Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Kekerasan


a. Pengertian Kekerasan
Bila ditinjau dari segi bahasa, kekerasan berasal dari kata “keras”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekerasan berarti: “bersifat keras;
perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain; atau dapat
diartikan sebagai paksaan.”1
Didalam KUHP tidak diberikan pengertian khusus mengenai apa yang
dimaksud dengan kekerasan, namun dalam Pasal 89 KUHP disebutkan bahwa:
Melakukan kekerasan itu artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani
tidak kecil secara yang tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan
segala macam senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya. Yang disamakan
dengan melakukan kekerasan menurut pasal ini ialah : membuat orang jadi
pingsan atau tidak berdaya (lemah).2
Yang dimaksud “pingsan” dalam Pasal 89 KUHP berarti tidak ingat atau tidak
sadar akan dirinya. Sedangkan “tidak berdaya” berarti tidak mempunyai kekuatan
atau tenaga sama sekali, sehingga tidak dapat mengadakan perlawanan sedikitpun,
namun orang yang tidak berdaya itu masih dapat mengetahui apa yang terjadi atas
dirinya.3
Pengertian kekerasan dalam konteks anak yang berhadapan dengan hukum
menurut Pasal 1 angka 16 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak berarti:
Setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman

1
Arti kata kekerasan menurut KBBI, https://kbbi.kata.web.id/kekerasan/ diakses pada tanggal 01
Oktober 2022, pukul. 08.50 WIB
2
R. Susilo, 1995, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hlm.98.
3
R. Susilo, 1995, KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hlm.99.
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum.4
Tindak pidana kekerasan menurut ahli kriminologi yang dikemukakan oleh
Stephen Schafer adalah “kejahatan kekerasan yang utama yaitu pembunuhan,
penganiayaan, pencurian dengan kekerasan.5

b. Jenis-Jenis Kekerasan
Mengenai kekerasan tidak diatur dalam satu bab khusus di dalam KUHP,
melainkan terpisah-pisah dalam beberapa bab. Kualifikasi kekerasan dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Kejahatan terhadap nyawa orang lain (Pasal 338-350 KUHP)
b. Kejahatan penganiayaan (Pasal 351-358 KUHP)
c. Kejahatan seperti pencurian, penodongan, perampokan (Pasal 365 KUHP)
d. Kejahatan terhadap kesusilaan (Pasal 285 KUHP)
e. Kejahatan yang menyebabkan kematian atau luka karena kealpaan (Pasal
359-367 KUHP)

Jenis-jenis kekerasan juga bisa di kelompokkan berdasarkan bentuknya dan


pelakunya.
a. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk kekerasan ini dibagi menjadi tiga, yaitu kekerasan fisik, kekerasan
struktural, dan kekerasan psikologis.
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu kekerasan yang terjadi secara nyata atau
dapat dilihat dan dirasakan oleh tubuh langsung. Kekerasan fisik ini
seringkali meninggalkan bekas luka bagi penerima kekerasan atau korban
tindak kekerasan, sehingga ketika ingin melaporkan tindak kekerasan ini
akan divisum terlebih dahulu. Adapun wujud dari kekerasan fisik, seperti
pemukulan, pembacokan, bahkan hingga menghilangkan nyawa seseorang.
Kekerasan fisik ini bisa juga disebut dengan kekerasan langsung
karena bisa langsung menyebabkan luka pada korbannya. Kekerasan fisik

4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, hlm. 3.
5
Mulyana W. Kusuma, 1984, Kriminologi Dan Masalah Kejahatan, Armico, Bandung, hlm.24.
ini bukan hanya terjadi di lingkungan luar rumah saja, tetapi bisa juga
terjadi di lingkungan keluarga, seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT).
2. Kekerasan Struktural
Kekerasan struktural ini bisa dibilang sebagai kekerasan yang sangat
kompleks karena bukan hanya berkaitan dengan individu saja, tetapi juga
sering terjadi dengan suatu kelompok. Kekerasan struktural adalah jenis
kekerasan yang dapat terjadi dan pelakunya bisa kelompok atau seseorang
dengan cara memakai sistem hukum, sistem ekonomi, atau norma-norma
yang terjadi pada lingkungan masyarakat.
Maka dari itu, kekerasan struktural ini seringkali menyebabkan
terjadinya ketimpangan sosial, baik itu pada pendidikan, pendapatan,
keahlian, pengambil keputusan, dan sumber daya. Dari hal-hal itu bisa
memberikan pengaruh terhadap jiwa dan fisik seseorang. Kekerasan
struktural ada yang bisa diselesaikan dengan cara bermusyawarah atau
melalui jalur hukum.
3. Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang di mana dilakukan untuk
melukai mental atau jiwa seseorang, sehingga bisa menyebabkan
seseorang menderita gangguan jiwa. Kekerasan psikologis ini lebih
dikenal oleh masyarakat banyak dengan nama kekerasan psikis. Bentuk
dari kekerasan psikologis biasanya, seperti ucapan yang menyakitkan hati,
melakukan penghinaan terhadap seseorang atau kelompok, melakukan
ancaman, dan sebagainya.
Kekerasan psikologis ini bukan hanya bisa menimbulkan ketakutan
saja, tetapi bisa juga menyebabkan seseorang mendapatkan trauma secara
psikis. Jika korban kekerasan psikis sudah cukup parah, maka ia perlu
dibawa ke psikiater atau psikolog. Selain itu, orang-orang disekitarnya
harus tetap mendukungnya agar mendapatkan keadilan.6

6
Gramedia Literasi, Pengertian Kekerasan: Jenis, Ciri, Penyebab, dan Contoh,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kekerasan/ , diakses pada tanggal 01 Oktober 2022, pukul.
09.43 WIB
b. Berdasarkan Pelakunya
Kekerasan bukan hanya dapat dilihat dari bentuk kekerasan saja, tetapi
dapat dilihat juga berdasarkan pelakunya. Adapun kekerasan berdasarkan
pelakunya dibagi menjadi dua, yaitu kekerasan individual dan kekerasan
kolektif.

1. Kekerasan Individual
Kekerasan individual adalah jenis kekerasan yang di mana
kekerasannya dilakukan oleh seseorang kepada seseorang lainnya atau bisa
juga lebih dari seseorang. Biasanya kekerasan individual ini terjadi dalam
bentuk kekerasan, seperti pemukulan, pencurian, penganiayaan, dan lain-
lain. Kekerasan individual ini bisa saja terjadi di lingkungan terdekat kita,
sehingga kita perlu selalu waspada agar tidak menjadi korban kekerasan.
2. Kekerasan Kolektif
Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang di mana dilakukan oleh
sebuah kelompok atau massa. Biasanya kekerasan ini terjadi karena
adanya perselisihan antar kelompok, sehingga memicu terjadinya tawuran,
bentrokan, dan lain-lain. Kekerasan kolektif ini bisa merugikan
infrastruktur yang ada disekitarnya. Lebih parahnya, kekerasan ini bisa
menimbulkan korban jiwa.
Maka dari itu, ketika kekerasan kolektif terjadi biasanya baru bisa
diselesaikan oleh pihak berwajib. Jadi, jika melihat terjadinya kekerasan
kolektif, sebaiknya segera memberitahukan kepada pihak berwajib.
Itulah beberapa jenis kekerasan yang dibagi berdasarkan bentuk dan
pelakunya. Dari jenis-jenis kekerasan itu, kita bisa mengelompokkan
kekerasan yang sedang terjadi dan bagaimana cara untuk
menyelesaikannya.7

c. Penyebab Terjadinya Kekerasan

7
Gramedia Literasi, Pengertian Kekerasan: Jenis, Ciri, Penyebab, dan Contoh,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kekerasan/ , diakses pada tanggal 01 Oktober 2022, pukul.
09.43 WIB
Kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau oleh kelompok tidak terjadi
begitu saja. Dengan kata lain, ada penyebab kekerasan itu terjadi. Berikut ini
penyebab kekerasan.

1. Hilangnya Harga Diri


Setiap orang yang ada di dunia ini pasti memiliki harga diri. Dengan kata
lain, seseorang pasti ingin dihargai oleh para sesamanya terutama yang ada di
lingkungan terdekatnya. Namun, jika seseorang sudah kehilangan harga diri
dan sudah tidak dihargai lagi oleh lingkungan terdekatnya, maka ia bisa
melakukan tindak kekerasan yang biasanya akan dimulai dari sikap dan
perilaku marah.
Kekerasan yang disebabkan karena hilangnya harga diri memiliki motif
yang sangat kuat. Selain itu, bukan hanya bisa dilakukan secara individu saja,
tetapi bisa juga dilakukan secara kelompok.
2. Tingkat Ekonomi Berbeda
Penyebab kekerasan selanjutnya adalah tingkat ekonomi yang berbeda atau
bisa dibilang sebagai kemiskinan. Penyebab ini bisa juga diartikan sebagai
sulitnya mendapatkan akses ke pusat ekonomi terutama pada masa-masa kritis.
Adanya perubahan sosial ini menghadirkan tingkat ekonomi yang berbeda
juga. Bahkan, seseorang yang sulit menghadapi perubahan sosial bisa memicu
dirinya untuk melakukan tindak kekerasan terutama ketika menghadapi tingkat
ekonomi yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena seseorang sudah
kehilangan akan sehat agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
berani untuk melakukan kekerasan, seperti merampok, menjambret, dan
sebagainya.
3. Tidak Bisa Mengendalikan Emosi
Setiap orang memang tidak pernah bisa terlepas dari yang namanya
masalah, sehingga bisa memunculkan yang namanya emosi. Penyebab
kekerasan selanjutnya adalah seseorang atau kelompok yang tidak bisa
mengendalikan emosi. Jika emosi yang ada di dalam diri sulit dikendalikan,
maka emosi akan terus meningkat, sehingga akan mudah marah dengan
permasalahan yang sepele. Dari situlah, tindak kekerasan bisa terjadi dan bisa
menimbulkan korban jiwa.8
4. Dendam
Dendam merupakan salah sifat yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan kekerasan. Munculnya rasa dendam ini disebabkan karena
seseorang tidak terima dengan perilaku yang pernah menimpa dirinya,
sehingga memicu rasa amarah dalam diri. Dari perasaan marah itulah,
seseorang akan nekat untuk melakukan kekerasan demi bisa membalas apa
yang pernah diterimanya pada waktu itu.
Pelampiasan amarah yang dituangkan melalui kekerasan ini sangatlah
tidak baik karena bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahkan, dengan
rasa dendam bisa saja menimbulkan terjadi korban jiwa. Dari dendam ini bisa
saja terus menghadirkan kekerasan terhadap generasi-generasi selanjutnya
yang bisa membuat permusuhan sulit untuk dihilangkan.
5. Sudah Menjadi Tradisi
Kekerasan bisa juga disebabkan karena sudah adanya tradisi kekerasan
dalam suatu lingkungan. Kekerasan yang disebabkan karena tradisi sangat
sulit untuk dihilangkan, sehingga akan terus berlanjut ke generasi selanjutnya.
Adapun contoh dari tindak kekerasan yang dilakukan karena tradisi adalah
kegiatan masa orientasi atau yang lebih dikenal oleh banyak orang dengan
sebutan ospek. Ospek ini berlaku pada siswa atau mahasiswa baru yang akan
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan baru.
Pada kegiatan ospek seringkali terjadi tindak kekerasan, sehingga
menimbulkan rasa takut pada peserta ospek. Dari rasa takut itu, korban ospek
ini muncul keinginan untuk membuat siswa atau mahasiswa baru merasakan
apa yang pernah dirasakan, sehingga ospek pun menjadi tradisi.
Namun, saat ini ospek sudah dilarang dan diganti dengan kegiatan yang
lebih positif ketika siswa atau mahasiswa baru masuk ke lembaga pendidikan
baru. Dengan begitu, tradisi ospek pun perlahan-lahan akan menghilang.
6. Pemabuk atau Pengguna Narkoba

8
Gramedia Literasi, Pengertian Kekerasan: Jenis, Ciri, Penyebab, dan Contoh,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kekerasan/ ,diakses pada tanggal 01 Oktober 2022, pukul.
10.00 WIB
Penyebab kekerasan bisa juga dipicu dari gaya hidup yang tidak baik dan
tidak sehat, seperti minum minuman beralkohol secara berlebihan dan
pengguna narkoba. Ketika seseorang sudah dalam keadaan mabuk dan tidak
dapat mengendalikan dirinya, baik itu karena minuman beralkohol atau
narkoba, maka bisa membuat ricuh yang memicu terjadinya tindak kekerasan.
Bahkan bisa melakukan penyiksaan terhadap lebih dari satu korban.
Kekerasan yang disebabkan karena mabuk dan memakai narkoba ini bisa
juga terjadi antar kelompok dengan kelompok, sehingga bisa memicu
terjadinya tawuran atau bentrok yang akan sulit dihilangkan. Bahkan, dari
tawuran tersebut bisa menimbulkan korban jiwa, sungguh sangat disayangkan
apabila hal seperti itu dapat terjadi.9

d. Dampak dari Tindakan Kekerasan


Dalam konteks perlindungan HAM, sebagai manusia, perempuan juga
memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya dimuka bumi ini, yakni hak
yang dipahami sebagai hak-hak yang melekat (inherent) secara alamiah sejak ia
dilahirkan, dan tanpa itu manusia (perempuan dan anak) tidak dapat hidup sebagai
manusia secara wajar.
Atas pengakuan ini, tampak pelbagai pernyataan bahwa kekerasan terhadap
perempuan dan anak merupakan rintangan terhadap keberhasilan pembangunan.
Bagaimanapun juga tindak kekerasan akan berdampak pada kurangnya rasa
percaya diri, menghambat kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, mengganggu kesehatannya, mengurangi otonomi, baik di bidang
ekonomi, politik, sosial budaya serta fisik. Demikian juga dengan anak,
kepercayaan pada diri sendiri dalam pertumbuhan jiwanya akan terganggu dan
dapat menghambat proses perkembangan jiwa dan masa depannya. Padahal
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak memberikan
kewajiban bagi semua pihak termasuk negara untuk melindunginya.10
Dampak tindak kekerasan dalam berpacaran:

9
Gramedia Literasi, Pengertian Kekerasan: Jenis, Ciri, Penyebab, dan Contoh,
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-kekerasan/ , diakses pada tanggal 01 Oktober 2022, pukul.
10.45 WIB
10
Jhon D. Pasalbessy, “dampak tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak serta solusinya”,
Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010.
Kasus kekerasan dalam pacaran umumnya terjadi pada remaja yang bisa
berdampak serius. Pekembangan remaja sangat dipengaruhi oleh kondisi
emosionalnya. Oleh sebab itu, mereka sangat dipengaruhi oleh pengalaman dalam
berhubungan.
Perilaku berhubungan atau pacaran yang sehat bisa memiliki efek positif
terhadap perkembangan emosional remaja. Namun, pacaran yang tidak sehat dan
dipenuhi kekerasan bisa menimbulkan dampak negatif.
Penelitian terhadap dampak kekerasan dalam pacaran belum banyak
dilakukan, sehingga sulit untuk mengetahui dampak dari kondisi pacaran tidak
sehat terhadap masa depan remaja.
Namun meskipun masih terbatas, penelitian yang sudah dilakukan
menunjukkan sejumlah dampak kekerasan dalam pacaran. Berikut beberapa
diantaranya:
 Performa belajar di sekolah menurun atau sering bolos karena merasa tidak
aman.
 Melakukan gaya hidup tidak sehat, seperti konsumsi alkohol berlebihan,
merokok, menggunakan narkoba, menjalani diet tidak sehat, termasuk
mengonsumsi obat diet atau laksatif dan memuntahkan makanan yang
sudah dikonsumsi untuk menurunkan berat badan.
 Hamil secara tidak sengaja atau tidak direncanakan, ataupun terkena
penyakit menular seksual
 Tidak percaya diri terhadap penampilan dan seksualitas sendiri
 Mencoba bunuh diri serta merasa kesedihan dan putus asa berkepanjangan
 Menjadi terlalu ketergantungan dengan orang lain
 Saat menjalani hubungan di usia dewasa memiliki perilaku kasar
Korban yang pernah mengalami dampak kekerasan dalam pacaran juga
mengalami sejumlah kesulitan, seperti:
 Melakukan intimasi dengan pasangan
 Berpikir positif
 Menghargai diri sendiri
 Menemukan identitas diri ketika sudah memasuki usia dewasa
Orang yang melakukan kekerasan dalam berpacaran juga memiliki dampak
terhadap pola perilakunya sendiri. Dampak tersebut bersifat negatif dan memiliki
risiko merusak hubungannya di masa depan.

Selain itu, orang yang melakukan kekerasan dalam berpacaran juga memiliki
kecenderungan melakukan bullying atau kekerasan terhadap teman-teman
seumurannya.
Pertanda Kekerasan dalam Pacaran:
Tidak hanya mengetahui dampak kekerasan dalam pacaran, Kamu juga perlu
tahu pertanda kekerasan dalam pacaran. Pasalnya, banyak orang yang sudah
terkena dampak kekerasan dalam pacaran tidak menyadari bahwa hal tersebut
merupakan efek dari hubungan romantis tidak sehat yang pernah dijalani di masa
lalu.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC), kekerasan
dalam pacaran memiliki empat jenis, yaitu:
a) Kekerasan fisik: ketika seseorang mencoba melukai pacarnya dengan cara
memukul, menendang, atau menggunakan kekerasan fisik lainnya.
b) Kekerasan seksual: memaksa pacara untuk melakukan aktivitas seksual,
menyentuh secara seksual, atau melakukan perilaku seksual non-fisik,
contohnya seperti sexting. Semua hal itu dilakukan meskipun pacaranya
tidak mau dan tidak nyaman melakukannya.
c) Agresi psikologis: penggunaan komunikasi verbal dan non-verbal dengan
niat melukai pacara secara mental atau emosional.
d) Menguntit: hal ini dilakukan untuk menakut-nakuti pacar sehingga ia
seringkali tidak merasa aman.
Kekerasan dalam pacaran juga bisa dilakukan di dunia internet. Sebagai
contoh, ketika seseorang mengunggah foto seksual pacarnya tanpa izin. Dampak
kekerasan dalam pacaran bisa bertahan hingga bertahun-tahun meskipun
kekerasan yang dilakukan hanya sesaat. Oleh sebab itu, kekerasan dalam pacaran
perlu dicegah. Apalagi, kebanyakan remaja seringkali berpikit bahwa perilaku
yang sudah termasuk kekerasan dalam pacaran sebagai hal yang normal.
Berikut beberapa pertanda lain yang cukup umum terkait kekerasan dalam
pacaran:
 Terjadi pemaksaan untuk berhubungan seksual meskipun Kamu tidak mau
melakukannya.
 Pacar berkata bahwa Kamu memiliki hutang berhubungan seksual sebagai
balasan setelah mengajak Kamu kencan.
 Pacar bersikap terlalu posesif, mudah cemburu, dan selalu menuduh Kamu
berselingkuh.
 Pacar terlalu mengontrol, misalnya mengatur pakaian yang Kamu kenakan,
melarang Kamu untuk bertemu teman dan bahkan keluarga, atau terlalu
sering meminta untuk mengecek telepon, email, dan media sosial Kamu
 Terlalu sering menelpon dan menanyakan keberadaan Kamu serta apa yang
sedang Kamu lakukan. Dia akan marah jika Kamu tidak melakukan hal
yang sama terhadap Kamu.
 Mengeluarkan komentar negatif tentang diri Kamu, termasuk terkait
penampilanmu (pakaian, makeup, rambut, berat badan), tingkat kecerdasan,
dan aktivitasmu.
 Mencoba mengisolasi Kamu dari orang lain, termasuk dengan cara
menghina orang-orangyang dekat denganmu.
 Menyalahkan Kamu untuk kekerasan yang dia lakukan dan mengatakan
bahwa Kamulah yang menyebabkan dia melakukan hal tersebut.
 Menolak untuk mengambil tanggung jawab terhadap perilakunya.
 Berulang kali meminta maaf akan kekerasan yang dilakukan dan selalu
berjanji akan berubah, namun tidak pernah melakukannya.
 Mudah marah, jadi Kamu tidak pernah tahu jika hal yang akan Kamu
katakan atau lakukan bisa membuatnya marah atau tidak.
 Tidak memperbolehkan Kamu untuk mengakhiri hubungan kalian atau
membuat Kamu merasa bersalah karena meninggalkannya.
 Mengancam akan menelpon pihak berwajib sebagai cara untuk mengontrol
perilaku Kamu.
 Melakukan kekerasan fisik, seperti memukul, mendorong, atau menampar
Kamu.
Semua perilaku yang disebutkan di atas adalah hal yang tidak pernah boleh
dilakukan oleh orang lain terhadap Kamu. Meskipun pacar Kamu hanya
melakukan salah satu atau beberapa dari deretan perilaku di atas, tetap saja hal
tersebut termasuk kekerasan dalam pancaran.11

e. Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan


Tampaknya tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah
interdispliner, baik politis, sosial, budaya, ekonomis maupun aspek lainnya.
Diakui bahwa tindak kekerasan akan banyak terjadi, di mana ada kesengjangan
ekonomis antara laki-laki dan perempuan, penyelesaian konflik dengan kekerasan,
dominasi lakilaki dan ekonomi keluarga serta pengambilan keputusan yang
berbasis pada laki-laki. Sebaliknya, jika perempuan memiliki kekuasaan diluar
rumah, maka intervensi masyarakat secara aktif disamping perlindungan dan
kontrol sosial yang kuat memungkinan perempuan dan anak menjadi korban
kekerasan semakin kecil.
Dari berbagai pengalaman selama ini, maka solusi terhadap penanggulangan
tindak kekerasan terhadap perempuan mesti mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesadaran perempuan akan hak dan kewajibannya di dalam
hukum melalui latihan dan penyuluhan (legal training).
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya usaha untuk
mengatasi terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan ana, baik di dalam
konteks individual, sosial maupun institusional;
3. Meningkatkan kesadaran penegak hukum agar bertindak cepat dalam
mengatasi kekerasan terhadap perempuan maupun anak;
4. Bantuan dan konseling terhadap korban kekerasan terhadap perempuan dan
anak;
5. Melakukan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan anak yang
dilakukan secara sistematis dan didukung oleh karingan yang mantap.
6. Pembaharuan hukum teristimewa perlindungan korban tindak kekerasan yang
dialami oleh perempuan dan anakanak serta kelompok yang rentang atas
pelanggaran HAM.
7. Pembaharuan sistem pelayanan kesehatan yang kondusif guna menanggulangi
kekerasan terhadap perempuan dan anak;

11
Uliya Helmi Ali, “Dampak Kekerasan dalam Pacaran”, dalam https://www.guesehat.com/, diakses
Kamis 12 Desember 2022 pukul 10:12 WIB
8. Bagi anak-anak diperlukan perlindungan baik sosial, ekonomi mauoun hokum
bukan saja dari orang tua, tetapi semua pihak, termasuk masyarakat dan
negara.
9. Membentuk lembaga penyantum korban tindak kekerasan dengan target
khusus kaum perempuan dan anak untuk diberikan secara cuma-cuma dalam
bentuk konsultasi, perawatan medis maupun psikologis
10. Meminta media massa (cetak dan elektronik) untuk lebih memperhatikan
masalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam
pemberitaannya, termasuk memberi pendidikan pada publik tentang hak-hak
asasi perempuan dan anak-anak.12

Cara Mencegah Kekerasan dalam Pacaran:


Remaja memang perlu diberikan pendampingan termasuk saat ia mulai
menunjukkan ketertarikan dengan lawan jenis. Orang tua bisa berperan dalam
mencegah dampak kekerasan dalam pacaran.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah kekerasan
dalam pacaran anak-anak remajanya, berikut beberapa cara mencegah kekerasan
dalam pacaran:
 Mengajarkan kemampuan dalam menjalani hubungan yang aman dan sehat
 Meningkatkan kedekatan antara orang tua dengan anak-anaknya
 Mengajarkan atau memberi informasi sejak dini tentang apa saja yang
termasuk dalam perilaku kekerasan
 Menciptakan dan mengajarkan lingkungan keluarga dan pertemanan yang
sehat
 Memastikan anak berada dalam lingkungan belajar yang sehat dan nyaman.

Kasus kekerasan dalam pacaran sebenarnya cukup sering ditemukan. Bahkan,


seringkali seseorang tidak menyadari bahwa ia sedang menjadi korban kekerasan
dalam pacaran. Oleh sebab itu, kesadaran tentang kekerasan dalam pacaran masih
perlu ditingkatkan. (UH)13

12
Jhon D. Pasalbessy, “dampak tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak serta solusinya”,
Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010.
13
Uliya Helmi Ali, “Dampak Kekerasan dalam Pacaran”, dalam https://www.guesehat.com/, diakses
Kamis 12 Desember 2022 pukul 10:34 WIB

Anda mungkin juga menyukai