Anda di halaman 1dari 3

Demokrasi Pancasila

Pancasila adalah hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua
aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya.

Tujuh Sendi Pokok


Dalam sistem pemerintahan demokrasi pancasila terdapat tujuh sendi pokok yang menjadi
landasan, yaitu

Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum


apapun harus dilandasi oleh hukum. Persamaan kedudukan dalam hukum bagi semua warga
negara harus tercermin di dalamnya.

Indonesia menganut sistem konstitusional


Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh ketentuan konstitusi.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang


kekuasaan tertinggi negara
Sebelum amendemen, seperti telah disebutkan dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman
terdahulu, bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh MPR. Dengan demikian, MPR adalah lembaga negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia. Sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi MPR mempunyai tugas
pokok, yaitu
Menetapkan UUD;
Menetapkan GBHN; dan
Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden
Wewenang MPR, yaitu

 Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga


negara lain, seperti penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada
Presiden
 Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan
GBHN
 Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil
Presiden
 Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya
apabila presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara dan
UUD;
 Mengubah undang-undang.
Setelah amendemen, bunyi pasal 1 ayat 2 UUD 1945 menjadi, “Kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”

Presiden adalah penyelenggaraan pemerintahan tertinggi di bawah


MPR
Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi. Selain diangkat oleh
majelis, presiden juga harus tunduk dan bertanggung jawab kepada majelis. Presiden adalah
Mandataris MPR yang wajib menjalankan putusan-putusan MPR.
Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat
(kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama
dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-undang,
presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di bidang legislatif ialah hak
inisiatif, hak amendemen, dan hak budget.
Hak DPR di bidang pengawasan meliputi

 Hak tanya/bertanya kepada pemerintah


 Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah
 Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah
 Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal
 Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.
Menteri negara adalah pembantu presiden dan tidak bertanggung
jawab kepada DPR
Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara. Menteri
ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden. Berdasarkan hal tersebut,
berarti sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/presidensial.
Kedudukan Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai
tinggi biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam praktiknya berada di bawah
koordinasi presiden.

Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas


Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya
kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR
merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden[2].

Fungsi Demokrasi Pancasila


Adapun fungsi Demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut[3]:

 Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara, misalkan:

1. Ikut menyukseskan Pemilu


2. Ikut menyukseskan pembangunan
3. Ikut duduk dalam badan perwakilan/permusyawaratan.

 Menjamin tetap tegaknya negara RI


 Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem
konstitusional
 Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila
 Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga
negara
 Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab.

Demokrasi Deliberatif[sunting | sunting sumber]


Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 dan sila ke-4 Pancasila, dirumuskan bahwa
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”
Dengan demikian berarti demokrasi Pancasila merupakan demokrasi deliberatif.
Dalam demokrasi deliberatif terdapat tiga prinsip utama

1. prinsip deliberasi, artinya sebelum mengambil keputusan perlu melakukan pertimbangan


yang mendalam dengan semua pihak yang terkait.
2. prinsip reasonableness, artinya dalam melakukan pertimbangan bersama hendaknya
ada kesediaan untuk memahami pihak lain, dan argumentasi yang dilontarkan dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional.
3. prinsip kebebasan dan kesetaraan kedudukan, artinya semua pihak yang terkait memiliki
peluang yang sama dan memiliki kebebasan dalam menyampaikan pikiran,
pertimbangan, dan gagasannya secara terbuka serta kesediaan untuk mendengarkan.
Demokrasi yang deliberatif diperlukan untuk menyatukan berbagai kepentingan yang timbul
dalam masyarakat Indonesia yang heterogen[4]. Jadi setiap kebijakan publik hendaknya lahir dari
musyawarah bukan dipaksakan. Deliberasi dilakukan untuk mencapai resolusi atas terjadinya
konflik kepentingan Maka diperlukan suatu proses yang fair demi memperoleh dukungan
mayoritas atas sebuah kebijakan publik demi suatu ketertiban sosial dan stabilitas nasional

Demokrasi Pancasila dalam Beberapa Bidang


Bidang ekonomi
Demokrasi Pancasila menuntut rakyat menjadi subjek dalam pembangunan
ekonomi Pemerintah memberikan peluang bagi terwujudnya hak-hak ekonomi rakyat dengan
menjamin tegaknya prinsip keadilan sosial sehingga segala bentuk hegemoni kekayaan alam
atau sumber-sumber ekonomi harus ditolak agar semua rakyat memiliki kesempatan yang sama
dalam penggunaan kekayaan negara.] dalam implikasi pernah diwujudkan dalam Program
ekonomi banteng tahun 1950, Sumitro plan tahun 1951, Rencana lima tahun pertama tahun
1955 s.d. tahun 1960, Rencana delapan tahun dan terakhir dalam Repelita kesemuanya malah
menyuburkan korupsi dan merusaknya sarana produksi.[4] Hal ini ditujukan untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 dan sila ke-
5 Pancasila.] Maka secara konkret, rakyat berperan melalui wakil-wakil rakyat di parlemen dalam
menentukan kebijakan ekonomi.

Bidang kebudayaan nasional


Demokrasi Pancasila menjamin adanya fasilitasi dari pihak pemerintah agar keunikan dan
kemajemukan budaya Indonesia dapat tetap dipertahankan dan ditumbuhkembangkan sehingga
kekayaan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Terdapat
penolakan terhadap uniformitas budaya dan pemerintah menciptakan peluang bagi
berkembangnya budaya lokal sehingga identitas suatu komunitas mendapat pengakuan dan
penghargaan

Anda mungkin juga menyukai