Anda di halaman 1dari 11

BUDAYA KEKERASAN VERSUS

BUDAYA KASIH

DISUSUN OLEH :
Anastasia Sinurat
Dirly Sihombing
Edi Tampubolon
Imannuel Siringoringo
Josua Sihombing
Nia Enjelina Sinaga
Putri Martha Hutagaol

KELAS : XI-IPS 2
MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

SMA SANTO PETRUS SIDIKALANG


T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik walaupun
jauh dari kesempurnaan. Dimana tugas ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dengan terselesainya makalah ini kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bpk. R. Sembiring selaku guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Katolik yang telah membimbing dan mengarahkan kami bagaimana cara mengerjakan
makalah ini.
Disisi lain, kami juga mengakui bahwa kami adalah manusia biasa yang mempunyai
kekurangan dan kelebihan dalam berbagai hal. Kami juga merasa masih banyak kekurangan
dari makalah kami ini. Hal ini karena tidak semua hal yang dapat kami deskripsikan dengan
sempurna dalam makalah ini. Kami telah melakukannya dengan semaksimal mungkin dengan
kemampuan kami sendiri. Mungkin ini yang dapat kami selesaikan. Apabila ada kritik dan
saran dari para pembaca, kami bersedia menerima semua kritik dan saran tersebut. Karena hal
tersebut akan menjadi batu loncatan bagi kami untuk dapat memperbaiki makalah kami
dimasa mendatang.
Akhir kata, kami mengharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kami
secara khususnya dan kepada pembaca makalah ini. Terimakasih.

TIM PENULIS,

KELOMPOK 5

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….i
Daftar Isi……...…………………………………………………………………...ii
Bab I Pembuka…………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..2
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...2
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….2
Bab II Pembahasan………………………………………………………………..3
A. Pengertian Kekerasan…………………………………………………3
B. Rupa-Rupa Kekerasan………………………………………………...3
C. Wajah-Wajah Kekerasa………………………………………………..3 – 5
D. Resolusi Konflik………………………………………………………5
E. Pengertian Cinta Kasih………………………………………………...5
F. Konsep Cinta Kasih sebagai Upaya Menghindari Konflik……………6
Bab III Penutup……………………………………………………………………7
A. Kesimpulan……………………………………………………………7
B. Saran…………………………………………………………………..7
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin meresahkan.


Dalam menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan disertai dengan tindakan
kekerasan. Secara umum, tindakan kekerasan dapat diartikan penggunaan secara
sengaja kekuatan fisik atau kekuatan, ancaman atau kekerasan aktual terhadap diri
sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau
kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis, pertumbuhan
yang tidak normal atau kerugian. Bentuk kekerasan banyak ragamnya, meliputi
kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi,
kekerasan simbolik dan penelantaran. Kekerasan dapat dilakukan oleh perseorangan
maupun secara berkelompok, secara serampangan (dalam kondisi terdesak) atau
teroganisir.

Dalam konteks sosial munculnya teori kekerasan dapat terjadi oleh beberapa hal yaitu
sebagai berikut.
1) Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kekerasan yang disebabkan oleh
struktur sosial tertentu.

2) Tekanan sosial, yaitu suatu kondisi saat sejumlah besar anggota masyarakat
merasa bahwa banyak nilai dan norma yang sudah dilanggar. Tekanan ini tidak
cukup menimbulkan kerusuhan atau kekerasan, tetapi juga menjadi pendorong
terjadinya kekerasan.

3) Berkembangnya perasaan kebencian yang meluas terhadap suatu sasaran


tertentu. Sasaran kebencian itu berkaitan dengan faktor pencetus, yaitu
peristiwa yang memicu kekerasan.

4) Mobilisasi untuk beraksi, yaitu tindakan nyata berupa pengorganisasian diri


untuk bertindak. Tahap ini merupakan tahap akhir dari akumulasi yang
memungkinkan terjadinya kekerasan.

5) Kontrol sosial, yaitu tindakan pihak ketiga seperti aparat keamanan untuk
mengendalikan, menghambat, dan mengakhiri kekerasan.
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Apakah yang dimaksud dengan kekerasan?
2) Apa saja wajah dan rupa dimensi kekerasan?
3) Apa saja resolusi konfliknya?
4) Apa pengertian dari cinta kasih?
5) Bagaimana konsep cinta kasih sebagai upaya menghindari tindak kekerasan?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan penelitian ini
adalah :
1) Untuk mengetahui pengertian dari kekerasan
2) Untuk mengetahui rupa dan dimensi dalam kekerasan
3) Untuk mengetahui resolusi konfliknya
4) Untuk mengetahui pengertian dari cinta kasih
5) Untuk mengetahui konsep cinta kasih upaya menghindari tindak kekerasan

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah :
i) Manfaat Teoritis: Menambah khasanah kepustakaan ilmu hukum pidana pada
umumnya, khususnya dibidang kekerasan guru terhadap murid di sekolah
ii) Manfaat Praktis :
a) Bagi guru: Menjadi pembelajaran bagi para guru dalam melaksanakan
tugasnya, tidak menerapkan cara cara kekerasan yang mengarah pada hal hal yang
bersifat kriminal.

b) Bagi Orang Tua Murid: Menjadi pembelajaran bagi orang tua, agar selalu
memantau perkembangan dan kegiatan anak-anaknya selama melakukan kegiatan
belajar disekolah.
2
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KEKERASAN
Kekerasan adalah tindakan atau perilaku yg melibatkan penggunaan kekuatan
fisik, psikologis, atau emosional untuk menyakiti, merugikan, atau mengendalikan org
lain. Kekerasan bisa terjadi dim bentuk, seperti fisik, verbal, psikologis, seksual, atau
ekonomi dan bisa dilakukan oleh individual atau kelompok.

2. RUPA – RUPA DIMENSI KEKERASAN


a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung adalah kekerasan yang dilakukan oleh satu atau sekelompok
aktor kepada pihak lain dengan menggunakan alat kekerasan, dan seringkali lebih
bersifat fisik dan secara langsung, jelas siapa subjek siapa objek, siapa korban dan
siapa pelakunya. Seperti contoh pembunuhan, pemotongan anggota tubuh dan lain
sebagainya. Jadi identifikasi paling mendasar tentang kekerasan langsung adalah
dengan adanya korban luka maupun meninggal.

b. Kekerasan tidak langsung


Kekerasan tidak langsung adalah kebalikan dari kekerasan langsung, dimana lebih
bersifat psikis, seperti contoh kasus gizi buruk, itu bukan akibat ulah kekerasan yang
dilakukan secara langsung tetapi lebih kepada akibat tatanan sistem politik, sosial
budaya dan juga ekonomi yang tidak adil atau tidak seimbang dalam menjalankan
perannya, karena alasan ini sehingga menyebabkan kekerasan menjadi terbuka, atau
contoh lain seperti pembalasan dendam, pengasingan, blokade, diskriminasi,

3. WAJAH – WAJAH KEKERASAN


Dimensi kekerasan di atas ini dapat kita lihat dalam bentuk-bentuk kekerasan yang
akhir-akhir ini hadir dalam skala frekuensi yang makin meningkat di Indonesia.
a) Kekerasan Sosial
Kekerasan sosial adalah situasi diskriminatif yang mengucilkan sekelompok
orang agar tanah atau harta milik mereka dapat dijarah dengan alasan “Pembangunan
Negara”. Ada sekelompok orang atau wilayah tertentu yang sepertinya tanpa henti
mengusung “stigma” dari penguasa. Stigmatisasi yang biasanya berlanjut dengan
“marginalisasi” dan berujung pada “viktimasi”. Mereka yang mengusung “stigma”
tertentu sepertinya layak ditertibkan, dibunuh, atau diperlakukan tidak manusiawi.
3
b) Kekerasan Kultural
Kekerasan kultural terjadi ketika ada pelecehan, penghancuran nilai-nilai
budaya minoritas demi hegemoni penguasa. Kekerasan kultural sangat mengandaikan
“stereotyp” dan “prasangka-prasangka kultural”. Dalam konteks ini, keseragaman
dipaksakan, perbedaan harus dimusuhi, dan dilihat sebagai momok. Apa yang menjadi
milik kebudayaan daerah tertentu dijadikan budaya nasional tanpa sebuah proses yang
demokratis, dan budaya daerah lainnya dilecehkan.

c) Kekerasan Etnis
Kekerasan etnis berupa pengusiran atau pembersihan sebuah etnis karena ada
ketakutan menjadi bahaya atau ancaman bagi kelompok tertentu. Suku tertentu
dianggap tidak layak bahkan mencemari wilayah tertentu dengan berbagai alasan.
Suku yang tidak disenangi harus hengkang dari tempat diam yang sudah menjadi
miliknya bertahun-tahun dan turun-temurun.

d) Kekerasan Keagamaan
Kekerasan keagamaan terjadi ketika ada “fanatisme, fundamentalisme, dan
eksklusivisme” yang melihat agama lain sebagai musuh. Kekerasan atas nama agama
ini umumnya dipicu oleh pandangan agama yang sempit atau absolut. Menganiaya
atau membunuh penganut agama lain dianggap sebagai sebuah tugas luhur.

e) Kekerasan Gender
Kekerasan gender adalah situasi di mana hak-hak perempuan dilecehkan.
Budaya patriarkhi dihayati sebagai peluang untuk tidak atau kurang memperhitungkan
peranan perempuan. Kultur pria atau budaya maskulin sangat dominan dan
kebangkitan wanita dianggap aneh dan mengada-ada. Perkosaan terhadap hak
perempuan dilakukan secara terpola dan sistematis.

f) Kekerasan Politik
Kekerasan politik adalah kekerasan yang terjadi dengan paradigma “politik
adalah panglima”. Demokratisasi adalah sebuah proses seperti yang didiktekan oleh
penguasa. Ada ekonomi, manajemen, dan agama versi penguasa. Karena politik
adalah panglima, maka paradigma politik harus diamankan lewat pendekatan
keamanan.

g) Kekerasan Militer
Kekerasan militer berdampingan dengan kekerasan politik. Kekerasan terjadi
karena ada militerisasi semua bidang kehidupan masyarakat. Cara pandang dan tata
nilai militer merasuk sistem sosial masyarakat. Dalam jenis kekerasan ini terjadi
banyak sekali hal-hal seperti: pembredelan pers, larangan berkumpul, dan litsus
sistematis. Pendekatan keamanan (security approach) sering diterapkan.
4
h) Kekerasan Terhadap Anak-Anak
Anak-anak di bawah umur dipaksa bekerja dengan jaminan yang sangat
rendah sebagai pekerja murah. Prostitusi anak-anak tidak ditanggapi aneh karena
dilihat sebagai sumber nafkah bagi keluarga. Dalam pendidikan, misalnya, masih
merajlela ideologi-ideologi pendidikan yang fanatik.

i) Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi paling nyata ketika masyarakat yang sudah tidak berdaya
secara ekonomis diperlakukan secara tidak manusiawi. Ekonomi pasar bebas dan
bukannya pasar adil telah membawa kesengsaraan bagi rakyat miskin.

j) Kekerasan Lingkungan Hidup


Sebuah sikap dan tindakan yang melihat dunia dengan sebuah tafsiran
eksploitatif. Bumi manusia tidak dilihat lagi secara akrab dan demi kehidupan
manusia itu sendiri.

4. RESOLUSI KONFLIK
A. Mediasi : Ini adalah proses di mana pihak ketiga yang netral membantu kedua
pihak mencapai solusi yang dapat diterima.
B. Negosiasi : Dalam metode ini, kedua pihak mencoba mencapai kesepakatan
bersama tanpa bantuan pihak ketiga.
C. Arbitrase : Dalam arbitrase, pihak ketiga membuat keputusan tentang konflik
setelah mendengarkan kedua belah pihak.
D. Konsiliasi : Ini adalah proses di mana pihak ketiga membantu kedua pihak
mencapai kesepakatan dengan membantu mereka mengidentifikasi dan
memahami masalah mereka.
E. Litigasi : Jika semua metode lain gagal, litigasi atau proses hukum dapat
digunakan untuk menyelesaikan konflik.

5. PENGERTIAN CINTA KASIH


Budaya kasih adalah kebiasaan menghargai martabat manusia. Budaya kasih
adalah kebiasaan bersama saling perhatian akan kesejahteraan bersama. Budaya kasih
tidak kuat tanpa kebiasaan sadar akan Kasih Tuhan yang selalu mengundang
memanggil manusia dengan konsekwen memberi kita sarana prasarana hidup di alam
bumi Indonesia ini. Yesus bukan saja mengajak kita untuk tidak menggunakan
kekerasan menghadapi musuh-muuh, tetapi juga untuk mencintai musuh-musuh
dengan tulus. Yesus mengajak kita untuk mengembangkan budaya kasih dengan
mencintai sesama, dan itulah pengertian sebenarnya dari budaya kasih.
5
6. KONSEP CINTA KASIH SEBAGAI UPAYA MENGHINDARI KEKERASAN
Konflik dan kekerasan yang sering terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan. Untuk mengatasi konflik dan kekerasan, kita dapat mencoba usaha-
usaha preventif dan usaha-usaha mengelola konflik dan kekerasan, jika konflik dan
kekerasan sudah terjadi.

 Usaha-usaha Membangun Budaya Kasih sebelum Terjadi Konflik dan Kekerasan


Banyak konflik dan kekerasan terjadi karena terdorong oleh kepentingan
tertentu. Fanatisme kelompok sering disebabkan oleh kekurangan pengetahuan dan
merasa diri terancam oleh kelompok lain. Untuk itu perlu diusahakan beberapa hal.
- Dialog dan komunikasi.
- Kerja sama atau membentuk jaringan lintas batas untuk memperjuangkan
kepentingan umum.

 Usaha-usaha Membangun Budaya Kasih Sesudah Terjadi Konflik dan Kekerasan


Usaha untuk membangun budaya kasih sesudah terjadi konflik dan kekerasan
sering disebut “pengelolaan atau managemen konflik dan kekerasan”. Ada tahapan
langkah yang dapat dilakukan

- Langkah Pertama; konflik atau kekerasan perlu diceritakan kembali oleh yang
menderita. Kekerasan bukanlah sesuatu yang abstrak atau interpersolnal melainkan
personal, pribadi, maka perlu dikisahkan kembali.

- Langkah Kedua; Mengakui kesalahan dan minta maaf serta penyesalan dari pihak
atau kelompok yang melakukan kekerasan atau menjadi penyebab konflik dan
kekerasan. Pengakuan ini harus dilakukan secara publik dan terbuka, sebuah
pengakuan jujur tanpa mekanisme bela diri.

- Langkah Ketiga; Pengampunan dari korban kepada yang melakukan kekerasan.

- Langkah Keempat; Rekonsiliasi


6
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya kekerasan dan cinta kasih saling membutuhkan satu sama lain
layaknya manusia. Cinta kasih yang dibangun sebelum dan sesudah terjadinya
kekerasan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi hubungan seseorang baik
hubungan pertemanan, percintaan atau hubungan antara orang tua dan anak.

B. SARAN
Setiap orang seharusnya dappat menanamkan cinta kasih dalam diirnya sendiri. Hal
ini bertujuan untuk menghindari kekerasan hingga konflik yang dapat merenggut
nyawa orang lain
7

Anda mungkin juga menyukai