Anda di halaman 1dari 6

1

CYBER BULLYING

Kehidupan sosial manusia terdiri atas sebagian fase serta tingkatan. Disaat manusia
dilahirkan, manusia selaku individu yang tumbuh dan berkembang di lingkup keluarga.
Setiap waktu, individu akan melakukan kontak serta interaksi dengan keluarga terutama
orang tua. Pada fase ini, balita ditanamkan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuanya.
Ketika sudah tumbuh menjadi individu remaja, manusia sebagai individu mulai mengenal dan
memahami lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Sosialisasi yang dialami individu
mulai bertambah luas seiring berjalannya waktu. Individu juga mulai berinteraksi dengan
teman sebayanya. Perihal seperti ini membuat keterampilan sosial individu makin bertambah
dan meningkat. Apabila nilai-nilai yang ditanamkan dan diajarkan oleh kedua orang tuanya
diserap dengan baik, maka keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu tersebut akan
menjadi lebih baik. Sebab manusia tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu tanpa
meninggalkan apa yang sudah dia pelajari dari pengalaman sebelumnya. Sebaliknya, apabila
sosialisasi nilai - nilai yang ditanamkan dan diajarkan oleh pihak keluarga kurang memahami,
sehingga bisa jadi pertumbuhan perilaku dan psikososialnya terhambat. Dampaknya, individu
tersebut akan mulai menunjukkan satu persatu gejala-gejala seperti kenakalan dan perilaku-
perilaku berbahaya lainnya, salah satu gejalanya adalah melakukan tindak bullying.
Kala ini, kata bullying sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Dalam
Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu
dan mengusik orang yang lebih lemah. Sedangkan secara terminology menurut Definisi
bullying menurut Ken Rigby dalam Astuti (2008 ; 3, dalam Ariesto, 2009) adalah “sebuah
hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi atau tindakan yang
menyebabkan seseorang menderita. Tindakan ini dilakukan secara langsung dan juga tidak
langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya
berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang”.
Bullying adalah suatu tindakan dengan menggunakan kekuasaan dan kekuatan untuk
menyakiti, mengusik serta mengganggu seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal,
fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa,
2008). Bullying merupakan suatu bentuk perilaku kekerasan seperti pemaksaan secara
psikologis maupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih “lemah” oleh
seseorang atau sekelompok orang. Pelaku bullying atau yang biasa disebut dengan pembully,
bisa seseorang, bisa juga sekelompok orang, serta ia atau mereka mempersepsikan dirinya
memiliki power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga

1
mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya serta senantisa merasa
terancam oleh si pelaku bullying terhadap dirinya.
Menurut buku Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar
Bullying, bullying didefinisikan menurut contohnya, dimana jika ada seseorang yang dalam
hal ini adalah teman mendorong temannya yang lain dan temannya ini merasa tindakan
tersebut menindas dirinya juga merasa terintimidasi dan dilakukan berulang ulang, maka
bullying telah terjadi, namun jika temannnya ini tidak merasa terintimidasi ataupun takut
maka tindakan ini belum bisa dikatakan bullying. Bullying menurut contoh diatas juga tidak
hanya berupa perlakuan secara fisik namun juga bisa secara mental. Bullying pada dasarnya
terbagi menjadi 2 bentuk, yakni bullying yang dilakukan secara langsung dan secara tidak
langsung.
Bullying secara langsung merupakan penindasan yang dilakukan seseorang/
kelompok terhadap seseorang/kelompok lain secara tatap muka. Bullying ini juga terbagi
menjadi 3 jenis yakni bullying fisik, bullying mental atau psikologis dan bullying verbal.
Yang pertama adalah bullying fisik yang merupakan penindasan dengan menargetkan fisik
sebagai objek sasaran, contohnya bisa dengan menampar seseorang, menimpuk dengan
barang, menjegal saat berjalan, melempari dengan barang dll. Keseluruhan kegiatan tersebut
tentunya dilakukan secara berulang ulang sehingga meninggalkan bekas luka pada fisiknya.
Yang kedua adalah bullying secara mental/psikologis dengan menargetkan mental korban
dalam penindasannya. Contohya seperti mempermalukan seseorang didepan umum,
mengucilkannya, memandang rendah seseorang dll. Sehingga membuat korban merasa malu
ataupun depresi. Yang ketiga adalah bullying secara verbal atau perkataan. Bullying verbal
hampir sama dengan bullying mental/psikologis dimana pembuli menggunakan perkataannya
dalam penindasannya dan yang menjadi sasarannya adalah mental si korban. Contoh dari
bullying ini adalah memaki, memfitnah, menyebar gosip dll dan dampak yang ditimbulkan
korban merasa tidak percaya diri dan menjadi depresi.
Selanjutya adalah bullying secara tidak langsung. Bullying ini merupakan penindasan
yang dilakukan menggunakan perantara suatu hal. Bullying ini memiliki dampak yang sama
seperti bullying secara langsung yang dapat mempengaruhi fisik dan psikis korban. Contoh
dari bullying ini yang paling terkenal dan banyak ditemukan adalah Cyber Bullying. Cyber
bullying adalah bentuk penindasan yang dilakukan menggunakan perantara teknologi digital
yang salah satu contohnya adalah media sosial. Cyber bullying juga dapat diartikan sebagai
perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau kelompok kepada yang lainnya, menggunakan
media elektronik secara berulang ulang. Biasanya sasaran dari penindasan ini adalah mereka

2
yang dianggap tidak mampu melakukan perlawanan atau pembelaan. Hal ini sering terjadi
pada media sosial seperti platform chatting dan game online.
Pada era dimana semua serba modern yang didukung dengan perkembangan teknologi
serta media komunikasi seperti internet yang meunculkan tren baru dalam masyarakat yang
berkembang pesat seperti dalam bidang kecantikan perawatan tubuh, serta kesehatan,
kemudian didkung dengan maraknya penggunaan media sosial yang berisikan banyaknya
penampilan dari orang yang menunjukkan dalam seputar kecantian, bentuk tubuh, maupun
kesehatan sehingga menyebabkan masyarakat cenderung untuk mengikuti pada tren dengan
maksud untuk menjadi cantik seperti apa yang telah menjadi tren di kalangan masyarakat.
dari kemunculan tren ini menyebabkan tidak sedikit tindak perundungan yang terjadi di
kalangan masyarakat kepada mereka atau masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan
tren. Tindakan perundungan yang dilakukan tersebut terjadi di media sosial sehingga
tindakan bullying ini merupakan tindak bullying tidak langsung. Tindakan perundungan yang
dilakukan dalam media sosial ersebut merupakan perundungan yang berkaitan dengan
tampilan fisik seseorang atau lebih dikenal dengan istilah body shamming.
Body shamming merupakan ejekan yang ditujukan kepada mereka yang memiliki
penampilan fisik dimana pernampilan fisik dinilai cukup berbeda dalam kriteria “menarik”
dalam kalangan masyarakat pada umumnya. Bentuk ejekan dari body shamming ini adalah
penyebutan pada bentuk tubuh seperti gendut, kurus, pesek, tinggi, pendek, dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan tampilan fisik seseorang. Tindakan body shamming
biasanya tidak disadari oleh masyarakat karena mereka menganggap bahwa kebebasan dalam
berpendapat tidak memiliki batasan didalamnya, sehingga mengakibatkan masyarakat
cenderung berkomentar seenaknya di dalam media sosial tanpa mengerti terdapat batasan
yang harus dihargai pada tiap orang. Mengomentari mengenai penampilan fisik seseorang
sering dianggap menjadi salah satu bentuk yang sepele dimana bukan merupakan tindakan
yang merugikan padahal dari tindakan mengomentari tampilan fisik tersebut mengakibatkan
seseorang menjadi semakin merasa tidak aman serta tidak nyaman terhadap penampilan
fisiknya sendiri sehingga menimbulkan perilaku menutup diri dari masyarakat.
Dalam hal ini maka body shamming merupakan bentuk bullying tidak langsung dimana
bullying secara verbal atau melalui perkataan, artinya bahwa body shamming yang dilakukan
pada media sosial merupakan perundungan secara tidak langsung dalam bentuk verbal.
Perundungan secara verbal bisa dikatakan sebagai verbal abuse. Verbal abuse dimana
melontarkan kata-kata yang merendahkan, memojokkan, meremehkan, atau mencap dengan
label negatif kepada seseorang yang membuat semua hinaan mengkristal dalam diri

3
seseorang tersebut yang menjadi korban. Istilah dalam body shamming juga merujuk dalam
istilah body image. Body image menurut kamus psikologi, citra tubuh atau biasa disebut body
image adalh ide seseorang mengenai penampilannya dihadapan orang lain. Body image
diepngaruhi oleh tingkat kepercayaan diri dalam orang.
Menurut proses pengamatan terdapat beberapa factor yang bisa menyebabkan orang
melakukan Tindakan cyber bullying, yakni Penyebab pertama disini pada faktor tingkat
kebahagiaan anak yang mempengaruhi aktivitas didunia maya. Tingkat kebahagiaan anak
disini juga dapat mempengaruhi aktivitas mereka untuk mencarai kebahagiaan didunia
lain,dengan factor pendorong bahwa insting mereka itu tidak mendapat kebahagiaan dan
salah satu caranya menertawakan orang lain yang tertindas.
Bentuk bentuk dari cyberbullying sendiri yang menggunakan ciri khas Bahasa yang
kasar dan tidak sopan disertai dengan penghinaan hingga berada dititik ancaman. Alasan
seseorang yang melakukan cyber bullying juga bisa terjadi Ketika mereka merasa kurang
nyaman dan melakukan pembalasan atas penindasan yang diterima pada cyberullies
sebelumnya. Selain itu pada pelaku cyber bullying berrkesan untuk mencari kesalahan yang
Tangguh dan keren.
Sifat manusia yang berbeda- beda dan tidak bisa ditebak tanpa melalui pendekatan,
pendekatan yang dimaksut disini manusia atau remaja yang melakukan cyberbullying
termasuk kedalam sifat seseorang yang buruk, dimana mereka memliki sifat yang iri kepada
orang lain tanpa bisa melakukan pendekatan yang sebenarnya, sehingga mereka menjadikan
sifat keirian yang mereka punyai menjadi target cyberbullying.
Selanjutnya factor penyebab yang umum dan bisa dikatakan dipahami oleh semua
manusia yakni adalah pada kepribadiannya. Tiap-tiap individu memiliki karakteristik
kepribadian yang berbeda, yang dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku yang
ditimbulkannya, remaja dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert akan memberi reaksi
yang cenderung berbeda dengan lingkungan sosial yang serupa. Cyberbullies memiliki
kepribadian tertentu yang memiliki perasaan untuk menyakiti korbannya dan mengganggap
cyberbullying merupakan cara untuk menyatakan kedominasian kekuasaanyya. Cyberbullies
memperoleh kepuasan akan hal ini karena dilakukan sebagai cara untuk mengeluarkan
agresifantasi Ketika online.
Remaja, anak- anak yang terlibat kedalam cyberbullying bisa saja mengalami proses
kebosanan, kesepian atau ingin diperhatikan. Dengan keadaan Covid-19 seperti ini hampir
separuh kegiatan dilakukan dirumah dan berkaitan dengan gadget, maka mampu mengarah

4
pada peningkatan online yang tidak baik. Akibatnya, beberapa anak atau remaja bukan
menghilangkan stress tetapi karena mereka bosan.
Pada poin terakhir setelah menggali beberapa factor penyebab pada pelaku
cyberbullying, maka factor terakhir ini berada pada tingkat pengawasan digital. Orang tua
berusaha menyeimbangkan pekerjaan dari rumah, membantu tugas sekolah, dan belajar
bagaimana mengelola new normal atasu kegiatan lain yang dimiliki .Hal Ini membuat orang
tua tidak bisa selalu memperhatikan anak-anak saat online. Akibatnya, anak-anak memiliki
lebih banyak kebebasan daripada yang sebelumnya, yakni saat ingin bermain game online
dan menggunakan media sosial. Kurangnya batasan dan pengawasan ini juga memungkinkan
sering terjadi cyberbullying
Cyber bullying ini memiliki dampak yang sangat serius dimana didalamya terbagi
menjadi 4 jenis diantaranya menurut psikologis, psikososial, akademik, dan fisik. Yang
pertama adalah psikologis, cyberbullying bisa saja terjadi karena memburuknya suatu
hubungan, baik dengan teman dekat, pacar atau pasangan. Kerusakan hubungan ini seringkali
menjadi penyebab penyerangan lawan melalui media sosial, baik dengan kata-kata yang
langsung pada korban, ataupun berupa sindiran. Serangan ini dilancarkan melalui media
elektronik yang berdampak pada masalah psikologis yang serius. Korban dapat merasa rapuh
dan merasa sendiri. Yang kedua adalah psikososial, pada psikososial dampak negatif akibat
cyberbullying ini tergantung frekuensi, durasi dan keparahan dari cyberbullying itu sendiri.
Korban cyberbullying ini juga mengalami tekanan emosional dari perilaku mereka.
Selanjutnya yang ketiga adalah dampak akademik. Cyber bullying juga berdampak
pada akademik korbannya. Korban akan merasa tidak nyaman dan tertekan, dengan kondisi
tersebut membuat korban menjadi tidak semangat untuk melakukan aktifitas dan jarang
masuk kelas. Banyak korban yang mengalami kegagalan dalam akademik dan memutuskan
untuk tidak melanjutkan sekolah. Kondisi ini dapat meningkatkan angka pengangguran
sehingga semakin banyak kasus kenakalan pada remaja. Dan yang terakhir adalah dampak
fisik. Cyber bullying juga memiliki pengaruh terhadap fisik korbannya, seperti sakit kepala
yang tidak mengenakan, gangguan tidur, sulit tidur yang berakibat pada kesehatan tubuh
korban terkadang merasa ngantuk di pagi hari, mata memerah, berkantung mata, dan mata
seperti ditusuk-tusuk dan korban juga kehilangan nafsu makan dan merasa mual, hal tersebut
saling keterkaitan satu sama lain sehingga membuat diri korban merasa tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai