ii
iii
iv
ABSTRAK
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah
penelitian Normatif-Empiris dimana merupakan penelitian hukum sebagai bentuk
riset hukum terapan yang memandang tidak cukup menggunakan satu jenis
penelitian dalam memecahkan suatu masalah.
PENDAHULUAN
manusia ini dinilai masih sangat tabuh oleh masyarakat yang masih
seksual dan oleh sifatnya yang tidak senonoh dapat menyinggung rasa malu
kesusilaan orang lain. Tindak asusila adalah tindakan atau perbuatan yang
perbuatan ini rata-rata adalah seorang wanita, entah itu pelecehan seks atau
pemerkosaan. Namun, ada pula perbuatan asusila atas dasar suka sama
1
2
Sedangkan pengertian dan batas-batas kesusilaan itu cukup luas dan dapat,
hukum itu sendiri merupakan nilai-nilai kesusilaan yang minimal (das recht ist
Dewasa ini kian marak seorang ayah tiri tega melakukan tindak asusila
terhadap anak tirinya baik itu berlatar belakang dendam ataupun hanya untuk
disamping merupakan masalah universal juga karena dunia ini akan selalu
adanya kasih sayang atau cinta kasih diantara umat manusia, khususnya
pada orang tua. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus
Pada hakikatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai
berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Anak harus dibantu orang lain
orang dewasa tetapi juga dilakukan oleh para remaja dan anak-anak, bahkan
kandung korban itu sendiri. Cara pelaksanaanya pun atau cara kerja atau
beda, ada yang dilakukan perorangan dan ada juga yang berkelompok. Para
dewasa ini, dimana anak dibawah umurlah yang menjadi sasaran utamanya.
Ini dikarenakan anak dibawah umur memang sangat potensial menjadi korban
B. Rumusan Masalah
yang dilakukan ayah terhadap anak tiri (Studi Kasus Di Kota Parepare)?
C. Tujuan Penelitian
perkosaan yang dilakukan ayah terhadap anak tiri (Studi Kasus Di Polres
Parepare);
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoretis
penelitian.
2. Secara Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kriminologi
berikut:
a. Edwin H. Sutherland:
Criminology is the body of knowledge regarding delinquency and
crime as social phenomena (Kriminologi adalah kumpulan
pengetahuan yang membahas kenakalan remaja dan kejahatan
sebagai gejala sosial). (Alam. A. S, 2010: 2).
6
7
b. J.Constant:
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan
faktor-faktor yang menjadi sebab-musabab terjadinya kejahatan
danpenjahat. (Alam. A. S, 2010: 2)
c. Moedigdo Meoliono:
Kriminologi sebagai ilmu yang belum dapat berdiri sendiri, sedangkan
masalah manusia menunjukkan bahwa kejahatan merupakan gejala
sosial. Karena kejahatan merupakan masalah manusia, maka
kejahatan hanya dapat dilakukan manusia. Agar makna kejahatan
jelas, perlu memahami eksistensi manusia.(Top Santoso dan Eva
Achjani Zulfa, 2003: 11).
d. Michael dan Adler:
kriminologi adalah keseluruhan keterangan mengenai perbuatan dan
sifat dari para penjahat, mulai dari lingkungan mereka sampai pada
perlakuan secara resmi oleh lembaga-lembaga penertib masyarakat
dan oleh para anggota masyarakat. (Topo Santoso, 2010: 9).
e. Prof. Dr. Wme. Noach:
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala
kejahatan dan tingkah laku yang tidak senonoh, sebab-musabab
sertaakibat-akibatnya. (Deni Achmad dan Firganefi, 2016: 9).
f. W. A. Bonger:
Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki
gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini, Bonger lalu
membagi kriminologi menjadi kriminologi murni dan kriminologi
terapan.
g. Kriminologi Murni mencakup : (Muhammad Mustofa, 2007: 2).
1) Antropologi Kriminal. Yaitu ilmu pengetahuan tentang manusia
yang jahat. Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban atas
pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya mempunyai
tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan antara suku
bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.
2) Sosisologi Kriminal. Yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan
sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok permasalahan yang di
bahas dalam ilmu pengetahuan ini dimana sebab-sebab
kejahatan dalam masyarakat.
3) Psikologi Kriminal. Yaitu Ilmu Pengetahuan tentang penjahat
dari sudut pandang kejiwaannya.
4) Psikopatologi dan Neuropatologi. Yaitu Ilmu tentang penjahat
yang sakit jiwa atau urat syaraf.
5) Penology. Yaitu Ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya
hukuman.
h. Kriminologi terapan mencakup : (Kartasaputra Momon, 1981: 23).
1) Hygiene criminal. Yaitu usaha yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kejahatan. Misalnya usaha-usaha yang dilakukan
7
8
Dibawah ini kriminologi mencakup 3 (tiga) hal pokok yaitu sebagai berikut:
a. Kriminologi Teoritis
Sebagai berikut :
b. Kriminologi Praktis
kriminologi.
penjahat berikutnya.
sebab kejahatan:
a. Spiritualisme
datang dari tuhan atau dewa, dan keburukan yang datang dari setan.
kejahatan yang berasal dari keluarga yang memiliki posisi kuat dalam
b. Naturalisme
c. Positivis
dalam dirinya.
Para ilmuan ini tidak cukup hanya dengan berfikir untuk meningkatkan
Aliran social defence yang dipelopori oleh Judge Marc Angel telah
5. Fungsi Kriminologi
keberadaan kriminologi ini dapat dibedakan kepada dua hal, yaitu fungsi
klasik dan fungsi modern. Pada fungsi yang klasik, keberadaan kriminologi
berkaitan dengan hukum pidana, dimana dua disiplin ilmu ini saling
15
dekatnya sehingga diibaratkan sebagai “dua sisi diantara satu mata uang”,
formal) dan rumusan kejahatan yang dimuat dalam hukum pidana itulah
yang menjadi kajian pokok kriminologi. Disamping itu hukum pidana sebagai
suatu disiplin yang bersifat normatif atau abstrak, di lain pihak kriminologi
kepada kenyataan. Bahkan karena cara pandang kriminologi yang lebih luas
kriminologi itu membuat bijak berlakunya hukum pidana (Harianto, H., Natsir,
hukum pidana tersebut, maka fungsi kriminologi yang klasik ini adalah
- Kriminalisasi
- Deskriminalisasi
- Depenalisas.
16
1. Pengertian Kejahatan
kepentingan berbeda-beda.
jahat yang melanggar hukum, perilaku yang bertentangan dengan nilai dan
norma yang telah disahkan oleh hukum tertulis. Dilihat dari segi hukum,
antara lain:
oleh Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita (1987: 27-29) memberikan batasan
David M. Gordon:
Mendefinisikan kejahatan merupakan usaha pelanggar untuk
hidup dalam suatu situasi ekonomi tidak menentu yang
terbentuk dalam tatanan sosial tertentu.
berwenang.
kebutuhan hidup.
18
Widiyanti dan Yulius Waskita, 1987: 23). Akan tetapi, untuk masa sekarang
serta pemberian efek jera agar para pelaku bisa menginsafi kejahatan yang
(Barda Nawawi Arief, 2011: 4). Dapat dikatakan bahwa tujuan akhir yang
meliputi kesadaran dan ketertiban yang nyata (Moh Kemal Dermawan, 1994:
102-103).
Menurut G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda Nawawi Arief (2011:
a. Jalur Penal
b. Jalur Nonpenal
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
Belanda yaitu strafbaar feit atau delict, dalam bahasa Indonesia disamping
sebagaimana yang dipakai oleh R. Tresna dan Utrecht dalam buku C.S.T
Kansil dan Christine S.T Kansil dikenal juga beberapa terjemahan yang lain
Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
Belanda yaitu strafbear feit, meskipun tidak ada penjelasan resmi tentang
apa yang dimaksud dengan strafbear feit itu. Strafbear Feit, terdiri dari tiga
kata yakni straf, bear dan feit,straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum,
adalah:
1. Tindak Pidana,
Yaitu Dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perUndang-
Undangan. Hampir seluruh peraturan perundang-undangan
menggunakan istilah tindak pidana.
2. Peristiwa Pidana,
Yaitu Digunakan oleh beberapa ahli hukum, misalnya MR. R
Tresna dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana.
Pembentukan perUndang-Undangan juga pernah
menggunakan istilah peristiwa pidana, yaitu dalam Undang-
Undang Dasar Sementara Tahun 1950 dalam Pasal 14 Ayat 1.
3. Delik,
Yaitu berasal dari bahasa latin delictum juga digunakan untuk
menggambarkan tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar
feit.
4. Pelanggaran Pidana,
Yaitu dapat dujumpai dalam buku Pokok-Pokok Hukum Pidana
yang ditulis oleh Mr. M.H. Tirtaamidjaja
21
bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
Unsur-unsur dalam tindak pidana merupakan unsur yang harus ada untuk
adalah :
Unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu
dari sudut teoritis dan dari sudut undang-undang. Sudut teoritis ialah
berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi rumusan
Menurut Roeslan Saleh, (1981: 21) Berikut unsur tindak pidana menurut
Didalam buku yang sama beliau lebih lanjut menguraikan tentang unsur
unsur tindak pidana. Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis tindak pidana
1. Pengertian Asusila
manusia agar menjadi kehidupan yang indah dan bersih dari kerusakan
prilakunya, bukan saja tata prilaku yang bersifat ibadah mahdah (khusus)
seperti shalat dan berpuasa, namun juga bersifat prilaku ibadah ghairu
yang dianutnya.
25
itu delik pelanggaran kesusilaan diatur dalam Pasal 27 Ayat (1) Undang-
a. Bersetubuh
Adalah jenis tindakan Asusila melakukan hubungan seksual atas
dasar suka sama suka tanpa adanya dasar pemaksaan untuk
melakukan perbuatan tersebut. Tetapi apabila perbuatan ini dilakukan
terhadap anak dibawah umur Atas dasar suka sama suka” tidak
dapat dijadikan alasan untuk menghindar dari jeratan hukum. Pelaku
yang melakukan persetubuhan atau percabulan terhadap anak, tetap
akan dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak. Jika anak ini telah berumur di atas 18
tahun, ia tetap dapat menuntut lelaki tersebut, karena kewenangan
menuntut pidana belum hapus karena daluwarsa.
b. Pornografi
Pornografi menurut Undang- undang Pornografi adalah materi
seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di
muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau
melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.
Menurut pandangan agama Islam Pornografi adalah produk grafis
(tulisan, gambar, film)-baik dalam bentuk majalah, tabloid, VCD, film-
film atau acara-acara di TV, situs-situs porno di internet, ataupun
bacaan-bacaan porno lainnya-yang mengumbar sekaligus menjual
aurat, artinya aurat menjadi titik pusat perhatian.
c. Zina
Zina dapat diartikan sebagai hubungan seksual antara seorang lelaki
dengan seorang perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan. Orang-
orang yang berzina biasanya adalah orang-orang yang labil dan
belum mampu menguasai nafsunya. Oleh karena itu, zina banyak
terdapat di kalangan anak muda. Tetapi dalam Pasal 284 KUHP
mengatur tentang perzinahan bahwa zina adalah hubungan seksual
yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan dimana salah
satu atau keduanya sudah menjalani ikatan pernikahan dengan orang
lain atas dasar suka sama suka.
d. Perkosaan
Pemerkosaan merupakan perbuatan kriminal yang terjadi ketika
seseorang memaksa orang lain untuk melakukan hubungan seksual
dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis, secara paksa atau
dengan cara kekerasan. Istilah perkosaan berasal dari bahasa latin,
27
i. Fetisme
Fetisme adalah suatu prilaku menyimpang dari norma-norma
kesopanan dimana sang pelaku meraih kepuasan seksnya dengan
cara memegang, melihat, dan atau memiliki benda kepunyaan lawan
jenis. Beberapa contohnya adalah BH, Celana Dalam, Pembalut dan
lain-lain.
j. Sodomi
Sodomi adalah suatu tindakan menyimpang dimana pelaku
melakukan hubungan seksual melalui dubur (bokong). Tindakan
sodomi sendiri sudah mulai banyak di Indonesia. Biasanya pelaku
dari tindakan sodomi ini adalah para phedofilia yang melakukan aksi
menyimpangnya pada anak-anak.
28
k. Aborsi
Kemudian ada tindakan yang di beri nama aborsi. Aborsi sendiri
artinya adalah, pengguguran kandungan. Sudah terlihat jelas bahwa
pelaku yang melakukan aborsi adalah orang yang tidak
menginginkan kehadiran janin di rahimnya. Rata-rata pelakunya
adalah wanita muda yang hamil di luat nikah, lalu terpaksan
melakukan aborsi untuk menutupi kesalahannya.
l. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah suatu perbuatan menghina martabat
lawan jenis dengan memegang mencolek, meraba, dan lain-lain.
1. Pengertian Perkosaan
perkosaan adalah:
perkosaan adalah:
kelamin wanita) yang menjadi target dalam perkosaan akan tetapi anus
korban.
yang tidak berdaya atau pingsan dan di bawah umur, juga tidak
Dalam KUHP tindak pidana perkosaan dimuat pada bab XIV dengan
judul kejahatan yang mana terdapat pada Pasal 285 yaitu yang berbunyi:
Unsur- unsur dari tindak pidana perkosaan menurut Pasal 285 KUHP
yaitu :
1) Barang siapa
dengan cara apapun diluar kehendak seorang wanita yang tidak memiliki
31
pasrah apa yang telah terjadi pada korban dan tidak menyelesaikannya
melalui jalur hukum karena takut akan sanksi sosial yang akan di
1. Pengertian Anak
pidana untuk anak yang belum dewasa atau anak yang umumnya
dewasa adalah anak yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu)
Menurut hukum islam, anak disebut orang yang belum baliq atau
telah memenuhi satu dari sifat, antara lain telah berumur 15 (lima
belas) tahun, telah keluar air mani bagi laki-laki, dan telah dating haid
bagi perempuan.
sudah dewasa.
dalam kedua pengertian ini, yaitu anak adalah subjek hukum dari
Usia seseorang merupakan salah satu tolak ukur dalam kajian hukum
yang dilakukannya oleh karena itu, batasan dalam penelitian ini lebih
anak adalah sebagai manusia yang masih kecil. Dalam sumber lain
dijelaskan bahwa anak adalah keadaan manusi normal yang masih muda
Romli Atmasasmita, anak adalah seorang yang masih dibawah umur dan
ditentukan atas dasar batas usia, juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan
2) Masa remaja,
Antara umur 13-20 tahun. Masa remaja adalah masa dimana
perubahan cepat terjadi dalam segala bidang; pada tubuh dari
luar dan dalam; perubahan perasaan, kecerdasan, sikap social,
dan kepribadian.
Antara umur 21-25 tahun. Pada masa dewasa muda ini pada
umumnya masih data dikelompokkan kepada generasi muda.
Walaupun dari segi perkembangan jasmani dan kecerdasan
telah betul-betul dewasa, pada kondisi ini anak sudah stabil.
Namun, dari segi kemantapan agama dan ideology masih
dalam proses kemantapan.
sebagai seorang yang sudah kawin, meninggalkan rumah ibu bapaknya atau
ibu bapak mertuanya untuk berumah lain sebagai laki-bini muda yang
dewasa.
menurut hukum adat Indonesia, tidak terdapat batasan umur yang pasti,
sampai umur berapa seseorang masih dianggap sebagai anak atau sampai
dimuat dalam Staatblad, No. 54, Tahun 1931, peraturan pemerintah tersebut
adalah: (1) mereka yang belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun dan
sebelumnya belum pernah kawin; (2) mereka yang telah kawin sebelum
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan kemudian bercerai-berai dan
tidak kembali lagi di bawah umur; (3) yang dimaksud dengaan perkawinan
menetapkan batas umur kedewasaan, hal ini disebabkan karena hukum ada
di Indonesia tidak tertulis. Tetapi menurut para pakar hukum adat Indonesia
pengertian anak di atas yang telah dijelaskan, berikut ini juga beberapa
seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
Pasal 1 ayat (1) sebagai berikut : “Anak adalah seseorang yang belum
pengertian anak tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) sebagai berikut : “Anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun.” 4.
anak didefinisikan dalam Pasal 1 ayat (5) sebagai berikut : “Anak adalah
setiap manusia yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut
menurut konvensi ini, tidak jauh berbeda dengan pengertian anak menurut
anak adalah sebagai berikut : “Anak adalah setiap manusia di bawah umur
berumur minimal 8 tahun dan maksimal 16 tahun, di Inggris batas umur anak
ditinjau dari berbagai pengertian di atas, anak diartikan sebagai orang yang
belum dewasa, orang yang belum berusia 18 tahun dan belum menikah
berupa antara lain dengan cara melindungi anak dari berbagai ancaman dari
langsung ditujukan kepada anak, tetapi orang lain yang melakukan atau
37
perlindungan anak terhadap berbagai ancaman dari luar ataupun dari dalam
harus dimulai sejak dini dan terus menerus. Janin yang berada dalam
kandungan harus diberi gizi. Jika ia telah lahir, maka diperlukan ASI (
Lintas sektor Nasib anak tergantung dari berbagai faktor makro dan
dapat ditangani oleh sector, terlebih keluarga atau anak itu sendiri.
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000
dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan
orang lain.
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu
40
ayat (1) dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik,
(1).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Masalah
41
42
perkosaan yang dilakukan terhadap anak, dan Insya Allah penelitan ini akan
penulis laksanakan dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan sejak
1. Jenis Data
Adapun Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan
dalam bentuk angka. yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini
2. Sumber Data
a. Data Primer
sebuah penelitian.
b. Data Sekunder
1. Observasi (Pengamatan)
2. Wawancara
3. Dokumentasi
F. Analisis Data
bahwa hubungan data yang satu dengan yang lain senantiasa dipertahankan
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Faktor Kesempatan
bawah umur yang sering di tinggal berdua dengan ayah tiri nya
65
66
2. Tindakan Preventif
a. Individu
b. Masyarakat
3. Tindakan Represif
B. Saran
moralitas, dan keimanan guna mengedalikan diri agar tidak mudah tergoda
untuk melakukan suatu hal atau tindakan yang kurang baik yang akhirnya
akan merugikan dirinya sendiri. Selain itu masyarakat juga harus lebih
tanggap dan aktif dalam hal mencegah terjadinya perkosaan anak dibawah
pemahaman pada anak tentang bahaya yang ada di lingkungan dimana saja
67
anak berada serta mengawasi aktivitas dan mengenal teman bergaul anak
angka tindak pidana perkosaan terhadap anak dibawah umur yang Ada di
untuk menjaga kejiwaan dari rasa trauma pada seseorang yang menjadi
korban perkosaan.
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Alam dan Amir Ilyas. 2018. Kriminologi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Halaman 47
Adami Chazawi, 2000, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Rajawali Pers :
Malang.
Andi Hamzah, 2009, Delik-delik tertentu di dalam KUHP, Sinar Grafika : Jakarta.
Andi Hamzah, 1994, Azas-azas Hukum Pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta :
Jakarta.
Balla, H. (2022). Diversi: Anak yang Berhadapan Dengan Hukum. Jurnal Litigasi
Amsir, 9(3), 215-220.
Balla, H., & Asriyani, A. (2021). Quo Vadis: Sanctions for Children Facing the
Law. Amsir Law Journal, 3(1), 1-10.
Harianto, H., Natsir, M., & Syahril, M. A. F. (2022). Kajian Hukum Pencurian
dengan Kekerasan. Jurnal Litigasi Amsir, 9(3), 202-207.
Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi, 2014, Hukum Pidana, Fajar Inter Pratama Mandiri :
Jakarta.
Khudzaifah Dimyanti, Absori, Kelik Wardiono dan Fitrah Hamdani, 2017, Hukum
& Moral, Genta Publishing : Yogyakarta.
M Nasir Djamil, 2012, Anak Bukan Untuk Di Hukum, Sinar Grafika : Jakarta.
68
Soerjono Soekanto, 2016, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers :
Jakarta.
Sholeh Soeaidy dan Zulkhair, 2001, Dasar Hukum Perlindungan Anak, CV.
Novindo Pustaka Mandiri : Jakarta.
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001 , Kriminologi, Rajawali Pers : Jakarta.
2017, Undang-Undang Perlindungan Anak, Pustaka Mahardika :
Yogyakarta.
Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH)
Amsir Parepare : Parepare.
PerUndang-Undangan
69
70
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 :
LAMPIRAN 2 :
LAMPIRAN 3 :
Dokumentasi (Foto-foto)
71
72
73
74
75
76
77