Anda di halaman 1dari 23

PENELITIAN

Maraknya Tindak Kekerasan di Jalanan Cirebon


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi
semester 4

Disusun oleh:

Kelompok 3
1. Fernando Alonso S (11)
2. Hilman Chosirin (13)
3. Kasana Sri Bayu (15)
4. Nada Dwiyasyah (17)
5. Nazwa Allegra N (21)
6. Nikkita Dewi Ayu A (23)

XI IPS 2

SMA NEGERI 1 KOTA CIREBON


Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.81

2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penelitian yang berjudul
“Maraknya Tindak Kekerasan Jalanan di Cirebon” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Sri Wahyuni pada mata pelajaran Sosiologi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Maraknya Tindak Kekerasan Jalanan
di Cirebon bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Wahyuni, selaku guru
Sosiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 5 April 2021

Penulis

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin
meresahkan. Dalam menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan disertai
dengan tindakan kekerasan. Secara umum, tindakan kekerasan dapat diartikan
penggunaan secara sengaja kekuatan fisik atau kekuatan, ancaman atau kekerasan
aktual terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau komunitas,
yang berakibat luka atau kemungkinan besar bisa melukai, mematikan,
membahayakan psikis, pertumbuhan yang tidak normal atau kerugian. Bentuk
kekerasan banyak ragamnya, meliputi kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan
psikologis, kekerasan ekonomi, kekerasan simbolik dan penelantaran. Kekerasan
dapat dilakukan oleh perseorangan maupun secara berkelompok, secara
serampangan (dalam kondisi terdesak) atau teroganisir.
Kasus kekerasan juga terjadi di lingkungan masyarakat. Fenomena
kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat saat ini sudah sangat meresahkan.
Seolah olah kekerasan menjadi hal yang terjadi setiap waktu. Hal ini dapat kita lihat
dari banyaknya pemberitaan kekerasan oleh media baik cetak maupun elektronik.
Subjek dan objek kekerasan berasal dari beragam kalangan, mulai dari individual
dan kelompok.
Secara umum, berita kekerasan akan menyampaikan informasi
tentang peristiwa yang akan terjadi, lokasi kejadian, kapan terjadinya, siapa
pelakunya, siapa korbannya, apa motifnya serta tindakan hukum yang diambil oleh
pihak aparat kepolisian. Melalui analisis isi, dapat diungkap berbagai hal berkaitan
dengan masalah kekerasan yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah
dijelskan sebelumnya dapat dirumuskan beberapa masalah. Berikut
1. Jenis kekerasan apa yang sering diberitakan di media massa?
2. Apa jenis kelamin pelaku tindak kekerasan?
3. Berapakah usia pelaku tindak kekerasan?
4. Apa jenis kelamin korban tindak kekerasan?
5. Berapa usia korban tindak kekerasan?
6. Apa penyebab yang menyebabkan pelaku melakukan tindak
kekerasan?
7. Di mana tindak kekerasan dilakukan
8. Kapan tindak kekerasan itu terjadi?
9. Apa hubungan korban dengan pelaku kekerasan?
10. Bagaimana proses penyelesaiannya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah
1. Menggambarkan jenis kekerasan yang sering diberitakan di
media massa
2. Menggambarkan presentase jenis kelamin pelaku tindak
kekerasan
3. Menggambarkan usia pelaku tindak kekerasan.
4. Menggambarkan presentase jenis kelamin korban kekerasan.
5. Menggambarkan usia korban tindak kekerasan.
6. Menggambarkan penyebab tindak kekerasan.
7. Menggambarkan lokasi terjadinya tindak kekerasan.
8. Menggambarkan waktu terjadinya tindak kekerasan.
9. Menggambarkan hubungan korban dengan pelaku.
10. Menggambarkan proses penyelesaian dari tindak kekerasan.

1.4 Manfaat Penelitian


Pelaksanaan tujuan penelitian tercapai, dapat memperoleh suatu
manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian ilmu
terutama Sosiologi dalam materi Kekerasan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung
tentang kekerasan yang terjadi di masyarakat serta cara penanggulangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Kekerasan


Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin
meresahkan. Dalam menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan disertai
dengan tindakan kekerasan. Secara umum, tindakan kekerasan dapat
diartikan penggunaan secara sengaja kekuatan fisik atau kekuatan, ancaman
atau kekerasan aktual terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap
kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau kemungkinan besar bisa
melukai, mematikan, membahayakan psikis, pertumbuhan yang tidak
normal atau kerugian. Bentuk kekerasan banyak ragamnya, meliputi
kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, kekerasan
ekonomi, kekerasan simbolik dan penelantaran. Kekerasan dapat dilakukan
oleh perseorangan maupun secara berkelompok, secara serampangan
(dalam kondisi terdesak) atau teroganisir.
Definisi kekerasan menurut para ahli sebagai berikut:
1. Kamus Sosiologi
Kekerasan merupakan suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok di mana secara fisik maupun verbal
mencerminkan tindakanagresi dan penyerangan pada kebebasan
atau martabat.
2. World Health Organization
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma atau
perampasan hak.
3. Soerjono Soekanto
Kekerasan (violence) adalah penggunaan kekuatan fisik secara
paksaterhadap orang atau benda. Adapun kekerasan sosial adalah
kekerasan yang dilakukanterhadap orang dan barang karena orang
dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu.
4. Abdul Munir Mulkan
Kekerasan adalah tindakan fisik yang dilakukan oleh seseorang
atausekelompok orang untuk melukai, merusak atau
menghancurkan orang lain atau harta bendadan segala fasilitas
kehidupan yang merupakan bagian dari dari orang lain tersebut.
5. Stuart dan Sundeen
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan
perasaan marah dan permusuhan yang mengakibatkan hilangnya
kontrol diri di manaindividu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
6. Colombijn
Kekerasan adalah perilaku yang melibatkan kekuatan fisik dan
dimaksudkan untuk menyakiti, merusak, atau melenyapkan
seseorang atau sesuatu.
7. James B. Rule
Kekerasan merupakan manifestasi naluri bersama atau gerakan
naluri primitif yang menciptakan kondisi-kondisitindakan massa.
8. Thomas Hobbes
Kekerasan merupakan sesuatu yang alamiah dalam manusia.
9. Black
Kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang tidak adil dan tidak
dapat dibenarkan.
10. J.J. Rousseau
Kekerasan yang dilakukan bukan merupakan sifat murni manusia.

2.2 Tinjauan Tentang Jenis Kekerasan


Memahami kekerasan tidak cukup dengan memahami definisinya
saja. Untuk juga memahami apa saja yang dikategorikan sebagai tindak
kekerasan. Berikut jenis-jenis kekerasan:
1. Kekerasan Langsung (Direct Violence)
Kekerasan Langsung (Direct Violence) adalah kekerasan yang
langsung merujuk pada tindakan yang berkenaan dengan fisik atau
psikologis seseorang.
2. Kekerasan Tidak Langsung (Indirect Violence)
Kekerasan Tidak Langsung (Indirect Violence) adalah kekerasan
yang dilakukan secara tidak langsung akan tetapi membahayakan
keselamatan seseorang, akan tetapi kekerasan ini tidak melibatkan
hubungan secara langsung antara pelaku tindak kekerasan dengan
korban kekerasan.
3. Kekerasan Represif (Refressive Violence)
Kekerasan Represif (Refressive Violence) adalah kekerasan yang
berkaitan dengan pencabutan hak dasar untuk bertahan hidup dan
untuk dilindungi dari kesakitan dan penderitaan. Oleh karena itu,
kekerasan ini merupakan suatu tindakan yang membatasi kebebasan
manusia dalam berpendapat, berbicara, berfikir, beragama,
beroganisasi dan kesamaan hak dimata hukum.
4. Kekerasan Alienatif (Alienating Violence)
Kekerasan Alienatif (Alienating Violence) adalah kekerasan yang
merupakan suatu tindakan yang mencabut hak-hak manusia lain
seperti hak pertumbuhan kejiwaan (emosi), budaya dan intelektual.
Kekerasan Psikis
5. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis atau kekerasan mental adalah kekerasan yang
mengarah pada serangan terhadap mental atau psikis seseorang,
dapat berbentuk ucapan yang menyakitkan, berkata dengan nada
yang tinggi, penghinaan dan ancaman.
6. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual meliputi pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah
tangga tersebut, pemaksaan hubungan seksual terhadap salah
seorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan atau tujuan tertentu.
7. Kekerasan Finansial
Kekerasan yang dilakukan dalam bentuk eksploitasi, memanipulasi,
dan mengendalikan korban dengan tujuan finansial. Serta memaksa
korban bekerja, melarang korban bekerja tapi menelantarkannya,
atau mengambil harta pasangan tanpa sepengetahuannya.
8. Kekerasan menyerang (Agresif)
Kekerasan menyerang yang dilakukan tidak untuk perlindungan,
tetapi untuk mendapatkan sesuatu. Misalnya perampokan
bersenjata, penjambretan, pembunuhan, dan penganiayaan.
9. Kekerasan bertahan (Defensive)
Kekerasan yang dilakukan sebagai perlindungan diri, misalnya
kepanikan yang terjadi dalam sebuah gedung bioskop yang sedang
terbakar. Walaupun tindakan ini wajar namun dianggap kekerasan.
Mereka saling berebut pintu darurat untuk mencari selamat agar
bisa mencapai keluar gedung. Merekapun saling menghalangi dan
saling menyingkirkan “lawan”.
10. Terorisme
Terorisme adalah segala jenis kekerasan yang terinspirasi secara
politik dan dilakukan oleh sumber yang tidak resmi. Terorisme
dimaksudkan suatu kebijakan untuk menyerang dengan teror
kepada mereka dengan menggunakan metode intimidasi.
Penggunaan ancaman aktual dipandang sebagai ancaman efektif
bagi kekerasan yang akan datang. Ancaman seseorang bukan
omong kosong dan pengancam telah siap untuk mewujudkan
ancamannya.
11. Balas dendam (Revenge)
Balas dendam merupakan tindakan yang bertalian dengan
kesalahan di masa lalu. Tindakan ini merupakan pembalasan dari
tindakan individu lain sebelumnya. Dalam suatu kejadian, balas
denda, dapat menimbulkan terror.
12. Pembunuhan (Homicide)
Pembunuhan diartikan setiap pembunuhan orang lain oleh tindakan
orang itu sendiri. Ada dua jenis pembunuhan, yaitu pembunuhan
legal dan pembunuhan kriminal.
a. Pembunuhan legal adalah pembunuhan yang secara hukum
dibenarkan karena tindakan ini dilakukan untuk pembelaan diri
atau untuk mempertahankan harta milik.
b. Pembunuhan kriminal adalah pembunuhan yang dilarang oleh
hukum. Pembunuhan kriminal dibagi menjadi tiga jenis yaitu
pembunuhan (murder), pembunuhan berencana (volentary
manslaughter), dan pembunuhan tidak terencana (involuntary
manslaughter).

2.3 Tinjauan Tentang Kekerasan Jalanan


Fenomena pencurian kendaraan bermotor roda dua
dengan kekerasan atau dikenal dengan istilah “begal” adalah salah satu
bentuk kejahatan yang akhir-akhir ini sangat meresahkan masyarakat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata begal berarti penyamun dan
jika ditambahkan dengan membegal berarti “merampas di jalan”. Secara
terminologi kata begal dapat diartikan sebagai sebuah aksi kejahatan
(kriminal) seperti perampokan atau perampasan yang dilakukan oleh
seseorang disertai kekerasan dengan menggunakan senjata tajam dan
menggunakan kendaraan bermotor bahkan biasa sampai melakukan
pembunuhan terhadap korban dan korban yang disasar biasanya pengendara
sepeda motor. Jadi Begal merupakan suatu perbuatan merampas, merampok
dengan cara paksa menggunakan kendaraan bermotor dan senjata tajam.
Aksi begal jelas menggangu keamanan masyarakat (public security)
dan bahkan mengancam keamanan insani (human security). Istilah “begal”
merupakan istilah yang hanya muncul di masyarakat Indonesia saja.
Menurut England dan West of Theft Act, Seseorang dinyatakan melakukan
pembegalan ketika ia melakukan pencurian atau perampasan dengan
paksaan, demi membuat korban tersebut takut. Menurut Louise E. Porter,
Pembegalan itu biasa ditujukan untuk mendapatkan barang komersil
(Biasanya lebih terencana dan dalam jumlah besar) serta biasa pula untuk
barang personal.

2.4 Tinjauan Tentang Kekerasan Seksual


Pelecehan atau kekerasan seksual merupakan upaya penyerangan
yang bersifat seksual, baik telah terjadi persetubuhan ataupun tidak.
Pelecehan atau kekerasan seksual adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh seseorang kepada orang lain dengan cara memaksakan keinginan
seksualnya dapat disertai dengan ancaman maupun paksaan. Pelecehan
seksual memiliki rentang yang sangat luas, mulai dari ungkapan verbal
(komentar, gurauan dan sebagainya) yang tidak senonoh, perilaku tidak
senonoh (mencolek, meraba, memeluk, dan sebagainya), mempertunjukkan
gambar porno atau jorok, serangan dan paksaan yang tidak senonoh seperti,
memaksa untuk mencium atau memeluk, bahkan mengancam korban bila
menolak memberikan pelayanan seksual, hingga perkosaan. Pelecehan
seksual pada anak jalanan adalah suatu bentuk kekerasan dimana seseorang
menjadikan anak jalanan untuk melampiaskan rangsangan seksualnya.
Perilaku-perilaku pelecehan seksual sudah biasa bagi anak jalanan, seperti
anak laki-laki memegang payudara atau paha anak perempuan atau
sebaliknya, anak perempuan memegang alat kelamin anak laki-laki.
Anak-anak yang memiliki pengetahuan kurang tentang pendidikan seks
akan berisiko tinggi mengalami pelecehan seksual. Mereka menganggap
tabu untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi,
sehingga tidak memiliki gambaran yang tepat tentang pendidikan seks. Usia
rata-rata anak jalanan mengalami pelecehan seksual pertama kali yaitu 8-15
tahun. Biasanya pelaku pelecehan seksual adalah sesama anak jalanan.
Tempat terjadinya pelecehan seksual dapat di rumah pelaku, pinggir jalan,
kolong jembatan, dalam pasar, pinggiran dalam angkot. Korban dianggap
lemah dan tidak dapat melawan sehingga mendapat perlakuan pelecehan
seksual dari pelaku. Berbagai dampak akibat pelecehan seksual dapat
dialami korban, seperti perasaan jengkel, takut, menyesal, dan stres, bahkan
terkena penyakit menular seksual.
Berdasarkan bentuk-bentuk pelecehan seksual dapat dikategorikan,
yaitu:
a. Pelecehan seksual secara non-fisik
Pelecehan seksual secara non-fisik meliputi kata-kata
menghina, pandangan tidak senonoh, dilihat dari atas ke bawah,
pandangan cabul pada bagian-bagian tubuh tertentu, dan ucapan-
ucapan tentang seks. Pelecehan seksual juga dapat berupa korban
diajak melihat film porno, diperlihatkan aktivitas seksual secara
langsung. Selain itu, pelaku memperlihatkan gambar-gambar porno
atau alat kelaminnya pada anak.
b. Pelecehan seksual secara fisik
Pelecehan seksual secara fisik dapat berupa pencabulan.
Korban pelecehan seksual pada anak yang paling dominan adalah
usia di bawah 15 tahun. Lebih luas pelecehan seksual dapat berupa
kegiatan, seperti, menyentuh ke daerah yang sangat sensitif.

2.5 Tinjauan Tentang Tindak Penindasan


Menurut Rigby (2003) bullying atau penindasan adalah keinginan
untuk menyakiti yang merupakan sebuah tindakan negatif,
ketidakseimbangan kekuatan dan biasanya terjadi pengulangan atau
repetisi, bukans ekedar penggunaan kekuatan namuna danya kesenangan
yang dirasakan oleh pelaku dan rasa tertekan di pihak korban.
Menurut Semai Jiwa Amini, (2008) ada tiga bentuk perilaku
bullying :
a. Bentuk Fisik
Bentuk fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak
dan paling dapat diidentifikasi dari pada bentuk-bentuk penindasan
lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari
sepertiga insiden bullying yang dilaporkan oleh siswa. Yang
termasuk penindasan secara fisik seperti memukul, mencubit,
menjewer, meninju, mendorong, menendang, menjitak, menampar,
mendorong kepala, menarik alis mata, melempar penghapus, kapur,
sapu dan buku, menjemur korban di panas atau hujan, perpeloncoan
atau ospek dan memalak (meminta dengan paksa yang bukan
miliknya).
b. Bentuk Verbal
Kata-kata adalah alat yang kuat dan dapat mematahkan
semangat seorang anak yang menerimanya. Kekerasan verbal adalah
bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak
perempuan maupun laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan
dan dapat dibisikkan di hadapan orang dewasa serta teman sebaya,
tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama,
celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu bentuk
verbal ini dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang,
telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng
yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar,
dan gosip.
c. Bentuk Psikologis
Jenis ini sulit dideteksi dari luar. Bentuk psikologis ini
adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Penghindaran
adalah suatu tindakan penyingkiran, adalah alat yang terkuat. Anak
yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun
akan tetap mengalami efeknya. Perilaku ini dapat mencakup sikap-
sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata,
helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan
bahasa tubuh yang kasar.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode Analisis Isi (AI). Analisis isi berupaya mengungkap berbagai
informasi yang terkandung dalam pemberitaan di media massa berkaitan
dengan tindak kekerasan.

3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah berita-berita yang dimuat di media massa
Radar Cirebon dan Metropolis.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Sampel surat kabar diambil secara acak (random sampling), yaitu
surat kabar yang terbit pada bulan Februari 2021. Berita dengan kasus yang
sama dan dimuat oleh lebih dari satu media.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah metode
dokumentasi, yaitu berita-berita tentang kekerasan yang dimuat dalam surat
kabar Radar Cirebon dan Metropolis dalam bulan Februari 2021.
BAB IV
Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menganalisis berita kekerasan


yang dimuat di harian Radar Cirebon dan Metropolis. Sampel diambil
secara acak untuk empat edisi setiap minggunya. Jumlah kasus kekerasan
yang dapat dianalisis sebanyak 10 kasus. Berikut ini disajikan hasil analisis
pengolahan data dari 10 kasus kekerasan. Data disajikan berdasarkan
pengolahan sebagai berikut.

Tabel 1 Jenis-jenis Kekerasan.


Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Kekerasan Seksual 1 0 2 10
2. Penindasan 1 0 1 10
3. Kekerasan Lain 5 2 7 80
Jumlah 8 2 10 100

Tabel 2 Jenis Kelamin Pelaku.


Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Laki-laki 5 1 6 60
2. Perempuan 1 0 1 10
3. Tidak diketahui 2 1 3 30
Jumlah 8 2 10 100

Tabel 3 Usia Pelaku Kekerasan.


Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. 0-6 tahun 0 0 0 0
2. 6-12 tahun 0 0 0 0
3. 13-20 tahun 1 0 1 10
4. 20-30 tahun 2 0 2 20
5. 30-50 tahun 3 0 3 30
6. Di atas 50 0 0 0 0
7. Tidak diketahui 2 2 4 40
Jumlah 8 2 10 100
Tabel 4 Jenis Kelamin Korban.
Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Laki-laki 3 1 4 60
2. Perempuam 3 1 4 10
3. Tidak diketahui 2 0 2 30
Jumlah 8 2 10 100

Tabel 5 Usia Pelaku Korban.


Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. 0-6 tahun 0 0 0 0
2. 6-12 tahun 0 0 0 0
3. 13-20 tahun 3 1 4 40
4. 20-30 tahun 0 0 0 0
5. 30-50 tahun 0 0 0 0
6. Di atas 50 0 1 1 10
7. Tidak diketahui 5 0 5 50
Jumlah 8 2 10 100

Tabel 6 Penyebab Kekerasan.


Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Kriminal 6 1 7 70
2. Salah Paham 0 1 1 10
3. Asmara 1 0 1 10
4. Lainnya 1 0 0 10
Jumlah 8 2 10 100

Tabel 7 Tempat Terjadinya Kekerasan.


Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Rumah 1 0 1 10
2. Jalan raya 5 2 8 70
3. Lainnya 2 0 1 20
Jumlah 8 2 10 100
Tabel 8 Waktu Kejadian
Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Pagi 2 0 2 20
2. Siang 0 0 0 0
3. Sore 0 1 1 10
4. Malam 2 0 2 20
5. Tidak diketahui 4 1 5 50
Jumlah 8 2 10 100

Tabel 9 Hubungan Korban dengan Pelaku


Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Adik/kakak 1 0 0 10
2. Teman 1 1 2 20
3. Tidak diketahui 6 1 7 70
Jumlah 8 2 10 100

Tabel 10 Penyelesaian
Jumlah Berita
No. Variabel RC Metropolis Total %
1. Proses Hukum 7 2 9 90
2. Tidak diketahui 1 0 1 10
Jumlah 8 2 10 100

Berdasarkan pengolahan data di atas, hasil peneliotian dapat


digambarkan sebagai berikut.
a. Jenis Kekerasan
Gambar 1 menunjukkan bahwa Kekerasan-kekerasan lain tergolong
sangat tinggi, yaitu sebesar (80%). Dalam kategori ini ditemukan fakta
seperti ancaman, intimidasi, terror, dan pemaksaan. Sementara, kekerasan
seksual dan penindasan dengan presentase masing-masing sebesar 10%.
Kekerasan Seksual
10%
Penindasan
10

Kekerasan
Lain 80%

Gambar 1 Jenis kekerasan.

b. Jenis Kelamin Pelaku


Jenis kelamin pelaku merupakan variabel yang selalu
ditampilkan dalam pemberitaan yang berkaitan dengan kekerasan.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pelaku kekerasan paling
banyak dilakukan laki-laki yaitu sebesar 60%, sementara perempuan
sebagai pelaku hanya sebesar 10% dan untuk pelaku yang tidak
diketahui jenis kelaminnya sebesar 30%. Kekerasan yang dilakukan
oleh kaum tindak kekerasan perempuan ditemukan di rumah seperti
pembunuhan terhadap adik. Kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki
dan pelaku yang tidak diketahui jenis kelaminnya sangat bervariasi,
tetapi yang paling banyak adalah tindakan yang disertai dengan
perbuatan kriminal

Tidak diketahui
30%

Perempuan Laki-laki
10% 60%

Gambar 2 Jenis kelamin pelaku tindak kekerasan.

c. Usia Pelaku Kekerasan


Usia pelaku menunjuk pada pelaku tindak kekerasan yang
diberitakan dalam surat kabar.
Gambar 3 menunjukkan bahwa tindak kekerasan didominasi
oleh pelaku yang tidak diketahui usianya yaitu sebesar 40%. Pada
urutan kedua adalah mereka yang berusia antara 30-50 tahun sebesar
30% karena pemenuhan kebutuhan hidup yang tinggi serta situasi-
situasi emosional yang dihadapinya. Pelaku kekerasan dengan usia
20-30 tahun sebesar 20%, dan pelaku kekerasan dengan usia 13-20
tahun sebesar 10% karena masa ini adalah masa remaja sampai
menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa-masa yang peka bagi
kehidupan seseorang karena terjadi proses pencarian jati diri. Pada
saat itulah banyak remaja yang menemukan situasi negatif dalam
perkembangan jiwanya sehingga mendorong perilaku keras dalam
hidupnya.

Tidak diketahui 13-20 tahun


40% 10%
20-30
tahun
20%

30-50 tahun
30%

Gambar 3 Usia pelaku tindak kekerasan.

d. Jenis Kelamin Korban


Jenis kelamin korban mernunjukkan jumlah korban
kekerasan atas dasar jenis kelaminnya.
Gambar 4 menunjukkan bahwa korban kekerasan masih
didominasi oleh kaum laki-laki yaitu sebesar 60%, sementara
korban yang tidak di ketahui jenis kelaminnya sebesar 30%, dan
korban perempuan hanya sebesar 10%. Indikasi ini menunjukkan
bahwa kaum laki-laki sangat rentan juga menjadi korban kekerasan.
Tidak diketahui
30%

Perempuan Laki-laki
10% 60%
Gambar 4 Jenis kelamin korban tindak kekerasan.

e. Usia Korban
Usia korban merupakan variable yang menunjukkan usia
korban saat mengalami kekerasan.
Gambar 5 menunjukkan bahwa usia korban kekerasan paling
banyak adalah mereka yang tidak diketahui usianya sebesar 50%,
urutan kedua dengan tingkat usia 13-20 tahun sebesar 40%, dan usia
yang paling sedikit korban berada di usia 50 tahun keatas yaitu
hanya 10%.
Tidak 13-20
diketahui tahun
50% 40%

Di atas 50
tahun
10%
Gambar 5 Usia korban tindak kekerasan.

f. Penyebab Kekerasan
Penyebab terjadinya kekerasan merupakan variable yang
dimunculkan dalam surat kabar sebagai faktor yang menjadi sebab
terjadinya kekerasan.
Gambar 6 menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya
kekerasan yang paling besar adalah kriminal sebesar 70% . Di bawah
itu adalah salah paham, asmara, dan lainnya dengan masing-masing
sebesar 10%.
Lainnya
Asmara 10%
10%

Salah
Paham
10%

Kriminal
70%
Gambar 6 Penyebab terjadinya kekerasan.

g. Tempat Kejadian
Tempat kejadian merupakan variable yang menunjukkan
wilayah dimana tindak kekerasan itu terjadi.
Gambar 7 menunjukkan, tempat terjadinya kekerasan
paling banyak di jalan raya sebesar 70%. Kekerasan di jalan raya
ini berupa pembegalan, tawuran, dan tindak kekersan lainnya.
Urutan selanjutnya adalah tempat-tempat lain sebesar 20%. Dalam
kategori ini, kekerasan dapat terjadi di tempat tersembunyi (rumah
kosong), tempat hiburan, dan lain-lain. Kekerasan juga terjadi di
rumah sebesar 10%. Wujud dari kekerasan ini berupa pembunuhan.

Lainnya Rumah
20% 10%

Jalan Raya
70%
Gambar 7 Lokasi terjadinya tindak kekerasan.

h. Waktu Kejadian
Waktu kejadian adalah variable yang dimuat dalam surat
kabar yang menunjukkan kapan peristiwa kekerasan itu terjadi.
Gambar 10 menunjukkan, keterangan waktu yang tidak
diketahui adalah presentase tertinggi. Tidak diketahui waktunya
memberi arti bahwa kejadian tindak kekerasan tidak diberikan
waktu kejadian secara spesifik, misalnya hanya disebutkan harinya.
Bisa juga hanhya ditemukan korban sebagai akibat dari tindak
kekerasan. Dan disusul pagi hari dan malam hari sebesar 20%.

Tidak Pagi
diketahui 20%
50%

Sore
10%

Malam
20%

Gambar 8 Waktu terjadinya tindak kekerasan.

i. Hubungan Korban dengan Pelaku


Variabel yang dimuat di suara kabar yang menunjukkan
hubungan antara korban dengan pelaku. Dalam penelitian ini, tidak
dirinci secara spesifik antara korban dan pelaku.

Adik/kakak
10%

Teman
20%

Tidak
diketahui
70%

Gambar 9 Hubungan antara pelaku dan korban.

Gambar 9 menujukkan hubungan antara korban kekerasan


dengan pelaku tindakan. Presentase tertinggi ditunjukkan pada
keterangan yang tidak diketahui karena mayoritas berita yang
diambil adalah kekerasan di jalanan, sehingga memperoleh
presentase sebesar 70%. Secara umum, ternyata yang saling
mengenal sebesar 30%.
j. Penyelesaian
Penyelesaiannya adalah variable yang menunjukkan proses
tindak lanjut dari terjadinya kekerasan yang dimuat di surat kabar.
Gambar 10 menunjukkan bahwa dalam penyelesaian
terhadap adanya perilaku tindak kekerasan, mayoritas menempuh
jalur hukum sebesar 90%, penyelesaian yang tidak memiliki
keterangan sebesar 10%.

Tidak
diketahui

Hukum

Gambar 10 Cara yang ditempuh dalam memyelesaikan


tindak kekerasan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-suska.ac.id/6591/3/BAB%20II.pdf
http://repository.unissula.ac.id/6682/3/BAB%20I.pdf
Triyono, Slamet dan Hermanto. 2017. Sosiologi untuk SMA/MA

Anda mungkin juga menyukai