Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut HAM), merupakan suatu hasil
perjuangan yang sejak dahulu sampai sekarang terus diperjuangkan agar
mendapat tempat sebagaimana mestinya. Dalam bahasa Indonesia HAM
dikenal sebagai istilah hak- hak dasar manusia atau hak dan kewajiban dasar
manusia, sedangkan dalam bahasa asing dikenal dengan berbagai istilah,
misalnya human rights (bahasa Inggris), droit de I’homme (bahasa Perancis),
dan menselijkerechten atau grondrechten (bahasa Belanda).1
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia sejak dalam
kandungan dan Negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi hak asasi
setiap individu tersebut. Pihak yang melakukan tindakan pelanggaran HAM
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku. Kendati demikian,
meskipun hak asasi tiap individu telah mendapat jaminan dari negara serta telah
diatur secara lengkap dalam Undang-Undang, Hingga saat ini presentase tindak
pelanggaran HAM masih terlampau tinggi. Perlu diketahui bersama
bahwasanya HAM tidak hanya terpaku pada hak hidup saja, namun juga
meliputi hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi politik, hak asasi
mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, hak asasi
sosial dan kebudayaan, serta hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara
peradilan dan perlindungan.2 Bentuk tindak pelanggaran HAM juga bermacam-
macam yang selanjutnya digolongkan menjadi dua yaitu pelanggaran HAM
berat dan pelanggaran HAM ringan.
Salah satu bentuk tindak pelanggaran HAM yang paling sering dijumpai
pada kehidupan sosial saat ini adalah perundungan atau bullying. Bullying
(dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala

1
Widiana Gunakarya, Hukum Hak Asasi Manusia, edesi ke-1. (Yogyakarta: Andi, 2017), hal. 24.
2
Junita Nancy, "Simak! Macam-Macam Hak Asasi Manusia", Bisnis.com, December 10, 2021,
https://m.bisnis.com/amp/read/20211210/15/1476091/simak-macam-macam-hak-asasi-manusia

1
bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu
orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain,
dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Secara
umum praktik bullying dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni
bullying fisik, bullying non-fisik, dan bullying mental atau psikologis.
Tidak semua tindakan bullying kasat mata, terdapat banyak jenis bullying
yang tidak dapat dilihat dan dibuktikan secara langsung. Hingga saat ini
pandangan masyarakat cenderung menganggap sepele tindakan bullying,
sehingga banyak korban tindakan bullying yang akhirnya enggan untuk
membuka suara dan mencari pembelaan karena merasa tidak ditanggapi.
Padahal dampak dari tindakan bullying dapat sangat berbahaya. Tidak sedikit
orang yang akhirnya berujung meregang nyawa akibat tindakan bullying.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penulis berminat untuk
menuangkannya ke dalam bentuk makalah yang berjudul “Perspektif HAM
Terhadap Tindakan Bullying”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perspektif HAM terhadap tindakan bullying?
2. Apakah semua tindakan bullying merupakan pelanggaran ham?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana prespektif HAM terhadap tindakan bullying.
2. Untuk mengetahui apakah semua tindakan bullying merupakan
pelanggaran HAM.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prespektif HAM Terhadap Tindakan Bullying


Dewasa ini, bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga
masyarakat Indonesia. Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan
dimana terjadi pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang
atau sekelompok orang yang lebih “lemah” oleh seseorang atau sekelompok
orang yang lebih “kuat”. Pelaku bullying yang biasa disebut bullies, bisa
seseorang, bisa juga sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan
dirinya memiliki power (kekuasaan/kekuatan) untuk melakukan apa saja
terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang
lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancam oleh bullies (pelaku
bullying).3 Perlu digaris bawahi bahwasanya pihak yang kuat di sini tidak hanya
berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Dan dalam
hal ini sang korban bullying (pihak yang lemah) tidak mampu membela atau
mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik dan mental maka dari itu
mereka menjadi sasaran empuk untuk dibully oleh para pembully yang
menganggap dirinya memiliki power (kekuasaan/kekuatan).
Aksi bullying ini bisa dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dan dalam hal ini yang perlu dan sangat penting untuk diperhatikan
adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut
bagi si korban.4
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan bullying sangat luas cakupannya.
Seseorang yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai
masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang
lebih mungkin diderita orang-orang yang menjadi korban bullying, antara lain

3
Ella Zain Zakiyah dkk, “Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying”,
Jurnal Penelitian & PPM, Vol. 4 No. 2, Juli 2017, hal. 236.
4
Sejiwa, Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak, edisi ke-1.
(Jakarta: PT. Gasindo, 2008), hal. 2.

3
munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan yang mungkin
akan terbawa hingga dewasa, serta keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala,
sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan
sekolah ataupun tempat kerja dan penurunan semangat belajar dan prestasi
akademis.5
Melihat seriusnya permasalahan dan dampak yang ditimbulkan oleh
tindakan bullying, maka tentu saja bullying layak dikategorikan sebagai salah
satu tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Seperti yang tertuang pada UU
No. 39 Tahun 1999 Pasal 4, “dikatakan bahwa seseorang memiliki hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.” Lalu menurut UU No. 39 Tahun
1999 Pasal 1 Ayat 6, “yang dimaksud dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia
yaitu setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara,
baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.”
Mengacu pada poin-poin yang telah disebutkan pada UU No. 39 Tahun
1999 Pasal 4 dan UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 6 tentang HAM di atas,
tindakan bullying jelas telah melanggar hampir semua poin-poin yang
disebutkan diatas. Tindakan bullying telah mengambil hak seseorang untuk
mendapat kehidupan yang nyaman, hak untuk tidak disiksa, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk dihargai, dan lain sebagainya, maka dari itu tindakan
bullying layak dan jelas masuk ke dalam kategori pelanggaran Hak Asasi
Manusia.

5
Ella Zain Zakiyah dkk, “Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying”,
Jurnal Penelitian & PPM, Vol. 4 No. 2, Juli 2017, hal. 235.

4
Namun, tidak seperti Amerika, Prancis, dan beberapa negara di Eropa
lainnya yang sudah memiliki hukum mengenai bullying secara resmi. Di
Indonesia hukum mengenai bullying belum sepenuhnya resmi ada, hal ini
karena belum adanya undang-undang yang secara khusus membahas dan
mengatur mengenai kasus pembullyan di Indonesia. Namun secara umum, di
Indonesia suatu tindakan bullying dapat dijerat dengan beberapa pasal sebagai
berikut ini :
1. Pasal 368 Ayat 1 KUHP : “Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu atau kepunyaan orang lain, atau supaya memberi
hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.”
2. Pasal 345 KUHP : “Barangsiapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh
diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau
orang itu jadi bunuh diri.”
3. Pasal 355 KUHP : “Penganiayaan berat yang dilakukan dengan
direncanakan terlebih dahulu, dihukum penjara selama dua belas tahun. Jika
perbuatan itu menyebabkan kematian orangnya, sitersalah dihukum penjara
selama-lamanya lima belas tahun.”
4. Pasal 351 KUHP : “Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam denga pidana penjara paling lama lima tahun.”
5. Pasal 76C UU 35/2014 yang secara khusus mengatur tentang penganiayaan
anak yang berbunyi : “Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan,
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan
terhadap Anak.” Adapun sanksi bagi orang yang melanggar pasal di atas
(pelaku kekerasan/peganiayaan) ditentukan dalam Pasal 80 UU 35/2014:

5
“(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah). (2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1
luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah). (3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mati, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, ayat 2, dan ayat apabila yang melakukan penganiayaan tersebut
Orang Tuanya.”

2.2 Apakah Semua Tindakan Bullying Merupakan Pelanggaran HAM?


Persoalan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia telah menjadi tema
utama dalam perbincangan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.6 Dalam
kehidupan bermasyarakat kasus penyerangan atas individu masih sering
dijumpai, tindakan ini kini dikenal dengan istilah bullying. Tindakan bullying
merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan baik secara norma maupun
hukum. Istilah bullying juga sangat lekat dengan tindakan kekerasan atau
pelecehan baik secara verbal maupun nonverbal. Maka dari itu banyak pihak
yang mengaitkan tindakan bullying sebagai salah satu bentuk pelanggaran
HAM. Hingga saat ini, di Indonesia sendiri belum terdapat hukum khusus yang
mengatur terkait tindakan bullying. Hal ini menyebabkan banyak pihak yang
mempertanyakan apakah semua tindakan bullying merupakan bentuk
pelanggaran HAM atau tidak.
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan
hak kebebasan yang terkait dalam interaksinya antara individu atau instansi.

6
Komnas HAM, “Jurnal HAM”, Komisaris Nasional Hak Asasi Manusia, Vol. 11, 2014, hal. 5.

6
HAM dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat pada kodrat hidup sebagai
manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata ia manusia, bukan karena
pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka HAM itu tidak tergantung
dari pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau negara lain.7
Secara teoritis HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus
dihormati, dijaga dan dilingungi. Hakekat HAM sendiri adalah merupakan
upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Begitu pula upaya menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi HAM
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara invididu. HAM
memiliki landasan langsung yaitu kodrat manusia. Maka dari itu tindakan
bullying sekecil apapun dimana tetap pada konteks merendahkan harkat dan
martabat dari satu individu dapat dikatakan sebagai bentuk pelanggaran HAM.
Menurut Coloroso (2006), perilaku bullying dapat dikelompokkan menjadi
empat bentuk, yaitu :
a. Bullying secara Verbal
Bullying dalam bentuk verbal adalah bullying yang paling sering dan
mudah dilakukan. Bullying ini biasanya menjadi awal dari perilaku bullying
yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan
yang lebih lanjut. Contoh bullying secara verbal antara lain yaitu julukan
nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan
pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan
yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip, dan sebagainya.
b. Bullying secara Fisik
Bullying ini paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi. Namun
kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain.
Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik,
merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada

7
Susani Triwahyuningsih, “Perlindungan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) Di
Indonesia”, Jurnal Hukum Legal Standing, Vol. 2 No. 2, September 2018, hal. 113.

7
tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut. Contoh bullying secara fisik
adalah memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar,
meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak
yang tertindas, memeras, dan lain-lain.
c. Bullying secara Relasional
Bullying secara relasional dilakukan dengan memutuskan relasi-
hubungan sosial seseorang dengan tujuan pelemahan harga diri korban
secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran.
Bullying dalam bentuk ini paling sulit dideteksi dari luar. Contoh bullying
secara relasional adalah perilaku atau sikap-sikap yang tersembunyi, seperti
pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek,
dan bahasa tubuh yang mengejek.
d. Bullying secara Elektronik
Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku bullying yang
dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer,
handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS, dan sebagainya.
Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan,
animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi,
menyakiti, atau menyudutkan.8
Berdasarkan penggolongan tindakan bullying diatas dapat disimpulkan
meskipun tidak semua tindakan bullying termasuk dalam ranah hukum pidana
namun tujuan dari tindakan bullying itu sendiri adalah jelas untuk merendahkan
harkat dan martabat dari satu individu. Pelanggaran HAM di Indonesia diatur
dalam Undang-undang atau UU Nomor 26 Tahun 2000.9 Pelanggaran HAM
diklasifikasikan menjadi pelanggaran ham berat dan ringan. Maka dari itu
sekecil apapun bentuk tindakan bullying tetap dapat dikategorikan sebagai

8
Widya Ayu Sapitri, S.Psi., MH, Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini. (Spasi Media, 2020), hal.
15-17.
9
Monica Ayu Caesar Isabela, “Jenis Pelanggaran HAM: Ringan dan Berat”, Kompas.com, April
8, 2022, https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/04/08/03000081/jenis-pelanggaran-ham-
ringan-dan-berat

8
bentuk pelanggaran HAM karena termasuk ke dalam bentuk pelanggaran HAM
ringan. Tindakan bullying yang berupa penghinaan, menyebarkan gosip atau
pencemaran nama baik, memberi panggilan nama dan sebagainya yang
menyebabkan sasaran dari tindakan tersebut (korban) merasa dirugikan dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran dalam hukum perdata.
Sekalipun seorang individu yang menjadi sasaran dari tindakan bullying
tidak menanggapi dengan serius atau tidak merasa dirugikan oleh tindakan
bullying yang ia dapatkan, namun ia tetap mempunyai hak dasar sesuai
kodratnya sebagai manusia yang layak untuk diperlakukan dengan hormat.
Setiap orang harus diperlakukan dengan layak dan mempunyai hak untuk
mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia sejak dalam
kandungan dan Negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi hak
asasi setiap individu tersebut. Pihak yang melakukan tindakan pelanggaran
HAM dapat dikenakan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku. Kendati
demikian, meskipun hak asasi tiap individu telah mendapat jaminan dari negara
serta telah diatur secara lengkap dalam Undang-Undang, Hingga saat ini
presentase tindak pelanggaran HAM masih terlampau tinggi.
Salah satu bentuk tindak pelanggaran HAM yang paling sering dijumpai
pada kehidupan sosial saat ini adalah perundungan atau bullying. Tidak semua
tindakan bullying kasat mata, terdapat banyak jenis bullying yang tidak dapat
dilihat dan dibuktikan secara langsung. Mengacu pada UU No. 39 Tahun 1999
Pasal 4 dan UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 6, tindakan bullying jelas
telah melanggar hampir semua poin-poin yang disebutkan. Tindakan bullying
telah mengambil hak seseorang untuk mendapat kehidupan yang nyaman, hak
untuk tidak disiksa, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk dihargai, dan lain
sebagainya maka dari itu tindakan bullying layak dan jelas masuk ke dalam
kategori pelanggaran Hak Asasi Manusia. Namun, Di Indonesia hukum
mengenai bullying belum sepenuhnya resmi ada, hal ini karena belum adanya
undang-undang yang secara khusus membahas dan mengatur mengenai kasus
pembullyan di Indonesia. Namun secara umum, di Indonesia suatu tindakan
bullying dapat dijerat dengan beberapa pasal, yaitu Pasal 368 Ayat 1 KUHP,
Pasal 345 KUHP, Pasal 355 KUHP, Pasal 351 KUHP, Pasal 76C UU 35/2014.
Meskipun tidak semua tindakan bullying termasuk dalam ranah hukum
pidana namun tujuan dari tindakan bullying itu sendiri adalah jelas untuk
merendahkan harkat dan martabat dari satu individu. Maka dari itu sekecil
apapun bentuk tindakan bullying tetap dapat dikategorikan sebagai bentuk

10
pelanggaran HAM karena termasuk ke dalam bentuk pelanggaran HAM
ringan.

3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas tindakan perundungan atau bullying adalah
peristiwa yang wajib dicegah sedini mungkin, karena berdampak buruk pada
korban dan pelaku kekerasan yang dilakukan terhadap orang lain ini dilakukan
terus menerus dengan tujuan menyakiti. Dengan demikian ada beberapa saran
yang dapat diajukan yaitu:
1. Sosialisasi pemahaman perundungan di lingkungan sekolah.
2. Sensitif terhadap situasi dan kebutuhan korban.
3. Membuat kebijakan terkait aksi perundungan.
4. Memastikan jalur komunikasi yang terbuka untuk pelaporan kasus.
5. Mengadakan kegiatan anti perundungan.
Dengan beberapa saran yang diajukan, mungkin saja bisa mencegah
terjadinya kasus perundungan atau bullying.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aulina, Laurences. (2021). Aspek Hukum Pembullyan Secara Verbal Terhadap


Anak Yang Mengakibatkan Korban Bunuh Diri. Diakses pada 23 Juni 2022,
dari https://www.kennywiston.com/aspek-hukum-pembullyan-secara-
verbal-terhadap-anak-yang-mengakibatkan-korban-bunuh-
diri/#:~:text=Bullying%20secara%20umum%20dapat%20dijerat,Pasal%2
076C%20UU%2035%2F2014.

Aditya, Muhamad Atma dkk. (2016). Bullying: Pelanggaran HAM Masa Kini.
(Institut Pertanian Bogor, 2016). Diakses dari
https://www.academia.edu/37577930/_BULLYING_PELANGGARAN_H
AM_MASA_KINI_Makalah_Diajukan_untuk_Memenuhi_Tugas_Praktik
um

Gunakarya, Widiana. (2021). Hukum Hak Asasi Manusia (1st ed). Yogyakarta:
Andi.

Isabela, Monica Ayu Caesar. (2022). Jenis Pelanggaran HAM: Ringan dan Berat.
Diakses pada 23 Juni 2022, dari
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/04/08/03000081/jenis-
pelanggaran-ham-ringan-dan-berat

Komnas HAM. (2014). Jurnal HAM. Komisaris Nasional Hak Asasi Manusia, 11,
5-6. Diakses pada 23 Juni 2022.

Karitika Law Firm. (2020). Pasal untuk Menjerat Pelaku Penganiayaan Anak.
Diakses pada 23 Juni 2022, dari http://kartikanews.com/pasal-untuk-
menjerat-pelaku-penganiayaan-
anak/#:~:text=Pasal%20tentang%20penganiayaan%20anak%20diatur,serta
%20melakukan%20Kekerasan%20terhadap%20Anak.

Nancy, Junita. (2021). Simak! Macam-Macam Hak Asasi Manusia. Diakses pada
23 Juni dari https://m.bisnis.com/amp/read/20211210/15/1476091/simak-
macam-macam-hak-asasi-manusia

12
Sejiwa. (2008). Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak (1st
ed). Jakarta: PT. Gasindo

Sapitri, Widya Ayu. (2020). Cegah dan Stop Bullying Sejak Dini. Spasi Media

Triwahyuningsih, Susani. (2018). Perlindungan Dan Penegakan Hak Asasi


Manusia (HAM) Di Indonesia. Jurnal Hukum Legal Standing. 2(2), 113.
Diakses pada 23 Juni 2022, dari Universitas Merdeka Ponogoro.

Yuridis.id. (2021). Isi/Bunyi Pasal 355 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana). Diakses pada 23 Juni 2022, dari https://yuridis.id/isi-bunyi-pasal-
354-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana-2/

Zakiyah, Ella Zain. Sahadi Humaedi., dan Meulanny Budiarti Santoso. (2017).
Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Jirnal
Penelitian & PPM, 1(2), 325-326. Diakses pada 23 Juni 2022, dari
Universitas Padjajaran.

13

Anda mungkin juga menyukai