Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AGAMA

“KEKERASAN”
Oleh :
Kelompok 2
Ketua : Deryl Purba ( 10 )
Anggota :
 Canny Rafael ( 07 )
 Chellshe Kikiana ( 08 )
 Debora Barus ( 09 )
 Dita Feny Rose ( 11 )
 Elsa Deo Vanni ( 12 )
Kelas : XI IPA 10

SMA SANTO THOMAS 1


MEDAN
-2021-
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan
penyertaanNya. Kami dimampukan untuk bisa mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dalam anggota kelompok 2
yang turut memberikan nasihat dan saran, mengorbankan tenaga dan waktu dan mau
bekerjasama sebagai team yang baik saat pengerjaan makalah ini hingga selesai.
Tidak lupa dengan orang tua dan saudara kami yang selalu menemani, mendukung dan
membantu kami masing-masinh agar makalah ini dapat terselesaikan.
Kami berterimakasih juga buat guru agama yang mengajar kami, kelompok 2 dan teman
sekelas, Pak Roni Antonius Sitanggang, atas didikan dan arahannya untuk membuat makalah
ini.
Akhir kata, makalah ini tidak sempurna, jika ada kata-kata yang kurang berkenan, kiranya
harap maklum dan mohon dimaafkan. Kritik dan saran akan sangat membantu
berkembangnya makalah ini dan kami, sebagai penulis menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih dan selamat membaca.

Medan, 12 Maret 2021,

Penulis,
2
Kelompok 2.

DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................................5

C. Tujuan Pembahasan................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan.............................................................................................6

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan.................................................................7

C. Bentuk dan Jenis Kekerasan..................................................................................8

D. Ciri Psikologis Korban Kekerasan.......................................................................10

E. Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan.................................................................11

F. Tindak Pidana bagi Pelaku Kekerasan.................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................15

B. Saran.....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sikap dan tindakan manusia di lingkungan sosialnya sangatlah beragam, salah


satunya adalah kekerasan. Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai
penggunaan secara sengaja kekuatan fisik, ancaman atau kekerasan aktual terhadap
diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berakibat luka
atau kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis,
pertumbuhan yang tidak normal atau kerugian.

Kekerasan dapat terjadi di lingkungan rumah tangga, lingkungan publik,


lingkungan kantor, bahkan di lingkungan sekolah. Kekerasan dalam Rumah Tangga
seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

Kekerasan hampir setiap hari terjadi dalam kehidupan di sekitar kita.


Kekerasan yang terjadi di masyarakat sering dianggap sebagai solusi utama dalam
menyelesaikan masalah. Meskipun banyak yang telah mengetahui, kerugian yang
ditimbulkan lebih besar dari pada manfaat yang akan terjadi, tetapi kenyataan yang
ada tidak menunjukkan suatu penurunan angka kejadian. Kekerasan masih terus
terjadi di berbagai daerah dengan beraneka macam cara dan motif kekerasan yang
dilakukan.

Kasus kekerasan juga terjadi di lingkungan pekerjaan. Dalam lingkup


pekerjaan, tindak kekerasan dapat dilakukan oleh atasan kepada kepada bawahan,
sesama rekan kerja, bahkan dalam beberapa kasus juga terjadi antara bawahan dengan

4
atasannya, biasanya para pelaku pelecehan adalah orang yang memiliki naluri
bersaing yang tinggi. Bahkan hal itu terjadi di area kerja yang sebenarnya tidak
memerlukan persaingan seperti hubungan antara atasan dengan bawahan.

Pada saat sekarang ini kekerasan juga sudah masuk di lingkungan sekolah.
Kekerasan adalah tindakan yang tidak terpuji dan tentunya sangat bertentangan
dengan berbagai landasan dalam pendidikan. Kekerasan dan pelecehan yang terjadi
dalam dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini, bukanlah sesuatu yang muncul
dengan tiba-tiba. Penyebab kekerasan terhadap peserta didik bisa terjadi karena guru
tidak paham akan makna kekerasan dan akibat negatifnya. Guru mengira bahwa
peserta didik akan jera karena hukuman fisik. Sebaliknya, murid menjadi benci dan
tidak patuh lagi pada guru. Kekerasan dalam pendidikan terjadi dikarenakan
kurangnya kasih sayang dari guru. Guru memperlakukan murid sebagai subyek.
Kekerasan bisa terjadi karena pendidik sudah tidak atau sangat kurang memiliki rasa
kasih sayang terhadap murid, atau dahulu ia sendiri diperlakukan dengan keras.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kekerasan?


2. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan?
3. Apa saja bentuk dan jenis dari kekerasan?
4. Bagaimana keadaan psikologis korban kekerasan?
5. Bagaimana cara mencegah terjadinya kekerasan?
6. Apa saja hukuman bagi pelaku kekerasan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mendeskripsikan pengertian dari kekerasan


2. Mendeskripsikan faktor yang penyebab kekerasan
3. Mendeskripsikan bentuk dan jenis kekerasan
4. Mendeskripsikan ciri psikologis korban kekerasan
5. Mendeskripsikan cara mencegah terjadinya kekerasan di Indonesia
6. Mendeskripsikan hukuman bagi tindakan (pelaku) kekerasan
5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008:
677), kekerasan memiliki arti perbuatan seseorang atau kelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain.

Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang berarti keganasan,
kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan perkosaan (Arif Rohman : 2005).
Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang dapat merugikan orang lain.
Misalnya, pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dan lain-lain. Walaupun tindakan
tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar. Pada dasarnya kekerasan diartikan
sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak sengaja (verbal maupun nonverbal)
yang ditujukan untuk mencederai atau merusak orang lain, baik berupa serangan fisik,
mental, sosial, maupun ekonomi yang melanggar hak asasi manusia, bertentangan
dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat sehingga berdampak trauma
psikologis bagi korban.

Pengertian kekerasan menurut para ahli yakni sebagai berikut:


a. Thomas Hobbes, kekerasan merupakan sesuatu yang alamiah dalam
manusia.
b. Stuart dan Sundeen, perilaku kekerasan atau tindak kekerasan
merupakan ungkapan perasaan marah dan permusuhan yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri di mana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

6
c. Kaplan dan Sundeen, perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain,maupun lingkungan.
d. J.J. Rousseau, kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni
manusia.
e. Colombijn, kekerasan adalah perilaku yang melibatkan kekuatan fisik
dan dimaksudkan untuk menyakiti, merusak, atau melenyapkan
seseorang atau sesuatu.
f. Black, kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang tidak adil dan tidak
dapat dibenarkan.
g. James B. Rule, kekerasan merupakan manifestasi naluri bersama atau
gerakan naluriprimitif yang menciptakan kondisi-kondisi tindakan
massa.
h. Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) adalah penggunaan kekuatan
fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Adapun kekerasan sosial
adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan barang karena
orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu.
i. Abdul Munir Mulkan, kekerasan adalah tindakan fisik yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang untuk melukai, merusak atau
menghancurkan orang lain atau harta bendadan segala fasilitas
kehidupan yang merupakan bagian dari dari orang lain tersebut.
j. Kamus Sosiologi (2012:106), kekerasan merupakan suatu ekspresi
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok di mana secara fisik
maupun verbal mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada
kebebasan atau martabat.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan

Kekerasan dapat terjadi karena berbagai faktor antara lain:

a. Lingkungan
Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindak
kekerasan. Seseorang yang tinggal di lingkungan yang terbiasa dengan kekerasan, ia
7
akan terbiasa untuk ikut melakukan tindak kekerasan dan menganggap kekerasan
sebagai tindakan yang lumrah dan biasa terjadi.

b. Stress
Stress dan pikiran yang kacau memicu seseorang untuk melakukan tindak
kekerasan. Bentuk kekerasan karene stress dapat dilakukan kepada dirinya sendiri
bahkan orang lain. Ketika ia merasa tidak mampu mengelola pikirannya, ia akan
melampiaskan kekesalan dengan tindakan-tindakan anarkis dengan melukai dirinya
sendiri maupun melukai orang lain.

c. Pecandu alkohol dan narkoba


Orang yang sedang dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang memiliki
tingkat kesadaran yang rendah. Mereka tidak dapat berpikir secara logis sehingga
melakukan sesuatu yang diluar kendali, salah satunya adalah tindak kekerasan.

d. Ekonomi
Faktor pemicu kekerasan yang paling umum terjadi adalah faktor ekonomi.
Permasalahan ekonomi dapat memancing seseorang untuk melukai orang lain.
Seringkali dalam hubungan rumah tangga terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah
tangga) karena permasalahan ekonomi.

e. Pengalaman pribadi
Tindak kekerasan dapat terjadi karena pelaku memiliki pengalaman pribadi
pernah mengalami tindak kekerasan yang dilakukan orang lain kepadanya. Dalam hal
ini, ia tumbuh dengan sikap dendam yang melekat pada dirinya. Oleh karenanya,
setelah ia memiliki kesempatan untuk melampiaskan apa yang ia pendam selama ini,
ia akan lakukan kepada siapapun seperti apa yang ia terima.

C. Bentuk dan Jenis Kekerasan

Tidak dapat dipungkiri bahwa tindak kekerasan sering terjadi dalam


kehidupan masyarakat. Tindak kekerasan seolah-olah telah melekat dalam diri
seseorang guna mencapai tujuan hidupnya. Tidak mengherankan jika semakin hari

8
kekerasan semakin meningkat dalam berbagai macam dan bentuk. Oleh karena itu,
para ahli sosial berusaha mengklasifikasikan bentuk dan jenis kekerasan menjadi dua
macam, yaitu:

a. Berdasarkan bentuknya, kekerasan dapat digolongkan menjadi kekerasan fisik,


psikologis, dan struktural.

1) Kekerasan fisik yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat, dirasakan oleh
tubuh. Wujud kekerasan fisik berupa penghilangan kesehatan atau
kemampuan normal tubuh, sampai pada penghilangan nyawa seseorang.
Contoh penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, dan lain-lain.

2) Kekerasan psikologis yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau
jiwa sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan normal
jiwa. Contoh kebohongan, indoktrinasi, ancaman, dan tekanan.

3) Kekerasan struktural yaitu kekerasan yang dilakukan oleh individu atau


kelompok dengan menggunakan sistem, hukum,ekonomi, atau tata kebiasaan
yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, kekerasan ini sulit untuk dikenali.
Kekerasan struktural yang terjadi menimbulkan ketimpangan-ketimpangan
pada sumber daya, pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan, serta
wewenang untuk mengambil keputusan. Situasi ini dapat memengaruhi fisik
dan jiwa seseorang.
Biasanya negaralah yang bertanggung jawab untuk mengatur kekerasan
struktural karena hanya negara yang memiliki kewenangan serta kewajiban
resmi untuk mendorong pembentukan atau perubahan struktural dalam
masyarakat. Misalnya, terjangkitnya penyakit kulit di suatu daerah akibat
limbah pabrik di sekitarnya atau hilangnya rumah oleh warga Sidoarjo karena
lumpur panas Lapindo Brantas. Secara umum korban kekerasan struktural

9
tidak menyadarinya karena sistem yang menjadikan mereka terbiasa dengan
keadaan tersebut.

b. Berdasarkan pelakunya, kekerasan dapat digolongkan menjadi dua bentuk,


yaitu:

1) Kekerasan individual adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu kepada


satu atau lebih individu. Contoh pencurian, pemukulan, penganiayaan, dan
lain-lain.

2) Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh banyak individu


atau massa. Contoh tawuran pelajar, bentrokan antardesa konflik Sampit dan
Poso, dan lain-lain.

D. Ciri Psikologis Korban Kekerasan

Karakteristik untuk orang yang mengalami tindak kekerasan antara lain:

a. Perubahan perilaku
Tindak kekerasan dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang. Perubahan
perilaku dapat terjadi karena seseorang yang mengalami tindak kekerasan merasa
takut dan cemas sesuatu yang sama dapat terjadi lagi.
Perubahan perilaku dapat terjadu dari yang awalnya periang menjadi pendiam,
seseoranag yang awalnya baik-baik saja menjadi seorang pendendam. Sikap dendam
dapat muncul karena perasaan marah yang ditahan hingga menimbulkan sikap
dendam.

b. Murung
Beberapa kasus yang terjadi, seseorang yang mengalami tindak kekerasan akan
murung. Hal tersebut dapat terjadi karena ia merasa takut.

c. Konsentrasi berkurang

10
Seseorang yang mengalami tindak kekerasan biasanya menjadi kurang fokus
untuk melakukan sesuatu. Pikiran menjadi kacau karena merasa dirinya tidak dihargai
dan tidak memiliki harga diri di depan orang lain. Segala sesuatu yang dilakukan tidak
sungguh-sungguh dari hati. Tidak jarang, orangyang mengalami tindak kekerasan
tidak mau melakukan hal-hal yang biasa dilakukan. Secara tidak langsung, tindak
kekerasan mengubah perilaku dan kebiasaan seseorang.

d. Pendiam
Kekerasan berat maupun ringan yang dilakukan memberikan dampak fisik dan
psikis bagi korban. Korban yang mengalami tindak kekerasan menunjukan sikap diam
serta mengurangi komunikasi dengan orang lain.

e. Jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar


Korban kekerasan biasanya susah untuk berinteraksi sosial dengan lingkungan
sekitar. Lingkungan sekitar dianggap sebagai tempat yang tidak aman bagi dirinya.
Banyak ancaman yang muncul di lingkungan luar, sehingga sulit bagi seorang yang
mengalami tindak kekerasan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

f. Menutup diri
Korban yang mengalami tindak kekerasan cenderung menutup diri dari orang-
orang disekitarnya. Perasaan takut dan cemas selalu muncul ketika menceritakan apa
yang terjadi kepada orang lain.

g. Takut dengan orang lain


Beberapa orang yang mengalami kekerasan takut untuk bertemu dengan orang
lain. Trauma yang di timbulkan dapat membuat korban kekerasan menganggap orang
lain berbahaya bagi dirinya.

h. Waspada
Pengalaman buruk menjadi korban kekerasan membuat seseorang menjadi lebih
waspada dalam bergaul dan melakukan sesuatu. Hal tersebut sebagai bentuk
kewaspadaan agar tidak terulang kejadian yang sama.

11
E. Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan di Indonesia

Tindakan kekerasan tentu akan membawa dampak yang merugikan bagi banyak
orang. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai upaya untuk mencegah semakin
maraknya tindak kekerasan tersebut. Upaya-upaya yang bisa dilakukan antara lain :

1. Menciptakan pemerintahan yang baik

Sebagian besar kekerasan yang terjadi di indonesia dikarenakan cara kerja


pemerintah yang kurang memuaskan. Perasaan tidak puas mendorong masyarakat
melakukan tindak kekerasan sebagai wujud protes. Oleh karena itu, menciptakan
pemerintahan yang baik merupakan salah satu upaya tepat dan utama mengatasi
kekerasan. Pemerintah harus menyusun strategi dan kebijakan yang dirasa adil bagi
rakyat sehingga rakyat dapat memenuhi setiap kebutuhan hidupnya tanpa ada
perasaan tidak adil.

2. Penegakan hukum secara adil dan bersih

Sistem hukum yang tidak tegas dapat mempengaruhi munculnya tindak


kekerasan. Hal ini dikarenakan perasaan jengkel ketika keputusan hukum mudah
digantikan dengan kekuatan harta. Sedangkan mereka yang tidak berharta
diperlakukan kasar serta tidak manusiawi. Kejengkelan melihat ketidakadilan ini
mendorong munculnya tindak kekerasan. Oleh karena itu, pemerintah perlu
melakukan penataan sistem penegakan hukum yang adil dan tegas agar mampu
mengurangi angka kekerasan yang terjadi.

3. Kampanye Antikekerasan

Dilakukannya kampanye anti kekerasan secara terus menerus mendorong


individu untuk lebih menyadari akan akibat dari kekerasan secara global. Melalui
kampanye, setiap masyarakat diajak untuk berperan serta dalam menciptakan suatu
kedamaian. Dengan kedamaian individu mampu berkarya menghasilkan sesuatu

12
untuk kemajuan. Dengan kata lain, kekerasan mendatangkan kemunduran dan
penderitaan, sedangkan tanpa kekerasan membentuk kemajuan bangsa.

4. Mengajak masyarakat untuk menyelesaikan masalah sosila dengan cara bijak

Dalam upaya ini, pemerintah mempunyai andil dan peran besar. Secara umum,
apa yang menjadi tindakan pemimpin, akan ditiru dan diteladani oleh bawahannya.
Jika suatu negara menjauhkan segala kekerasan dalam menyelesaikan suatu masalah
sosial, maka tindakan ini akan diikuti oleh segenap warganya. Dengan begitu, semua
pihak berusaha tidak menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah yang
akhirnya membawa kedamaian dalam kehidupan sosial.

F. Tindak Pidana bagi Pelaku Kekerasan

Pasal yang menjerat pelaku kekerasan (penganiayaan) terhadap anak diatur


khusus dalam Pasal 76C UU 35 tahun 2014 yang berbunyi:
"Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh
melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak."

Sementara, sanksi pidana bagi orang atau pelaku kekerasan/peganiayaan yang


melanggar pasal di atas ditentukan dalam Pasal 80 UU 35 tahun 2014:

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp72 juta.

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), luka berat, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp100 juta.

13
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp3 miliar.

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Selain itu,  Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) mengatur tentang


perbuatan memaksa orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan
ancaman kekerasan atau kekerasan, yang berbunyi :

a. Pasal 355 ayat 1 KUHP :

Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam


dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

b. Pasal 353 ayat 1 dan 2 KUHP :

1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana


penjara paling lama empat tahun.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah


dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

c. Pasal 351 ayat 1 dan 2 KUHP :

1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun


delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah,

2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah


diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang dikemukakan dapatlah dikatakan bahwa tindak


kekerasan tidak hanya berdampak pada keadaan fisik bagi korbannya, tetapi bisa
menyebabkan keadaan psikis seseorang. Tindakan kekerasan yang dialami dapat
menyebabkan trauma bagi seseorang. Trauma ini tentu akan menghambat
perkembangan dan pertumbuhan seseorang serta menghambat proses sosial
seseorang.

Secara fisik, tindak kekerasan dapat menyebabkan luka memar hingga


kelumpuhan dan cacat pada bagian tubuh. Kekerasan ringan hanya dapat melukai fisik

15
secara ringan seperti luka memar atau luka ringan. Kekerasan yang dilakukan dengan
brutal dapat menyebabakan kecacatan dan kelumpuhan bahkan dpaat menghilangkan
nyawa seseorang.

Tindak kekerasan hanya dilakuak oleh orang-orang yang tidak memiliki


kesadaran akan pentingya menghargai diri sendiri dan orang lain. Melakukan tindak
kekerasan berarti menghilangkan hak dan kebebasan seseorang.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf. Kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Dosensosiologi.com. (2020, 26 Oktober). Pengertian Kekerasan, Ciri, Macam


Penyebab, dan Contohnya. Diakses pada 11 Maret 2021, dari :
https://dosensosiologi.com/pengertian-kekerasan/

Coursehero.com. Beberapa pengertian kekerasan menurut para ahli. Diakses pada 11


Maret 2021, dari : https://www.coursehero.com/file/p562j9an/Beberapa-pengertian-
kekerasan-menurut-para-ahli-yakni-sebagai-berikut-1-Thomas/

16
v_rdha. (2021, 19 April). Teori Kekerasan. Diakses pada 11 Maret 2021, dari :
http://firdhamodest.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html

iNewsJabar.id. (2020, 07 November). Ini Pasal dan Ancaman Hukuman terhadap


Pelaku Penganiyaan Anak. Diakses pada 12 Maret, dari :
https://jabar.inews.id/berita/ini-pasal-dan-ancaman-hukuman-terhadap-pelaku-
penganiayaan-anak

TEMPO.CO. (2020, 13 Juni). Ancaman Pidana Penyiraman Air Keras di Indonesia


dan Negara Lain. Diakses pada 12 Maret, dari :
https://nasional.tempo.co/read/1353215/ancaman-pidana-penyiraman-air-keras-di-
indonesia-dan-negara-lain

HukumOnline.com. (2019, 28 Januari). Perbuatan Tidak Menyenangkan. Diakses


pada 12 Maret, dari :
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl7081/perbuatan-tidak-
menyenangkan/#:~:text=Sehingga%2C%20Pasal%20335%20ayat%20(1,itu
%20sendiri%20maupun%20orang%20lain.

17

Anda mungkin juga menyukai