Oleh:
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad,
taufik, serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah dan semoga kita akan mendapatkan syafaatnya di
akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
lebih sempurnanya laporan yang akan datang. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebiasaan kehidupan sehari-hari generasi muda, terutama mahasiswa tak lepas
dari interaksi dengan lawan jenis, baik di lingkungan rumah, sekolah, kuliah, kantor
atau dimanapun dan kapanpun. Baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Akibatnya semakin seringnya intensitas berinteraksi dan pertemuan yang bukan
mukrim itu akan menimbulkan rasa suka bahkan menimbulkan perhatian dan kasih
sayang satu-sama lain yang berpotensi mengakibatkan terjalinnya hubungan
kedekatan yang lebih dari sekedar pertemanan. Hubungan yang lebih dekat inilah
yang bisa disebut sebagai pacarana.
Pacaran ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan
atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran
berlanjut, maka dianggap sebagai masa persiapan untuk dapat memasuki masa
pertunangan atau masa pernikahan. Bahwa pacaran memiliki tujuh ranah yaitu secara
fisik, psikis, sosial, kissing, necking, petting, dan intercourse. 1
Pacaran dapat didefinisikan sebagai hubungan antara laki-laki dan perempuan
yang saling memiliki keterikatan secara emosional, karena adanya perasaan istimewa
Perasaan tersebut dapat diartikan sebagai perasaan cinta, kasih sayang, dan rasa
memiliki satu sama lain. Oleh karena itu, tidak jarang muncul pendapat bahwa dalam
masa pacaran tidak akan memicu terjadinya tindak kekerasan, karena diliputi oleh
nuansa romantisme dan kasih sayang.
Kekerasan dalam pacaran yang sering terjadi biasanya terdiri atas beberapa
jenis misalnya serangan fisik, mental, ekonomi, psikologis dan seksual. Kekerasan
dalam pacaran dari segi fisik misalnya memukul, menendang, ataupun mencubit.
Untuk segi mental biasanya, cemburu yang berlebihan, pemaksaan, dan perlakuan
kasar di depan umum. Kekerasan dalam pacaran dari segi ekonomi, kekerasan juga
bisa terjadi. Misalnya, ada pasangan yang sering meminjam uang atau barang tanpa
pernah mengembalikan. Kekerasan dalam pacaran dari segi psikologis, misalnya bila
pacar suka menghina, selalu menilai kelebihan orang lain tanpa melihat kelebihan
1
Sri Pujiati, “Gambaran Perilaku Pacaran Remaja di Pondok Pesantren Putri K.H Sahlan Rosjidi (Unimus)
Semarang”, dalam http://jurnal.unimus.ac.id, diakses 2 Januari 2021.
1
pacarnya, cemburu yang berlebihan dan lain sebagainya. Sedangkan dari segi seksual
adalah pasangan yang memaksa pasangannya untuk melakukan hubungan seksual,
pemerkosaan dan lain sebagainya.
Dengan adanya kekerasan dalam pacaran, penulis berpendapat bahwa pacaran
memiliki banyak kemudhorotan. Saat ini pacaran yang awalnya dianggap sebagai
tahap pencarian kecocokan tersebut justru hanya menjadi sebagai alasan belaka agar
dapat bersenang-senang dengan cara berduaan bersama lawan jenis yang diwarnai
dengan perbuatan-perbuatan yang mendekati zina.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kekerasan dalam pacaran di lingkungan mahasiswa?
2. Apa penyebab adanya kekerasan dalam pacaran di lingkungan mahasiswa?
3. Bagaimana upaya mengatasi kekerasan dalam pacaran di lingkungan mahasiswa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kekerasan dalam pacarana di lingkungan mahasiswa.
2. Untuk mengetahui penyebab adanya kekerasan dalam pacarana di lingkungan
mahasiswa.
3. Untuk mengetahui upaya mengatasi kekerasan dalam pacaran di lingkungan
mahasiswa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Elli Nur Hayati, Panduan untuk Pendampingan Perempuan Korban Kekerasan Konseling Berwawasan
Gender, (Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s Crisis Center, 2000), 24-26.
3
begitu mendapat sorotan jika dibandingkan kekerasan dalam rumah tangga
sehingga terkadang masih terabaikan oleh korban dan pelakunya.3
Kekerasan dalam pacaran meliputi semua kekerasan yang dilakuan oleh
pasangan diluar hubungan pernikah yang sah termasuk kekerasan yang dilakukan
oleh mantan suami, mantan pacar/pasangan. Secara umum bentuk dan jenis
kekerasan dalam pacaran sama dengan kekeraasn terhadap istri, namun terdapat
bentuk kekrasan yang khas dalam KDP, seperti ingkar janji menikahi, pemaksaan
aborsi, tidak bertanggung jwab terhadap kehamilan, dll.4 Berikut bentuk-bentuk
kekerasan pada perempuan dalam pacaran diantaranya yaitu:
a. Kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang, mendorong,
mencekram dengan keras pada tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik
yang lain.
b. Kekerasan emosional atau psikologis seperti mengancam, memanggil dengan
sebutan yang mempermalukan pasangan menjelek-jelekan dan lainnya.
c. Kekerasan ekonomi seperti meminta pasangan untuk mencukupi segala
keperluan hidupnya seperti memanfaatkan atau menguras harta pasangan.
d. Kekerasan seksual seperti memeluk, mencium, meraba hingga memaksa untuk
melakukan hubungan seksual dibawah ancaman.
e. Kekerasan pembatasan aktivitas oleh pasangan banyak menghantui perempuan
dalam berpacaran, seperti pasangan terlalu posesif, terlalu mengekang, sering
menaruh curiga, selalu mengatur apapun yang dilakukan, hingga mudah marah
dan suka mengancam.
3. Pacaran
Pacaran berasal dari kata pacar berarti teman tetap lawan jenis dan
mempunyai hubungan intim. Biasanya menjadi tunangan atau kekasih atau secara
singkat pacar dapat diartikan kekasih atau tunangan 5. Pacar adalah kekasih atau
lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Pacar
diartikan sebagai orang yang spesial dalam hati selain orang tua, keluarga dan
sahabat.6 Menurut peneliti pacaran bisa juga berarti bersuka – suka, berkehendak,
berkeinginan. Selain itu pacaran memiliki arti bercinta, berkasih sayang.
3
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1669/was pada-bahaya-kekerasan-dalam-pacaran,
diakses 2 Januari 2021.
4
Rifka Annisa, Kekerasan Terhadap Perempuan, 7-8.
5
Bung Syarif, Menyikap Rahasia Pacaran, 1
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), 807
4
Pacaran sudah terjadi ketika usia remaja. Hal tersebut sesuai dengan tugas
perkembangan remaja yang berhubungan dengan seks yang harus dikuasai, yaitu
pembentukan hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenis. Ketika mereka
secara seksual sudah matang, laki-laki dan perempuan mulai mengembangkan
sikap yang baru terhadap lawan jenis.
Pacaran merupakan model hubungan pria dan wanita yang dibangun atas dasar
saling memiliki, saling suka, saling mencintai, saling mengasihi dalam rangka
meperturutkan gejolak juwa berupa cinta dan asmara yang membara di dalam hati
yang dilakukan secara intim.7
Pacaran ditandai dengan adanya saling pengenalan pribadi baik kekurangan
atau kelebihan masing-masing individu dari kedua lawan jenis. Bila masa pacaran
berlanjut, maka dianggap sebagai masa persiapan untuk dapat memasuki masa
pertunangan atau masa pernikahan. Bahwa pacaran memiliki tujuh ranah yaitu
secara fisik, psikis, sosial, kissing, necking, petting, dan intercourse.8
7
Bung Syarif, Menyikap Rahasia Pacaran,1-2.
8
Sri Pujiati, “Gambaran Perilaku Pacaran Remaja di Pondok Pesantren Putri K.H Sahlan Rosjidi (Unimus)
Semarang”, dalam http://jurnal.unimus.ac.id, diakses 2 Januari 2021.
5
kekerasan, dan budaya patriarki serta faktor internal yang terdiri dari kepribadian,
pasangan merasa ketergantungan, dan dorongan seksual.
Selain itu, fenomena kekerasan dalam pacaran ini terjadi karena adanya sifat
tergantung yang begitu kuat pada pasangannya yang kebanyakan terjadi pada remaja
perempuan yang sering diistilahkan dengan “co-dependence”. Sifat ketergantungan
seperti kemana-mana harus diantar atau ditemani pacarnya, tidak bisa membuat
keputusan sendiri tanpa persetujuan pacarnya inilah yang membuat perempuan
seringkali terjebak dalam siklus atau lingkaran kekerasan. Kekerasan yang dialami
dianggap sesuatu yang ‘wajar’ dia terima, sehingga dengan mudah dapat memaafkan
pasangannya. Setelah memaafkan perilaku pasangannya, mereka dapat berbaikan
kembali, dan kemudian terus berharap agar perilaku dan tabiat pacarnya tersebut bisa
berubah. Padahal, kekerasan dalam pacaran ini seperti sesuatu berpola, ada siklusnya.
Seseorang yang pada dasarnya memiliki kebiasaan bersikap kasar pada pasangannya,
akan cenderung mengulangi hal yang sama karena ini sudah menjadi bagian dari
kepribadiannya, dan merupakan cara baginya untuk menghadapi konflik atau
masalah.
C. Upaya mengatasi kekerasan dalam pacaran di lingkungan mahasiswa.
Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan tidak hanya terjadi pada relasi suami
istri. Kekerasan juga bisa terjadi pada mereka yang sedang berpacaran. Kekerasan ini
biasanya disebut dengan dating violence. Kekerasan dalam hubungan pacaran dapat
terjadi dalam banyak bentuk. Korban dapat mendapat kekerasan secara fisik, emosi,
ekonomi, seksual, dan dalam bentuk pembatasan aktivitas. Korban kekerasan oleh
pasangan dapat terdampak secara psikologis seperti merasa takut, cemas, dan tidak
berharga. Selain itu, korban kekerasan memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi,
bahkan dapat menimbulkan keinginan bunuh diri.
Kekerasan fisik dalam pacaran yang ditemukan selama pencarian data di
lapangan dapat berupa tindakan-tindakan kasar seperti melukai secara fisik,
mencengkeram, memukul, menampar, mencubit dan memelintir tangan. Temuan
tersebut sesuai dengan pernyataan Mayasari dan Rinaldi (2017, hlm. 86) mengenai
kekerasan fisik dalam hubungan pacaran yang meliputi tindakan-tindakan
penganiayaan, memukul, menendang, mendorong, dan menonjok. Selanjutnya,
terdapat pula kekerasan psikis yang dapat terlihat dari tindakan-tindakan seperti
merendahkan, memarahi pasangan di tempat umum, mempermalukan pasangan,
membatasi pergaulan/posesif, memberikan ancaman melukai diri sendiri/bunuh diri,
6
ancaman menyebarkan video mesra/video porno balas dendam (revenge porn),
gaslighting yang ditandai dengan menyalahkan korban, melemahkan rasa percaya diri,
dan bisa ditandai dengan narasi seperti “aku marah dan mukul kamu karena kamu
kurang ajar dan gak mau nurut sama aku” dan yang terakhir adalah berkata kasar
seperti “anjing” dan “bangsat”. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Dian
Ungki (2008, hlm. 31) bahwa kekerasan dalam pacaran menurut Poerwandi
diantaranya adalah kekerasan psikis/psikologis yaitu tindakan-tindakan yang
mencakup teriakan, membentak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur,
melecehkan, menguntit, dan memata-matai yang akan mengakibatkan rasa tidak aman
dan ketakutan. Tindakan kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia terjadi karena beberapa faktor. Berikut merupakan
factor faktor penyebab terjadinya tindakan kekerasan dalam pacaran:
1. Faktor eksternal
Pengaruh lingkungan sosial Kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran salah
satunya disebabkan oleh lingkungan sosial dari pelaku, lingkungan sosial yang
dimaksud diantaranya adalah lingkungan pergaulan atau lingkungan pertemanan dan
lingkungan keluarga pelaku kekerasan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
dari Dardis, Dixon, Edwards & Turchik (2015, hlm. 136-152) yang menyatakan bahwa
kekerasan dalam pacaran dapat disebabkan karena ada pengaruh dari karakteristik
teman sebaya dan keluarga, serta motivasi melakukan kekerasan itu sendiri.
Pengaruh lingkungan tempat terjadinya kekerasan Sesuai dengan temuan di lapangan
kekerasan kecenderungan terjadi di tempat yang tertutup dengan suasana sepi, hal
tersebut terjadi karena menghindari orang lain yang berkemungkinan melihat tindakan
kekerasan tersebut dan karena ada ketakutan dari para pelaku kekerasan jika
tindakannya diketahui oleh orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Rohmah & Legowo (2014, hlm. 8) yang menyatakan bahwa kekerasan dalam pacaran
diantaranya dapat disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kondisi yang memungkinkan
kekerasan itu dapat terjadi. Maka dari itu, lingkungan tempat terjadinya kekerasan
yang lebih banyak dilakukan di tempat tertutup dan sepi menjadi faktor pendorong
kekerasan tersebut dapat terus terjadi karena situasi dan kondisinya memungkinkan
untuk terjadinya kekerasan.
BAB III
PENUTUP
7
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa kekerasan dalam pacaran di
lingkungan mahasiswa ini sebagai tindakan kekerasan berupa kekerasan fisik,
kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan finansial yang terjadi pada
hubungan pacaran yang sedang dijalani oleh mahasiswa. Selanjutnya, fenomena
kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal yang
terdiri dari pengaruh lingkungan sosial, pengaruh tempat terjadinya kekerasan, dan
pengaruh dari budaya patriarki. Selanjutnya kekerasan dalam hubungan pacaran
juga dapat disebabkan oleh faktor internal yang terdiri dari kepribadian, korban
merasa ketergantungan terhadap pasangannya, dan dorongan seksual khususnya
pada tindakan kekerasan seksual.
DAFTAR PUSTAKA
8
Sri Pujiati, “Gambaran Perilaku Pacaran Remaja di Pondok Pesantren Putri K.H Sahlan Rosjidi (Unimus)
Semarang”, dalam http://jurnal.unimus.ac.id, diakses 2 Januari 2021. Elli Nur Hayati, Panduan untuk
Pendampingan Perempuan Korban Kekerasan Konseling Berwawasan Gender, (Yogyakarta: Rifka Annisa
Women’s Crisis Center, 2000), 24-26.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1669/was pada-bahaya-kekerasan-dalam-pacaran,
diakses 2 Januari 2021.
Rifka Annisa, Kekerasan Terhadap Perempuan, 7-8.
Bung Syarif, Menyikap Rahasia Pacaran, 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), 807
https://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/30115#:~:text=Berdasarkan
%20temuan%20dari%20lapangan%2C%20diperoleh,terdiri%20dari%20kepribadian%2C
%20pasangan%20merasa
https://swararahima.com/2018/08/15/mencari-faktor-penyebab-dan-akar-persoalan-
kekerasan-dalam-pacaran-kdp/
https://gaya.tempo.co/read/1494330/cara-menghindari-kekerasan-dalam-pacaran
https://ejournal.kemensos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/view/2208