Anda di halaman 1dari 11

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEKERASAN

PENGROYOKAN MASAL

Damar Satya Wicaksono

Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRAK

Pengeroyokan merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh kumpulan orang yang
dapat mengakibatkan luka fisik, dengan itu perlunya adanya perlindungan hukum bagi
korban pengroyokan. Tindak pidana pengroyokan diatur dalam pasal 170 Kitab
Undang-Undang Pidana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi pelaku dan bagaimana proses perlindungan hukum
terhadap korban kekerasan pengroyokan masal. Penelitian didesain dengan
menggunakan yuridis normatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
perundang-undangan dan pendekatan konsepual. Hasil penelitian yang didapat bahwa
fakor yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku pengroyokan adalah meliputi
faktor internal dan faktor eksternal dan upaya penanggulangan yang dilakukan adalah
dengan melakukan upaya pre-emtif, upaya preventiv dan upaya represif. Kendala dari
ketiga upaya tersebut berupa kurangnya tingkat kesadaran diri.

Kata Kunci: Pengeroyokan, Masal, Fisik.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seperti yang diketahu bahwa negara Indonesia merupakan negara yang
berdasarkan kepada hukum dan buka negara berdasarkan kepada kekuasaan.
Pengeroyokan merupakan perbuatan yang dilakukan oleh banyak orang yang
jumlahnya dua orang atau bahkan lebih tanpa adanya jumlah batasan masanya.1
Penjelasan terkait pengeroyokan itu sendiri tidak dijelaskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Pengeroyokan disebut juga dengan
penganiayaan secara bersama-sama atau melakukan tindakan kekerasan
bersama-sama kepada orang lain yang mejebabkan orang lain mengalami luka
ringan atau berat. Secara umum tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP
disebut “penganiayaan”. Pada hukum pidana dikenal beberapa rumusan
pengertian tindak pidana atau istilah tindak pidana. Sedangkan dalam
perundangundangan negara Indonesia istilah tersebut disebutkan sebagai
peristiwa pidana, perbuatan pidana atau Tindak pidana.
Unsur kriminal adalah salah satu unsur yang meresahkan masyarakat,
maraknya kriminalitas yang terjadi dimanapun khususnya mengenai
pengroyokan. Fenomena ini sangat sulit untuk dihilangkan di masyarakat
khusunya didaerah pedesaan. Ada banyak motif mengenai pengeroyokan ini
mulai dari balas dendam, faktor minuman keras pada saat sedang acara acara
seperti dangdut, utang piutang dan lain-lain yang dilakukan oleh lebih dari dua
orang atau lebih masanya yang melakukan tindakan main hakim sendiri, yang
dapat membuat korban luka fisik. 2
Berdasarkan urain latar belakang diatas maka peneliti akan meneliti
penelitian dengan judul “Penegakan Hukum Terhadap Korban
Pengeroyokan Masal”.

1
Dennis Kurniawan, Afif Khalid, and Faris Ali Sidqi, “Analisis Hukum Tentang Sanksi Pidana Terhadap
Pelaku Pengeroyokan Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Orang,” Universitas Islam Kalimantan
(UNISKA) (1945): 2.
2
Kadek Velantika Adi Putra, Swardhana Gde Made, and Sagung Putri M.E. Purwan, “Penanggulangan
Tindak Pidana Pengeroyokan Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Di Wilayah Hukumpolresta
Denpasar” (2018): 1–15.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku
kekerasan pengeroyokan masal?
2. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap korban
pengeroyokan masal?

II. METODE PENELITIAN


2.1. Metode Penelitian
Penelitian bersifat yuridis normatif digunakan dalam melakukan
penelitian ini. Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian yang berpacu
pada pedoman pengaturan hukum yang ada dan konkret. Dengan menggunakan
pendekatan kajian pada undang – undang, kasus, dan juga analisis hukum. Jenis
penelitian ini seringkali dikonsepkan sebagai segala sesuatu yang tertuang
didalam undang-undang yang menjadi pedoman manusia. Sumber hukum
primer, yaitu bahan hukum berupa perundang-undangan yakni: Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, dan Putusan Hukum. Sumber hukum sekunder, yaitu
bahan hukum resmi yang menjadi penunjang bahan sebelumnya berupa
literatur, buku, dan jurnal ilmiah yang berhubungan dengan sumber hukum
primer. Teknik yang digunakan dalam membuat penelitian ini menggunakan
pengumpulan bahan studi dokumen meliputi pengaturan hukum yang ada. Studi
kepustakaan yaitu pengumpulan bahan dengan mengobservasi buku yang
berkaitan erat dengan topik yang diteliti menurut para ahli mengenai tindak
pidana pengeroyokan yang menyebabkan kematian. Dalam melakukan
penelitian hukum, bahan baku yang sistematis akan digabungkan dalam bahan
yang diperoleh, dengan berdasarkan umum ke khusus, hal ini dilakukan dengan
upaya penyampaian bisa dengan baik sampai kepada pembaca dengan
penyajian yang mudah.3

III. PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Pelaku
Pengeroyokan.
Masyarakat Indonesia hidup dibawah naungan hukum positif, meski di
daerah tertentu eksistensi pranata adat masih bisa dijumpai Individu sebagai
bagian dari masyarakat selalu ingin hidup berdampingan dengan anggota
masyarakat lainnya. Sifat alamiah ini yang menyebabkan manusia melakukan
interaksi antar sesamanya. Interaksi yang dilakukan manusia bisa bersifat saling
menguntungkan atau bisa bersifat merugikan. Hukum hadir di tengah
masyarakat sebagai penyeimbang dari berbagai pola interaksi individu yang
hidup sebagai masyarakat, karena hukum memuat norma-norma tentang
interaksi seperti apa yang dianggap merugikan hak dan rasa. Seseorang menjadi
tidak baik bukan hanya muncul dari keinginan diri sendiri tetapi bisa
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari lingkungan hidupnya. Ketidak baikan
seseorang merupakan ancaman yang serius terhadap norma-norma sosial yang
berada di dalam kehidupan bermasyarakat. Pengeroyokan adalah suatu
perbuatan dalam pidana, Apabila hal tersebut sampai membuat orang
meninggal dunia, pelaku sudah mendapatkan sanksi dari kejahatan berat karena
telah mengambil hak hidup dari korban. Unsur sengaja ataupun tidak sengaja
sangat penting dalam menentukan hukuman yang akan dijatuhkan kepada
pelaku.

3
Fakultas Hukum, Universitas Warmadewa, and Undang-undang Hukum Pidana, “SANKSI PIDANA
TERHADAP PELAKU PENGEROYOKAN” 3, no. 2 (2022): 385–390.
Berdasarkan dari hasil penelitian menyikapi faktor-faktor penyebab
seseorang menjadi pelaku kekerasan pengeroyokan dapat dilihat berdasarkan
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri individu atau disini
berarti dari dalam diri anak. Menurut Romi Atmasasmita. faktor internal ini
berupa: faktor intelegensia, faktor usia dan faktor jenis kelamin.
1. Faktor Intelegensia
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak dibawah umur adalah
faktor bawaan, faktor minat dan pembawaan khas, faktor
pembentukan, faktor kematangan, dan faktor kebebasan. Faktor
yang paling digaris bawahi menurut narasumber adalah faktor
pembentukan karena yang dimaksud dengan faktor ini yaitu
segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensia. Disinilah point penting masuknya
argumentasi intelegensia sebagai faktor yang mempengaruhi
anak menjadi pelaku pengeroyokan
2. Faktor Usia
Usia anak yang dominan melakukan tindak pidana kebanyakan
ada pada usia yang tergolong remaja yaitu usia 13-20 tahun jadi
dapat dikatakan bahwa tindak kenakalan yang dilakukan oleh
anak tidak terlepas dari kondisi jiwa remaja yang sedang
mengalami banyak perubahan-perbuhan pada dirinya.
3. Faktor Jenis Kelamin
kenakalan anak bisa saja dilakukan oleh anak laki-laki maupun
perempuan, akan tetapi anak laki-laki lebih mendominasi
dikarenakan perbedaan pola asuh seperti perbedaan jam bermain
yang diberikan terhadap anak laki-laki dan perempuan yaitu jam
bermain anak laki-laki lebih bebas dan lebih longgar daripada
anak perempuan. Sehigga anak laki-laki lebih banyak interaksi
diluar rumah dan tidak menutup kemungkinan mendapat banyak
interksi yang buruk diluar rumah sehingga menyebabkan anak
mengarah pada perilaku menyimpang seperti melakukan tindak
pidana pengeroyokan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalam faktor yang berasal dari luar diri anak, yang
termasuk dari faktor eksternal adalah sebagai berikut:
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi keluarga terutama orang tua yang sejak dini
mengatakan bahwa akan memenuhi segala kebutuhan sianak akan tetapi
sebenarmya orang tua sudah tau bahwa keadaan ekomoni mereka yang
kurang, sehingga pada akhirnya mereka tidak bisa memenuhi janji
tersebut. Disinilah anak akan mendapatkan kekecewaan dari faktor
ekonomi kedua orang tuanya dan mengakibatkan anak tersebut
melakukan tindak kejahatan sesuai dengan janji yang tidak dapat
dipenuhi oleh keluarga tersebut.
2. Faktor pergaulan masyarakat
Faktor Lingkungan PergaulanMasyarakat merupakan tempat
pendidikan ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah, karena anak
selain berinteraksi dengan anggota keluarganya juga akan memasuki
pergaulan yang lebih luas lagi yaitu lingkungan masyarakat
disekitarnya. Pengaruh yang 9 diberikan lingkungan pergaulan besar
sekali dan bahkan terkadang dapat membawa perubahan besar dan
seorang anak akan banyak menyerap hal-hal baru yang dapat
mempengaruhinya, dengan demikian pengaruh lingkungan pergaulan
terutama pengaruh dari teman-teman mainnya sangat besar bagi anak
dapat melakukan apa yang dianggap baik menurutnya dan menjadi
sumber bagi anak untuk melakukan perbuatan menyimpang.
3. Faktor Mass-Media
Faktor Mass-Media atau sering dikenal dengan media massa, seperti
majalah, surat kabar, radio, tape, televisi, VCD, dan lain-lain, juga
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan manusia dan
terdapat juga bagian dari media massa yang tidak mendidik, apalagi jika
dikaitkan dengan sifat anakanak yang suka meniru, ingin tahu dan
mencoba-coba hal-hal yang dianggap oleh anak merupakan hal-hal
yang baru. Maka tidak sedikit oleh anak saat dilakukan pendekatan
secara personal atas prilaku yang telah diperbuat menggunakan
alasankarena tontonan di televisi, vidio atau youtube tentang adegan
kekerasan. Sejalan dengan hal tersebut dengan mengutip pendapat
Kartini Kartono menyatakan bahwa “anak akan menjadi kriminal dan
memperoleh kebiasaan delinkuen sangat begantung kepada interaksi
yang kompleks dari berbagai faktor penyebab baik internal maupun
eksternal sebagai latar belakangnya”.

B. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Korban Pengeroyokan.


Perlindungan terhadap korban kejahatan dalam sistem hukum
nasional seperti belum mendapatkan perhatiang yang serius. Adanya
ketidak seimbangan perlindungan hukum terhadap korban dan pelaku
merupakan sebuah penyimpangan dari Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
dengan kedudukanya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Dalam hal ini negara berkomitmen bahwa setiap warga negara harus
diperlakukan baik dan adil, sama kedudukannya di dalam hukum sesuai
dengan asas equality before the law, juga dalam pengertian apakah ia
seorang tersangka atau korban suatu tindak pidana, perikemanusiaan
sebagai sendi nilai falsafah Pancasila menjiwai seluruh keberadaan
hukum di negara Indonesia, mulai dari UUD 1945 hingga kepada
peraturan perundangundangan ke bawahnya.
Setiap terjadi kejahatan maka dapat dipastikan akan
menimbulkan kerugian pada korbannya. Korban kejahatan yang pada
dasarnya adalah pihak yang paling menderita dalam suatu tindak
pidana, tidak memperoleh perlindungan sebanyak yang diberikan oleh
Undang-undang terhadap pelaku tindak pidana. Akibatnya, pada saat
pelaku tindak pidana dijatuhi sanksi oleh pengadilan, kondisi korban
kejahatan tidak dipedulikan.

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana
pengeroyokan yang dilakukan oleh anak dibawah umur adalah faktor
internal meliputi: faktor intelegensia, faktor usia, faktor jenis kelamin,
faktor kedudukan anak dalam keluarga dan faktor eksternal meliputi: faktor
ekonomi keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan pergaulan,
faktor mass-media.
2. Perlindungan terhadap korban pengeroyokan diumuka umum pada
dasarnya telah diatur dalam beberapa peraturan perundangundangan di
Indonesia sebagai pengejawantahan hak-hak asasi manusia dalam
konstitusi dan hak-hak korban dalam KUHAP. Peraturan perundang-
undang yang dimaksud adalah UndangUndang Republik Indonesia No. 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, diatur beberapa perlindungan
hukum teradap hak korban penganiayaan dimuka umum dalam suatu proses
peradilan pidana, yakni Hak untuk melakukan control terhadap penyidik
dan penuntut umum, Hak korban berkaitan dengan kedudukannya sebagai
saksi, Hak untuk menuntut ganti rugi akibat suatu tindak pidana yang
menimpa diri korban melalui cara penggabungan perkara perdata dengan
perkara pidana (Pasal 98 sampai Pasal 101). Hak ini diberikan guna
memudahkan korban untuk menuntut ganti rugi pada tersangka/terdakwa.
Hak bagi keluarga korban untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan polisi
melakukan otopsi (Pasal 134- 136 KUHAP). Adapun Ketentuan Pasal 5
UndangUndang Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindungan Saksi dan
Korban ini menentukan adanya perlindungan hukum terhadap korban
pengeroyokan dimuka umum:
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta
benda, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang
akan, sedang, atau telah diberikan
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
c. Memberikan tekanan tanpa tekanan;
c. Mendapat penerjemah,
d. Bebas dari pertanyaan yang menyerat;
e. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan khusus;
f. Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
g. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
h. Mendapat identitas baru;
i. Mendapat tempat kediaman baru;
j. Memperoleh bantuan biaya transfortasi sesuai dengan kebutuhan;
l. Mendapat nasihat hukum; dan/atau.
m. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
perlindungan berakhir.
n. Dalam hal terhadap korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
yang berat selain hal di atas, juga berhak pula untuk mendapatkan
bantuan medis dan bantuan rehabilitasi psiko-sosial.4

B. Saran
1. Dengan maraknya terjadi kejahatan pengeroyokan dimuka umum,
diharapkan kedepan harus ada ketentuan khusus untuk memperberat
sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan pengeroyokan dimuka umum
agar adanya efek jera terhadap pelaku
2. Memberikan perlindungan hukum terhadap korban kejahatan
pengeryokan dimuka umum sangatlah penting maka dari itu kedepan
adanya produk hukum atau kebijakan hukum yang mana lebih
memberikan prosi yang besar untuk memebrikan perlindungan hukum
terhadap hak-hak korban pengeroyokn dimuka umum.

4
Muhammad Abdy Rusadi, Dadin Eka Saputra, and Fathan Ansori, “Analisis Hukum Tentang Tindak
Pidana Pengeroyokan Dimuka Umum Berdasarkan Sistem Peradilan Pidana Indonesia” (2006).
DAFTAR PUSTAKA

Hukum, Fakultas, Universitas Warmadewa, and Undang-undang Hukum Pidana.


“SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENGEROYOKAN” 3, no. 2
(2022): 385–390.

Kurniawan, Dennis, Afif Khalid, and Faris Ali Sidqi. “Analisis Hukum Tentang Sanksi
Pidana Terhadap Pelaku Pengeroyokan Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa
Orang.” Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) (1945): 2.

Putra, Kadek Velantika Adi, Swardhana Gde Made, and Sagung Putri M.E. Purwan.
“Penanggulangan Tindak Pidana Pengeroyokan Yang Dilakukan Oleh Anak Di
Bawah Umur Di Wilayah Hukumpolresta Denpasar” (2018): 1–15.

Rusadi, Muhammad Abdy, Dadin Eka Saputra, and Fathan Ansori. “Analisis Hukum
Tentang Tindak Pidana Pengeroyokan Dimuka Umum Berdasarkan Sistem
Peradilan Pidana Indonesia” (2006).

Anda mungkin juga menyukai