut adalah
ep
murni bencana alam, Oleh karena itu pernyataan Penggugat yang
k

tidak berdasar azas hukum tersebut harus dikesampingkan.


ah

15. Bahwa TERGUGAT I sama sekali tidak melakukan perbuatan


R

si
perusakan hutan sebagaimana dinyatakan dalam gugatan angka
16, angka 17 dan angka 18, tetapi TERGUGAT I melakukan

ne
ng

perbuatan yang dibenarkan menurut hukum yaitu telah


rnelaksanakan pengelolaan hutan dan perlindungan hutan sesuai

do
gu

dengan tugas dan kewenangannya secara atribusi sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
16. Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan bahwa TERGUGAT I
In
A

melakukan kesalahan dalam pengelolaan kawasan hutan serta


tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup sebagaimana
ah

lik

gugatan angka 19 adalah tidak benar, karena TERGUGAT I telah


melaksanakan pengelolaan hutan dengan berdasarkan pada visi
m

ub

dan misi Perusahaan TERGUGAT I sebagaimana diatur dalam


Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1999
ka

dan kejadian bencana Gunung Mandalawangi tersebut adalah


ep

murni bencana alam, sehingga secara hukum maupun kepatutan


ah

TERGUGAT I tidak harus bertanggung jawab untuk melakukan


R

perbaikan dan pemulihan kembali lingkungan di kawasan Gunung


es

Mandalawangi tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak.


M

ng

17. Bahwa akibat bencana tersebut yang menimbulkan korban jiwa


on
gu

Hal. 28 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan harta benda adalah dikarenakan area hutan tersebut hanya

si
ditanami jenis perdu sebagaimana gugatan para Penggugat
angka 20 adalah tidak masuk akal dan tidak berdasar karena

ne
ng
TERGUGAT I tidak melakukan penebangan pohon besar maupun
penanaman pohon jenis perdu. Bahwa yang benar adalah
TERGUGAT I melaksanakan reboisasi dalam rangka rehabiIitasi

do
gu areal hutan bekas perambahan dari masyarakat di sekitar
kawasan hutan di Gunung Mandalawangi, sebagaimana telah

In
A
dijelaskan pada angka 5 di atas.
18. Bahwa karena kejadian tersebut adalah bencana alam, maka
ah

lik
tidak sepantasnyalah TERGUGAT I dibebani menanggung
kerugian baik materiil maupun immateriil sebagaimana
dinyatakan oleh para Penggugat dalam gugatannya angka 21 dan
am

ub
22, oleh karenanya gugatan para Penggugat tersebut harus
dinyatakan ditolak. (vide Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang
ep
Nomor 23 Tahun 1997).
k

19. Bahwa karena kerugian yang diderita oleh korban bencana


ah

tersebut adalah akibat bencana alam, maka hal tersebut bukan


R

si
merupakan tanggungjawab para Tergugat serta tidak perlu
adanya mekanisme pendistribusian ganti rugi maupun

ne
ng

pembentukan suatu tim sebagaimana pernyataan para


Penggugat angka 23, 24 dan 25.

do
gu

20. Bahwa tanggung jawab mutlak (strict liability) sebagaimana


gugatan angka 26 halaman 8, tidak dapat dibebankan kepada
para Tergugat dikarenakan kerugian yang diderita oleh
In
A

Penggugat bukan diakibatkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh


para Tergugat. Kerugian yang diderita oleh Penggugat semata-
ah

lik

mata diakibatkan oleh banjir bandang yang merugikan bencana


alam.
m

ub

Selain itu, kegiatan yang dilakukan TERGUGAT I tidak


memenuhi kriteria jenis usaha dan kegiatan sebagaimana
ka

dimaksud pada Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23


ep

Tahun 1997, yang berbunyi :


ah

"Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan


R

kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap


es

lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan


M

ng

beracun, dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan


on
gu

Hal. 29 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
beracun, bertanggung jawab, secara mutlak atas kerugian yang

si
ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara
langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau

ne
ng
perusakan lingkungan hidup".
Dengan demikian, karena jenis usaha dan kegiatan yang dilakukan
TERGUGAT I tidak termasuk dalam kriteria tersebut Pasal 35 ayat (1)

do
gu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, maka tidak ada relevansinya
terhadap TERGUGAT I diterapkan strict liability, pernyataan

In
A
Penggugat tersebut harus dikesampingkan. Meskipun demikian
sebagai rasa kepedulian atas musibah yang menimpa Desa
ah

lik
Mandalasari dan Desa Karangmulya, TERGUGAT I bersama-sama
dengan Pemda, Muspida dan Masyarakat setempat langsung
melakukan langkah langkah penanggulangan, dengan bentuk :
am

ub
a. Bergabung dengan Tim SAR dalam rangka mencari dan memberi
pertolongan kepada korban yang tertimbun tanah dan bangunan,
ep
serta membantu evakuasi pengungsian.
k

b. Membentuk tim survai lapangan untuk mencari data dan fakta


ah

penyebab longsor.
R

si
c. Memberi bantuan berupa alat-alat dan bahan makanan di tempat
penampungan pengungsi.

ne
ng

d. Memberi bantuan berupa uang kepada korban meninggal dan luka-


luka serta untuk keperluan untuk relokasi, meliputi :

do
gu

- Tahap ke I sebesar Rp. 82.000.000,- (delapan puluh dua juta


rupiah)
- Tahap ke II sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
In
A

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut para Tergugat II, III dan
IV mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :
ah

lik

Eksepsi Tergugat II :
1. Gugatan bukan merupakan gugatan Class Action :
m

ub

a. Bahwa gugatan yang diajukan oleh kuasa hukum para Penggugat tidak
dapat diajukan dengan menggunakan tata cara gugatan perwakilan
ka

kelompok (Class Action) karena sebagaimana ditentukan dalam pasal 2


ep

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2002, gugatan


ah

perwakilan harus memenuhi syarat-syarat antara lain sebagai berikut :


R

- Wakil kelompok harus memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk


es

melindungi kepentingan anggota kelompok yang diwakilinya. Sehingga


M

ng

wakil kelompok harus benar-benar mewakili kelompoknya. Dalam


on
gu

Hal. 30 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perkara a quo jelas terbukti di persidangan Sdr. Muchyidin dkk tidak

si
pernah memberi kuasa kepada para pengacara tersebut kecuali Sdr.
Dedi dan Entin.

ne
ng
- Bahwa karena Sdr. Muchyidin dkk tidak pernah memberikan kuasa
maka hal tersebut membuktikan bahwa Sdr. Muchyidin tidak
mempunyai niat untuk mewakili dan melindungi kepentingan

do
gu keIompok korban tanah longsor.
Hal tersebut disebabkan Sdr. Muchyidin dkk telah memperoleh ganti rugi

In
A
masing-masing sebesar Rp. 6.000.000,-
Sehingga terlihat disini tidak adanya kesungguhan dan kejujuran dari para
ah

lik
wakil kelompok untuk melindungi kepentingan anggota kelompok. Hal
tersebut juga terlihat dalam persidangan berubah-ubahnya para wakil
kelompok dari 9 orang wakil kelompok ternyata 7 orang mengundurkan
am

ub
diri karena merasa tidak pernah memberikan kuasa dan diganti, ditambah
lagi dengan 8 orang perwakilan kelompok. Hal tersebut membuktikan
ep
tidak adanya kesungguhan dari para wakil kelompok dalam mewakili
k

anggota kelompoknya.
ah

b. Bahwa Kuasa Hukum para Penggugat telah melakukan tindakan-tindakan


R

si
yang bertentangan dengan kewajiban membela dan melindungi
kepentingan anggota kelompoknya.

ne
ng

Kuasa Hukum para Penggugat telah melakukan rekayasa atas tanda


tangan Sdr. A. Muchyidin dkk karena Sdr. A. Muchyidin dkk tidak pernah

do
gu

memberi kuasa kepada Advokat, Pengacara dan Penasehat Hukum H.M.


Yos Faizal Husni, SH untuk melakukan gugatan terhadap para Tergugat.
Adanya tindakan Kuasa Hukum pada Penggugat yang tercela dengan
In
A

memalsukan tanda tangan tersebut maka sebagai Pengacara gugatan


perwakilan kelompok Advokat, Pengacara dan Penasehat Hukum H.M
ah

lik

Yos Faizal Husni, SH harus diganti dan tidak berhak lagi untuk membela
kepentingan para korban longsor gunung Mandalawangi.
m

ub

2. Kompetensi Relatif :
- Gugatan salah alamat :
ka

Bahwa karena lokasi kejadian tanah longsor di gunung Mandalawangi


ep

terletak di Kecamatan Garut dan sesuai pasal 4 ayat (2) Undang-Undang


ah

Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman yang


R

mengatur azas bahwa peradilan harus dilakukan dengan sederhana, cepat


es

dan biaya ringan. Maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud dalam
M

ng

Undang-Undang tersebut diatas seharusnya pemeriksaan perkara a quo


on
gu

Hal. 31 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dilakukan di Pengadilan Negeri tempat objek perkara berada dalam hal ini

si
di Pengadilan Negeri Garut tempat terjadinya longsor yang mengakibatkan
kerugian bagi para Penggugat. Hal ini untuk mempermudah pemeriksaan

ne
ng
alat-alat bukti dan objek yang menjadi gugatan dan untuk membuktikan
tentang penyebab dan akibat longsor. Sehingga apabila pemeriksaan
perkara dilakukan di Pengadilan Negeri Bandung akan memakan biaya

do
gu yang mahal, waktu yang lama dan tidak efisien, seharusnya pemeriksaan
dilakukan di Pengadilan Negeri Garut.

In
A
3. Gugatan para Penggugat Kabur (obscuur libel) :
a. Bahwa dalam gugatan semula tanggal 18 Februari 2003 para Penggugat
ah

lik
mengemukakan telah mengalami kerugian baik materiil maupun immateriil
sebesar Rp. 50.417.200.000,- dengan perincian yang terdiri dari sub
kelompok kerugian, yaitu :
am

ub
- Sub Kelompok A (kerugian luka ringan/berat dan kehilangan anggota
keluarga), yang terdiri dari :
ep
Kehilangan anggota keluarga : 21 orang meninggal dan kerugian korban
k

luka ringan/berat : 15 orang.


ah

Jumlah kerugian sub kelompok A : Rp. 2.250.000.000,-


R

si
- Sub Kelompok B (kerugian rumah dan tanah) yang terdiri dari :
Rumah hancur : 165 unit

ne
ng

Rumah rusak berat : 67 unit


Rumah rusak ringan : 44 unit

do
gu

Rumah terancam : 104 unit


Jumlah kerugian sub Kelompok B : Rp. 23.030.000.000,-
- Sub Kelompok C (kerugian pertanian dan peternakan), yang terdiri dari :
In
A

a. Pertanian/Pertanaman, yaitu padi 70 ha, jagung 35 ha, kacang merah


35 ha.
ah

lik

b. Peternakan, yaitu domba 150 ekor, ayam dan itik 5000 ekor.
- Sub Kelompok D (kerugian fasilitas umum) yang terdiri dari jalan
m

ub

setapak/lingkungan, jembatan, Drainase, pipa air bersih, Madrasah


dan Masjid. Jumlah kerugian Kelompok D sebesar
ka

Rp. 1.662.500.000,-
ep

- Sub Kelompok E (kerugian akibat pengungsian/kesempatan men-


ah

cari nafkah dan belajar mengajar/sekolah) yang terdiri dari murid


R

SD, murid SLTP dan murid SLTA.


es

Jumlah kerugian sub Kelompok E sebesar Rp. 1.203.700.000,-


M

ng

b. Bahwa para Penggugat kemudian mengajukan perubahan gugatan pada


on
gu

Hal. 32 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tanggal 7 Mei dengan merubah nama-nama wakil kelompok dan sub

si
kelompok kerugian yang disebut dalam Daftar Anggota Kelompok dan
Inventarisasi kerugian, yaitu :

ne
ng
A. Kelompok kerugian luka ringan/berat dan kehilangan anggota
keluarga (wakil kelompok Hayati dan Dedi) yang terdiri dari :
7 orang meninggal dunia, 7 orang luka berat dan 31 orang luka

do
gu ringan ;
B. Kelompok kerugian rumah dan tanah (wakil kelompok Entin) yang ;

In
A
terdiri dari tanah dan rumah rusak berat sebanyak 23 unit, hancur 42
unit dan rusak ringan 5 unit.
ah

lik
C. Kelompok kerugian alat rumah tangga/harta benda (wakil kelompok
Oded Sutisna).
D. Kelompok kerugian peternakan dan pertanian (wakil kelompok Ujang
am

ub
Ohim), yang terdiri dari :
- Domba : 45 ekor.
ep
- Ayam dan itik : 634 ekor.
k

- Gabah kering, kayu beras, bambu, alpukat, nangka, jambu, kelapa,


ah

pisang, ikan, mangga, kopi, jeruk, cengkeh, gabah, durian, salak,


R

si
sukun, tangkil, kapuk, jahe, petai, sawah dan tanah darat rusak.
E. Kelompok kerugian rumah dan tanah Desa Karang Mulya (wakil

ne
ng

kelompok Dindin Holidin).


F. Kelompok kerugian fasilitas umum (wakil kelompok Aceng Elin).

do
gu

G. Kelompok kerugian kesempatan mencari nafkah (wakil kelompok


Mahmud).
c. Bahwa dengan adanya perubahan dan penambahan kelompok kerugian
In
A

serta nama-nama rincian kerugian maka seharusnya jumlah kerugian


berubah pula karena apabila diperhitungkan jumlah kerugian materil
ah

lik

yang dituntut oleh para Penggugat tidak sesuai dengan perinciannya,


hal tersebut menyebabkan gugatan kabur (obscuur libel) ;
m

ub

4. Gugatan salah alamat :


Bahwa gugatan para Penggugat yang ditujukan kepada Presiden Republik
ka

Indonesia adalah salah alamat karena penyelenggaraan pemerintahan


ep

dibidang Kehutanan sudah didelegasikan kepada Menteri Kehutanan


ah

sebagai pimpinan Departemen Kehutanan. Hal tersebut sesuai dengan


R

ketentuan dalam pasal 27 KEPRES No. 102 Tahun 2001 tentang


es

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata


M

ng

Kerja Departemen, disebutkan bahwa :


on
gu

Hal. 33 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
"Departemen Kehutanan mempunyai tugas membantu Presiden dalam

si
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dibidang Kehutanan".
Berdasarkan hal-hal tersebut dan apabila dihubungkan dengan pasal 1

ne
ng
angka 15 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 yang menyebutkan
bahwa yang diserahi tugas dan tanggung jawab dibidang Kehutanan adalah
Menteri Kehutanan. Maka yang dimaksud Pemerintah dalam gugatan a quo

do
gu adalah Menteri Kehutanan sebagai pimpinan Departemen Kehutanan.
Sehingga gugatan a quo seharusnya cukup ditujukan kepada Tergugat III.

In
A
Eksepsi Tergugat III :
Bencana alam tanah longsor yang langsung menimpa pemukiman
ah

lik
penduduk Kampung Bojong jambu, Desa Mandalasari dan Kampung
Bunianten, Desa Karangmulya adalah berasal dari lahan-lahan pertanian
milik masyarakat di wilayah kaki Gunung Mandalawangi, sehingga secara
am

ub
yuridis milik lahan pertanian tersebut juga harus digugat. Oleh karena
ternyata Penggugat tidak menjadikan pemilik lahan pertanian sebagai pihak
ep
Tergugat, maka gugatan menjadi kurang pihak, sehingga sudah cukup
k

alasan bagi Majelis Hakim untuk menolak gugatan atau setidak-tidaknya


ah

menyatakan bahwa gugatan tidak diterima.


R

si
Eksepsi Tergugat IV :
I. POSITA DAN PETITUM PENGGUGAT SALING BERTENTANGAN SATU

ne
ng

SAMA LAIN.
Bahwa setelah meneliti dan menyimak dengan seksama materi posita

do
gu

Penggugat yang telah diperbaiki sesuai dengan daftar nama kelompok yang
baru, ternyata bertentangan dengan petitumnya, diantaranya :
a. Dalam posita mengenai kelompok kerugian luka ringan/berat dan
In
A

kehilangan anggota keluarga dengan wakil kelompok bernama Hayati


dan Dedi, alamat Kampung Penggel dan Bojong Desa Mandalasari,
ah

lik

Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, disebutkan :


- Anggota kelompok yang kehilangan anggota keluarganya sebanyak 7
m

ub

(tujuh) orang.
- Anggota kelompok yang luka berat sebanyak 45 (empat puluh lima)
ka

orang.
ep

Namun didalam petitumnya disebutkan :


ah

- Kehilangan anggota keluarga sebanyak 21 (dua puluh satu) orang.


R

- Kerugian luka ringan/berat sebanyak 15 (lima belas) orang.


es

b. Dalam posita kerugian mengenai kelompok kerugian rumah dan tanah


M

ng

dengan wakil kelompok bernama Entin dan Didin Holidin, alamat


on
gu

Hal. 34 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kampung Bojong Jambu dan Kampung Bunianten Desa Mandalasari,

si
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut disebutkan :
- Rumah rusak berat dan hancur di Kampung Bojong sebanyak 70 unit

ne
ng
dan di Kampung Bunianten sebanyak 7 unit sehingga seluruhnya
berjumlah 77 unit.
Namun dalam petitum disebutkan :

do
gu - Rumah hancur sebanyak 165 unit.
- Rumah rusak berat sebanyak 67 unit.

In
A
- Rumah rusak ringan sebanyak 44 unit.
- Rumah terancam sebanyak 104 unit, sehingga jumlah keseluruhannya
ah

lik
adalah sebanyak 374 unit.
c. Dalam posita mengenai kelompok kerugian alat rumah tangga (harta
benda) dengan wakil kelompok bernama Oded Sutisna, alamat
am

ub
Kampung Bojong Jambu, Desa Mandalasari, Kecamatan Kadungora,
Kabupaten Garut disebutkan :
ep
- Terdapat 65 orang yang mengalami kerusakan alat rumah tangga,
k

diantaranya berupa kursi, lemari, tempat tidur, alat-alat dapur, televisi,


ah

VCD, majigjar, mesin jahit dan lain-lain.


R

si
Namun dalam petitumnya tidak tercantum baik mengenai jumlah, macam
barang maupun besarnya tuntuan ganti kerugiannya.

ne
ng

d. Dalam posita mengenai kelompok kerugian peternakan dan pertanian


dengan nama dan tanda tangan oleh wakil kelompok yang bernama Ujang

do
gu

Ohim, alamat Kampung Sindangsari, Desa Mandalasari, Kecamatan


Kadungora disebutkan :
- Jumlah domba yang mati/hilang sebanyak 45 ekor.
In
A

- Jumlah ayam/itik yang mati/hilang sebanyak 241 ekor.


Namun dalam petitumnya disebutkan:
ah

lik

- Domba yang mati hilang sebanyak 150 ekor.


- Jumlah ayam/itik yang mati/hilang sebanyak 5.000 ekor.
m

ub

e. Dalam posita mengenai kelompok kerugian fasilitas umum dengan wakil


kelompok bernama Aceng EIim, alamat Kampung Maribaya, Desa
ka

Mandalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut disebutkan :


ep

- Jalan setapak : 4,5 Km.


ah

- Jembatan 3 m.
R

- Drainase 60 m.
es

- Pipa air bersih 72 m.


M

ng

- Madrasah 2 buah.
on
gu

Hal. 35 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Mushola 2 buah.

si
- Mesjid 2 buah.
- Jalan Desa :

ne
ng
- Gang 1.500 m
- Kinnir 200 m
- MCK4buah

do
gu - Lapangan Volly 1 buah.
Namun dalam petitumnya disebutkan :

In
A
- Jalan setapak/ lingkungan : 4,5 Km
- Jembatan 3 m
ah

lik
- Drainase 6 kIn
- Pipa air bersih 7 kIn
- Madrasah 2 buah
am

ub
- Mesjid 3 buah.
f. Dalam posita mengenai kelompok kerugian akibat pengungsian (kesem-
ep
patan mencari nafkah) dengan wakil keIompok bernama Mahmud, alamat
k

Kampung Maribaya, Desa Mandalasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten


ah

Garut, tidak dijelaskan berapa jumlah anggota kelompok yang mengungsi


R

si
dan berapa jumlah kerugian yang diderita, namun dalam petitumnya
disebutkan :

ne
ng

- Sebanyak 376 kepala keluarga yang kehilangan kesempatan untuk


mencari nafkah sejak pengungsian ;

do
gu

- Sebanyak 340 orang murid SD, SMP dan SLTA yang mengalami kerugi-
an dalam mengajar/sekolah, perlengkapan sekolah.
Bahwa sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah Agung yang berlaku di
In
A

Indonesia maka terdapatnya perbedaan materi antara materi posita dengan


materi petitum dalam suatu surat gugatan, tanpa kecuali dan demi hukum
ah

lik

harus dinyatakan tidak dapat diterima.


ll. GUGATAN PENGGUGAT KABUR ALIAS KACAU BALAU (OBSCUUR
m

ub

LIBEL)
1. Bahwa Penggugat dalam positanya pada butir 26 Surat Gugatannya
ka

pada pokoknya mengatakan : Penggugat sebagai masyarakat korban


ep

longsor di kawasan Gunung Mandalawangi tidak perlu membuktikan


ah

kesalahan dari Tergugat I atas terjadinya longsor tersebut diatas dst


R

yang mana Tergugat mempunyai tanggungjawab mutlak (strict liability)


es

terhadap kejadian longsor tersebut sebagaimana diatur pasal 35


M

ng

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


on
gu

Hal. 36 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Lingkungan Hidup :

si
2. Bahwa posita Penggugat aquo adalah jelas obscuur libele, dengan
alasan :

ne
ng
a. Tanggung jawab mutlak (strict liability) baru akan menjadi beban
penanggungjawab usaha atau kegiatan tersebut bila memenuhi 3
unsur, yaitu :

do
gu - Bila kegiatan usaha tersebut menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup.

In
A
- Bila kegiatan usaha tersebut menggunakan bahan berbahaya dan
beracun.
ah

lik
- Dan atau bila kegiatan usaha tersebut menghasilkan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Sedangkan kasus longsor yang terjadi di Gunung Mandalawangi
am

ub
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, aquo bukanlah sebagai
suatu akibat secara langsung maupun tidak langsung dari suatu
ep
kegiatan atau usaha sebagaimana yang disyaratkan oleh pasal 35
k

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan


ah

Lingkungan Hidup.
R

si
b. Belum ada ketentuan perundang-undangan yang secara normatif
mengatur dan mengharuskan adanya asuransi bagi usaha/kegiatan

ne
ng

yang bersangkutan serta belum tersedianya dana lingkungan hidup


yang dialokasikan untuk kegiatan kasus longsor di Kecamatan

do
gu

Kadungora, sebagaimana penjelasan pasal 35 Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Sampai dengan saat ini belum ada Peraturan Pemerintah sebagai
In
A

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 yang


mengatur mekanisme dan prosedur mengenai tanggungjawab mutlak
ah

lik

dari suatu kegiatan usaha.


3. Bahwa bila pasal 35 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 mengenai
m

ub

tanggung jawab mutlak yang digunakan dan menjadi dasar serta acuan
Penggugat untuk mengatakan Tergugat I sebagai penanggung jawab
ka

usaha/kegiatan bersalah dan oleh karenanya harus memberikan ganti rugi,


ep

maka posita Penggugat yang memposisikan Tergugat IV dan Tergugat V


ah

sebagai pihak-pihak yang harus ikut bertanggung jawab memberikan ganti


R

rugi adalah sangat keliru dan salah alamat, karena Tergugat IV tidaklah
es

memenuhi kualifikasi sebagaimana disyaratkan oleh pasal 35 Undang-


M

ng

Undang Nomor 23 Tahun 1997 yaitu bukan penanggungjawab usaha


on
gu

Hal. 37 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kegiatan dalam hal ini terlihat jelas, substansi gugatan Penggugat a quo

si
sangat mengada-ada, sangat berlebihan dan berkesan terlalu dipaksakan,
namun tanpa didukung atau ditopang oleh aturan perundang-undangan

ne
ng
yang berlaku, sehingga oleh karenanya gugatan Penggugat aquo adalah
obscuur libele.
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat V telah

do
gu menyangkal dalil-dalil gugatan tersebut dan sebaliknya mengajukan gugatan
balik (rekonvensi) yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :

In
A
1. Bahwa dalil-dalil yang telah dikemukakan dalam EKSEPSI maupun dalam
KONVENSI tersebut diatas, dianggap pula dipergunakan kembali dalam
ah

lik
REKONVENSI.
2. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1978 jo. Keputusan
Menteri Pertanian No. 43/KPTS/HUM/1978 yang dipertegas dengan
am

ub
Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1999, bahwa Perum Perhutani diberi
hak dalam kewenangan mengelola kawasan hutan Produksi dan Hutan
ep
Lindung di Jawa Barat, in casu kawasan Gunung Mandalawangi Kecamatan
k

Kadungora Kabupaten Garut.


ah

3. Bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Garut melalui perangkat daerah


R

si
Kabupaten Garut yaitu Pemerintah Kecamatan Kadungora telah
mengeluarkan Surat No. 322/377/Kec. Tertanggal 19 September 2000 perihal

ne
ng

Usulan keberatan kepada Kepala Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)


Leles, yang ditandatangani oleh Camat Kadungora yaitu Suparman, BA.

do
gu

Yang pada pokoknya isi surat tersebut pula ada penyuluhan di lapangan
sehubungan kawasan Gunung Mandalawangi nampak telah dibuka dan akan
ditanami tumpang sari oleh masyarakat.
In
A

4. Bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Garut melalui perangkat daerah


Kabupaten Garut yaitu Pemerintah Kecamatan Kadungora telah
ah

lik

mengeluarkan Surat No. 520/44/IV/Kec. Tertanggal 16 April 2001 perihal


Penanggulangan Perambahan Gunung Mandalawangi kepada Kepala
m

ub

Kesatuan Resort Polisi Hutan Kadungora, yang ditandatangani oleh Camat


Kadungora, yaitu Drs. Teddi Iskandar, yang pada pokoknya isi surat tersebut
ka

mohon kiranya pengelolaan lahan Gunung Mandalawangi dapat lebih


ep

diarahkan sehingga tidak selalu mengakibatkan bencana apabila turun hujan


ah

(bukti TDK. V -2).


R

5. Bahwa kewenangan untuk melakukan upaya paksa guna mencegah,


es

mengakhiri pelanggaran beserta akibat-akibatnya merupakan kewenangan


M

ng

Kesatuan Polisi Hutan, hal tersebut telah dilakukan oleh Pemerintah


on
gu

Hal. 38 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kabupaten Garut melalui perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Garut

si
yaitu melalui Surat No. 520/44/Kec. Tertanggal 16 April 2001 perihal
Penanggulangan Perambahan Gunung Mandalawangi kepada Kepala

ne
ng
Kesatuan Resort Polisi Hutan Kadungora, yang ditandatangani oleh Camat
Kadungora, yaitu Drs. Teddi Iskandar, yang pada pokoknya isi surat tersebut
mohon kiranya pengelolaan lahan Gunung Mandalawangi dapat lebih

do
gu diarahkan sehingga tidak selalu mengakibatkan bencana apabila turun hujan.
6. Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh PENGGUGAT DALAM

In
A
REKONPENSI/TERGUGAT V DALAM KONPENSI pada butir 2, 3, 4 dan 5
tersebut diatas adalah tidak benar kerusakan pengrusakan hutan di
ah

lik
Mandalawangi yang dilakukan oleh TERGUGAT I DALAM KONPENSI juga
akibat kelalaian TERGUGAT V DALAM KONPENSI/PENGGUGAT DALAM
REKONPENSI dalam melakukan pengawasan hutan dan TERGUGAT V
am

ub
DALAM KONPENSI/PENGGUGAT DALAM REKONPENSI tidak
melaksanakan kewenangannya.
ep
7. Bahwa TERGUGAT DALAM REKONPENSI/PENGGUGAT DALAM
k

KONPENSI masih menempatkan TERGUGAT V DALAM KONPENS/


ah

PENGGUGAT DALAM REKONPENSI sebagai pihak dalam perkara ini,


R

si
sangat merugikan pihak TERGUGAT V DALAM KONPENSI/PENGGUGAT
DALAM REKONPENSI baik secara moril maupun materiil, jadi sangat wajar

ne
ng

apabila TERGUGAT DALAM REKONPENSI/TERGUGAT V DALAM


KONPENSI dihukum membayar ganti rugi kepada PENGGUGAT DALAM

do
gu

REKONPENSI/TERGUGAT V DALAM KONPENSI.


8. Bahwa ganti rugi riil yang dapat PENGGUGAT DALAM REKONPENSI/
TERGUGAT V DALAM KONPENSI sebutkan adalah sebagai berikut :
In
A

a. Kerugian materiil dengan adanya gugatan PENGGUGAT DALAM


KONPENSI/TERGUGAT DALAM REKONPENSI maka TERGUGAT V
ah

lik

DALAM KONPENSI/PENGGUGAT DALAM REKONPENSI harus


mengeluarkan biaya untuk mengikuti persidangan dengan perincian
m

ub

sebagai berikut :
- Transportasi dan akomodasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta
ka

rupiah).
ep

- Photo Copy, Legalisasi dan Pemberkasan sebesar Rp. 2.000.000,-


ah

(dua juta rupiah).


R

- lnvestigasi Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)


es

Jumlah Kerugian Materiil seluruhnya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).


M

ng

b. Kerugian lmmateriil dengan adanya gugatan PENGGUGAT DALAM


on
gu

Hal. 39 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
KONPENSI/TERGUGAT DALAM REKONPENSI maka TERGUGAT V

si
DALAM KONPENSI/PENGGUGAT DALAM REKONPENSI adalah
berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi Pemerintah

ne
ng
Daerah Kabupaten Garut dan tercemamya nama baik Bupati Kepala
Daerah Kabupaten Garut, maka sepatutnya TERGUGAT DALAM
REKONPENSI/PENGGUGAT DALAM KONPENSI membayar ganti rugi

do
gu immateriil sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) ;
Jumlah kerugian materiil dan immateriil yang harus dibayarkan oleh

In
A
PENGGUGAT DALAM KONPENSI/TERGUGAT DALAM REKONPENSI
ialah sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang harus dibayarkan
ah

lik
sekaligus kepada PENGGUGAT DALAM REKONPENSI/TERGUGAT V
DALAM KONPENSI atau sejumlah uang mana yang menurut Majelis Hakim
patut dibayarkan.
am

ub
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat dalam
Rekonvensi menuntut kepada Pengadilan Negeri Klas I Bandung supaya
ep
memberikan putusan sebagai berikut :
k

PRIMAIR :
ah

1. Menerima EKSEPSI TERGUGAT V DALAM KONPENSI/PENGGUGAT


R

si
DALAM REKONPENSI untuk seluruhnya ;
2. Menolak gugatan PENGGUGAT DALAM KONPENSI/TERGUGAT DALAM

ne
ng

REKONPENSI untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya tidak diterima ;


3. Menghukum PENGGUGAT DALAM KONPENSI/TERGUGAT DALAM

do
gu

REKONPENSI untuk membayar biaya perkara yang timbul dari perkara ini ;
4. Menghukum PENGGUGAT DALAM KONPENSI/TERGUGAT DALAM
REKONPENSI untuk membayar uang ganti rugi materiil dan immateriil
In
A

kepada TERGUGAT V DALAM KONPENSI/PENGGUGAT DALAM


REKONPENSI uang sejumlah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) ;
ah

lik

5. Menghukum PENGGUGAT DALAM KONPENSI/TERGUGAT DALAM


REKONPENSI untuk tunduk dan taat terhadap putusan dalam perkara ini ;
m

ub

Apabila Ketua Pengadilan Negeri Klas I Bandung Cq Majelis Hakim yang


memeriksa dan mengadili perkara perdata ini berpendapat lain maka :
ka

SUBSIDAIR :
ep

Dalam peradilan yang baik mohon keadilan yang seadil-adilnya (ex aequo et
ah

bono) ;
R

bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Bandung telah


es

mengambil putusan, yaitu putusan No. 49/Pdt.G/2003/PN.BDG., tanggal 4


M

ng

September 2003 yang amarnya sebagai berikut :


on
gu

Hal. 40 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dalam eksepsi :

si
- Menolak eksepsi dari para Tergugat ;
Dalam pokok perkara :

ne
ng
A. Dalam konpensi :
1. Mengabulkan gugatan perwakilan (class-action) dari para wakil
kelompok masyarakat korban longsor Gunung Mandalawangi Kec.

do
gu Kadungora Kab. Garut untuk sebagiannya ;
2. Menyatakan bahwa Tergugat I (Direksi Perum. Perhutani cq Kepala Unit

In
A
Perum. Perhutani Unit III Jawa Barat), Tergugat III (Menteri Kehutanan),
Tergugat IV (Pemerintah Daerah Tk. I Jawa Barat) dan Tergugat V
ah

lik
(Pemerintah Daerah Tk. II Garut), bertanggung jawab secara mutlak
(strict liability) atas dampak yang ditimbulkan oleh adanya longsor
kawasan rutan Gunung Mandalawangi Kec. Kadungora Kab. Garut ;
am

ub
3. Menghukum Tergugat I, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V
tersebut untuk melakukan pemulihan keadaan lingkungan diareal rutan
ep
Gunung Mandalawangi tempat terjadinya longsor langsung dan seketika,
k

dengan ketentuan sebagai berikut :


ah

Pertama : Pemulihan (recovery) dikawasan Gunung Mandalawangi


R

si
dibebankan kepada Tergugat I dan Tergugat III, dengan perintah supaya
dilakukan rehabilitasi hutan dan lahan agar memulihkan,

ne
ng

mempertahankan dan meningkatkan daya dukung, produktivitas dan


peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap

do
gu

terjaga, dengan biaya yang harus ditanggung oleh Tergugat I dan


Tergugat III secara tanggung renteng, yang apabila akan diserahkan
pelaksanaannya kepada masyarakat sesuai dengan Penyelenggaraan
In
A

Hutan Kemasyarakatan Pedoman Keputusan Menteri Kehutanan No.


31/KPTS-II/2001 tanggal 12 Februari 2001 tentang penyelenggaraan
ah

lik

hutan kemasyarakatan, pendanaan tersebut tidak boleh kurang dari


jumlah Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah) dengan
m

ub

disetorkan kepada TIM yang akan ditetapkan dibawah ini ;


Kedua : Menghukum Tergugat I, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V
ka

secara tanggung renteng membayar ganti kerugian kepada korban


ep

longsor Gunung Mandalawangi tersebut sebesar Rp.10.000.000.000,-


ah

(sepuluh milyar rupiah) yang harus disetor kepada TIM yang akan
R

ditetapkan dibawah ini ;


es

Ketiga : Menetapkan prosedur pelaksanaan pemulihan lingkungan


M

ng

kawasan longsor di Gunung Mandalawangi Kec. Kadungora serta tata


on
gu

Hal. 41 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
cara pengalokasian dana ganti kerugian kepada wakil kelompok dan

si
masyarakat korban yang tergabung kedalam anggota kelompok gugatan
perwakilan ini, melalui satu tim/panel yang dikoordinir oleh Badan

ne
ng
Perencanaan Pembangunan Daerah PEMDA TK. II GARUT sebagai
Ketua Tim Perwakilan Bapedalda Pemda Tk. II Garut, Kuasa para Wakil
Kelompok serta 2 (dua) orang perwakilan dari Pusat Studi Lingkungan

do
gu Hidup UNPAD Bandung masing-masing sebagai anggota ;
Keempat : Memerintahkan kepada Gubernur Jawa Barat (Tergugat IV)

In
A
untuk mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan Tim tersebut
lengkap dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagaimana isi diktum
ah

lik
putusan ini ;
Kelima : Memerintahkan kepada Tim/Panel tersebut untuk melakukan
pemantauan dan melakukan upaya hukum manakala pelaksanaan
am

ub
pemulihan lingkungan tidak sesuai dengan perintah dalam putusan ini
serta mengalokasikan dana ganti kerugian tersebut kepada masyarakat
ep
korban yang tergabung dalam wakil dan anggota kelompoknya yang
k

jumlah dan identitasnya tercatat dalam Berita Acara Persidangan ini,


ah

secara adil dan sesuai dengan bobot dan besarnya kerugian berdasarkan
R

si
jenis kerugian yang dideritanya ;
Keenam : Menetapkan sebagai hukum bahwa manakala pembentukan

ne
ng

tim/panel serta pengalokasian dana ganti kerugian sulit dilakukan maka


pelaksanaannya ditempuh proses pelaksanaan putusan (upaya paksa)

do
gu

dikoordinir oleh Panitera Pengadilan Negeri Kls. I Bandung ;


4. Menyatakan putusan atas perkara ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
walaupun ada upaya hukum dari para Tergugat (Uitvoerbaar bij
In
A

voorraad) ;
5. Menolak gugatan selain dan selebihnya ;
ah

lik

B. DALAM REKONPENSI :
- Menolak gugatan Rekonpensi seluruhnya ;
m

ub

C. DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI :


- Menghukum Para Tergugat I, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V
ka

membayar biaya-biaya yang timbul akibat adanya perkara ini sebesar


ep

Rp. 614.000,- (enam ratus empat belas ribu rupiah) ;


ah

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan para


R

Tergugat/para Pembanding putusan Pengadilan Negeri tersebut telah diperbaiki


es

oleh Pengadilan Tinggi Bandung dengan putusan No. 507/PDT/2003/PT.Bdg.,


M

ng

tanggal 8 Februari 2004 yang amarnya sebagai berikut :


on
gu

Hal. 42 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Menerima permohonan banding dari Para Pembanding semula Tergugat I,

si
III, IV dan V tersebut ;
- Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Bandung tanggal 4 September

ne
ng
2003 No. 49/Pdt.G/2003/PN.Bdg., yang dimohonkan banding tersebut
sehingga amar putusannya sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI :

do
gu - Menolak Eksepsi dari para Tergugat.
DALAM POKOK PERKARA :

In
A
A. DALAM KONPENSI :
1. Mengabulkan gugatan perwakilan (Class Action) dari para Wakil
ah

lik
kelompok masyarakat korban longsor Gunung Mandalawangi, Kec.
Kadungora, Kabupaten Garut untuk sebagian ;
2. Menyatakan bahwa Tergugat I (Direksi Perum Perhutani) cq Kepala Unit
am

ub
III Perum Perhutani Jawa Barat, Tergugat III (Menteri Kehutanan),
Tergugat IV (Pemerintah Daerah TK.I Jawa Barat) dan Tergugat V
ep
Pemerintah Daerah Tk. II Garut), bertanggung jawab secara mutlak (Strict
k

Liability) atas dampak yang ditimbulkan oleh adanya longsor kawasan


ah

Hutan Gunung Mandalawangi Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut ;


R

si
3. Menghukum Tergugat I, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V
tersebut untuk melakukan pemulihan keadaan lingkungan diareal hutan

ne
ng

Gunung Mandalawangi tempat terjadinya longsor secara langsung dan


seketika, dengan ketentuan sebagai berikut :

do
gu

Pertama : pemulihan (recovery) di kawasan Gunung Mandalawangi


dibebankan kepada Tergugat I dan Tergugat III, dengan perintah supaya
dilakukan rehabilitasi hutan dan agar memulihkan, mempertahankan dan
In
A

meningkatkan daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam


mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga, dengan biaya
ah

lik

yang harus ditanggung oleh Tergugat I dan Tergugat III secara tanggung
renteng, yang apabila akan diserahkan pelaksanaannya kepada
m

ub

masyarakat sesuai dengan Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan


Pedoman Keputusan Menteri Kehutanan No. 31/KPTS-II/2001 tanggal 21
ka

Februari 2001 tentang penyelenggaraan hutan kemasyarakatan,


ep

pendanaan tersebut tidak boleh kurang dari jumlah Rp. 20.000.000.000,-


ah

(dua puluh miliar rupiah) dengan disetorkan kepada Tim yang akan
R

ditetapkan di bawah ini.


es

Kedua : Menghukum Tergugat I, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V


M

ng

secara tanggung renteng membayar ganti rugi kepada korban longsor


on
gu

Hal. 43 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Gunung Mandalawangi tersebut sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh

si
miliar rupiah) yang harus disetorkan kepada TIM yang akan ditetapkan di
bawah ini ;

ne
ng
Ketiga : Menetapkan prosedur pelaksanaan pemulihan lingkungan
kawasan longsor Gunung Mandalawangi, Kec. Kadungora, Kab. Garut
serta tata cara pengalokasian dana ganti kerugian kepada wakil

do
gu kelompok dan masyarakat korban yang tergabung kedalam anggota
kelompok gugatan Perwakilan ini, melalui satu tim/panel yang dikoordinir

In
A
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemda Tk. II Garut
sebagai ketua tim Perwakilan Bapedalda Pemda Tk. II Garut, Kuasa Para
ah

lik
Wakil Kelompok serta 2 (dua) orang perwakilan dari Pusat Studi
Lingkungan Hidup UNPAD Bandung masing-masing sebagai anggota ;
Keempat : Memerintahkan kepada Gubernur Jawa Barat (Tergugat IV)
am

ub
untuk mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan Tim tersebut
lengkap dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana isi dictum
ep
putusan ini ;
k

Kelima : Memerintahkan kepada Tim/Panel tersebut untuk melakukan


ah

pemantauan dan melakukan upaya hukum manakala pelaksanaan


R

si
pemulihan lingkungan tidak sesuai dengan perintah dalam putusan ini
serta mengalokasikan dana ganti kerugian tersebut kepada masyarakat

ne
ng

korban yang tergabung dalam wakil dan anggota kelompoknya yang


jumlah dan identitasnya tercatat dalam Berita Acara Persidangan ini,

do
gu

secara adil dan sesuai dengan bobot dan besarnya kerugian berdasarkan
jenis kerugian yang dideritanya.
4. Menolak gugatan selain dan selebihnya ;
In
A

B. DALAM REKONPENSI :
- Menolak gugatan rekonpensi seluruhnya ;
ah

lik

DALAM KONPENSI DAN REKOPENSI


- Menghukum Para Pembanding semula Tergugat I, III, IV dan V untuk
m

ub

membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang dalam


tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 175.000,- (seratus tujuh puluh
ka

lima ribu rupiah) ;


ep

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada


ah

para Tergugat/para Pembanding pada tanggal 12 Mei 2004 kemudian


R

terhadapnya oleh para Tergugat/para Pembanding (dengan perantaraan


es

kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 10 Mei 2004) diajukan


M

ng

permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 12 Mei 2004 sebagaimana


on
gu

Hal. 44 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
ternyata dari akte permohonan kasasi No. 32/Pdt/Ks/2004/PN.BDG., yang

si
dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Bandung, permohonan mana diikuti oleh
memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan

ne
ng
Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 25 Mei 2004 ;
bahwa setelah itu oleh para Penggugat/para Terbanding yang pada
tanggal 9 Juli 2004 telah diberitahu tentang memori kasasi dari para Tergugat/

do
gu para Pembanding, namun tidak diajukan jawaban memori kasasi ;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya

In
A
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang,
ah

lik
maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh para Pemohon
Kasasi/para Tergugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :
am

ub
Alasan-alasan Pemohon Kasasi I :
1. Bahwa Judex Facti telah melampaui batas wewenang dan salah dalam
ep
menerapkan hukum, serta telah lalai dalam memenuhi kewajibannya yang
k

ditentukan oleh Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30,


ah

huruf a, b dan c, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah


R

si
Agung, dan perubahannya Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, sehingga
putusan Pengadilan Tinggi Bandung nomor 507/PDT/2003/PT.BDG.,

ne
ng

tanggal 5 Februari 2004 harus dibatalkan oleh Mahkamah Agung R.I.


Adapun bunyi dari Pasal 30 Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, sebagai

do
gu

berikut :
Pasal 30
Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau pene-
In
A

tapan Pengadilan-Pengadilan dari semua Lingkungan Peradilan karena :


a. tidak berwenang atau melampaui batas wewenang ;
ah

lik

b. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku ;


c. lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
m

ub

undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang


bersangkutan.
ka

DALAM EKSEPSI :
ep

Judex Facti lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh


ah

peraturan perundang-undangan, karena telah memeriksa dan memutus


R

perkara tanpa memberikan alasan-alasan, dan telah salah dalam


es

menerapkan hukum.
M

ng

1. Judex Facti telah memutus tanpa disertai alasan-alasan, karena


on
gu

Hal. 45 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
langsung mengambil alih pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama

si
tentang eksepsi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi semula
Pembanding/Tergugat I. Judex Facti tingkat banding maupun tingkat

ne
ng
pertama menganggap mengenai persoalan formal dari gugatan sudah
tidak relevan dipertimbangkan lagi, karena hal-hal teknis mengenai
pelaksanaan gugatan class action dapat diperintahkan oleh dan

do
gu karenanya sepenuhnya merupakan diskresi yang ada pada Hakim
(halaman 87, putusan Pengadilan tingkat pertama) ;

In
A
2. Bahwa Judex Facti telah lalai dalam memenuhi ketentuan Pasal 25 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
ah

lik
Kehakiman, yang pada intinya mensyaratkan dalam setiap putusan
harus memberikan alasan dan dasar putusan. Dalam hal ini, Judex Facti
tidak meneliti dengan cermat gugatan Termohon Kasasi semula
am

ub
Terbanding/Penggugat dengan memperhatikan syarat-syarat formal dari
PERMA No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok
ep
dalam perkara ini apakah secara formil dan materiil sudah atau belum
k

memenuhi ketentuan PERMA tersebut ;


ah

3. Bahwa Judex Facti tidak meneliti syarat-syarat formil gugatan


R

si
berdasarkan PERMA No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan
Perwakilan kelompok, karena Judex Facti tidak memberikan alasan-

ne
ng

alasan dalam pertimbangannya atas beberapa hal penting dari gugatan


tersebut berikut ini :

do
gu

a. tidak adanya posita yang jelas dari gugatan Termohon Kasa-


si semula Terbanding/Penggugat (vide Pasal 3 huruf d, PERMA No.
1 Tahun 2002), karena antara jumlah anggota kelompok dalam surat
In
A

gugatan dengan Daftar Anggota Kelompok dan Inventarisasi


Kerugian berbeda ;
ah

lik

b. tidak adanya petitum maupun posita gugatan tentang ganti rugi yang
jelas dan rinci, tidak adanya mekanisme atau tata cara
m

ub

pendistribusian ganti kerugian kepada anggota kelompok dalam


gugatan Termohon Kasasi semula Terbanding/Penggugat (vide
ka

Pasal 3 huruf f, PERMA No. 1 Tahun 2002) ;


ep

c. adanya wakil kelompok baru yang masuk selama perkara berjalan,


ah

selain dari daftar anggota kelompok dan inventarisasi kerugian.


R

Masuknya wakil kelompok baru tidak diatur dalam PERMA No.1


es

Tahun 2002. PERMA tersebut hanya mengatur option keluar (opt


M

ng

out). Vide Pasal 8, PERMA No.1 Tahun 2002 ;


on
gu

Hal. 46 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
4. Bahwa Judex Facti lalai memenuhi kewajibannya, karena tidak meneliti

si
dengan cermat syarat-syarat formil maupun materiil gugatan Termohon
Kasasi semula Terbanding/Penggugat terutama tentang wewenang

ne
ng
kuasa dari Termohon Kasasi semula Terbanding/Penggugat. Tindakan
para kuasa hukum wakil kelompok tidak sah sehubungan adanya
pernyataan dari wakil kelompok yang menyatakan tidak pernah

do
gu memberikan persetujuan untuk mengajukan gugatan. Dengan demikian,
kuasa dari para wakil telah melampaui wewenang yang dikuasakan dari

In
A
wakil kelompok. Dan oleh karena itu pula, baik secara formil maupun
secara materiil, maka gugatan yang demikian batal demi hukum.
ah

lik
5. Gugatan kurang pihak (plurium litis consortium), karena Termohon
Kasasi semula Terbanding/Penggugat tidak mengikutsertakan Menteri
Lingkungan Hidup dalam perkara ini. Gugatan Termohon Kasasi semula
am

ub
Terbanding/Penggugat didasarkan pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Jo. Pasal 71 ayat
ep
(1) UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan PERMA No. 1
k

Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok.


ah

Sebagaimana dasar gugatan tersebut, maka berdasarkan Pasal 9 ayat


R

si
(4) UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
seharusnya Menteri Negara Lingkungan Hidup diikutsertakan dalam

ne
ng

perkara ini. Adapun bunyi dari pasal tersebut adalah sebagai berikut :
"keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional

do
gu

pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dikoordinasi oleh Menteri"
DALAM POKOK PERKARA
In
A

Bahwa dalil-dalil Pemohon Kasasi semula Pembanding/Tergugat I dalam


eksepsi dengan pokok perkara merupakan satu kesatuan. Adapun dalil-dalil
ah

lik

Pemohon Kasasi semula Pembanding/Tergugat I dalam pokok perkara


adalah sebagai berikut :
m

ub

A. Judex Facti lalai dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh


peraturan perundang-undangan yang dapat mengancam dibatalkannya
ka

putusan, karena telah memeriksa dan memutus perkara a quo tanpa


ep

memberikan alasan-alasan.
ah

1. Bahwa Pemohon Kasasi semula Pembanding/Tergugat I, keberatan


R

dengan pertimbangan Judex Facti dalam putusan No.


es

507/PDT/2003/ PT.Bdg, tanggal 5 Februari 2004, khususnya


M

ng

pertimbangan halaman 8, paragraf pertama baris ke 8 yang


on
gu

Hal. 47 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kutipannya sebagai berikut : "..., maka Pengadilan Tinggi dapat

si
membenarkan dan menyetujui pendapat Hakim Tingkat Pertama
yang berdasarkan alasan yang terurai dalam pertimbangan hukum

ne
ng
putusannya tersebut adalah sudah tepat dan benar... ".
2. Bahwa pertimbangan Judex Facti tersebut di atas merupakan
kelalaian, karena tidak memeriksa perkara dengan cermat dan teliti.

do
gu Judex Facti tidak memberikan alasan-alasan untuk mengambil,
membenarkan dan menyetujui pertimbangan Judex Facti tingkat

In
A
pertama. Pertimbangan Judex Facti tersebut merupakan
pertimbangan yang sangat sumir dan mengabaikan kewajibannya
ah

lik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang pada
intinya menyatakan :
am

ub
“....segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan
dasar putusan tersebut,...dan seterusnya".
ep
3. Bahwa berdasarkan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4
k

Tahun 2004, maka setiap putusan pengadilan selain harus memiliki


ah

dasar hukum harus pula memuat alasan dan dasar dari suatu
R

si
putusan. Termasuk dalam hal ini adalah apabila pengadilan tingkat
banding mengambil pertimbangan dari pengadilan tingkat pertama,

ne
ng

maka Judex Facti wajib memberikan penjelasan yang merupakan


alasan-alasan mengapa ia mengambil sebagian atau seluruh

do
gu

pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama dan atau alasan-alasan


mengapa ia membenarkan pertimbangan-pertimbangan Majelis
Hakim tingkat pertama ;
In
A

B. Bahwa putusan Pengadilan Tinggi telah melampaui batas wewenang,


karena telah memutus terhadap hal-hal yang tidak diminta oleh
ah

lik

Termohon Kasasi semula Terbanding/Penggugat ;


1. Bahwa amar kedua, ketiga pertama dan ketiga serta keempat serta
m

ub

kelima dari amar putusan Pengadilan tingkat banding, merupakan


amar putusan yang tidak diminta oleh Termohon Kasasi semula
ka

Terbanding/Penggugat. Untuk lebih jelasnya bersama ini kami


ep

kutipkan bunyi petitum gugatan sebagai berikut :


ah

PETITUM GUGATAN :
R

I. Primair
es

1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk


M

ng

seluruhnya.
on
gu

Hal. 48 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
2. Menyatakan menurut hukum bahwa PARA TERGUGAT telah

si
melakukan perbuatan melawan hukum dan oleh karenanya
patutlah dihukum untuk membayar ganti kerugian.

ne
ng
3. Menghukum PARA TERGUGAT untuk melakukan relokasi
(menyediakan penggantian lahan pemukiman dan lahan
pertanian) selambat-lambatnya dilaksanakan dalam waktu 1

do
gu (satu) bulan sejak perkara ini diputus, dan dilakukan secara
transparan serta berkoordinasi dengan instansi terkait dan

In
A
LSM-LSM.
4. Menghukum PARA TERGUGAT untuk melakukan rehabilitasi
ah

lik
lahan hutan di kawasan Gunung Mandalawangi dan selambat-
lambatnya dilaksanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak
perkara ini diputus serta pengawasannya dilakukan oleh Pemda
am

ub
Daerah Garut dan LSM-LSM pemerhati lingkungan.
5. Menghukum TERGUGAT I untuk tidak melakukan penebangan
ep
dalam kurun waktu minimal 5 (lima) tahun sejak perkara ini
k

diputus dan pengawasannya dilakukan oleh Pemda Kabupaten


ah

Garut serta LSM-LSM pemerhati lingkungan.


R

si
6. Menghukum PARA TERGUGAT untuk membayar ganti kerugian
kepada PENGGUGAT sebesar Rp. 50.417.200.000,- dengan

ne
ng

perincian sebagai berikut :


A. KERUGIAN MATERIIL :

do
gu

Sub Kelompok A :
1. Kehilangan Anggota Keluarga
21 Orang Meninggal x Rp. 100,000,000,- =
In
A

Rp. 2.000.000.000,-
2. Kerugian korban luka ringan/berat (rawat inap) 15 Orang
ah

lik

x Rp. 10.000.000,- = Rp. 150.000.000,-


Jumlah Sub Kelompok A = Rp. 2.250.000.000,-
m

ub

Sub Kelompok B :
Rumah hancur : 165 unit x Rp. 100.000.000,- =
ka

Rp.16.500.000.000,-
ep

1. Rumah Rusak berat : 67 Unit x Rp. 50.000.000,- =


ah

Rp. 3.350.000.000,-
R

2. Rumah Rusak Ringan : 44 Unit x Rp. 25.000.000,- =


es

Rp. 1.100.000.000,-
M

ng

3. Rumah Terancam : 104 Unit x Rp. 20.000.000,- =


on
gu

Hal. 49 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Rp. 2.080.000.000,-

si
Jumlah Sub Kelompok B : Rp. 23.030.000.000,-
- Sub Kelompok C

ne
ng
a. Pertanian/Tanaman
1. Padi : 70 ha x 60 ton x Rp. 3000/kg =
Rp. 1.260.000.000,-

do
gu 2. Jagung : 35 ha x 3 ton x Rp. 1200/kg =
Rp. 126.000.000,-

In
A
3. Kacang Merah : 35 ha x 3 ton x Rp. 7000/kg =
Rp. 735.000.000,-
ah

lik
b. Peternakan
1. Domba : 150 Ekor x Rp.150.000 = Rp. 75.000.000,-
2. Ayam dan Itik : 5000 Ekor x Rp. 15.000 =
am

ub
Rp. 75.000.000,-
Jumlah Sub Kelompok C = Rp. 2.271.000.000,-
ep
- Sub Kelompok D
k

a. Jalan Setapak/Lingkungan : 4,5 Km =Rp.337.500.000,-


ah

b. Jembatan : 3 m = Rp. 50.000.000,-


R

si
c. Drainase : 6 Km = Rp. 600.000.000,-
d. Pipa Air Bersih : 7 Km = Rp. 175.000.000,-

ne
ng

e. Madrasah : 2 Unit = Rp. 200.000.000,-


f. Masjid : 3 Unit = Rp. 300.000.000,-

do
gu

Jumlah Sub Kelompok D = Rp. 1.662.500.000,-


- Sub Kelompok E
a. Kesempatan Mencari nafkah sejak Pengungsian.
In
A

376 KK x 60 hr x Rp. 50.000,- = Rp. 1.128.000.000,-


b. Kerugian dalam belajar/mengajar (perlengkapan seko-
ah

lik

lah)
- Murid SD : Rp. 200.000,- x 276 murid =
m

ub

Rp. 55.200.000,-
- Murid SMP : Rp. 300.000,- x 51 murid =
ka

Rp. 15.300.000,-
ep

- Murid SMA : Rp. 400.000 x 13 murid =


ah

Rp. 5.200.000,-
R

Jumlah Sub Kelompok E : Rp.1.203.700.000,-


es

TOTAL KERUGIAN MATERIIL : Rp. 30.417.200.000,-


M

ng

B. KERUGIAN IMMATERIIL sebesar Rp. 20.000.000.000,-


on
gu

Hal. 50 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7. Memerintahkan PARA TERGUGAT untuk membentuk suatu

si
TIM yang susunan ketua dan keanggotaannya terdiri dari
unsur pemerintah daerah dan LSM-LSM dalam rangka

ne
ng
mengorganisir pendistribusian ganti rugi kepada
TERGUGAT.
8. Menyatakan PARA TERGUGAT tunduk dan patuh pada

do
gu putusan ini.
9. Menyatakan putusan atas gugatan ini dapat dilaksanakan

In
A
terlebih dahulu walaupun ada upaya hukum.
10. Menghukum PARA TERGUGAT untuk membayar biaya
ah

lik
perkara.
II. Subsidair
Apabila pengadilan mempunyai pertimbangan yang lain,
am

ub
mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
2. Judex Facti tidak memberikan alasan-alasan dan dasar-dasar
ep
hukum maupun bukti-bukti yang digunakannya yang menjadi
k

dasar untuk menetapkan besarnya ganti rugi


ah

Rp. 10.000.000,000,- (sepuluh milyar rupiah), dan atas


R

si
perhitungan apa "angka" Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah) tersebut diperoleh oleh Judex Facti. Dalam hal

ne
ng

ini Judex Facti telah melakukan kelalaian yang dapat


mengancam dibatalkannya putusan, karena telah mengambil

do
gu

keputusan berdasarkan suatu kesimpulan bukan pada bukti-


bukti.
3. Judex Facti dalam amar putusannya sangat melampaui
In
A

kewenangannya yaitu memutus hal-hal yang tidak diminta


oleh Termohon Kasasi semula Terbanding/Penggugat. Sub-
ah

lik

Sub Kelompok yang mana dari Sub Kelompok A, Sub


Kelompok B, Sub Kelompok C, Sub Kelompok D, dan Sub
m

ub

Kelompok E yang akan menerima ganti rugi sebesar


Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah), dan berapa
ka

besar ganti rugi yang akan diterima oleh masing-masing sub


ep

kelompok serta bagaimana tata cara pembayarannya tidak


ah

diputus oleh Judex Facti, padahal dalam petitum gugatan


R

yang diminta oleh Termohon Kasasi semula Terbanding/


es

Penggugat, pihak-pihak yang akan menerima ganti rugi


M

ng

terdiri dari Sub-Sub Kelompok, yaitu Sub Kelompok A, Sub


on
gu

Hal. 51 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Kelompok B, Sub Kelompok C, Sub Kelompok D, dan Sub

si
Kelompok E.
4. Bahwa Judex Facti telah melampaui wewenangnya yakni

ne
ng
telah memindahkan dan mengabulkan tuntutan ganti rugi
immateriil sebesar Rp. 20.000.000.000,- (dua puluh milyar
rupiah) kepada amar putusan tentang "pemulihan

do
gu (recovery)", suatu tuntutan yang tidak diminta sama sekali
oleh Termohon Kasasi semula Terbanding/Penggugat. Judex

In
A
Facti hanya menggunakan adanya "petitum subsidair" yaitu
putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Walaupun
ah

lik
ada tuntutan subsidair, akan tetapi Judex Facti dilarang
menafsirkan tuntutan tersebut dengan kebebasannya untuk
memutuskan suatu perkara.
am

ub
c. Judex Facti salah dalam menerapkan hukum tentang prinsip
tanggung jawab mutlak (strict liability), karena kegiatan
ep
Pemohon Kasasi senlula Pembanding/Tergugat I di Gunung
k

Mandalawangi, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,


ah

Jawa Barat tidak termasuk dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-


R

si
Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, melainkan termasuk kegiatan yang

ne
ng

dilindungi oleh Undang-Undang berdasarkan Pasal 8,


Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1999 tentang

do
gu

Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)


juncto Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan ;
In
A

1. Bahwa prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) tidak


dapat diterapkan dalam perkara ini, karena prinsip ini
ah

lik

hanya dapat diterapkan secara selektif terhadap kegiatan


tertentu sabagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat (1)
m

ub

Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup, yang redaksinya adalah sebagai
ka

berikut :
ep

(1) "penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang


ah

usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar


R

dan penting terhadap lingkungan hidup, yang


es

menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/


M

ng

atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan


on
gu

Hal. 52 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas

si
kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban
membayar ganti rugi secara langsung dan seketika

ne
ng
pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup ".
2. Bahwa kegiatan Pemohon Kasasi tidak termasuk kegiatan

do
gu yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, serta
tidak menghasilkan limbah bahan berbahaya dan

In
A
beracun. Seperti telah dikemukakan Pemohon Kasasi
semula Pembanding/Tergugat I dalam Jawabannya atas
ah

lik
gugatan Termohon Kasasi semula Terbanding/
Penggugat, bahwa kegiatan Pemohon Kasasi semula
Pembanding/Tergugat I berdasarkan Pasal 8, Peraturan
am

ub
Pemerintah No. 53 Tahun 1999 tentang Perusahaan
Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) adalah
ep
sebagai berikut :
k

a. Pengusahaan hutan yang meliputi kegiatan-kegiatan


ah

perencanaan, penanaman, pemeliharaan, pemu-


R

si
ngutan hasil, pengolahan, dan pemasaran ;
b. Perlindungan dan pengamanan hutan, dan

ne
ng

c. Usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapai-


nya maksud dan tujuan Perusahaan ;

do
gu

3. Bahwa penerapan prinsip tanggung jawab mutlak (strict


liabIlity) yang diterapkan oleh Judex Facti merupakan
kesalahan yang nyata dalam penerapan hukum, karena
In
A

tidak memperhatikan bahkan melanggar ketentuan ayat


(2) Pasal 35 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
ah

lik

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan


sebagai berikut :
m

ub

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat


dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi
ka

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang


ep

bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran


ah

dan/atau perusakan lingkungan hidup disebabkan


R

oleh salah satu alasan di bawah ini :


es

a. adanya bencana alam atau peperangan; atau


M

ng

b. adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan


on
gu

Hal. 53 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
manusia,

si
c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan
terjadinya pencemaran dan/atau perusakan

ne
ng
lingkungan hidup ;
4. Bahwa jika Majelis Hakim tingkat banding dan tingkat
pertama memeriksa perkara dengan lebih cermat dan

do
gu teliti, maka peristiwa longsornya Gunung Mandalawangi,
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut merupakan

In
A
bencana alam dalam bentuk banjir bandang yang
disebabkan curah hujan di atas normal dan oleh karena
ah

lik
itu pula merupakan keadaan memaksa (overmacht) di
luar kemampuan manusia yang telah ditetapkan sebagai
bencana nasional. Berdasarkan alasan-alasan ini, maka
am

ub
Pemohon Kasasi semula Pembanding/Tergugat I tidak
dapat dibebankan dengan hukuman ganti rugi.
ep
5. Bahwa ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang
k

Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


ah

Hidup mengandung unsur-unsur perbuatan melawan


R

si
hukum/kesalahan yang disebutkan secara terbatas, yaitu
hanya terhadap kegiatan usaha yang menimbulkan

ne
ng

dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,


kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan

do
gu

beracun, dan/atau menghasilkan limbah bahan


berbahaya dan beracun. Dan bukan merupakan unsur
perbuatan melawan hukum jika adanya bencana alam
In
A

atau peperangan; atau adanya keadaan terpaksa di luar


kemampuan manusia ; adanya tindakan pihak ketiga
ah

lik

yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau


perusakan lingkungan hidup.
m

ub

6. Bahwa unsur-unsur tersebut pada butir 5 di atas tidak


diterapkan sama sekali oleh Judex Facti, dan selebihnya
ka

Judex Facti mendasarkan pertimbangannya pada


ep

kesimpulan-kesimpulan untuk kemudian menafsirkan


ah

sendiri gugatan dari Termohon Kasasi semula


R

Terbanding/Penggugat dan mencampuradukannya


es

dengan kebebasan Judex Facti untuk memutus perkara a


M

ng

quo. Hal ini tentu mengakibatkan kesalahan dalam


on
gu

Hal. 54 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
penerapan hukum karena Pemohon Kasasi semula

si
Pembanding/Tergugat I dihukum dengan ganti kerugian
tanpa diketahui unsur kesalahannya yang menimbulkan

ne
ng
kerugian bagi orang lain. Seperti diketahui dalam doktrin
hukum tentang perikatan seseorang tidak dapat dihukum
untuk membayar ganti kerugian tanpa adanya hubungan

do
gu kausalitas dengan unsur kesalahan atau perbuatan
melawan hukum yang dilakukannya (Vide Pasal 1365

In
A
KUH Perdata).
7. Bahwa oleh karena itu penerapan tanggung jawab mutlak
ah

lik
adalah terbatas, hal ini sejalan dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung R.I. Nomor 2727 K/PDT/1991 dalam
perkara antara H. Adi melawan Pemerintah R.I. dan PT
am

ub
Total Indonesia. Dalam perkara ini Judex Juris tidak
menerapkan prinsip tanggung jawab mutlak (strict
ep
liability), tetapi menerapkan ketentuan Pasal 1365 KUH
k

Perdata dan 283 RBg, dengan penerapan tanggung


ah

jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on


R

si
fault) dengan beban pembuktian pada pihak Penggugat.
8. Bahwa lagi pula, tindakan Pemohon Kasasi semula

ne
ng

Pembanding/Tergugat I di hutan Gunung Mandalawangi,


Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat

do
gu

tidak mengandung unsur-unsur kesalahan sebagaimana


didalilkan oleh Termohon Kasasi semula Terbanding/
Penggugat, karena semua tindakan Pemohon Kasasi
In
A

semula Pembanding/Tergugat I di Gunung Mandalawangi


didasarkan pada aspek legalitas yang sah dan
ah

lik

mendapatkan perlindungan hukum berdasarkan


Peraturan Pemerintah R.I. No. 2 Tahun 1978 jo.
m

ub

Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1986, dan Peraturan


Pemerintah No. 53 Tahun 1999.
ka

9. Bahwa adapun tentang fungsi hutan di Gunung Man-


ep

dalawangi tidak pernah dirubah dari hutan lindung


ah

menjadi hutan produksi terbatas, dan untuk memahami


R

aspek legalitasnya perlu diperhatikan beberapa hal


es

tersebut di bawah ini :


M

ng

a. Kawasan hutan Gunung Mandalawangi telah ditunjuk


on
gu

Hal. 55 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
oleh Pemerintah Hindia Belanda berdasarkan

si
Gouvernement Besluit tanggal 5 Februari 1916
dengan luas 406,63 ha C empat ratus enam koma

ne
ng
enam tiga hektar) dengan status hutan tetap yang
dikuasai negara dan belum pernah ada penetapan
fungsi, baik hutan lindung maupun hutan produksi.

do
gu b. Kemudian berdasarkan kriteria sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1999

In
A
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
ah

lik
Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 837/Kots/Um/II/80 tentang
Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung
am

ub
serta Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
683/Kpts/Um/8/81 tentang Kriteria dan Tata Cara
ep
Penetapan Hutan Produksi, kawasan hutan Gunung
k

Mandalawangi ditunjuk menjadi hutan lindung dan


ah

hutan produksi melalui Surat Keputusan Menteri


R

si
Kehutanan dan Perkebunan Nomor 419/Kpts-II/1999
(“SK MENHUTBUN") yang telah menunjuk kawasan

ne
ng

hutan di Propinsi Jawa Barat, termasuk diantaranya


kawasan hutan Mandalawangi. SK MENHUTBUN

do
gu

dikeluarkan setelah adanya usulan dari Gubernur


Propinsi Jawa Barat yang didasarkan pada hasil padi
serasi antara Tata Guna Hutan Kesepakatan dengan
In
A

Rencana Tata Ruang dan Wilayah Propinsi (RTRWP)


yang telah disahkan oleh Gubernur Jawa Barat
ah

lik

dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 17


Tahun 1996.
m

ub

c. Berdasarkan SK MENHUTBUN tersebut fungsi ka-


wasan hutan di Gunung Mandalawangi terdiri dari
ka

Hutan Lindung seluas 217,55 ha, dan Hutan Produksi


ep

Terbatas dengan luas kurang lebih 189,08 ha.


ah

Sebelum dikeluarkannya SK MENHUTBUN tersebut,


R

kawasan hutan Gunung Mandalawangi belum pernah


es

ada penetapan fungsi, baik hutan lindung maupun


M

ng

hutan produksi. Berdasarkan inventarisasi hutan


on
gu

Hal. 56 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan melihat kondisi di lapangan serta

si
memperhatikan kriteria berdasarkan ketentuan
perundang-undangan hutan Gunung Mandalawangi

ne
ng
ditetapkan dengan klas hutan, hutan produksi
terbatas, dan oleh karenanya tidak pernah ada
perubahan fungsi kawasan hutan.

do
gu 10. Bahwa tindakan Pemohon Kasasi semula Pembanding/
Tergugat I di kawasan hutan Mandalawangi dengan legalitas

In
A
yang bersumber pada Peraturan Pemerintah R.I. No. 2
Tahun 1978 jo. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1986,
ah

lik
dan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1999 tidak
menimbulkan kerusakan sama sekali terhadap kawasan
hutan Mandalawangi. Sebaliknya sebelum dan setelah
am

ub
dikeluarkannya SK MENHUTBUN di atas, Pemohon Kasasi
semula Pembanding/Tergugat I justeru telah banyak
ep
melakukan perbaikan kondisi hutan yang rusak dan gundul
k

akibat perambahan. Perbaikan dilakukan dengan reboisasi


ah

hutan melalui penanaman tanaman pinus sejak tahun 1980,


R

si
dan sampai tahun 1999 untuk seluas 208,93 ha. Adapun
mengenai penyewaan tanah kawasan hutan kepada

ne
ng

penduduk tidak pernah dilakukan oleh Pemohon Kasasi


semula Pembanding/Tergugat I, dan adanya lahan kosong

do
gu

diakibatkan oleh perambahan hutan secara liar oleh


penduduk ;
D. Judex Facti salah dalam menerapkan hukum dan lalai
In
A

dalam memeriksa perkara a quo, karena memutus tanpa


adanya dasar hukum dari hukum positif yang berlaku
ah

lik

sebagaimana juga dimaksud dalam Pasal 25 ayat (I)


Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
m

ub

Kekuasaan Kehakiman.
1. Bahwa Pemohon Kasasi semula Pembanding/
ka

Tergugat I keberatan dengan pertimbangan Judex


ep

Facti, karena membenarkan pertimbangan Judex


ah

Factie tingkat pertama dalam penerapan


R

precautionary principle, prinsip ke 15 yang terkandung


es

dalam asas Pembangunan Berkelanjutan pada


M

ng

Konperensi Rio tanggal 12 Juni 1992 (United Nation


on
gu

Hal. 57 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Conference on Environment and Development) yang

si
belum merupakan hukum positif yang berlaku di
Republik Indonesia ;

ne
ng
2. Bahwa pertimbangan Judex Facti di atas selain
merupakan kesalahan dalam penerapan hukum, juga
merupakan kelalaian, karena sebelumnya Judex Facti

do
gu sudah mengetahui prinsip kehati-hatian (precautionary
principle) di atas belum menjadi hukum positif yang

In
A
berlaku di Indonesia karena belum diratifikasi, tetapi
dipaksakan untuk diterapkan dalam perkara a quo
ah

lik
dengan alasan untuk mengisi kekosongan hukum
dalam praktek dan adanya pertentangan pendapat
ahli yang saling mengecualikan. Dalam hal ini Judex
am

ub
Facti selain salah dalam menerapkan hukum juga
telah melakukan kelalaian yang dapat mengakibatkan
ep
dibatalkannya putusan perkara a quo ;
k

3. Bahwa berdasarkan uraian Pemohon Kasasi semula


ah

Pembanding/Tergugat I pada huruf C di atas, maka


R

si
prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) yang
dilandasi oleh prinsip kehati-hatian (precautionary

ne
ng

principle) yang diterapkan oleh Judex Facti dalam


perkara ini sangat tidak tepat. Dalam pada itu, tidak

do
gu

ada kekosongan hukum dalam praktek, karena


apabila tidak dapat diterapkan prinsip tanggung jawab
mutlak (strict liability) berdasarkan Pasal 35 Undang-
In
A

Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup, maka tiap-tiap tuntutan ganti
ah

lik

kerugian dalam kasus kerusakan lingkungan termasuk


dalam gugatan perwakilan (class action) dapat
m

ub

diterapkan Pasal 1365 KUH Perdata, sebagaimana


doktrin dalam hukum lingkungan dengan mengutip
ka

pendapat ahli hukum lingkungan Profesor Doktor


ep

Koesnadi Hardjasoemantri, Sarjana Hukum dalam


ah

bukunya yang berjudul "Hukum Tata Lingkungan"


R

(Gajah Mada University Press, 1997, halaman 376 -


es

378), yang kutipannya sebagai berikut :


M

ng

"...Dalam hal menuntut ganti kerugian berhubung


on
gu

Hal. 58 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dengan penderitaan akibat perusakan dan atau

si
pencemaran, pasal yang dapat digunakan adalah
Pasal 1365 (KUH Perdata)...".

ne
ng
"...prinsip yang digunakan dalam kedua pasal tersebut
adalah liability based on fault, dengan beban
pembuktian yang memberatkan penderita. Ia baru

do
gu akan memperoleh ganti kerugian apabila ia berhasil
membuktikan adanya unsur kesalahan pada pihak

In
A
Tergugat...”
4. Bahwa akan tetapi Judex Facti menerapkan
ah

lik
precautionaty principle, dan lebih jauh menerapkan
prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) tanpa
memperhatikan ketentuan Pasal 35 Undang-Undang
am

ub
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup secara cermat dan teliti. Hal ini
ep
merupakan kesalahan yang sangat nyata dalam
k

penerapan hukum dan oleh karena itu putusan Judex


ah

Facti harus dibatalkan ;


R

si
E. Judex Facti salah dalam penerapan hukum karena
kegiatan/perbuatan Pemohon Kasasi semula Pembanding/

ne
ng

Tergugat I di Hutan Gunung Mandalawangi, Kecamatan


Kadungora, Garut, Jawa Barat adalah kegiatan/perbuatan

do
gu

yang sarat dengan kepentingan negara dan tidak dapat


digugat.
1. Bahwa Judex Facti seharusnya menolak gugatan
In
A

Termohon Kasasi semula Terbanding/Penggugat,


karena selain tidak dapat diterapkan tanggung jawab
ah

lik

mutlak (strict liability), kegiatan/perbuatan Pemohon


Kasasi semula Pembanding/Tergugat I di Gunung
m

ub

Mandalawangi, Kecamatan Kadungora, Kabupaten


Garut, Jawa Barat dilaksanakan untuk kepentingan
ka

negara seperti telah banyak diuraikan di atas. Gugatan


ep

demikian haruslah ditolak sebagaimana dimaksud


ah

dalam yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 66


R

K/Sip/1952 tanggal 16 Oktober 1952, yang pada intinya


es

menyatakan sebagai berikut :


M

ng

“... Dalam hal ini Pemerintah baru dapat dikatakan


on
gu

Hal. 59 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
melanggar hukum apabila dalam tindakannya itu tiada

si
cukup anasir-anasir kepentingan negara atau dengan
lain perkataan apabila Pemerintah telah berbuat

ne
ng
sewenang-wenang ".
2. Bahwa berdasarkan yurisprudensi tetap Mahkamah
Agung tersebut di atas, maka keputusan Judex Facti

do
gu untuk mengabulkan gugatan Termohon Kasasi semula
Terbanding/Penggugat merupakan kesalahan dalam

In
A
penerapan hukum, karena semua tindakan-tindakan
Pemohon Kasasi semula Pembanding/Tergugat I di
ah

lik
Gunung Mandalawangi sarat dengan kepentingan
negara Republik Indonesia dan bukan merupakan
kegiatan yang sewenang-wenang, melainkan kegiatan
am

ub
yang telah terprogram dalam program-program
Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-
ep
Undang dan segala hasil-hasil yang diperolehnya
k

merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang


ah

penting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja


R

si
Negara yang pada akhirnya bertujuan untuk
memberikan kesejahteraan serta kemakmuran bagi

ne
ng

segenap rakyat Indonesia.


Keputusan Judex Facti yang menghukum Pemohon

do
gu

Kasasi semula Pembanding/ Tergugat I dengan


hukuman ganti kerugian merupakan putusan yang
bertentangan dengan prinsip keadilan itu sendiri (ex
In
A

aequo et bono), karena secara tidak langsung akan


membebani keuangan negara yang pada akhirnya
ah

lik

membebani seluruh rakyat Indonesia.


3. Bahwa oleh karena itu, dengan tetap memperhatikan
m

ub

prinsip kesamaan di hadapan hukum (equality before


the law) dalam suatu negara hukum (the rule of law)
ka

adalah hal yang berlebihan bagi Judex Facti untuk


ep

memutus perkara a quo dengan amar ke 3 bagian


ah

pertama sampai dengan bagian kelima. Amar putusan


R

tersebut dapat dikualifikasikan telah mencampuri


es

beleids dari kekuasaan eksekutif, ataupun diskresi


M

ng

(kebijakan) dari Pemohon Kasasi/semula


on
gu

Hal. 60 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pembanding/Tergugat I, bersama-sama Tergugat II

si
sampai dengan Tergugat V yang kekuasaannya
termasuk ke dalam bidang-bidang (ranah) kekuasaan

ne
ng
eksekutif yang tidak dapat dicampuri oleh kekuasaan
yudikatif.
Alasan-alasan Pemohon Kasasi II :

do
gu Bahwa Judex Facti telah salah menerapkan atau melanggar hukum yang
berlaku.

In
A
Bahwa Pasal 30 ayat 1 UU No. 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung
tentang Perubahan atas UU No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
ah

lik
menentukan "Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan
atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan,
karena :
am

ub
1. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.
2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
ep
3. Lalai menaati syarat-syarat yang diwajibkan oleh perundang-undangan
k

yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang


ah

bersangkutan.
R

si
I. Bahwa putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung
Tanggal 5 Pebruari 2004 No. 507/PDT/2003/PT-BDG yang menguatkan

ne
ng

putusan Pengadilan Negeri Bandung Tanggal 4 September 2003 No.


49/PDT.G/2003/PN.BDG telah salah menerapkan hukum atau melanggar

do
gu

hukum yang berlaku, sebagai berikut :


1. Bahwa putusan Judex Facti DALAM POKOK PERKARA, DALAM
KONPENSI Butir 2 halaman 10 mengatakan : bahwa Tergugat I (Direksi
In
A

Perum Perhutani Cq. Kepala Unit Perum Perhutani Unit III Jawa Barat),
Tergugat III (Menteri Kehutanan), Tergugat IV (Pemerintah Daerah Tk. I
ah

lik

Jawa Barat) dan Tergugat V (Pemerintah Daerah Tingkat II Garut),


bertanggung jawab secara mutlak (Strict Liability) atas dampak yang
m

ub

ditimbulkan oleh adanya longsor di kawasan Gunung Mandalawangi


Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.
ka

2. Bahwa Tanggung jawab mutlak (Strict Liability) yang dibebankan


ep

kepada para Tergugat khususnya Tergugat IV, adalah didasarkan pada


ah

UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (pasal


R

35), sebagaimana pertimbangan hukum putusan Pengadilan Negeri


es

Bandung pada halaman 96, 97, 98, 99,102 dan 107 yang dikuatkan oleh
M

ng

putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung.


on
gu

Hal. 61 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Bahwa Pasal 35 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

si
Lingkungan Hidup berbunyi sebagai berikut : "Penanggung jawab
usaha dan atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan

ne
ng
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan atau
menghasilkan limbah berbahaya dan beracun, bertanggung jawab

do
gu secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban
membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat

In
A
terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.
4. Bahwa adalah fakta Pemohon Kasasi IV/Pembanding IV/Tergugat IV
ah

lik
bukanlah penanggung jawab usaha dan atau kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud pasal 35 UU No. 23 Tahun 1997 itu, sebagai
pihak yang harus bertanggung jawab secara mutlak (strict liability)
am

ub
dalam hal kegiatan usahanya menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap Iingkungan hidup.
ep
5. Bahwa dengan demikian jelas dan terbukti putusan Judex Facti
k

Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung yang menguatkan putusan


ah

Pengadilan Negeri Bandung a quo telah salah menerapkan atau


R

si
melanggar hukum yang berlaku.
II. 1. Bahwa Putusan Judex Facti DALAM POKOK PERKARA, DALAM

ne
ng

KONPENSI butir 3 bagian ketiga halaman 11 menguatkan putusan


Pengadilan Negeri Bandung yang berbunyi : "Menetapkan prosedur

do
gu

pelaksanaan pemulihan lingkungan kawasan longsor di Gunung


Mandalawangi Kec. Kadungora Kab. Garut serta tata cara pengalokasian
dan ganti kerugian kepada wakil kelompok dan masyarakat korban yang
In
A

tergabung kedalam anggota kelompok Gugatan Perwakilan ini, melalui


satu tim/panel yang dikoordinir oleh Badan Perencanaan
ah

lik

Pembangunan Daerah Tingkat II Garut sebagai Ketua Tim


Perwakilan Bapedalda Pemda Tk. II Garut kuasa para wakil
m

ub

kelompok serta dua orang perwakilan dari Pusat Study Lingkungan


Hidup Unpad Bandung masing-masing sebagai anggota.
ka

2. Bahwa Putusan Judex Facti aquo DALAM POKOK PERKARA, DALAM


ep

KONPENSI butir 3 bagian keempat halaman 11 berbunyi :


ah

"Memerintahkan kepada Gubernur Jawa Barat (Tergugat IV) untuk


R

mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim tersebut


es

lengkap dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana isi


M

ng

diktum putusan ini.


on
gu

Hal. 62 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Bahwa amar putusan Judex Facti aquo bertentangan dengan pasal 4

si
ayat (1), dan ayat (2) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang berbunyi sebagai berikut :

ne
ng
Ayat (1) :
"dalam rangka pelaksanaan azas desentralisasi dibentuk dan disusun
daerah propinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang

do
gu mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

In
A
Ayat (2) :
"Daerah-daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing
ah

lik
berdiri sendiri dan tidak mempunyai hierarki satu sama lain.
4. Bahwa sesuai dengan amar putusan Judex Facti di atas DALAM
POKOK PERKARA, DALAN KONPENSI butir ke tiga bagian ketiga dan
am

ub
bagian keempat tim/panel yang akan bertugas untuk memulihkan
lingkungan kawasan longsor di Gunung Mandalawangi, Kec.
ep
Kadungora, Kab. Garut dan akan mengalokasikan dana ganti kerugian
k

kepada wakil kelompok dan masyarakat korban yang tergabung


ah

kedalam anggota kelompok gugatan perwakilan, dikoordinir oleh Badan


R

si
Perencaan Pembangunan Daerah Pemda Tingkat II Garut sebagai
Ketua Tim, perwakilan Bapedalda Tk II Garut, Kuasa Para Wakil

ne
ng

Kelompok serta dua orang perwakilan dari Pusat Studi Lingkungan


Hidup Unpad Bandung sebagai Anggota.

do
gu

5. Bahwa tidak ada kewenangan Gubernur Jawa Barat untuk me-


ngeluarkan Surat Keputusan Gubernur untuk membentuk Tim/Panel
aquo, dengan alasan :
In
A

a. Sesuai dengan bunyi Pasal 9 UU No. 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah "Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
ah

lik

Otonom mencakup kewenangan dalam bidang Pemerintahan yang


bersifat lintas Kabupaten dan Kota serta kewenangan dalam bidang
m

ub

pemerintahan lainnya".
b. Sesuai dengan bunyi pasal 11 ayat (1) UU No. 22 Tahun 1999 :
ka

"Kewenangan Kabupaten/Kota mencakup semua kewenangan


ep

pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam pasal 7


ah

dan yang diatur dalam pasal 9.


R

c. Sesuai dengan bunyi pasal 11 ayat (2) UU No. 22 Tahun 1999


es

tentang Pemerintahan Daerah : "Bidang pemerintahan yang wajib


M

ng

dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan Kota meliputi pekerjaan


on
gu

Hal. 63 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian,

si
perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal,
LINGKUNGAN HIDUP, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.

ne
ng
d. Sesuai pasal 12 UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah : "pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dan pasal 9 ditetapkan

do
gu dengan peraturan pemerintah.
e. Sesuai dengan pasal 3 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5) Peraturan

In
A
pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom yang
ah

lik
merupakan pelaksanaan ketentuan pasal 12 UU No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah :
Ayat (1) :
am

ub
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom mencakup
Kewenangan dalam bidang Pemerintahan yang bersifat lintas
ep
Kabupaten Kota serta kewenangan dalam bidang Pemerintahan
k

tertentu lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, UU No.


ah

22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.


R

si
Ayat (2) :
Kewenangan bidang tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat

ne
ng

(1) adalah perencanaan dan pengendalian pembangunan regional


secara makro, pelatihan bidang tertentu, alokasi sumber daya

do
gu

manusia potensial, penelitian yang mencakup wilayah propinsi,


pengelolalan pelabuhan regional, Pengendalian lingkungan hidup,
promosi dagang dan budaya pariwisata, penanganan penyakit
In
A

menular dan hama tanaman dan perencanaan tata ruang propinsi.


ayat (5) :
ah

lik

Kewenangan propinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dikelompokan dalam bidang sebagai berikut : No. 16 Bidang
m

ub

Lingkungan Hidup pada butir a disebutkan kewenangan propinsi di


bidang lingkungan hidup adalah pada Pengendalian Lingkungan
ka

Hidup lintas Kabupaten/Kota.


ep

f. Letak Gunung Mandalawangi ada di kecamatan Kadungora


ah

Kabupaten Garut tidak berbatasan dengan Kabupaten lain atau


R

kota lain, demikian juga Ketua Tim/Panel dan anggota yang


es

ditentukan oleh amar putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Jawa


M

ng

Barat di Bandung untuk memulihkan lingkungan bencana dan


on
gu

Hal. 64 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengalokasikan dana ganti rugi, berada di Kabupaten Garut,

si
sehingga dengan demikian terbukti dan tidak terbantahkan tidak
ada kewenangan Gubernur Jawa Barat untuk mengeluarkan surat

ne
ng
keputusan yang (akan) mengatur keberadaan serta tugas fungsi
Tim/Panel a quo.
g. Bahwa pasal 60 ayat 1 (satu) UU No. 41 Tahun 1999 tentang

do
gu kehutanan yang berbunyi :
"Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan

In
A
pengawasan kehutanan. yang dipakai sebagai dasar agar
Tergugat IV/Pembanding IV/Pemohon Kasasi IV mengeluarkan
ah

lik
surat keputusan tentang penunjukan serta penerapan personil dari
Tim/Panel sebagaimana pertimbangan hukum Judex Facti
Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang menguatkan putusan
am

ub
Pengadilan Negeri Bandung yang tercantum pada alinea 2
(dua),halaman 103, alinea pertama halaman 105 dan alinea
ep
pertama halaman 107, Kata "PEMERINTAH DAERAH" harus
k

diartikan berdasar pada pasal 4 jo pasal 7 jo pasal 9 ayat 1 (satu),


ah

jo pasal 11 ayat 1 dan ayat 2, jo pasal 12 UU No. 22 Tahun 1999


R

si
tentang Pemerintahan Daerah, jo pasal 3 ayat 1, ayat 2, dan ayat
5 PP No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan

ne
ng

kewenangan Propinsi sebagai daerah otonomi, sehingga amar


putusan Judex Facti yang mengharuskan Tergugat IV/

do
gu

Pembanding IV/Pemohon Kasasi IV Gubernur Jawa Barat


mengeluarkan Surat Keputusan tentang Tim Panel a quo adalah :
TELAH SALAH MENERAPKAN ATAU MELANGGAR HUKUM
In
A

YANG BERLAKU.
h. Bahwa demikian pula pasal 9, pasal 10 dan pasal 11 UU No. 22
ah

lik

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang dipakai sebagai


pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Bandung pada halaman
m

ub

103 alinea kedua dan halaman 105 alinea pertama yang dikuatkan
oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung Judex
ka

Facti harus dihubungkan dengan Peraturan Pemerintah No. 25


ep

Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan


ah

Propinsi sebagai daerah otonom sebagai Peraturan Pemerintah


R

yang melaksanakan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan


es

Daerah.
M

ng

i. Bahwa dengan kata lain Gubernur Jawa Barat bukan atasan


on
gu

Hal. 65 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bupati Garut (pasal 4 UU No 22 Tahun 1999 tentang

si
Pemerintahan Daerah). Demikian pula lingkup kewenangan
Propinsi bersifat lintas Kabupaten/Kota (pasal 9 UU No. 22 Tahun

ne
ng
1999 tentang Pemerintahan Daerah), termasuk kewenangan
Gubernur Jawa Barat dalam Bidang Lingkungan Hidup yang harus
bersifat lintas Kabupaten/Kota sedangkan faktanya tempat

do
gu terjadinya bencana alam longsor terletak di Kecamatan Kadungora
Kabupaten Garut sehingga jelas tidak ada dasar (kewenangan)

In
A
Gubernur Jawa Barat mengeluarkan SK Pembentukan Tim/Panel
sebagaimana putusan Judex Facti.
ah

lik
Alasan-alasan Pemohon Kasasi III :
Pemohon Kasasi sangat keberatan terhadap pertimbangan Hakim Pengadilan
Tinggi Bandung dan tidak memperhatikan pertimbangan dari Putusan
am

ub
Pengadilan Negeri Bandung yang menimbulkan kesan bahwa Pengadilan
Tinggi Bandung tidak memeriksa dengan cermat Putusan Pengadilan Negeri
ep
Bandung yang dimohonkan banding tersebut.
k

DALAM POKOK PERKARA :


ah

Fakta-fakta hukum :
R

si
a. Bahwa telah terjadi fakta adalah pada hari Selasa malam tanggal 28 Februari
2003 sekitar ± jam 21.00 WIB di Desa Karang Mulya (Kampung Bunianten,

ne
ng

dan Kampung Babakan Nenggeng, Desa Mandalasari (Kampung Bojong


Jambu dan Kampung Sindangsari) Kecamatan Kadungora sekitar kawasan

do
gu

Gunung Mandalawangi Kabupaten Garut Jawa Barat telah terjadi banjir


dan tanah longsor, sehingga menimbulkan kerugian korban jiwa maupun
harta benda yang cukup besar, yang mana banjir dan longsor tersebut
In
A

disebabkan oleh antara lain karena kondisi topografi, kerusakan/


pencemaran lingkungan, pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan
ah

lik

fungsi dan peruntukannya sebagai kawasan hutan lindung, adanya


kebakaran hutan dan curah hujan di atas normal terus menerus selama 7
m

ub

(tujuh) hari.
b. Bahwa telah menjadi fakta menurut ketentuan hukum yang berlaku Perum
ka

perhutani adalah pengelola kawasan hutan di Jawa Barat termasuk


ep

kawasan Rutan Gunung Mandalawangi yang statusnya adalah hutan


ah

lindung, kemudian dirubah statusnya menjadi hutan produksi terbatas


R

berdasarkan SK Menhut No. 419/KPTS/II/1999.


es

c. Bahwa sebagaimana terbukti dipersidanqan Pengadilan Negeri Bandung,


M

ng

bahwa kondisi kawasan sekitar Gunung Mandalawangi antara lain terjadi


on
gu

Hal. 66 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kerusakan ekosistem lingkungan, pengelolaan dan pengawasan yang belum

si
optimal dari pihak pengelola, rawan terjadi longsor dan banjir serta reboisasi
yang gagal dilaksanakan. Selain itu sebagaimana diakui oleh pihak Perum

ne
ng
Perhutani bahwa Perum Perhutani telah mengetahui terdapat 8 titik longsor
sejak 6 bulan silam di kawasan Mandalawangi tersebut.
d. Bahwa berdasarkan ketentuan hukum (Pasal 24 PP No. 53 Tahun 1999

do
gu tentang perum Perhutani), bahwa Perum Perhutani adalah pengelola
kawasan hutan di Jawa Barat termasuk di kawasan Rutan Gunung

In
A
Mandalawangi.
Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut di atas, maka jelas Judex Facti tidak
ah

lik
keliru menerapkan hukum terutama pertimbangan Judex Facti pada halaman 8
paragraf 3 : Menimbang bahwa mengenai putusan yang dapat dilaksanakan
terlebih dahulu (Uitvoerbaar Bij Voorraad) Pengadilan Tinggi memandang tidak
am

ub
terdapat cukup alasan untuk dapat dikabulkan karena tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 180 HIR sehingga hal inipun harus
ep
ditolak ".
k

Bahwa alasan-alasan keberatan PEMOHON KASASI terhadap pertimbangan


ah

Judex Facti tersebut di atas adalah sebagai berikut :


R

si
1. Bahwa sebagaimana pertimbangan hukum dalam Putusan Pengadilan
Tinggi Bandung halaman 8 tentang "mengenai putusan yang dapat

ne
ng

dilaksanakan terlebih dahulu (Uitvoorbaar Bij Voorraad) Pengadilan Tinggi


memandang tidak terdapat cukup alasan untuk dapat dikabulkan karena

do
gu

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 180 HIR


sehingga hal inipun harus ditolak" ;
2. Bahwa sebagaimana dalam Putusan Pengadilan Tinggi Bandung halaman
In
A

10 point 2 menyatakan bahwa Menyatakan bahwa Tergugat I (Direksi


Perum Perhutani) cq Kepala Unit III Perum Perhutani Jawa Barat, Tergugat
ah

lik

III (Menteri Kehutanan), Tergugat IV (Pemerintah Daerah TK.I Jawa Barat)


dan Tergugat V - (Pemerintah Daerah Tk. II Garut), bertanggung jawab
m

ub

secara mutlak (strict LiabiIity) atas dampak yang ditimbulkan oleh adanya
longsor kawasan Rutan Gunung Mandalawangi Kecamatan Kadungora
ka

Kabupaten Garut ;
ep

3. Bahwa mengenai pertanggungjawaban mutlak (Strict Liability) telah diatur di


ah

dalam Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang


R

pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi sebagai berikut :


es

(1) penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan


M

ng

kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap


on
gu

Hal. 67 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun,

si
dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun,
bertanggungjawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan,

ne
ng
dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika
pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.

do
gu (2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) jika

In
A
yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan di bawah
ah

lik
ini :
a. adanya bencana alam atau peperangan; atau
b. adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia;atau
am

ub
c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
ep
(3) Dalam hal terjadinya kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga
k

sebagaimana ayat (20 huruf c, pihak ketiga bertanggungjawab


ah

membayar ganti rugi.


R

si
Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 35 ayat 1 UU No. 35 Tahun 1997
berbunyi bahwa "Pengertian bertanggungjawab secara mutlak/atau strict

ne
ng

Liability, yakni unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak Penggugat
sebagai dasar pembayaran ganti kerugian. Ketentuan ayat ini merupakan

do
gu

lex spesialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada


umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap
pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat
In
A

ditetapkan sampai batas tertentu.


Yang dimaksudkan sampai batas tertentu, adalah jika menurut penetapan
ah

lik

peraturan perundang-undangan yang berlaku, ditentukan keharusan


asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah
m

ub

tersedia dalam lingkungan hidup.


4. Bahwa oleh karenanya perkara ini tidak ada kaitannya dengan Pasal 180
ka

HIR yang menyangkut perkara acara perdata pada umumnya, hal mana
ep

perkara ini merupakan Lex Spesialis yang (diatur dalam UU tersendiri yaitu
ah

Pasal 35 UU. No. 23 Tahun 1997, sebagaimana dalam Putusan Pengadilan


R

Tinggi Bandung halaman 10 point 2) menyatakan bahwa "para Tergugat


es

bertanggungjawab secara mutlak (strict liability) atas kerugian yang


M

ng

ditimbulkan" dimana pelaksanaan putusan (eksekusi) ganti rugi secara


on
gu

Hal. 68 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
langsung dan seketika.

si
5. Bahwa oleh karenanya pertimbangan hakim Pengadilan Tinggi Bandung
adalah tidak tepat karena Hakim Pengadilan Tinggi berasumsi

ne
ng
menggunakan UBV yang berlandaskan pada Hukum Acara Perdata tetapi
perkara menyangkut public yang sifatnya Lex spesialis yang tunduk pada
ketentuan khusus pada perkara ini.

do
gu 6. Bahwa oleh karenanya Hakim Pengadilan Tinggi Bandung tidak dapat
menerapkan ketentuan Hukum Acara Perdata (Pasal 180 HIR jo SEMA No.

In
A
4 Tahun 2003) mengingat :
a. Perkara a quo adalah merupakan lex spesialis yang diatur dalam Pasal
ah

lik
35 UU No. 23 Tahun 1997.
b. Objek perkara a quo adalah lingkungan hidup yang tidak bisa disamakan
dengan objek perkara perdata yang mengharuskan adanya jaminan
am

ub
sebagai pelaksanaan UBV.
Alasan-alasan Pemohon Kasasi IV :
ep
Judex Facti Pengadilan Tinggi Jawa Barat No. 507/PDT/2003/PT.Bdg., tanggal 5
k

Pebruari 2004 hal 8 yang menyatakan : "…….maka Pengadilan Tinggi dapat


ah

membenarkan dan menyetujui pendapat hakim tingkat pertama yang


R

si
berdasarkan alasan yang terurai dalam pertimbangan hukum putusannya
tersebut adalah sudah tepat dan benar" menurut pendapat kami adalah tidak

ne
ng

tepat dan salah dalam menerapkan hukum dengan alasan :


DALAM EKSEPSI :

do
gu

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 16 April 2003 telah
menjatuhkan "Putusan Sela", yaitu : Penetapan mengenai sertifikasi kelayakan
gugatan class action, dengan dictum sebagai berikut :
In
A

1. Menolak eksepsi para Tergugat ;


2. Menyatakan Pengadilan Negeri kelas (1) Bandung berwenang mengadili
ah

lik

perkara ini ;
3. Menyatakan sah dan layak bahwa perkara perdata register No.
m

ub

40/Pdt.G/2003/PN.Bdg. ditetapkan sebagai perkara gugatan perwakilan


kelompok (class action) ;
ka

4. Memerintahkan kepada kedua belah pihak untuk melanjutkan persidangan


ep

dalam perkara ini ;


ah

5. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir ;


R

Terhadap "Penetapan" tersebut Pemohon Kasasi Ill/Pembanding III/Tergugat


es

III pada waktu itu secara langsung (setelah penetapan dibacakan) di muka
M

ng

persidangan "menyatakan Banding", namun oleh Majelis Hakim dijelaskan


on
gu

Hal. 69 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bahwa banding terhadap penetapan tersebut dapat dilakukan bersama dengan

si
banding putusan akhir.
Keberatan terhadap penetapan tersebut adalah sebagai berikut :

ne
ng
1. Eksepsi para Tergugat yang ditolak Majelis Hakim hanya mengenai
"kompetensi relatif', sedang eksepsi selebihnya sesuai dengan penjelasan
Majelis Hakim akan dipertimbangkan dan diputus bersama dengan pokok

do
gu perkara ;
2. Pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama yang menyatakan

In
A
bahwa gugatan a quo dalam perkara ini sah sebagai gugatan perwakilan
kelompok, adalah belum berlandaskan pada pertimbangan juridis formal
ah

lik
yang akan dipertimbangkan bersama dengan pokok perkara, melainkan
hanya berlandaskan pada fakta notoir, antara lain pada pokoknya
berdasarkan kenyataan, bahwa :
am

ub
- Benar telah terjadi longsor di gunung Mandalawangi Kabupaten Garut ;
- Benar telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda ;
ep
- Benar para anggota kelompok selaku Penggugat dalam perkara ini memiliki
k

kepentingan yang sama untuk secara bersama mengajukan gugatan


ah

perwakilan kelompok ;
R

si
3. Eksepsi-eksepsi lainnya, khususnya eksepsi para Tergugat yang menyata-
kan :

ne
ng

- Gugatan Penggugat tidak memenuhi persyaratan formal surat gugatan ;


- Gugatan Penggugat kurang pihak ;

do
gu

- Gugatan Penggugat tidak jelas, posita bertentangan dengan petitum, dll ;


Belum diperiksa, belum dipertimbangkan, dan belum diputus oleh Majelis
Hakim karena sebagaimana pertimbangan hukumnya dalam penetapan
In
A

tersebut berpendapat bahwa eksepsi tersebut sudah mengenai eksepsi


lain-lain, yang akan diperiksa dan diputus bersama dengan pokok perkara ;
ah

lik

4. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung telah melanggar ketentuan


Hukum Acara Perdata yang berlaku, karena :
m

ub

a. Berdasarkan pasal 3 PERMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang "Acara


Gugatan Perwakilan Kelompok" ditetapkan bahwa : "Selain harus
ka

memenuhi persyaratan-persyaratan formal surat gugatan sebagaimana


ep

diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dst-nya". hal ini
ah

berarti bahwa Hukum Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, selain


R

ketentuan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam PERMA Nomor 1


es

Tahun 2002 juga Hukum Acara Perdata (H.I.R.) yang berlaku ;


M

ng

b. Berdasarkan Pasal 136 HIR ditentukan bahwa : "eksepsi selain absolut


on
gu

Hal. 70 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dan relatif harus dipertimbangkan dan diputus bersama-sama dengan

si
pokok perkara" ;
5. Pemohon Kasasi III/Pembanding III/Tergugat III dalam eksepsinya men-

ne
ng
dalilkan bahwa gugatan kurang pihak dengan alasan bahwa berdasarkan
fakta di lapangan terbukti sebagian besar material longsor justru berasal
dari lahan-lahan pertanian milik masyarakat di kaki Gunung Mandalawangi,

do
gu sehingga secara yuridis masyarakat pemilik lahan tersebut ikut
bertanggung jawab dan harus digugat.

In
A
Oleh karena ternyata masyarakat pemilik lahan-lahan pertanian yang
tanahnya mengalami longsor dan menimpa pemukiman Penggugat/
ah

lik
Terbanding tidak dijadikan Tergugat, maka gugatan menjadi kurang pihak
sehingga seharusnya gugatan dinyatakan tidak diterima.
6. Pada kenyataan pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama dalam
am

ub
putusannya halaman 87, menyatakan :
"Menimbang, bahwa jawaban para Tergugat yang berhubungan dengan
ep
persoalan prosedur serta kelengkapan para pihak sebagaimana dituangkan
k

dalam bagian eksepsi, oleh karena Pengadilan telah menerima perkara a


ah

quo sebagai perkara "gugatan perwakilan/class action" maka setelah


R

si
penetapan kelayakan dikeluarkan oleh Pengadilan, mengenai persoalan
formal sudah tidak relevan dipertimbangkan lagi, karena hal-hal teknis

ne
ng

mengenai pelaksanaan gugatan class action dapat diperintahkan oleh dan


karenanya sepenuhnya merupakan diskresi yang ada pada Hakim ;

do
gu

7. Dengan demikian, berarti bahwa Majelis Hakim tingkat pertama yang


memeriksa dan memutus perkara a quo dengan sengaja tidak
melaksanakan ketentuan Pasal 3 Perma No. 1 Tahun 2002 jo Pasal 136
In
A

HIR.
Atas hal-hal tersebut di atas, maka pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat
ah

lik

pertama dalam eksepsi kontradiktif dengan penjelasan yang disampaikan pada


waktu pembacaan penetapan sahnya gugatan class action dan melanggar
m

ub

pasal 3 Perma Nomor 1 Tahun 2002 Jo. Pasal 136 H.I.R. Oleh karena itu
mohon dengan hormat kepada Majelis Hakim Agung untuk berkenan
ka

memeriksa dan mempertimbangkan dan memberi putusan terhadap eksepsi-


ep

eksepsi Pemohon Kasasi Ill/Pembanding III/Tergugat III.


ah

DALAM POKOK PERKARA :


R

A. DALAM KONPENSI :
es

1. Pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama dalam putusannya hal 93


M

ng

s/d 95 yang intinya mengenai fakta-fakta hukum yang karenanya tidak


on
gu

Hal. 71 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
memerlukan penilaian dan pembuktian, Pemohon Kasasi III/Pembanding

si
III/Tergugat III tanggapi sebagai berikut :
Pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama dalam putusannya

ne
ng
halaman 94 point 3) yang menyatakan "….banjir dan longsor di sekitar
Gunung Mandalawangi tersebut disebabkan antara lain :
- Kerusakan/pencemaran lingkungan.

do
gu - pemanfaatan tanah tidak sesuai dengan fungsi dan peruntukannya
sebagai kawasan hutan lindung.

In
A
- Adanya kebakaran hutan di kawasan tersebut pada tahun 1997.
- Terjadi perambahan di hutan tersebut.
ah

lik
- ….....dst.
Adalah tidak benar dan jelas-jelas tidak berdasar sama sekali karena :
a. Kerusakan/pencemaran lingkungan yang oleh Majelis Hakim tingkat
am

ub
pertama disimpulkan sebagai penyebab terjadinya bencana alam
banjir bandang dan tanah longsor adalah tidak benar karena tanpa
ep
didasari fakta dan data yang benar dengan alasan :
k

1). Tidak ada pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan fungsi dan
ah

peruntukannya di kawasan hutan lindung, karena data dan fakta di


R

si
lapangan membuktikan bahwa pada kawasan hutan Gunung
Mandalawangi sejak pengelolaannya diberikan kepada Pemohon

ne
ng

Kasasi I/Pembanding I/Tergugat I pada tahun 1978 hingga


sekarang sama sekali belum pernah dilakukan penebangan namun

do
gu

justru sejak tahun 1980 s/d 1999 telah melakukan reboisasi pada
lahan kosong seluas 208,93 ha dengan tanaman hutan.
Disamping hal tersebut, pemanfaatan tanah yang tidak sesuai
In
A

dengan fungsi dan peruntukannya sebagai kawasan hutan lindung


di persidangan sama sekali belum pernah terbukti.
ah

lik

2). Kebakaran hutan dan perambahan di Gunung Mandalawangi perlu


Pemohon Kasasi III/Pembanding III/Tergugat III jelaskan bahwa
m

ub

kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997 adalah merupakan


peristiwa force major yang terjadi bukan karena kesalahan
ka

Pemohon Kasasi I/ Pembanding I/Tergugat I tetapi berasal dari


ep

kebun bambu yang menjalar ke kebun kopi dan karena angin


ah

terlalu kencang menjalar ke kawasan hutan lindung (sesuai BA


R

Laporan Kebakaran No. 23/KDR/897 tanggal 1 Nopember 1997)


es

dan terhadap lokasi bekas kebakaran dan perambahan telah


M

ng

dilakukan rehabilitasi lahan yang antara lain telah dilakukan


on
gu

Hal. 72 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
reboisasi dengan melibatkan masyarakat setempat.

si
b. Menurut keterangan ahli (Dr. Chay Asdak) yang juga merupakan
salah satu nara sumber dari tim 11 (sebuah tim yang telah

ne
ng
mengadakan penelitian atas musibah tanah longsor di Garut)
menyatakan bahwa musibah banjir dan tanah longsor di Gunung
Mandalawangi diakibatkan bukan karena adanya kerusakan

do
gu lingkungan, melainkan oleh peristiwa alam siklus 50 tahunan (hal
tersebut diketahui juga oleh masyarakat yang bersangkutan) yang

In
A
pada waktu kejadian terjadi intensitas curah hujan sangat tinggi
yaitu 121 mm/hari atau 14 kali rata-rata normal dimana ada atau
ah

lik
tidak ada hutan tidaklah signifikan menahan banjir dan tanah
longsor.
c. Berdasarkan keterangan ahli DR. Ir. Surono dari Direktorat Mitigasi
am

ub
Bencana Geologi (satu-satunya instansi yang berhak dan
berwenang menurut undang-undang untuk menyatakan bahwa
ep
apabila terjadi suatu peristiwa alam itu murni bencana alam atau
k

bukan), menyatakan bahwa peristiwa banjir dan tanah longsor di


ah

kaki Gunung Mandalawangi adalah murni bencana alam dan


R

si
merupakan bencana alam geologis yang diakibatkan oleh curah
hujan yang ekstrim 121 mm/hari secara terus menerus dan telah

ne
ng

mengakibatkan terjadinya pergeseran tanah, sehingga ada atau


tidak ada hutan bencana tetap akan terjadi, dan kejadian serupa

do
gu

juga terjadi di Gunung Salak yang kejadiannya justru terletak di


lokasi hutan yang sangat rapat dan tertutup.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka telah terjadi kekeliruan
In
A

penafsiran oleh Majelis Hakim tingkat pertama dalam pertimbangan


hukumnya sebab fakta telah membuktikan bahwa sebelurn kejadian
ah

lik

banjir dan tanah longsor tidak ada perusakan/pencernaran lingkungan


di kawasan hutan Gunung Mandalawangi dan peristiwa bencana banjir
m

ub

dan tanah longsor tersebut adalah murni bencana alam geologis yang
terjadi di luar batas kemampuan manusia.
ka

2. Pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama dalam putusannya


ep

pada halaman 94 point 5) yang menyatakan bahwa "…..fakta Gunung


ah

Mandalawangi statusnya ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung


R

dst". adalah tidak benar dan tidak berdasar hukum, karena hanya
es

disimpulkan dari keterangan ahli yang diajukan oleh Terbanding/


M

ng

Penggugat dari hasil pandangan mata dengan mengabaikan bukti


on
gu

Hal. 73 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
autentik yang diajukan oleh Pemohon Kasasi IlI/Pembanding III/

si
Tergugat III berupa SK Menteri Kehutanan No. 419/Kpts-lI/1999 tentang
penunjukan Fungsi Kawasan Hutan di Propinsi Jawa Barat yang

ne
ng
termasuk di dalamnya menunjuk kawasan Hutan Gunung Mandalawangi
menjadi Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas yang didasarkan
pada hasil padu serasi antara Tata Guna Hutan Propinsi Jawa Barat

do
gu dengan RTRWP.
Fakta yang tidak perlu dibuktikan adalah bahwa kawasan hutan di

In
A
Gunung Mandalawangi seluas : 406, 63 ha memiliki topografi dengan
kelerengan di atas 40% seluas : 217,55 ha dan kelerengan kurang dari
ah

lik
40 % seluas ± 189.08 ha atau ada yang curam dan ada yang datar.
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 419/Kpts-lI/1999, kawasan
hutan yang memiliki kelerengan 40 % keatas telah ditunjuk fungsinya
am

ub
sebagai Hutan Lindung termasuk di lokasi kejadian longsor sedangkan
pada areal yang kondisinya datar dan memiliki kelerengan kurang dari
ep
40 % telah ditunjuk menjadi kawasan Hutan Produksi Terbatas sesuai
k

dengan kriteria yang ditentukan dalam Pasal 33 ayat (2) PP No. 47


ah

Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.


R

si
Dengan demikian pertimbangan Majelis Hakim yang menyatakan bahwa
Gunung Mandalawangi secara keseluruhan statusnya ditetapkan

ne
ng

sebagai hutan lindung adalah tidak benar.


3. Pertimbangan hukum Majelis hakim tingkat pertama dalam putusannya

do
gu

halaman 94 point 6) yang menyatakan bahwa "SK Menhut No. 419/Kpts-


II/1999 memuat ketentuan perubahan fungsi hutan dari hutan lindung
menjadi hutan produksi terbatas dst" adalah tidak berdasar hukum sama
In
A

sekali dan tidak benar, fakta hukum yang benar dan tidak perlu
dibuktikan lagi adalah bahwa :
ah

lik

a. Kawasan hutan Gunung Mandalawangi sebelum ditunjuk fungsinya


menjadi Hutan Lindung dan Hutan Produksi terbatas dengan SK No.
m

ub

419/Kpts-ll/1999 adalah dinyatakan sebagai kawasan hutan tanpa


pernah ditunjuk fungsinya berdasarkan Goevernement Besluit
ka

tanggal 5 Pebruari 1916.


ep

b. Kawasan hutan di Gunung Mandalawangi seluas ± 406, 63 ha


ah

memiliki topografi dengan kelerengan di atas 40 % seluas ± 217, 55


R

ha dan kelerengan kurang dari 40 % seluas ± 189.08 ha atau ada


es

yang curam dan ada yang datar.


M

ng

c. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 419/Kpts-ll/1999, kawasan


on
gu

Hal. 74 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hutan yang memiliki kelerengan 40 % keatas telah ditunjuk fungsinya

si
sebagai Hutan Lindung termasuk di lokasi kejadian longsor
sedangkan pada areal yang kondisinya datar dan memiliki

ne
ng
kelerengan kurang dari 40% telah ditunjuk menjadi kawasan Hutan
Produksi Terbatas sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam
Pasal 33 ayat (2) PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata

do
gu Ruang Wilayah Nasional.
d. Dikatakan merubah fungsi kawasan hutan, apabila terhadap kawasan

In
A
hutan tersebut telah ditunjuk fungsinya oleh Menteri dengan fungsi
tertentu kemudian dirubah/ditunjuk menjadi fungsi kawasan hutan
ah

lik
yang lain dari fungsi sebelumnya, sedangkan di kawasan hutan
Gunung Mandalawangi sebelum diterbitkan SK. No. 419/Kpts-II/1999
belum pernah ditunjuk fungsinya oleh Menteri.
am

ub
e. Pada kawasan hutan Gunung Mandalawangi belum pernah dilakukan
penebangan tetapi justru telah dilakukan reboisasi oleh Pemohon
ep
Kasasi I/Pembanding I/Tergugat I dengan tanaman hutan (pohon
k

pinus) pada Tahun 1980 s/d 1999.


ah

Berdasarkan hal-hal tersebut huruf a s/d e di atas, maka secara de yure


R

si
maupun de facto di kawasan hutan Gunung Mandalawangi sama sekali
tidak pernah ada perubahan fungsi hutan dari Hutan Lindung menjadi

ne
ng

Hutan Produksi Terbatas maupun perubahan dari hutan primer menjadi


hutan sekunder.

do
gu

4. Pertimbangan hukum Majelis hakim tingkat pertama dalam putusannya


pada halaman 94 point 7) yang menyatakan bahwa "kondisi gunung
Mandalawangi saat ini antara lain sebagai berikut :
In
A

Terdapat kerusakan ekosistim lingkungan dst ".


Terhadap pertimbangan hukum Majelis Hakim tersebut Pemohon Kasasi
ah

lik

III/Pembanding III/Tergugat III tanggapi sebagai berikut :


a. Fakta bahwa secara keseluruhan material longsor yang berasal dari
m

ub

kawasan hutan Gunung Mandalawangi jumlahnya sangat kecil sekali


dan tidak melebihi luasan satu hektar bila dibandingkan dengan
ka

kawasan hutan Gunung Mandalawangi yang luasnya ± 406, 63 Ha


ep

jelas titik longsor tersebut prosentasenya tidak lebih dari 0,25 % dari
ah

luas secara keseluruhan kawasan hutan Gunung Mandalawangi.


R

Quot non terdapat kerusakan ekosistem lingkungan di kawasan


es

sekitar Gunung Mandalawangi, kerusakan tersebut disebabkan oleh


M

ng

faktor alam yang terjadi di luar batas kemampuan manusia.


on
gu

Hal. 75 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b. Mengenai adanya kerusakan ekosistem lingkungan tersebut sampai

si
saat ini belum pernah ada hasil penelitian yang dapat membuktikan
bahwa di sekitar kawasan Gunung Mandalawangi telah terjadi

ne
ng
kerusakan ekosistem lingkungan.
c. Mengenai tumpangsari yang dikelola masyarakat setempat terletak di
kawasan Hutan Produksi Terbatas, jauh dari lokasi asal longsor, dan

do
gu tumpangsari tersebut merupakan upaya mengembalikan fungsi
hutan dengan menanam tanaman pokok kehutanan bersama

In
A
tanaman pertanian masyarakat dan menerapkan upaya teknis
konservasi antara lain :
ah

lik
- Jarak tanam 3 X 2 M.
- Larikan tanaman di daerah gelombang harus mengikuti arah kontur.
- Diantara larikan tanaman pokok, ditanami tanaman sela yang tidak
am

ub
terputus, yang berfungsi sebagai teras vegetatif sehingga dapat
menahan erosi dan menyuburkan tanah.
ep
- Pembuatan selokan-selokan pembuangan air (selokan cacingan)
k

untuk mengalirkan air apabila hujan dan selokan cacingan ini


ah

permuara pada saluran induk.


R

si
5. Pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama dalam putusannya
hal 95 point 8) yang menyatakan bahwa "Tergugat I telah mengetahui

ne
ng

sejak 6 bulan silam (Juli - Agustus 2002) terdapat 8 titik rawan longsor
….(P5, P6 dan P7 )" adalah tidak benar karena :

do
gu

a. 8 titik longsor tersebut diketahui pada waktu dilakukan penelitian


lapangan setelah terjadinya longsor.
b. Bukti yang diajukan oleh Penggugat (P5, P6 dan P7) bukan
In
A

merupakan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya,


sehingga tidak mempunyai kekuatan pembuktian dan harus
ah

lik

dikesampingkan.
c. Bukti Penggugat tersebut telah dibantah oleh Ir. Supena Bratami-
m

ub

hardja, MM. Administratur Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan


Garut melalui surat pernyataan tanggal 27 Oktober 2003 ( Bukti T.
ka

111-3, asli ada pada Pemohon Kasasi I/Pembanding I/Tergugat I)


ep

yang menyatakan bahwa :


ah

"Tidak pernah memberikan keterangan secara lisan maupun tertulis


R

kepada siapapun tentang Perhutani menyewakan lahan di kawasan


es

gunung Mandalawangi dan Perhutani telah mengetahui bahwa di


M

ng

kawasan Gunung Mandalawangi terdapat 8 titik rawan longsor


on
gu

Hal. 76 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 76
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebelum terjadi bencana banjir dan longsor".

si
6. Pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama dalam putusannya
hal. 95 point 9) yang menyatakan : bencana alam dapat terjadi

ne
ng
disebabkan oleh perbuatan manusia dan bukan kehendak manusia/
perkiraan manusia atau Force Majeur" Pemohon Kasasi III/Pembanding
III/dahulu Tergugat III tanggapi sebagai berikut :

do
gu Banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi pada hari selasa, tanggal
28 Januari 2003 di kawasan Gunung Mandalawangi yang menimpa

In
A
Desa Karangmulya dan Desa Mandalasari, Kecamatan Kedungora,
Kabupaten Garut, adalah merupakan bencana alam yang disebabkan
ah

lik
oleh alam/bukan kehendak manusia atau Force Majeur, sesuai denga
fakta yang ada bahwa :
a. Curah hujan sangat berlebihan yaitu mencapai 121 mm (14 kali di
am

ub
atas rata-rata hujan normal yang berkisar antara 2-21 mm) yang
tercurah secara terus menerus selama 7 jam pada tanggal 28
ep
Januari 2003.
k

b. Kondisi alam setempat, yaitu :


ah

- dengan jenis tanah berupa asosiasi (campuran) Abdosol dan


R

si
Regosol atau lempung coklat (tanah liat) berpasir ;
- dengan kemiringan (lereng) bukit/gunung antara 20 % - 50 %

ne
ng

(agak curam s/d sangat curam).


c. Dengan kondisi alam dan curah hujan tersebut maka tanah tidak

do
gu

mampu menampung debit air (curah) hujan sebanyak 121 mm


selama ± 7 jam terus menerus. Dalam keadaan tanah jenuh air
(saturated) berada pada kemiringan (lereng) antara 20 % - 50 %
In
A

(agak curam s/d sangat curam), akibatnya dengan berat sendiri


saturatel soil (tanah lempung jenuh air menjadi lumpur) tanpa
ah

lik

pengaruh apapun (gravitasi bumi) akan meluncur (jatuh) dalam


bentuk longsor.
m

ub

7. Pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama (hal 95 point 10) yang


menyatakan :
ka

"dapat disimpulkan sesuai kondisi kemiringan lereng yang curam antara


ep

100%-150 % (Vide bukti P2), maka Gunung Mandalawangi seharusnya


ah

tetap berstatus hutan lindung", adalah tidak benar, yang benar adalah :
R

a. Kawasan hutan Gunung Mandalawangi sebelum ditunjuk fungsinya


es

menjadi Hutan Lindung dan Hutan Produksi terbatas dengan SK No.


M

ng

419/Kpts-II/1999, hanya dinyatakan sebagai kawasan hutan tanpa


on
gu

Hal. 77 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 77
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
pernah ditunjuk fungsinya berdasarkan Goevernement Besluit

si
tanggal 5 Pebruari 1916.
b. Kawasan hutan di Gunung Mandalawangi seluas ± 406, 63 ha

ne
ng
memiliki topografi dengan kelerengan di atas 40 % seluas ± 217, 55
ha dan kelerengan kurang dari 40 % seluas ± 189.08 ha atau ada
yang curam dan ada yang datar.

do
gu c. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 419/Kpts-II/1999, kawasan
hutan yang memiliki kelerengan 40 % ke atas telah ditunjuk

In
A
fungsinya sebagai hutan lindung termasuk di lokasi kejadian longsor
sedangkan pada areal yang kondisinya datar dan memiliki
ah

lik
kelerengan kurang dari 40 % telah ditunjuk menjadi kawasan hutan
Produksi terbatas sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam
Pasal 33 ayat (2) PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
am

ub
Ruang Wilayah Nasional.
d. Dikatakan merubah fungsi kawasan hutan, apabila terhadap kawasan
ep
hutan tersebut telah ditunjuk fungsinya oleh Menteri dengan fungsi
k

tertentu kemudian dirubah/ditunjuk menjadi fungsi kawasan hutan


ah

yang lain dari fungsi sebelumnya, sedangkan di kawasan hutan


R

si
Gunung Mandalawangi sebelum diterbitkan SK. No. 419/Kpts-II/1999
belum pernah ditunjuk fungsinya oleh Menteri.

ne
ng

8. Pertimbangan Majelis hakim tingkat pertama hal 101, yang menyatakan :


"dalam keadaan kurangnya ilmu pengetahuan termasuk adanya

do
gu

pertentangan pendapat yang saling mengecualikan sementara keadaan


lingkungan sudah sangat rusak, maka Pengadilan dalam kasus ini harus
memilih dan berpedoman kepada prinsip hukum lingkungan yang
In
A

dikenal dengan pencegahan dini "Precautionary Principle", prinsip ke 15


yang terkandung dalam asas Pembangunan Berkelanjutan pada
ah

lik

Konperensi Rio tanggal 12 Juni 1992 (United Nation Conference an


Evironment and Development) walaupun prinsip ini belum masuk
m

ub

kedalam perundang-undangan Indonesia, tetapi karena Indonesia


sebagai anggota dalam konperensi tersebut maka semangat dari prinsip
ka

ini dapat dipedomani dan diperkuat dalam mengisi kekosongan hukum


ep

dalam praktek adalah tidak mempunyai dasar hukum karena :


ah

a. Precautionary Principle tersebut belum merupakan hukum positif


R

yang berlaku di Indonesia, sehingga secara yuridis tidak dapat


es

diberlakukan terhadap kasus yang terjadi di Indonesia.


M

ng

b. Mengenai alasan untuk mengisi terjadinya kekosongan hukum dalam


on
gu

Hal. 78 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 78
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
praktek, secara yuridis jelas sangat tidak beralasan, karena di

si
Indonesia sudah ada hukum positif yang mengatur mengenai
masalah lingkungan hidup dan kehutanan yaitu :

ne
ng
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup ;
- Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan ;

do
gu c. Ketiga syarat "prinsip pencegahan dini" sudah diatur dan ditetapkan
sebagai Undang-Undang, yaitu dalam :

In
A
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, sebagaimana dikutip oleh Majelis Hakim
ah

lik
dalam putusan tersebut, yaitu Pasal : 3, 6, 14, 15, 34, pasal 35,
dan juga :
- Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
am

ub
sebagaimana dikutip oleh Majelis Hakim dalam putusan tersebut,
yaitu Pasal : 43, 45, 48, 60, dan pasal 68 ;
ep
d. Mengenai "pertentangan pendapat" antara para Penggugat dengan
k

para Tergugat sebagaimana dimaksud oleh Majelis Hakim tingkat


ah

pertama dalam pertimbangan hukumnya halaman 102, menyatakan :


R

si
"Menimbang, bahwa bagaimana bentuk/tanggung jawab terhadap
lingkungan serta siapa yang harus diberikan tanggung jawab, maka

ne
ng

dengan penerapan ini pembuktian unsur kesalahan (liability base on


fault) seperti dalil gugatan Penggugat agar supaya para Tergugat

do
gu

dinyatakan telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum menjadi tidak


relevan karena dengan diterapkannya prinsip "precautionary principle
"pertanggung jawaban menjadi ketat/mutlak "Strict Liability", yang
In
A

paling penting disini adalah penentuan siapa yang harus bertanggung


jawab atas adanya dampak longsornya beberapa sudut di belahan
ah

lik

Gunung Mandalawangi, dan karena secara "notoir feit" telah


menimbulkan kerugian, maka bagaimana pemulihan atas adanya
m

ub

kerugian tersebut ;
adalah tidak berdasar hukum sama sekali karena :
ka

1. Pertentangan pendapat antara Penggugat dengan para Tergugat


ep

adalah pertentangan yang menyangkut :


ah

- Menurut Penggugat bahwa para Tergugat telah melakukan


R

perbuatan melawan hukum, sebaliknya para Tergugat


es

membantah tidak terjadi perbuatan melawan hukum ;


M

ng

- Menurut para Penggugat bahwa Bencana Longsor yang terjadi


on
gu

Hal. 79 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 79
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
adalah karena kesalahan pengelolaan (manejemen) para

si
Tergugat, sebaliknya para Tergugat membantah bahwa
Peristiwa yang terjadi adalah "BENCANA ALAM", yaitu : Banjir

ne
ng
Bandang yang diikuti longsoran merupakan Bencana Alam
Murni.
Adalah merupakan materi pokok yang digunakan sebagai dasar

do
gu oleh Penggugat untuk mengajukan gugatan class action dan
menuntut ganti rugi dan mengenai pertanggung jawaban tersebut

In
A
telah diatur secara jelas dalam Pasal 35 ayat (1) dan (2) UU No. 23
Tahun 1997, sehingga hal tersebut merupakan materi pokok
ah

lik
perkara dan persoalan hukum yang wajib diperiksa,
dipertimbangkan, dan diputus oleh Pengadilan.
2). Disamping hal tersebut, Majelis Hakim tersebut juga salah
am

ub
menafsirkan pendapat Saksi Ahli Mas Achmad Santosa, LLM,
yang di bawah sumpah di muka persidangan menjelaskan, bahwa :
ep
- Saksi termasuk salah seorang anggota Team Perumus Undang-
k

Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


ah

Lingkungan Hidup ;
R

si
- Tanggung jawab mutlak (strict liability) diatur dalam Pasal 35,
adalah tentang penggunaan bahan berbahaya atau beracun ;

ne
ng

- Tanggung jawab mutlak (strict liability) hanya berlaku terhadap


penggunaan bahan berbahaya dan beracun atau

do
gu

menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun ;


- Pembuktian yang diperlukan adalah mengenai adanya
Penggunaan bahan berbahaya dan beracun atau
In
A

menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun" (namun


sangat disayangkan bahwa keterangan Saksi Ahli Mas
ah

lik

Achmad Santosa, LLM yang dikemukakan secara di bawah


sumpah di muka persidangan tersebut ternyata tidak dicacat,
m

ub

tidak dikutip dan tidak tercantum sebagai keterangan Saksi


Ahli dalam putusan perkara ini).
ka

Dengan demikian persoalan hukum yang wajib diperiksa


ep

dipertimbangkan dan diputus oleh Pengadilan agar ada kepastian


ah

hukum adalah :
R

- Apakah ada penggunaan bahan berbahaya dan beracun atau


es

menghasilkan limbah berbahaya dan beracun, atau tidak ;


M

ng

- Apakah para Tergugat terblikti dan dinyatakan telah melakukan


on
gu

Hal. 80 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 80
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perbuatan melawan hukum atau tidak, dan ;

si
- Apakah para Tergugat karenanya bertanggung jawab, dan
terkena sanksi dihukum untuk membayar ganti rugi atau tidak,

ne
ng
dan ;
- Apakah peristiwa yang terjadi adalah Bencana Alam Murni atau
bukan.

do
gu 3). Fundamentum petendi gugatan para Penggugat dalam perkara ini
adalah tentang "perbuatan melawan hukum"? dengan menuntut

In
A
agar pengadilan menghukum para Tergugat untuk membayar ganti
rugi, sedangkan pertimbangan Majelis Hakim menyatakan :
ah

lik
".........pembuktian unsur kesalahan (liability base on fault) seperti
dalil gugatan Penggugat agar supaya para Tergugat dinyatakan
telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum menjadi tidak
am

ub
relevan….....";
Pertimbangan Majelis Hakim tersebut bertentangan dengan hukum,
ep
karena dasar hukum gugatan perdata khususnya tentang tuntutan
k

"ganti rugi" adalah hanya atas dasar "fundamentum petendi"


ah

apabila terbukti telah terjadi :


R

si
- Wanprestasi (ingkar janji) atau ;
- Perbuatan melawan hukum ;

ne
ng

Atau dengan kata lain secara yuridis Pengadilan tidak dapat


menjatuhkan putusan "sanksi hukuman tanpa SUATU kesalahan".

do
gu

9. Mengenai pertimbangan Majelis Hakim tingkat pertama pada halaman


103, yang menyatakan : "Menimbang, bahwa sebelumnya telah
disimpulkan bahwa pengelolaan lingkungan merupakan tanggung jawab
In
A

bersama/semua pihak baik Pemerintah, masyarakat dan penanggung


jawab usaha serta pemangku kepentingan lainnya, akan tetapi tanggung
ah

lik

jawab tersebut tidaklah adil apabila kepada masyarakat (termasuk


masyarakat korban) yang pada umumnya secara sosial politik dan
m

ub

ekonomi lemah harus diberikan beban seimbang dengan Pemerintah


dan Penanggung jawab usaha"; adalah tidak dilandasi oleh dasar
ka

hukum yang dapat dipertanggung jawabkan, bersifat sangat subyektif


ep

dan sewenang-wenang dan sangat tidak mencerminkan kepastian


ah

hukum, karena :
R

Masyarakat di sekitar kawasan Gunung Mandalawangi baik yang


es

mempunyai lahan pertanian, termasuk masyarakat korban secara yuridis


M

ng

juga harus dibebani tanggung jawab apabila terjadi kerusakan


on
gu

Hal. 81 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 81
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
lingkungan sehingga sangat tidak adil apabila semua tanggung jawab

si
hanya dibebankan kepada para Tergugat.
10. Pertimbangan Majelis tingkat pertama dalam putusannya pada halaman

ne
ng
103 -104, yang menyatakan : "Menimbang, bahwa adalah sudah
menjadi fakta notoir dimana longsornya gunung Mandalawangi telah
menimbulkan kerugian……, kerugian mana ternyata sulit sekali dihitung

do
gu secara riil tentang jumlahnya... dst." adalah pertimbangan hukum yang
salah dan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

In
A
berlaku yaitu :
Pasal 3 huruf f. PERMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan
ah

lik
Perwakilan l Kelompok jo Pasal 163 Jo. Pasal 164 H.I.R, yang intinya
menyatakan : Tuntutan atau petitum tentang ganti rugi harus
dikemukakan secara jelas dan rinci, dan wajib/harus dapat dibuktikan
am

ub
secara sah di muka persidangan.
fakta yang terungkap di persidangan adalah :
ep
a. Tidak ada satupun alat bukti (sesuai ketentuan Pasal 163 Jo. 164
k

H.I.R) yang diajukan oleh para Penggugat di muka persidangan.


ah

b. Pada posita dan petitum surat gugatan disebutkan kerugian tanaman


R

si
padi sejumlah 70 Hektar. Tetapi keterangan 2 (dua) orang Saksi
Fakta yang diajukan Pembanding I, yaitu : ENOK NURUL MUBIA

ne
ng

dan H. AHMAD SOLIHIN, di bawah sumpah di muka persidangan


menerangkan bahwa di Lokasi Bencana "tidak ada sawah" seluas 70

do
gu

Hektar.
c. Pada posita dan petitum surat gugatan disebutkan kerugian tanaman
Kacang Merah sejumlah 35 Hektar. Tetapi keterangan 2 (dua) orang
In
A

Saksi Fakta yang diajukan Pemohon Kasasi I/Pembanding I/


Tergugat I yaitu : ENOK NURUL MUBIA dan H. AHMAD SOLIHIN, di
ah

lik

bawah sumpah di muka persidangan menerangkan bahwa di Lokasi


Bencana "tidak ada Tanaman Kacang Merah" seluas 35 Hektar.
m

ub

d. Pada posita dan petitum surat gugatan disebutkan kerugian han-


curnya Mesjid dan Madrasah. Tetapi keterangan Saksi Fakta yang
ka

diajukan Pemohon Kasasi I/Pembanding I/Tergugat I, yaitu : ENOK


ep

NURUL MUBIA selaku Pemilik (yang membangun) Mesjid dan


ah

Madrasah, di bawah sumpah dimuka persidangan menerangkan


R

bahwa Saksi selaku yang berhak (yang membangun) Mesjid dan


es

Madrasah tidak mengajukan tuntutan apapun karena menganggap


M

ng

sebagai Musibah yang sudah menjadi Kehendak Tuhan.


on
gu

Hal. 82 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 82
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dengan demikian karena ketentuan Hukum Pembuktian sesuai

si
Pasal 163 Jo. 164 H.I.R. tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya
dan para Penggugat tidak mengajukan satupun alat bukti tentang

ne
ng
jenis dan jumlah kerugian secara rinci dan jelas, maka demi hukum
dan sesuai ketentuan hukum bahwa Pengadilan tidak dapat
mengabulkan (wajib menolak) tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh

do
gu para Penggugat ;
Dengan kata lain Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung tidak

In
A
berhak, tidak berwenang dan dilarang oleh ketentuan hukum yang
berlaku untuk secara sewenang- wenang menetapkan jumlah "ganti
ah

lik
rugi" sebesar Rp. 10 milyar sebagaimana putusan perkara ini.
Dengan demikian, maka pertimbangan hukum Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Jawa Barat yang langsung mengambil alih
am

ub
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Bandung adalah tidak tepat
dan salah dalam menerapkan hukum.
ep
11. Mengenai Judex Facti Pengadilan Tinggi Jawa Barat dalam
k

putusannya hal 8 yang menolak upaya paksa untuk menyelesaikan


ah

dana ganti kerugian dan pelaksanaan lebih dahulu (Uitvoerbaar Bij


R

si
Voorraad) terhadap putusan Pengadilan Negeri Bandung karena
tidak sesuai dan tidak memenuhi ketentuan Pasal 606 a RV dan

ne
ng

Pasal 180 HIR adalah sudah tepat dan benar.


B. DALAM REKONPENSI :

do
gu

Pemohon Kasasi III/Pembanding III/dahulu Tergugat III telah


mengajukan gugatan rekonpensi namun oleh Majelis Hakim tidak
diperiksa dan dipertimbangkan sama sekali. Oleh karena itu mohon
In
A

kepada Majelis Hakim Agung yang memeriksa dan mengadili perkara


a quo untuk berkenan memeriksa gugatan rekonpensi dari Pemohon
ah

lik

Kasasi III/Pembanding III/dahulu Tergugat Ill.


Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
m

ub

berpendapat :
mengenai alasan Dalam Eksepsi :
ka

bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti
ep

tidak salah menerapkan hukum, Gugatan class action telah dipertimbangkan


ah

dengan tepat dan benar oleh Judex Facti ;


R

es
M

ng

on
gu

Hal. 83 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 83
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mengenai alasan Dalam Pokok Perkara :

si
Untuk Pemohon Kasasi I dan II : Perum. Perhutani dan Pemerintah Daerah
Tingkat I Jawa Barat :

ne
ng
A. bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti
tidak salah menerapkan hukum karena Pengadilan Tinggi dapat mengambil
alih pertimbangan Pengadilan Negeri bila putusan Pengadilan Negeri telah

do
gu tepat dan benar ;
B. bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti

In
A
tidak salah menerapkan hukum karena Judex Facti mengabulkan gugatan
Penggugat didasarkan pada tuntutan ex aquo et bono yang didasarkan
ah

lik
pada hasil pengamatan langsung dengan menyangkutkan rasa keadilan dan
kepatutan ;
C. bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, Judex Facti tidak salah
am

ub
menerapkan hukum, oleh karena berdasarkan fakta-fakta hukum Perum.
Perhutani adalah pengelola kawasan hutan di Jawa Barat termasuk gunung
ep
Mandalawangi dimana telah terjadi bencana tanah longsor yang
k

mengakibatkan korban jiwa dan harta benda penduduk. Dari hasil penelitian
ah

kejadian longsor tersebut adalah disebabkan antara lain kerusakan/


R

si
pencemaran lingkungan karena pemanfaatan tanah tidak sesuai fungsi dan
peruntukannya, sebagai kawasan hutan lindung. Fakta ini mempunyai

ne
ng

hubungan kausal dengan terjadinya tanah longsor yang mengakibatkan


korban jiwa dan harta benda. Fakta-fakta tersebut menimbulkan

do
gu

pertanggungjawaban (Strict Liability) bagi Tergugat, dan Tergugat tidak


dapat membuktikan sebaliknya ;
D. bahwa Hakim tidak salah menerapkan hukum apabila ia mengadopsi
In
A

ketentuan hukum Internasional. Penerapan precautionary principle didalam


hukum lingkungan hidup adalah untuk mengisi kekosongan hukum (Rechts
ah

lik

vinding), pendapat para Pemohon Kasasi yang berpendapat bahwa Pasal


1365 BW dapat diterapkan dalam kasus ini tidak dapat dibenarkan, karena
m

ub

penegakkan hukum lingkungan hidup dilakukan dengan standar hukum


Internasional. Bahwa suatu ketentuan hukum Internasional dapat dig
ka

unakan oleh hakim nasional, apabila telah dipandang sebagai “ius cogen” ;
ep

E. Judex Facti tidak salah menerapkan hukum pembuktian, justru Negara


ah

berkewajiban melindungi dan memelihara lingkungan dalam kehidupan


R

masyarakat. Negara i.c Pemohon Kasasi berkewajiban untuk memberi ganti


es

rugi kepada masyarakat termasuk rakyat yang mengalami kerugian akibat


M

ng

on
gu

Hal. 84 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 84
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
perbuatannya. Pemohon Kasasi tidak dapat bersandar pada kebijaksanaan,

si
karena akibat dari kebijakan hukum yang merugikan masyarakat, tidak
dapat ditolerir ;

ne
ng
Untuk Pemohon Kasasi III : Menteri Kehutanan Republik Indonesia :
Bahwa keberatan Pemohon Kasasi III tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh
karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum ;

do
gu Untuk Pemohon Kasasi IV : DEDI dan kawan-kawan :
Bahwa Judex Facti tidak salah menerapkan hukum, karena Pasal 180 HIR

In
A
hanya memberi kemungkinan untuk menjatuhkan uitvoerbaar bijvoorraad,
bukan wajib ;
ah

lik
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata
bahwa putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan
hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh
am

ub
para Pemohon Kasasi : DIREKSI PERUM PERHUTANI Cq. KEPALA UNIT
PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT dan kawan-kawan tersebut harus
ep
ditolak ;
k

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari para Pemohon


ah

Kasasi ditolak, maka para Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya
R

si
perkara dalam tingkat kasasi ini ;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004,

ne
ng

Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan


ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan peraturan

do
gu

perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

MENGADILI :
In
A

Menolak permohonan kasasi dari para Pemohon Kasasi : 1. DIREKSI


ah

lik

PERUM. PERHUTANI Cq. KEPALA UNIT PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA
BARAT, 2. PEMERINTAH DAERAH Tk. I PROPINSI JAWA BARAT Cq.
m

ub

GUBERNUR PROPINSI JAWA BARAT, 3. PEMERINTAH REPUBLIK


INDONESIA Cq. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Cq. MENTERl
ka

KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, 4. DEDI, 5. HAYATI, 6. ENTIN, 7.


ep

ODED SUTISNA, 8. UJANG OHOM, 9. DINDIN HOLIDIN, 10. ACENG ELIM


ah

dan 11. MAHMUD tersebut ;


R

Menghukum para Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara


es

dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;
M

ng

on
gu

Hal. 85 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 85
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah

si
Agung pada hari Senin, tanggal 22 Januari 2007 oleh Dr. H. Harifin A Tumpa,
SH.,MH., Ketua Muda yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai

ne
ng
Ketua Majelis, Atja Sondjaja, SH., dan I Made Tara, SH., Hakim-Hakim Agung
sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari
itu juga oleh Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota

do
gu tersebut dan dibantu oleh Nani Indrawati, SH.,M.Hum., Panitera Pengganti
dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

In
A
Hakim-Hakim Anggota : Ketua :
ah

lik
Ttd./Atja Sondjaja, SH ttd./
Ttd./I Made Tara, SH Dr. H. Harifin A Tumpa, SH.,MH.,
am

ub
Biaya-biaya : Panitera Pengganti :
1. M e t e r a i………..Rp. 6.000,- ttd./
ep
2. R e d a k s i………..Rp. 1.000,- Nani Indrawati, SH.,M.Hum
k

3. Administrasi kasasi Rp. 493.000,-


ah

Jumlah……..Rp. 500.000,-
R

si
==========
Untuk salinan

ne
ng

MAHKAMAH AGUNG RI
an. Panitera

do
gu

Panitera Muda Perdata, In


A

MUH. DAMING SUNUSI, SH.MH


NIP. 040.030.169.
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on
gu

Hal. 86 dari 86 hal. Put. No. 1794 K/Pdt/2004


d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 86

Anda mungkin juga menyukai