Anda di halaman 1dari 18

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

OLEH KELOMPOK III

NI KADE APRILIAWATI 223221293

ALINA DARMAYANTY 223221301

I GUSTI MADE AGUS TENA 223221295

NI WAYAN SRININGSIH 223221307

NI LUH DIAH ANGGRENI 223221303

NI WAYAN SUMADEWI ESTY ADHININGSIH 223221311

KETUT ARNAMI 223221319

NI MADE DWI ANGGRENI 223221332

NI PUTU IKA LISYAWATI 223221335

I GEDE PALGUNA 223221361

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


SARJANA STIKES WIRAMEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karna atas rahmat beliau
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul”Kekerasan Terhadap Permpuan” tepat
pada wajtunya.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya profesi
perawat. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, sehingga
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.

Denpasar, 14 Oktober 2022

Penulis
BAB 1

A. Latar belakang
Kekerasan terhadap perempuan sampai saat ini masih menjadi isu yang sangat
penting, baik itu di dalam negeri ataupun di luar negeri. Kekerasan ini terjadi dalam
segala bidang kehidupan baik itu dalam lingkungan budaya maupun agama. Terjadinya
kekerasan terhadap perempuan pada akhirnya akan menghambat perempuan untuk
terlibat dalam kehidupan 4ocial, ekonomi dan pendidikan. Terdapat fakta di luar negeri
maupun di Indonesia, Menurut temuan Catatan Tahunan 2021 (CATAHU) Komnas
Perempuan, Jumlah kasus kekerasa terhadap perempuan pada tahun 2000 sebesar 299.911
kasus, terdiri dari kasus yang ditangani oleh pengadilan negeri Agama sejumlah 291.677
kasus. Lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 8.234 kasus. Unit Pelayanan
dan Rujukan (UPR) Komnas Permpuan sebanyak 2.389 kasus, dengan catatan 2.134 kasus
merupakan kasus berbasis gender dan 255 kasus diantaranya adalah kasus tidak berbasis
gender atau memberikan informasi.
Menurut data (KtP) dari Mitra Lembaga Layanan dari sejumlah 8.234 kasus yang
ditangani oleh lembaga layanan mitra Komnas Permpuan, jenis kekerasan terhadap
permpuan tercatat: Kasus yang paling menonjol adalah Ranah Personal atau disebut
KDRT (Kasus Dalam Rumah Tangga) sebanyak 6.480 kasus. Diantaranya terdapat
kekerasan terhadap istri menempati peringkat pertama kasus(50%), disusul kekerasan
dalam pacaran1.309 kasus(20%) menempati posisi ke dua, dan yang ke tiga adalah
kekerasan terhadap anak perempuan sebanyak 954 kasus (15%), sisanya adalah kekerasan
oleh mantan pacar, mantan suami. Kekerasan pada perempuan berikutnya dalah diranah
public atau komunitas sebesar 21% (1.731 kasus).
Kekerasan pada perempuan diranah dengan Pelaku Negara dengan kasus yang
dilaporkan sejumlah 23 kasus(0,1%) Permpuan yang diperlakukan dengan tindak
kekerasan maka realitas jasmani dan mental, psikologis daya aktualitasnya dirinya
terdegradasi, sehingga harga dirinya jatuh dan keadaan jiwa yang tertekan. Jenis
kekerasan terhadap permpuan meliputi kekerasan fisik, psikis, kekerasan seksual,
kekerasan ekonomi dan kekerasan social budaya. Jadi dalam konteks sosiologi kekerasan
terhadap perempuan terjadi pada proses interaksi, yang menghasilkan adanya ketidak
seimbangan posisi dalam status peran atau kedudukan. Berdasarkan latar belakang
bahwa kekerasan perempuan merupakan perlakuan maupun tindakan yang terjadi
terhadap kekerasan yang dilakukan pasangan maupun bukan pasangan serta resiko terjadi
baik fisik maupun psikologis terhadap perempuan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan pada permpuan?
2 . Apa yang menjadi sebab timbulnya kekerasan perempuan?
3. Apa Dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban?
4. Jeni-jenis apa saja pemeriksaan fisik pada korban?

C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui dan memahami kekerasan pada perempuan
b. Mengetahui yang menjadi sebab timbulnya kekerasan perempuan
c. Mengetahui dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban
d. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan fiik pada korban.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan


Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan
fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok
orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan
memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Secara filosofis, fenomena kekerasan merupakan sebuah gejala kemunduran hubungan
antarpribadi, di mana orang tidak lagi bisa duduk bersama untuk memecahkan masalah.
Hubungan yang ada hanya diwarnai dengan ketertutupan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan.
Dalam hubungan seperti ini, tidak ada dialog, apalagi kasih. Semangat mematikan lebih besar
daripada semangat menghidupkan, semangat mencelakakan lebih besar daripada semangat
melindungi. Memahami tindak-tindak kekerasan di Indonesia yang dilakukan orang satu sama
lain atau golongan satu sama lain dari perspektif ini, terlihat betapa masyarakat kita sekarang
semakin jauh dari menghargai dialog dan keterbukaan.
Permasalahan sosial biasa bisa meluas kepada penganiayaan dan pembunuhan. Toko,
rumah ibadah, kendaraan yang tidak ada sangkut pautnya dengan munculnya masalah, bisa
begitu saja menjadi sasaran amuk massa. Secara teologis, kekerasan di antara sesama manusia
merupakan akibat dari dosa dan pemberontakan manusia. Kita tinggal dalam suatu dunia yang
bukan saja tidak sempurna, tapi lebih menakutkan, dunia yang berbahaya. Orang bisa menjadi
berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari tipu muslihat, pemerasan, penyerangan, pemerkosaan,
penganiayaan, pengeroyokan, sampai pembunuhan. Menghadapi kenyataan ini, ada dua bentuk
perlawanan yang dilakukan sejauh ini dengan bernafaskan ajaran cinta damai.
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan yang dikenakan pada seseorang
sematamata karena dia perempuan yang berakibat atau dapat menyebabkan
kesengsaraan/penderitaan secara fisik, psikologis atau seksual. Termasuk juga ancaman
perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik
yang terjadi di muka umum maupun dalam kehidupan pribadi. (pasal 1, Deklarasi Internasional
Penghapusan Kekerasan terhadapPerempuan, 1993).
B. Penyebab timbulnya kekerasan pada
perempuan Aspek Budaya :
(1) Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang memisahkan
peran dan sifat gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan tidak setara.
(2) Sosialisasi pengertian tersebut melalui: keluarga, lembaga pendidikan, agama, dan
media massa, menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan:
(3) Laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri yang
khas dalam keluarga/perkawinan/berpacaran.
(4) Laki-laki lebih superior dari pada perempuan, dan mempunyai hak penuh
untuk memperlakukan perempuan seperti barang miliknyakeluarga adalah
wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di bawah kendali laki-laki
(5) Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik.

Aspek Ekonomi :
(1) Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
(2) Perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup
formal dan informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.
Aspek Hukum :
(1) Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-
undangan maupun dalam praktek penegakan hukum;
(2) Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya
kebutuhan perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku.
(3) Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum,
(4) Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada
perempuan dan anak perempuan korban kekerasan.
Aspek Politik :
(1) Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan
keputusan di bidang politik, hukum, kesehatan, maupun media. Kekerasan
terhadap perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan
yang berdampak serius bagi negara,
(2) Adanya resiko yang besar bila mempertanyakan aturan agama,
(3) Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik. Kekerasan fisik,
psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :
 lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;
 masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktek
praktek budaya yang merugikan perempuan/anak perempuan
 wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas
publik yang tidak peka gender yang memungkinkan untuk terjadinya
kekerasan, maupun tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat.

C. Dampak yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan


Dampak yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan meliputi:
a. Kesehatan fisik: memar, cedera, gangguan kesehatan yang kronis, gangguan
pencernaan, prilaku seksual yang tidak diinginkan, keguguran atau melahirkan bayi
dengan berat badan yang tidak normal, terinefsi penyakit menular seksual(HIV
AIDS) HIV dan infeksi menular seksual lainnya.
Selama satu dekade terakhir, ada telah berkembang bahwa kekerasan pasangan intim
merupakan kontributor penting dalam kerentanan perempuan terhadap HIV dan IMS
Mekanisme yang mendasari kerentanan wanita terhadap HIV atau IMS adalah
hubungan seksual secara paksa.
b. Kesehatan mental:
1. Depresi dan Bunuh Diri
Kekerasan pasangan intim dapat menyebabkan depresi dan usaha bunuh diri serta
peristiwa traumatis karena kekersan seksual sehingga perempuan akan menjadi
deprsi memungkinkan terjadi perilaku bunuh diri. Penelitian lain menunjukkan
bahwa wanita dengan masalah kesehatan mental akibat kekerasan seksual sering
akan mengakhiri hidupnya.
2. Prilaku obsesisf kompulif
Prilaku ini merupakan gangguan mental yang menyebabkan penderitanya harus
melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang
3. Disfungsi seksual
Gangguan yang menyebabkan adanya penurunan hasrat seksual atau adanya
hambatan dalam menikmati aktivitas seksual
4. Gangguan stress pasca trauma
c. Luka Non-Fatal
kekerasan pasangan intim dikaitkan dengan banyak konsekuensi kesehatan, tetapi
efek yang langsung cedera adalah fatal dan non-fatal.diperkirakan bahwa sekitar
setengah dari wanita di Amerika Serikat yang terluka secara fisik dengan pasangan
mereka, sebagian besar dari mereka masih terlihat bekas luka di bagian Kepala, leher
dan wajah akibat kekerasan pasangan mereka, diikuti oleh cedera otot dan cedera
genital. Pengukuran cedera akibat kekerasan pasangan intim tetap menantang karena
berbagai alas an.
d. Cedera Fatal (Kasus Pembunuhan Pasangan Intim)
Pembunuhan baik pria atau wanita lebih banyak disebabkan karena pasangan
intim mereka, dalam hal ini pasangan intim wanita yang paling banyak dibunuh.
Di Indonesia data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang
terkumpul
tersebut jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling menonjol sama seperti
tahun sebelumnya adalah KDRT/RP yang mencapai angka 11.207 kasus (69%). Pada
ranah KDRT/RP kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik 4.304 kasus
(38%), menempati peringkat pertama disusul kekerasan seksual 3.325 kasus (30%),
psikis 2.607 kasus (23%) dan ekonomi 971 kasus (9%).Kekerasan di ranah komunitas
mencapai angka 5.002 kasus (31%), di mana kekerasan seksual menempati peringkat
pertama sebanyak 3.174 kasus (63%), diikuti kekerasan fisik 1.117 kasus (22%)
dan kekerasan lain di bawah angka 10%; yaitu kekerasan psikis 176 kasus (4%),
kekerasan ekonomi 64 kasus (1%), buruh migran 93 kasus (2%); dan trafiking 378
kasus (8%)
e. Pada masyrakat dan Negara
Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut serta dalam
kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpengasilan dan menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat.
D. Pemeriksaan fisik
Sebelum pemeriksaan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan informed consent untuk menjelaskan korban tentang maksud, tujuan,
proses dan lama pemeriksaan serta mendapatkan persetujuan dari anak yang diduga
sebagai korban maupun orangtua.
2. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus didampingi oleh petugas
kesehatan lainnya. Jika korban yang diduga sebagai korban berjenis kelamin
perempuan, sebaiknya diperiksa oleh petugas kesehatan perempuan dan sebaliknya.
3. Melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan ramah dan sopan.
4. Menjalin hubungan yang akrab dan saling percaya antara petugas kesehatan dan
korban.
5. Semua hasil pemeriksaan pada kasus KtA merupakan catatan penting yang harus
disimpan dalam rekam medis dan bersifat rahasia.

Secara umum tujuan pemeriksaan korban kekerasan seksual adalah untuk:


1. melakukan identifikasi, termasuk memperkirakan usia korban;
2. menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan, dan waktu terjadinya, bila mungkin;
3. menentukan adanya tanda-tanda kekerasan, termasuk tanda intoksikasi narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA)
4. menentukan pantas/tidaknya korban untuk dikawin, termasuk tingkat perkembangan
seksual; dan
5. membantu identifikasi pelaku.

Langkah-langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut:


a. Anamnesis
Pada korban kekerasan seksual, anamnesis harus dilakukan dengan bahasa awam yang
mudah dimengerti oleh korban. Gunakan bahasa dan istilah-istilah yang sesuai tingkat
pendidikan dan sosio-ekonomi korban, sekalipun mungkin terdengar vulgar. Anamnesis
dapat dibagi menjadi anamnesis umum dan khusus. Hal-hal yang harus ditanyakan pada
anamnesis umum mencakup, antara lain:
1. Umur atau tanggal lahir,

2. Status pernikahan,

3. Riwayat paritas dan/atau abortus,

4. Riwayat haid (menarche, hari pertama haid terakhir, siklus haid),

5. Riwayat koitus (sudah pernah atau belum, riwayat koitus sebelum dan/atau
setelah kejadian kekerasan seksual, dengan siapa, penggunaan kondom atau alat
kontrasepsi lainnya),

6. Penggunaan obat-obatan (termasuk NAPZA),

7. Riwayat penyakit (sekarang dan dahulu), serta

8. Keluhan atau gejala yang dirasakan pada saat pemeriksaan.

b. Anamnesis khusus mencakup keterangan yang terkait kejadian kekerasan


seksual yang dilaporkan dan dapat menuntun pemeriksaan fisik, seperti:

1. What & How:

 jenis tindakan (pemerkosaan, persetubuhan, pencabulan, dan sebagainya),

 adanya kekerasan dan/atau ancaman kekerasan, serta jenisnya,

 adanya upaya perlawanan,

 apakah korban sadar atau tidak pada saat atau setelah kejadian,

 adanya pemberian minuman, makanan, atau obat oleh pelaku sebelum atau
setelah kejadian,

 adanya penetrasi dan sampai mana (parsial atau komplit),

 apakah ada nyeri di daerah kemaluan,

 apakah ada nyeri saat buang air kecil/besar,

 adanya perdarahan dari daerah kemaluan,


 adanya ejakulasi dan apakah terjadi di luar atau di dalam vagina,

 penggunaan kondom, dan

 tindakan yang dilakukan korban setelah kejadian, misalnya apakah korban


sudah buang air, tindakan membasuh/douching, mandi, ganti baju, dan
sebagainya.

2. When:
 tanggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam melapor, dan

 apakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau sudah berulang.
3. Where:
 tempat kejadian, dan jenis tempat kejadian (untuk mencari kemungkinan trace
evidence dari tempat kejadian yang melekat pada tubuh dan/atau pakaian
korban).
4. Who:
 apakah pelaku dikenal oleh korban atau tidak,

 jumlah pelaku,

 usia pelaku, dan

 hubungan antara pelaku dengan korban.

c. Pemeriksaan fisik umum


Saat melakukan pemeriksaan fisik, gunakan prinsip “head to toe”. Artinya,
pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis dari ujung kepala sampai ke ujung
kaki. Pelaksanaan pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan keadaan umum korban.
Apabila korban tidak sadar atau keadaan umumnya buruk, maka pemeriksaan untuk
pembuatan visum dapat ditunda dan dokter fokus untuk ”life saving” terlebih dahulu.
Selain itu, dalam melakukan pemeriksaan fisik, perhatikan kesesuaian dengan keterangan
korban yang didapat saat anamnesis. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibagi
menjadi pemeriksaan umum dan khusus. Pemeriksaan fisik umum mencakup:
1. tingkat kesadaran,
2. keadaan umum,

3. tanda vital,

4. penampilan (rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain),

5. afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan sebagainya),

6. pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang terlepas),

7. status generalis,

8. tinggi badan dan berat badan,

9. rambut (tercabut/rontok)

10. gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan ketiga),

11. kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada kuku yang tercabut atau
patah),

12. tanda-tanda perkembangan seksual sekunder,

13. tanda-tanda intoksikasi NAPZA, serta

14. status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain daerah kemaluan.
Prinsip pemeriksaan fisik Umum dapat digunakan diagram tubuh seperti pada gambar berikut :

Gambar1. Diagram Tubuh Manusia

a. Keadaan Umum
b. Lengan atas, lengan bawah dan tangan
c. Muka, telinga, bibir
d. Kepala
e. Leher
f. Payudara
g. Perut
h. Paha dan kaki
i. Pinggang dan pantat
d. Pemeriksaan fisik khusus
Bertujuan mencari bukti-bukti fisik yang terkait dengan tindakan kekerasan seksual
yang diakui korban dan mencakup pemeriksaan:
1. daerah pubis (kemaluan bagian luar), yaitu adanya perlukaan pada jaringan lunak atau
bercak cairan mani.

2. penyisiran rambut pubis (rambut kemaluan), yaitu apakah adanya rambut pubis yang
terlepas yang mungkin berasal dari pelaku, penggumpalan atau perlengketan rambut
pubis akibat cairan mani.

3. daerah vulva dan kulit sekitar vulva/paha bagian dalam (adanya perlukaan pada
jaringan lunak, bercak cairan mani).

4. labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada perlukaan pada
jaringan lunak atau bercak cairan mani.

5. vestibulum dan fourchette posterior (pertemuan bibir kemaluan bagian bawah),


apakah ada perlukaan.
6. hymen (selaput dara), catat bentuk, diameter ostium, elastisitas atau ketebalan, adanya
perlukaan seperti robekan, memar, lecet, atau hiperemi). Apabila ditemukan robekan
hymen, catat jumlah robekan, lokasi dan arah robekan (sesuai arah pada jarum jam,
dengan korban dalam posisi litotomi), apakah robekan mencapai dasar (insersio) atau
tidak, dan adanya perdarahan atau tanda penyembuhan pada tepi robekan.

7. vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lender.

8. serviks dan porsio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah melahirkan dan
adanya cairan atau lendir

9. uterus (rahim), periksa apakah ada tanda kehamilan.

10. anus (lubang dubur) dan daerah perianal, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis.

11. mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis,

12. daerah-daerah erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari bercak
mani atau air liur dari pelaku; serta
13. tanda-tanda kehamilan pada payudara dan perut.
14. Kesulitan utama yang umumnya dihadapi oleh dokter pemeriksa adalah pemeriksaan
selaput dara. Bentuk dan karakteristik selaput dara sangat bervariasi (Gambar 2). Pada
jenis-jenis selaput dara tertentu, adanya lipatan-lipatan dapat menyerupai robekan.
Karena itu, pemeriksaan selaput dara dilakukan dengan traksi lateral dari labia minora
secara perlahan, yang diikuti dengan penelusuran tepi selaput dara dengan lidi kapas
yang kecil untuk membedakan lipatan dengan robekan. Pada penelusuran tersebut,
umunya lipatan akan menghilang, sedangkan robekan tetap tampak dengan tepi yang
tajam.

Gambar 2. Beragam jenis selaput dara

Penetrasi penis ke dalam vagina dapat mengakibatkan robekan selaput dara atau bila
dilakukan dengan kasar dapat merusak selaput lendir daerah vulva dan vagina ataupun
laserasi, terutama daerah posterior fourchette. Robekan selaput dara akan bermakna jika
masih baru, masih menunjukan adanya tanda kemerahan disekitar robekan. Pada beberapa
korban ada yang memiliki selaput dara yang elastis sehingga tidak mudah robek.
Pembuktian persetubuhan akan menghadapi kendala jika : korban dengan selaput dara
yang sebelumnya telah robek lama, korban diperiksa sudah lama, korban yang memiliki
selaput dara elastis, penetrasi yang tidak lengkap.
Saat melakukan pemeriksaan fisik, dokumentasi yang baik sangat penting.Selain
melakukan pencatatan dalam rekam medis, perlu dilakukan pemotretan bukti-bukti fisik
yang ditemukan. Foto-foto dapat membantu dokter membuat visum et repertum. Dengan
pemotretan, korban juga tidak perlu diperiksa terlalu lama karena foto-foto tersebut dapat
membantu dokter mendeskripsi temuan secara detil setelah pemeriksaan selesai.

Menentukan ada tidaknya persetubuhan:


1. Tanda langsung

 Adanya robekan selaput dara

 Luka lecet atau memar di lliang senggama

 Ditemukan sperma

2. Tanda tidak langsung

 Kehamilan

 Penyakit hubungan seksual


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpuan
Berdasarkan pembahasan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan tindakan
kekerasan berbasis gender yang mengakibatkan bahaya seksual dan mental fisik atau
penderitaan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti , pemaksaan atau perampasan
sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. Yang
meliputi kekerasan pasangan intim, Kekerasan seksual, Pemerkosaan, kekerasan
pasangan intim, Kekerasan fisik, kekerasan seksual yang menimbulkan risiko pada
perempuan antara lain penyakit HIV dan penyakit kelamin lainya, BBLR, Abortus,
Penggunaan alkohol dan obat terlarang, stres sampai bunuh diri karena hal tersebut
perlu adanya pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan masyarakat,
sekolah dan pasangan masing-masing.

B. Saran
Menurut kami kekerasan terhadap perempuan di Indonesia harus di tindak lanjuti dan
harus kita perhatikan jangan di abaikan, dan pelaku kejahatan seksual harus di hukum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Daftar pustaka

WHO , Global and regional estimates of violence against women: prevalence and health effects
of intimate partner violence and non-partner sexual violence.2013, WHO Library Cataloguing
Diakses : http://www.komnasperempuan.go.id/wp content/uploads/2013/12/Kekerasan- Seksual-
Kenali-dan-Tangani.pdf
KOMNAS Perempuan,” Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan
Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas dan Negara” Catatan Tahunan
Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta, 5 Maret 2021
Ayurensaf.wordpress.com. Perempuan, kekerasan seksual kenali dan tangani komnas peremouan
2011.

Anda mungkin juga menyukai