Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karna atas rahmat beliau
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul”Kekerasan Terhadap Permpuan” tepat
pada wajtunya.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya profesi
perawat. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, sehingga
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
BAB 1
A. Latar belakang
Kekerasan terhadap perempuan sampai saat ini masih menjadi isu yang sangat
penting, baik itu di dalam negeri ataupun di luar negeri. Kekerasan ini terjadi dalam
segala bidang kehidupan baik itu dalam lingkungan budaya maupun agama. Terjadinya
kekerasan terhadap perempuan pada akhirnya akan menghambat perempuan untuk
terlibat dalam kehidupan 4ocial, ekonomi dan pendidikan. Terdapat fakta di luar negeri
maupun di Indonesia, Menurut temuan Catatan Tahunan 2021 (CATAHU) Komnas
Perempuan, Jumlah kasus kekerasa terhadap perempuan pada tahun 2000 sebesar 299.911
kasus, terdiri dari kasus yang ditangani oleh pengadilan negeri Agama sejumlah 291.677
kasus. Lembaga layanan mitra Komnas Perempuan sejumlah 8.234 kasus. Unit Pelayanan
dan Rujukan (UPR) Komnas Permpuan sebanyak 2.389 kasus, dengan catatan 2.134 kasus
merupakan kasus berbasis gender dan 255 kasus diantaranya adalah kasus tidak berbasis
gender atau memberikan informasi.
Menurut data (KtP) dari Mitra Lembaga Layanan dari sejumlah 8.234 kasus yang
ditangani oleh lembaga layanan mitra Komnas Permpuan, jenis kekerasan terhadap
permpuan tercatat: Kasus yang paling menonjol adalah Ranah Personal atau disebut
KDRT (Kasus Dalam Rumah Tangga) sebanyak 6.480 kasus. Diantaranya terdapat
kekerasan terhadap istri menempati peringkat pertama kasus(50%), disusul kekerasan
dalam pacaran1.309 kasus(20%) menempati posisi ke dua, dan yang ke tiga adalah
kekerasan terhadap anak perempuan sebanyak 954 kasus (15%), sisanya adalah kekerasan
oleh mantan pacar, mantan suami. Kekerasan pada perempuan berikutnya dalah diranah
public atau komunitas sebesar 21% (1.731 kasus).
Kekerasan pada perempuan diranah dengan Pelaku Negara dengan kasus yang
dilaporkan sejumlah 23 kasus(0,1%) Permpuan yang diperlakukan dengan tindak
kekerasan maka realitas jasmani dan mental, psikologis daya aktualitasnya dirinya
terdegradasi, sehingga harga dirinya jatuh dan keadaan jiwa yang tertekan. Jenis
kekerasan terhadap permpuan meliputi kekerasan fisik, psikis, kekerasan seksual,
kekerasan ekonomi dan kekerasan social budaya. Jadi dalam konteks sosiologi kekerasan
terhadap perempuan terjadi pada proses interaksi, yang menghasilkan adanya ketidak
seimbangan posisi dalam status peran atau kedudukan. Berdasarkan latar belakang
bahwa kekerasan perempuan merupakan perlakuan maupun tindakan yang terjadi
terhadap kekerasan yang dilakukan pasangan maupun bukan pasangan serta resiko terjadi
baik fisik maupun psikologis terhadap perempuan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan pada permpuan?
2 . Apa yang menjadi sebab timbulnya kekerasan perempuan?
3. Apa Dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban?
4. Jeni-jenis apa saja pemeriksaan fisik pada korban?
C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui dan memahami kekerasan pada perempuan
b. Mengetahui yang menjadi sebab timbulnya kekerasan perempuan
c. Mengetahui dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban
d. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan fiik pada korban.
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Ekonomi :
(1) Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
(2) Perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup
formal dan informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.
Aspek Hukum :
(1) Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-
undangan maupun dalam praktek penegakan hukum;
(2) Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya
kebutuhan perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku.
(3) Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum,
(4) Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada
perempuan dan anak perempuan korban kekerasan.
Aspek Politik :
(1) Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan
keputusan di bidang politik, hukum, kesehatan, maupun media. Kekerasan
terhadap perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan
yang berdampak serius bagi negara,
(2) Adanya resiko yang besar bila mempertanyakan aturan agama,
(3) Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik. Kekerasan fisik,
psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :
lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;
masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktek
praktek budaya yang merugikan perempuan/anak perempuan
wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas
publik yang tidak peka gender yang memungkinkan untuk terjadinya
kekerasan, maupun tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat.
2. Status pernikahan,
5. Riwayat koitus (sudah pernah atau belum, riwayat koitus sebelum dan/atau
setelah kejadian kekerasan seksual, dengan siapa, penggunaan kondom atau alat
kontrasepsi lainnya),
apakah korban sadar atau tidak pada saat atau setelah kejadian,
adanya pemberian minuman, makanan, atau obat oleh pelaku sebelum atau
setelah kejadian,
2. When:
tanggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam melapor, dan
apakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau sudah berulang.
3. Where:
tempat kejadian, dan jenis tempat kejadian (untuk mencari kemungkinan trace
evidence dari tempat kejadian yang melekat pada tubuh dan/atau pakaian
korban).
4. Who:
apakah pelaku dikenal oleh korban atau tidak,
jumlah pelaku,
3. tanda vital,
7. status generalis,
9. rambut (tercabut/rontok)
10. gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan ketiga),
11. kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada kuku yang tercabut atau
patah),
14. status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain daerah kemaluan.
Prinsip pemeriksaan fisik Umum dapat digunakan diagram tubuh seperti pada gambar berikut :
a. Keadaan Umum
b. Lengan atas, lengan bawah dan tangan
c. Muka, telinga, bibir
d. Kepala
e. Leher
f. Payudara
g. Perut
h. Paha dan kaki
i. Pinggang dan pantat
d. Pemeriksaan fisik khusus
Bertujuan mencari bukti-bukti fisik yang terkait dengan tindakan kekerasan seksual
yang diakui korban dan mencakup pemeriksaan:
1. daerah pubis (kemaluan bagian luar), yaitu adanya perlukaan pada jaringan lunak atau
bercak cairan mani.
2. penyisiran rambut pubis (rambut kemaluan), yaitu apakah adanya rambut pubis yang
terlepas yang mungkin berasal dari pelaku, penggumpalan atau perlengketan rambut
pubis akibat cairan mani.
3. daerah vulva dan kulit sekitar vulva/paha bagian dalam (adanya perlukaan pada
jaringan lunak, bercak cairan mani).
4. labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada perlukaan pada
jaringan lunak atau bercak cairan mani.
7. vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lender.
8. serviks dan porsio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah melahirkan dan
adanya cairan atau lendir
10. anus (lubang dubur) dan daerah perianal, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis.
12. daerah-daerah erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari bercak
mani atau air liur dari pelaku; serta
13. tanda-tanda kehamilan pada payudara dan perut.
14. Kesulitan utama yang umumnya dihadapi oleh dokter pemeriksa adalah pemeriksaan
selaput dara. Bentuk dan karakteristik selaput dara sangat bervariasi (Gambar 2). Pada
jenis-jenis selaput dara tertentu, adanya lipatan-lipatan dapat menyerupai robekan.
Karena itu, pemeriksaan selaput dara dilakukan dengan traksi lateral dari labia minora
secara perlahan, yang diikuti dengan penelusuran tepi selaput dara dengan lidi kapas
yang kecil untuk membedakan lipatan dengan robekan. Pada penelusuran tersebut,
umunya lipatan akan menghilang, sedangkan robekan tetap tampak dengan tepi yang
tajam.
Penetrasi penis ke dalam vagina dapat mengakibatkan robekan selaput dara atau bila
dilakukan dengan kasar dapat merusak selaput lendir daerah vulva dan vagina ataupun
laserasi, terutama daerah posterior fourchette. Robekan selaput dara akan bermakna jika
masih baru, masih menunjukan adanya tanda kemerahan disekitar robekan. Pada beberapa
korban ada yang memiliki selaput dara yang elastis sehingga tidak mudah robek.
Pembuktian persetubuhan akan menghadapi kendala jika : korban dengan selaput dara
yang sebelumnya telah robek lama, korban diperiksa sudah lama, korban yang memiliki
selaput dara elastis, penetrasi yang tidak lengkap.
Saat melakukan pemeriksaan fisik, dokumentasi yang baik sangat penting.Selain
melakukan pencatatan dalam rekam medis, perlu dilakukan pemotretan bukti-bukti fisik
yang ditemukan. Foto-foto dapat membantu dokter membuat visum et repertum. Dengan
pemotretan, korban juga tidak perlu diperiksa terlalu lama karena foto-foto tersebut dapat
membantu dokter mendeskripsi temuan secara detil setelah pemeriksaan selesai.
Ditemukan sperma
Kehamilan
A. Kesimpuan
Berdasarkan pembahasan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan tindakan
kekerasan berbasis gender yang mengakibatkan bahaya seksual dan mental fisik atau
penderitaan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti , pemaksaan atau perampasan
sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. Yang
meliputi kekerasan pasangan intim, Kekerasan seksual, Pemerkosaan, kekerasan
pasangan intim, Kekerasan fisik, kekerasan seksual yang menimbulkan risiko pada
perempuan antara lain penyakit HIV dan penyakit kelamin lainya, BBLR, Abortus,
Penggunaan alkohol dan obat terlarang, stres sampai bunuh diri karena hal tersebut
perlu adanya pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan masyarakat,
sekolah dan pasangan masing-masing.
B. Saran
Menurut kami kekerasan terhadap perempuan di Indonesia harus di tindak lanjuti dan
harus kita perhatikan jangan di abaikan, dan pelaku kejahatan seksual harus di hukum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Daftar pustaka
WHO , Global and regional estimates of violence against women: prevalence and health effects
of intimate partner violence and non-partner sexual violence.2013, WHO Library Cataloguing
Diakses : http://www.komnasperempuan.go.id/wp content/uploads/2013/12/Kekerasan- Seksual-
Kenali-dan-Tangani.pdf
KOMNAS Perempuan,” Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan
Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas dan Negara” Catatan Tahunan
Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta, 5 Maret 2021
Ayurensaf.wordpress.com. Perempuan, kekerasan seksual kenali dan tangani komnas peremouan
2011.