Anda di halaman 1dari 12

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Maternitas)

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA HALUNI
NIM : NR2114201067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES KARYA PERSADA MUNA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “ Kekerasan Terhadap Perempuan “.

Tak ada gading yang tak retak. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun penulisannya.Dengan rendah hati saya menerima
berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh
pembaca

walelei,24 mei 2022

penulis

i
DAFTARISI

KATAPENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTARISI .................................................................................................................. ii

BAB I .............................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. LatarBelakang .........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2

C. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II ............................................................................................................................3

PEMBAHASAN .............................................................................................................3

A. Pengertian kekerasan terhadap perempuan ...............................................................3

B. Jenis kekerasan terhadap perempuan...........................................................................5

C. Hal-hal yang harus dilakukan jika menemukan kekerasan terhadap perempuan.........5

D. Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan...................................6

E. Cara mencegah kekerasan terhadap perempuan..........................................................7

BAB III ...........................................................................................................................8

PENUTUP ......................................................................................................................8

A. Kesimpulan .............................................................................................................8

B. Saran .......................................................................................................................8
DAFTARPUSTAKA...........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tuhan menciptakan makhluk berlainan jenis, ada laki-laki dan ada perempuan . Kedua makhluk
ini dikaruniai kelebihan dan kekurangan,dimana masing-masing didasarkan pada kemampuan dan
kapasitasnya. Perempuan diciptakan sebagai makhluk yang lemah dan dilindungi oleh kaum laki-laki.
Perempuan sebagai makhluk yang lemah dari segi fisik, sangat membutuhkan adanya perlindungan
dari berbagai pihak. Perempuan bisa melakukan apa saja yang dilakukan oleh kaum laki-laki, namun
mereka memiliki keterbatasan dalam melakukan tindakan perlindungan terhadap dirinya, terutama
mengantisipasi tindakan kekerasan bila hal tersebut dilakukan oleh kaum laki-laki.
Kekerasan terhadap perempuan sampai saat ini masih menjadi isu yang sangat penting, baik itu
di dalam negeri ataupun di luar negeri. Kekerasan ini terjadi dalam segala bidang kehidupan baik itu
dalam lingkungan budaya maupun agama. Terjadinya kekerasan terhadap perempuan pada akhirnya
akan menghambat perempuan untuk terlibat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan.
Terdapat fakta di luar negeri maupun di Indonesia, Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas
Perempuan, pada tahun 2011 jumlah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) meningkat sekitar 13,32%
menjadi sebesar 119.107 kasus dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 105.103 kasus. Data ini
disampaikan berdasarkan laporan dari 395 lembaga layanan perempuan korban kekerasan yang
tersebar di 33 Provinsi. Menurut data dari Komnas Perempuan, pada tahun 2010 jumlah KtP tertinggi
terdapat di Jawa yaitu sebesar 63.229 korban yang tercatat, lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2009
yang berjumlah 12.374 korban yang tercatat. Maksudnya perempuan yang diperlakukan dengan tindak
kekerasan maka realitas jasmani dan mental-psikologis daya aktualitasnya tidak mampu merespons
lingkungan. Aktualitas dirinya terdegradasi, sehingga harga dirinya jatuh dan keadaan jiwa yang
tertekan. Jenis kekerasan terhadap perempuan mencakup kekerasan fisik, psikis, kekerasan seksual,
kekerasan ekonomis dan kekerasan sosial budaya. Jadi dalam konteks sosiologis kekerasan terhadap
perempuan terjadi pada proses interaksi, yang menghasilkan adanya ketidak seimbangan posisi tawar
dalam status peran atau kedudukan. Berdasarkan latar belakang bahwa kekerasan perempuan
merupakan perlakuan maupun tindakan yang terjadi terhadap kekerasan Yang dilakukan pasangannya
maupun bukan pasanganya serta risko terjadi baik fisik maupun psikologi terhadap perempuan itu
sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
Apa yang menjadi sebab utama timbulnya kekerasan dan apa dampak kekerasan terhadap
perempuan serta Bagaimana cara mengatasi kekerasan terhadap perempuan dengan cepat ?

C. Tujuan Penelitian
Ingin mengetahui tentang cara mengatasi kekerasan terhadap perempuan lalu yang menjadi
sebab utama timbulnya kekerasan perempuan dan dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan


Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian,
kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak. Secara filosofis, fenomena
kekerasan merupakan sebuah gejala kemunduran hubungan antarpribadi, di mana orang tidak lagi bisa
duduk bersama untuk memecahkan masalah. Hubungan yang ada hanya diwarnai dengan ketertutupan,
kecurigaan, dan ketidakpercayaan.

Dalam hubungan seperti ini, tidak ada dialog, apalagi kasih. Semangat mematikan lebih besar
daripada semangat menghidupkan, semangat mencelakakan lebih besar daripada semangat
melindungi. Memahami tindak-tindak kekerasan di Indonesia yang dilakukan orang satu sama lain
atau golongan satu sama lain dari perspektif ini, terlihat betapa masyarakat kita sekarang semakin jauh
dari menghargai dialog dan keterbukaan. Permasalahan sosial biasa bisa meluas kepada penganiayaan
dan pembunuhan. Toko, rumah ibadah, kendaraan yang tidak ada sangkut pautnya dengan munculnya
masalah, bisa begitu saja menjadi sasaran amuk massa. Secara teologis, kekerasan di antara sesama

3
manusia merupakan akibat dari dosa dan pemberontakan manusia. Kita tinggal dalam suatu dunia
yang bukan saja tidak sempurna, tapi lebih menakutkan, dunia yang berbahaya. Orang bisa menjadi
berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari tipu muslihat, pemerasan, penyerangan, pemerkosaan,
penganiayaan, pengeroyokan, sampai pembunuhan. Menghadapi kenyataan ini, ada dua bentuk
perlawanan yang dilakukan sejauh ini dengan bernafaskan ajaran cinta damai. Kekerasan terhadap
perempuan adalah setiap perbuatan yang dikenakan pada seseorang sematamata karena dia perempuan
yang berakibat atau dapat menyebabkan kesengsaraan/penderitaan secara fisik, psikologis atau
seksual. Termasuk juga ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang baik yang terjadi di muka umum maupun dalam kehidupan pribadi. (pasal 1,
Deklarasi Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, 1993).
Aspek Budaya :
• Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang memisahkan peran dan sifat
gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan tidak setara.
• Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga, lembaga pendidikan, agama, dan media
massa, menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan:
• laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri yang khas dalam
keluarga/perkawinan/berpacaran.
•laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak penuh untuk
memperlakukan perempuan seperti barang miliknya
• keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di bawah kendali laki-laki
• Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik
Aspek Ekonomi :
• Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
• perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup formal dan
informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.
Aspek Hukum :
• Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam
praktek penegakan hukum;
• Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya kebutuhan
perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku;
• Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum, • Perlakuan aparat
penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada perempuan dan anak perempuan korban
kekerasan.
Aspek Politik :

4
• Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan keputusan di bidang
politik, hukum, kesehatan, maupun media.
• Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan yang
berdampak serius bagi negara,
• Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,
• Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik. BISA TERJADI DI MANA SAJA?
kembali ↑ Kekerasan fisik, psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :
• lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;
• masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktek-praktek budaya yang
merugikan perempuan/anak perempuan
• wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas publik yang tidak peka gender
yang memungkinkan untuk terjadinya kekerasan, maupun tindak kekerasan yang dilakukan oleh
aparat.
B. Jenis kekerasan terhadap perempuan
Berbagai jenis kekerasan terhadap perempuan, antara lain kekerasan fisik, psikis/secara
verbal, dan seksual. Contoh kekerasan fisik adalah penganiayaan, kekerasan psikis/secara
verbal adalah perilaku intimidatif, dan kekerasan seksual adalah pemerkosaan. Contoh lain
adalah perundungan (bullying), pernikahan dini, dan perdagangan manusia.
C. Hal-hal yang harus dilakukan jika menemukan kekerasan terhadap perem puan
1. Mendengarkan cerita dan perasaan korban
Korban akan merasa sedih, khawatir, tidak percaya diri, cemas, dan menyalahkan diri
sendiri, sehingga penting untuk percaya kepada cerita dan perasaan korban.
2. Menghargai kerahasiaan korban
Kejadian yang dialami korban cenderung tidak mengenakkan, terkadang korban tidak ingin
menceritakan kepada orang lain. Apabila kita dipercaya sebagai orang yang mendengarkan
cerita korban, sebaiknya hargai kerahasiaan dari cerita tersebut.
3. Bantu korban untuk mendapatkan pertolongan professional dan pihak terkait
Beberapa korban dapat mengalami depresi, gangguan stres pasca trauma, dan
kecenderungan untuk bunuh diri, sehingga penting untuk berusaha mengajak korban
mendapatkan pertolongan dari tenaga professional, seperti psikolog atau dokter spesialis
kejiwaan. Bantu korban untuk melaporkan kejadian tersebut ke pihak terkait, misalnya
komnas perlindungan perempuan.
4. Bantu korban untuk menjalani hidup di masa depan

5
Ajak korban untuk melakukan aktivitas positif yang membuat dirinya self-worth dan
merasa kompeten untuk menjalani kehidupan di masa mendatang.

D. Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan


Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan meliputi;
a.HIV dan infeksi menular seksual lainnya. Selama satu dekade terakhir, ada telah berkembang bahwa
kekerasan pasangan intim merupakan kontributor penting dalam kerentanan perempuan terhadap
HIV dan IMS Mekanisme yang mendasari kerentanan wanita terhadap HIV atau IMS adalah
hubungan seksual secara paksa. Perempuan dalam hubungan kekerasan, atau yang hidup dalam
ketakutan kekerasan, juga mungkin memiliki kontrol terbatas atas waktu atau keadaan dari hubungan
seksual, atau kemampuan mereka untuk menegosiasikan penggunaan kondom
b.ABORSI Perilaku kekerasan terhadap perempuan berdampak besar pada kesehatan seksual dan
reproduksi perempuan serta penggunaan kontrasepsi seperti kondom ketidakmampuan perempuan
untuk menolak paksaan laki-laki dalam penggunaan kondom mengakibatkan kelahiran yang tidak
diinginkan, diperkirakan dari 80 juta kehamilan yang tidak diinginkan setiap tahun, setidaknya
setengah dihentikan melalui aborsi dan hampir setengah dari mereka berlangsung dalam kondisi
aborsi yang tidak aman. kehamilan yang tidak diinginkan dilakukan dengan risiko bagi ibu dan bayi
karena aborsi ilegal dan risiko kematian akan mengacam.
c.Berat Badan Lahir Rendah Dan Prematur Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau
pembatasan pertumbuhan dalam rahim sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak
mendukung yang berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama kesehatan ibu dan
akan mempengaruhi janin, studi observasional yang yang dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan
pada pasangan intim berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.
d. Penggunaan Alkohol yang Obat Berbahaya Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau
pembatasan pertumbuhan dalam rahim sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak
mendukung yang berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama kesehatan ibu dan
akan mempengaruhi janin, studi observasional yang yang dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan
pada pasangan intim berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.
e. Depresi dan Bunuh Diri Kekerasan pasangan intim dapat menyebabkan depresi dan usaha bunuh
diri serta peristiwa traumatis karena kekersan seksual sehingga perempuan akan menjadi deprsi
memungkinkan terjadi perilaku bunuh diri. penelitian lain menunjukkan bahwa wanita dengan
masalah kesehatan mental akibat kekerasan seksual sering akan mengakhiri hidupnya
f. Luka Non-Fatal kekerasan pasangan intim dikaitkan dengan banyak konsekuensi kesehatan, tetapi
efek yang langsung cedera adalah fatal dan non-fatal.diperkirakan bahwa sekitar setengah dari

6
wanita di Amerika Serikat yang terluka secara fisik dengan pasangan mereka, sebagian besar dari
mereka masih terlihat bekas luka di bagian Kepala, leher dan wajah akibat kekerasan pasangan
mereka, diikuti oleh cedera otot dan cedera genital. Pengukuran cedera akibat kekerasan pasangan
intim tetap menantang karena berbagai alasan.
g. Cedera Fatal (Kasus Pembunuhan Pasangan Intim) pembunuhan baik pria atau wanita lebih banyak
disebabkn karena pasangan intim mereka, dalam hal ini pasangan intim wanita yang paling banyak
dibunuh.

E. Cara mencegah kekerasan terhadap perempuan

R –elationship skills strengthened (menguatkan hubungan antara korban dan orang lain)
E –mpowerment of women (memberdayakan perempuan)
S –ervices ensured (memastikan pelayanan terkait aduan kekerasan pada perempuan)
P –overty reduced (mengurangi angka kemiskinan)
E –nvironments made safe (membuat lingkungan menjadi aman)
C –hild and adolescent abuse prevented (mencegah kekerasan pada anak dan remaja)
T –ransformed attitudes, beliefs, and norms (perubahan sikap, kepercayaan, dan norma di
masyarakat)

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bahwa Kekerasan terhadap perempuan tindakan kekerasan berbasis
gender yang mengakibatkan, atau mungkin mengakibatkan, bahaya seksual dan mental fisik atau
penderitaan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti itu, pemaksaan atau perampasan
sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. Yang meliputi
kekerasan pasangan intim, Kekerasan seksual, Pemerkosaan, kekerasan pasangan intim,
Kekerasan fisik, kekerasan seksual yang menimbulkan risiko pada perempuan antara lain penyakit
HIV dan penyakit kelamin lainya, BBLR, Abortus, Penggunaan alkohol dan obat terlarang, stres
sampai bunuh diri karena hal tersebut perlu adanya pencegahan kekerasan terhadap perempuan
yang melibatkan masyarakat, sekolah dan pasangan masing-masing.

B. Saran
Menurut saya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia harus di tindak lanjuti harus kita
perhatikan jangan di abaikan,jangan rendahkan perempuan di Indonesia,hidup perempuan
Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

 Netto LA, Moura MAV, Queiroz ABA, et al. Acta Paul Enferm. 2014; 27(5):458 -64.
 Ekoh PC, Agha AA, Ejimkaraonye C. Nig J Psycho Res. 2019;15:1-8.
 Diakses : http://www.komnasperempuan.go.id/wp content / uploads / 2013 / 12 /
KekerasanSeksual-Kenali-dan-Tangan
 https://www.who.int/violence_injury_prevention/violence/gender.pdf
 https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/71ad6-buku-ktpa-meneg-pp-2017.pdf
 https://www.unwomen.org/en/news/stories/2020/11/compilation-take-action-to-help-end-
violence-against-women
 https://www.who.int/gender/violence/v4.pdf
 https://www.unwomen.org/en/what-we-do/ending-violence-against-women/faqs/types-of-
violence
 https://www.unwomen.org/en/what-we-do/ending-violence-against-women/faqs/signs-of-
abuse
 https://www.who.int/reproductivehealth/publications/preventing-vaw-framework-
policymakers/en/
 KOMNAS Perempuan,” Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan
Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas dan Negara” Catatan Tahunan
Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta, 7 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai