Anda di halaman 1dari 6

1.

Peserta didik berkumpul dengan kelompoknya masing-masing


2. Peserta didik membaca artikel tentang anti kekerasan
3. Peserta didik berdiskusi mengenai artikel yang dibacanya dan mengerjakan LKPD
4. Peserta didik memilih jenis produk yang akan dibuat
5. Peserta didik membuat produk untuk mengungkapkan hasil diskusinya.
6. Peserta didik mempresentasikan hasil produknya
7. Peserta didik mengumpulkan hasil produknya

A. PENGERTIAN KEKERASAN
Setiap manusia yang ada pada dunia ini pasti akan selalu berdampingan dengan yang
namanya perbedaan, baik itu perbedaan latar belakang (agama, ras, suku, dan sebagainya),
perbedaan fisik, perbedaan jenis kelamin, dan masih banyak lagi. Tidak ada salahnya hidup
berdampingan dengan perbedaan, bahkan dengan perbedaan itu dapat membuat hidup menjadi
lebih beragam dan berwarna.
Namun, di sisi lainnya, perbedaan yang dekat dengan kita ini ternyata bisa menjadi
penyebab terjadinya suatu konflik yang terjadi antar individu dengan individu, individu
dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Lebih parahnya lagi, perbedaan bisa juga
menjadi pemicu timbulnya tindak kekerasan dalam sebuah lingkungan masyarakat.
Dikutip dari buku M, Rahmat yang berjudul Ensiklopedia Konflik Sosial, dalam bahasa Latin,
kekerasan ini sering disebut dengan violentia yang berarti kebengisan, keganasan, aniaya, dan
kegarangan. Kekerasan itu sendiri bisa dibilang sebagai perilaku yang disengaja atau tidak
disengaja dengan tujuan untuk melukai orang lain.
Oleh sebab itu, kekerasan merupakan salah satu tindakan yang sangat melanggar Hak
Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan tindak kekerasan tidak pernah mencerminkan norma-
norma dan nilai-nilai yang mencerminkan Hak Asasi Manusia. Oleh karena pelaku tindak
kekerasan harus segera diberi hukuman agar mendapatkan efek jera.
Kekerasan adalah sebuah tindakan yang memang sengaja dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan tujuan menindas yang lemah agar terus mendapatkan penderitaan.
Kekerasan ini bisa dalam bentuk fisik atau bisa juga dalam bentuk psikis. Adapun tindak
kekerasan fisik, seperti seseorang memukul atau menendang, dan sebagainya. Sedangkan
kekerasan psikis, seperti memaksa orang lain untuk melakukan hal yang tidak disukainya.
Kedua bentuk itu sama-sama memiliki dampak yang bisa merugikan korbannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kekerasan adalah perbuatan seseorang atau
kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan
kerusakan fisik atau barang orang lain.
Berkembangnya teknologi juga membuat tindak kekerasan semakin luas. Dengan kata
lain, tindak kekerasan bukan hanya terjadi di dunia nyata saja, tetapi juga terjadi di dunia
maya atau dunia media sosial. Oleh karena itu, agar kita tidak menjadi pelaku kekerasan di
dunia maya, maka kita perlu dalam menggunakan media sosial.

B. JENIS KEKERASAN
Supaya bisa mengelompokkan kekerasan yang sedang terjadi, maka kita perlu
mengetahui jenis-jenis kekerasan. Kekerasan yang ada di lingkungan masyarakat, dibagi
berdasarkan bentuk dan pelakunya.
1. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk kekerasan ini dibagi menjadi tiga, yaitu kekerasan fisik, kekerasan struktural,
dan kekerasan psikologis.
a. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu kekerasan yang terjadi secara nyata atau dapat dilihat
dan dirasakan oleh tubuh langsung. Kekerasan fisik ini seringkali meninggalkan bekas luka bagi
penerima kekerasan atau korban tindak kekerasan, sehingga ketika ingin melaporkan tindak
kekerasan ini akan divisum terlebih dahulu. Adapun wujud dari kekerasan fisik, seperti
pemukulan, pembacokan, bahkan hingga menghilangkan nyawa seseorang.
Kekerasan fisik ini bisa juga disebut dengan kekerasan langsung karena bisa langsung
menyebabkan luka pada korbannya. Kekerasan fisik ini bukan hanya terjadi di lingkungan luar
rumah saja, tetapi bisa juga terjadi di lingkungan keluarga, seperti Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT).
b. Kekerasan Struktural
Kekerasan struktural ini bisa dibilang sebagai kekerasan yang sangat kompleks karena
bukan hanya berkaitan dengan individu saja, tetapi juga sering terjadi dengan suatu
kelompok. Kekerasan struktural adalah jenis kekerasan yang dapat terjadi dan pelakunya bisa
kelompok atau seseorang dengan cara memakai sistem hukum, sistem ekonomi, atau norma-
norma yang terjadi pada lingkungan masyarakat.
Maka dari itu, kekerasan struktural ini seringkali menyebabkan terjadinya
ketimpangan sosial, baik itu pada pendidikan, pendapatan, keahlian, pengambil keputusan, dan
sumber daya. Dari hal-hal itu bisa memberikan pengaruh terhadap jiwa dan fisik seseorang.
Kekerasan struktural ada yang bisa diselesaikan dengan cara bermusyawarah atau melalui
jalur hukum.
c. Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang di mana dilakukan untuk melukai mental
atau jiwa seseorang, sehingga bisa menyebabkan seseorang menderita gangguan jiwa.
Kekerasan psikologis ini lebih dikenal oleh masyarakat banyak dengan nama kekerasan psikis.
Bentuk dari kekerasan psikologis biasanya, seperti ucapan yang menyakitkan hati, melakukan
penghinaan terhadap seseorang atau kelompok, melakukan ancaman, dan sebagainya.
Kekerasan psikologis ini bukan hanya bisa menimbulkan ketakutan saja, tetapi bisa
juga menyebabkan seseorang mendapatkan trauma secara psikis. Jika korban kekerasan
psikis sudah cukup parah, maka ia perlu dibawa ke psikiater atau psikolog. Selain itu, orang-
orang disekitarnya harus tetap mendukungnya agar mendapatkan keadilan.
2. Berdasarkan Pelakunya
Kekerasan bukan hanya dapat dilihat dari bentuk kekerasan saja, tetapi dapat dilihat juga
berdasarkan pelakunya. Adapun kekerasan berdasarkan pelakunya dibagi menjadi dua, yaitu
kekerasan individual dan kekerasan kolektif.
a. Kekerasan Individual
Kekerasan individual adalah jenis kekerasan yang di mana kekerasannya dilakukan oleh
seseorang kepada seseorang lainnya atau bisa juga lebih dari seseorang. Biasanya kekerasan
individual ini terjadi dalam bentuk kekerasan, seperti pemukulan, pencurian, penganiayaan,
dan lain-lain. Kekerasan individual ini bisa saja terjadi di lingkungan terdekat kita, sehingga
kita perlu selalu waspada agar tidak menjadi korban kekerasan.
b. Kekerasan Kolektif
Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang di mana dilakukan oleh sebuah kelompok
atau massa. Biasanya kekerasan ini terjadi karena adanya perselisihan antar kelompok,
sehingga memicu terjadinya tawuran, bentrokan, dan lain-lain. Kekerasan kolektif ini bisa
merugikan infrastruktur yang ada disekitarnya. Lebih parahnya, kekerasan ini bisa
menimbulkan korban jiwa.
Maka dari itu, ketika kekerasan kolektif terjadi biasanya baru bisa diselesaikan oleh
pihak berwajib. Jadi, jika melihat terjadinya kekerasan kolektif, sebaiknya segera
memberitahukan kepada pihak berwajib.
Itulah beberapa jenis kekerasan yang dibagi berdasarkan bentuk dan pelakunya. Dari jenis-
jenis kekerasan itu, kita bisa mengelompokkan kekerasan yang sedang terjadi dan bagaimana
cara untuk menyelesaikannya.

C. PENYEBAB KEKERASAN
Kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau oleh kelompok tidak terjadi begitu saja.
Dengan kata lain, ada penyebab kekerasan itu terjadi. Berikut ini penyebab kekerasan.
1. Hilangnya Harga Diri
Setiap orang yang ada di dunia ini pasti memiliki harga diri. Dengan kata lain, seseorang
pasti ingin dihargai oleh para sesamanya terutama yang ada di lingkungan terdekatnya.
Namun, jika seseorang sudah kehilangan harga diri dan sudah tidak dihargai lagi oleh
lingkungan terdekatnya, maka ia bisa melakukan tindak kekerasan yang biasanya akan dimulai
dari sikap dan perilaku marah. Kekerasan yang disebabkan karena hilangnya harga diri
memiliki motif yang sangat kuat. Selain itu, bukan hanya bisa dilakukan secara individu saja,
tetapi bisa juga dilakukan secara kelompok.
2. Tingkat Ekonomi Berbeda
Penyebab kekerasan selanjutnya adalah tingkat ekonomi yang berbeda atau bisa
dibilang sebagai kemiskinan. Penyebab ini bisa juga diartikan sebagai sulitnya mendapatkan
akses ke pusat ekonomi terutama pada masa-masa kritis. Adanya perubahan sosial ini
menghadirkan tingkat ekonomi yang berbeda juga. Bahkan, seseorang yang sulit menghadapi
perubahan sosial bisa memicu dirinya untuk melakukan tindak kekerasan terutama ketika
menghadapi tingkat ekonomi yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena seseorang sudah
kehilangan akan sehat agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga berani untuk
melakukan kekerasan, seperti merampok, menjambret, dan sebagainya.
3. Tidak Bisa Mengendalikan Emosi
Setiap orang memang tidak pernah bisa terlepas dari yang namanya masalah, sehingga
bisa memunculkan yang namanya emosi. Penyebab kekerasan selanjutnya adalah seseorang
atau kelompok yang tidak bisa mengendalikan emosi. Jika emosi yang ada di dalam diri sulit
dikendalikan, maka emosi akan terus meningkat, sehingga akan mudah marah dengan
permasalahan yang sepele. Dari situlah, tindak kekerasan bisa terjadi dan bisa menimbulkan
korban jiwa.
4. Dendam
Dendam merupakan salah sifat yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
kekerasan. Munculnya rasa dendam ini disebabkan karena seseorang tidak terima dengan
perilaku yang pernah menimpa dirinya, sehingga memicu rasa amarah dalam diri. Dari perasaan
marah itulah, seseorang akan nekat untuk melakukan kekerasan demi bisa membalas apa yang
pernah diterimanya pada waktu itu. Pelampiasan amarah yang dituangkan melalui kekerasan
ini sangatlah tidak baik karena bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahkan, dengan rasa
dendam bisa saja menimbulkan terjadi korban jiwa. Dari dendam ini bisa saja terus
menghadirkan kekerasan terhadap generasi-generasi selanjutnya yang bisa membuat
permusuhan sulit untuk dihilangkan.
5. Sudah Menjadi Tradisi
Kekerasan bisa juga disebabkan karena sudah adanya tradisi kekerasan dalam suatu
lingkungan. Kekerasan yang disebabkan karena tradisi sangat sulit untuk dihilangkan, sehingga
akan terus berlanjut ke generasi selanjutnya. Adapun contoh dari tindak kekerasan yang
dilakukan karena tradisi adalah kegiatan masa orientasi atau yang lebih dikenal oleh banyak
orang dengan sebutan ospek. Ospek ini berlaku pada siswa atau mahasiswa baru yang akan
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan baru.
Pada kegiatan ospek seringkali terjadi tindak kekerasan, sehingga menimbulkan rasa
takut pada peserta ospek. Dari rasa takut itu, korban ospek ini muncul keinginan untuk
membuat siswa atau mahasiswa baru merasakan apa yang pernah dirasakan, sehingga ospek
pun menjadi tradisi. Namun, saat ini ospek sudah dilarang dan diganti dengan kegiatan yang
lebih positif ketika siswa atau mahasiswa baru masuk ke lembaga pendidikan baru. Dengan
begitu, tradisi ospek pun perlahan-lahan akan menghilang.Penyebab kekerasan bisa juga
dipicu dari gaya hidup yang tidak baik dan tidak sehat, seperti minum minuman beralkohol
secara berlebihan dan pengguna narkoba. Ketika seseorang sudah dalam keadaan mabuk dan
tidak dapat mengendalikan dirinya, baik itu karena minuman beralkohol atau narkoba, maka
bisa membuat ricuh yang memicu terjadinya tindak kekerasan. Bahkan bisa melakukan
penyiksaan terhadap lebih dari satu korban.
Kekerasan yang disebabkan karena mabuk dan memakai narkoba ini bisa juga terjadi
antar kelompok dengan kelompok, sehingga bisa memicu terjadinya tawuran atau bentrok
yang akan sulit dihilangkan. Bahkan, dari tawuran tersebut bisa menimbulkan korban jiwa,
sungguh sangat disayangkan apabila hal seperti itu dapat terjadi.

D. DAMPAK KEKERASAN
Dampak kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma yang sulit dihilangkan.
2. Takut berhadapan dengan pelaku kekerasan atau bahkan orang lain.
3. Bisa merusak kondisi kejiwaan atau depresi.
4. Bisa meninggalkan bekas luka fisik yang sulit dihilangkan.
5. Membuat emosi menjadi tidak stabil.

E. CIRI-CIRI KORBAN KEKERASAN


Korban kekerasan memang harus segera mendapatkan penanganan yang baik. Oleh
sebab itu, kita perlu mengetahui ciri-ciri korban kekerasan, diantaranya:
1. Adanya Perubahan Perilaku
Seseorang yang sudah menjadi korban kekerasan akan mengalami perubahan perilaku
yang jauh dari biasanya. Perubahan perilaku yang dimaksud, bisa seperti menjadi lebih takut
ketika ingin melakukan aktivitas di luar rumah. Selain itu, bisa juga dilihat dari yang biasanya
hidup dengan tenang menjadi pendendam.
2. Menjadi Lebih Pendiam
Korban kekerasan seringkali takut untuk mengungkapkannya kepada orang lain,
sehingga hanya berdiam diri saja. Hal bisa terjadi karena korban kekerasan ini terkena
trauma, sehingga kondisi psikisnya juga kena. Bahkan, ia akan mengurangi intensitas berbicara
dengan orang lain.
3. Cepat Murung dan Cemas
Selain menjadi pendiam, korban kekerasan juga akan berubah menjadi seseorang yang
murung dan cemas. Jika ada orang-orang terdekat kamu yang terlihat seperti itu, sebaiknya
segera diberi dukungan moral agar kondisi jiwanya tidak menjadi parah.
4. Menutup Diri
Rasa takut akan terus menghampiri korban kekerasan, sehingga ia akan berusaha
semaksimal mungkin untuk menutup dirinya dari orang lain.
5. Takut Bertemu dengan Orang Lain atau Pelaku Kekerasan
Trauma pada korban kekerasan akan sulit dihilangkan, sehingga ia akan takut bertemu
dengan orang lain atau bertemu dengan pelaku kekerasan. Bahkan, korban kekerasan akan
merasa kalau orang lain sangat berbahaya untuk dirinya.

Link situs : https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kekerasan


DATA STATISTIK KASUS PERUNDUNGAN DI SEKOLAH DARI 2019-2023
Kasus kekerasan anak dalam 4 tahun terakhir: 2019-2022
Berikut adalah data statistik kekerasan pada anak (bullying) di Indonesia dari tahun 2019
sampai 2022:
• 2019: 11.057 korban
• 2020: 11.278 korban
• 2021: 14.517 korban
• 2022: 21.241 korban

Dari jumlah keseluruhan korban anak di tahun 2022, berikut data terperinci berdasarkan
jenis kekerasan yang terjadi:
• 588 anak korban kekerasan seksual
• 162 anak korban kekerasan psikis
• 746 anak menjadi korban kekerasan fisik
• 269 anak korban penelantaran
• 219 anak korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO)
• 216 anak korban eksploitasi
• 041 anak menjadi korban kekerasan dalam bentuk lainnya
Kementerian PPPA menilai tingginya kasus kekerasan anak di tahun 2022 karena semakin
tinggi kesadaran masyarakat meningkat untuk melapor.

Link Situs : https://www.inilah.com/data-statistik-kekerasan-pada-anak-di-indonesia

Kasus Perundungan di MTS Negeri 1 Kotamobagu Berujung Kematian


Kasus kekerasan menimpa seorang siswa MTS Negeri 1 Kotamobagu berinisial BT (13)
yang tewas akibat perundungan dan penganiayaan yang dilakukan oleh teman sekolahnya.
Tindakan penganiayaan tersebut diduga terjadi pada Rabu (8/6/2022). Saat itu, korban yang
hendak melaksanakan salat Zuhur dirundung oleh teman sebayanya dengan cara menutupi
kepala korban menggunakan sajadah lalu dianiaya.
BT yang mengeluh kesakitan di bagian perut pun melaporkan hal tersebut ke orang
tuanya seusai pulang sekolah. Walaupun orang tua BT telah membawanya ke rumah sakit dan
mendapat perawatan medis, nyawa siswa MTS Negeri 1 Kotamobagu itu tidak tertolong dan
dinyatakan meninggal pada Minggu (12/6/2022).
Kasus tersebut sudah ditindaklanjuti oleh penyidik dari Polres Kotamobagu. Dari beberapa
pelajar yang menjalani pemeriksaan, polisi telah menetapkan beberapa terduga pelaku. Para
pelaku yang masih di bawah umur tersebut terancam pidana penjara dan denda.

Link situs : https://nasional.okezone.com/read/2022/09/11/337/2665236/5-kasus-


pelajar-meninggal-karena-tindak-kekerasan-di-sekolah
Indonesiabaik.id - Mari hapus kekerasan pada anak di sekolah! Pemerintah melalui
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendorong
penghapusan kekerasan anak di lingkungan sekolah melalui penerapan disiplin positif. Ya,
karena selama ini guru dan orang tua meyakini bahwa penggunaan hukuman baik fisik maupun
psikis efektif dalam membentuk perilaku anak atau siswa menjadi disiplin, padahal sebaliknya,
anak bisa saja meniru kekerasan tersebut.
Perlu diketahui bahwa tingkat kekerasan pada anak di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan. Hasil penelitian Plan International dan ICRW tahun 2015 menunjukkan
bahwa 84 persen pelajar di Indonesia pernah mengalami kekerasan di sekolah.
Kementerian PPPA pun mendorong agar para guru tidak lagi menggunakan hukuman dengan
kekerasan sebagai metode pendisiplinan pada siswa. Karena lingkungan sekolah harus menjadi
nyaman bagi siswa-siswi agar mendorong perkembangan belajar anak dan membekali mereka
dengan wawasan dan pengetahuan serta keterampilan secara optimal.
Harus diingat pula ada aturan hukum pidana mengenainya. Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 menyatakan dalam ayat (1) bahwa Anak di dalam dan di lingkungan satuan
pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan
seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama
peserta didik, dan/atau pihak lain. Sedangkan pada ayat (2) diterangkan bahwa perlindungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, aparat
pemerintah, dan/atau Masyarakat.
Bagaimana ancaman pidana jika melakukan kekerasan terhadap anak? Pasal 80 jo. Pasal 76C
UU 35/2014 menyebutkan:
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.

Link situs :https://indonesiabaik.id/motion_grafis/setop-kekerasan-pada-anak-di-sekolah

A. Setelah memahami dan mendiskusikan artikel-artikel di atas, jawab dan jelaskan


pertanyaan berikut
1. Apa yang kalian pahami tentang kekerasan dilingkungan sekolah?

2. Apakah kalian pernah mengalami atau pernah menemukan kejadian yang berhubungan

dengan tindak kekerasana dilingkungan sekolah? Ceritakanlah

3. Menurut pendapat kalian bagaimana dengan banyaknya kasus-kasus kekerasan yang

terjadi dilingkungan sekolah? Dan bagaimana cara mengatasinya?

B. Buatlah produk sebagai media untuk mengemukakan pemahaman, ide, ataupun ungkapan
sikap kalian mengenai “Anti kekerasan dilingkungan sekolah”!
Produk dapat berupa poster, jurnal, buku diary, mind mapping,ataupun komik.

Anda mungkin juga menyukai