Anda di halaman 1dari 13

BULLYING DAN HUKUM ISLAM

Dalam Study Islam dan Ilmu Pengetahuan

Joni Helandri, M.Pd

Muhammad Fauzi
afenkk@gmail.com (​mailto:afenkk@gmail.com​)

Elsa Ilka Sasena


Elsailkasasena8@gmail.com (​mailto:Elsailkasasena8@gmail.com​)

Program Studi Hukum Tata Negara (HTN), Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
Bumi Silampari Lubuklinggau, Tahun 2023M/ 1444 H

Abstrak
Dalam kehidupan sosial sering kita jumpai tindakan buruk oleh seseorang atau
sekelompok orang yang mana tindakan tersebut dapat di kategorikan sebagai
tindakan bullying atau perundungan. Perbuatan bullying dapat berupa ejekan,
intimidasi, atau penindasan terhadap orang yang lemah baik secara fisik maupun
mental. Dalam hukum Islam perbuatan tersebut sangatlah tidak dibenarkan dan
termasuk dalam perbuatan dosa. Berkenaan dengan itu dalam tulisan ini kami ingin
memaparkan permasalahan tentang bullying serta cara penanganannya dari
perspektif hukum Islam. Dari beberapa literasi yang di dapatkan menunjukan bahwa
bullying merupakan kejahatan yang lahir atas perbuatan tidak terpuji dari seseorang
kepada orang lain yang dapat menimbulkan dampak negatif baik bagi pelaku
maupun korban. Jika dilakukan secara terus-menerus bagi pelaku dapat berpotensi
akan melakukan tindakan kriminal, dan bagi korban akan menimbulkan dampak
berupa cacat secara fisik maupun mental. Dalam kajian hukum Islam perundungan
termasuk dalam tindakan kejahatan atau pelanggaran hukum (Jarimah Ta'zir) yang
bisa diberlakukan sanksi hukum (Uqubat Ta'zir) oleh pihak berwenang atau hakim.
Upaya perlindungan secara hukum atas perbuatan bullying, telah diatur secara baik
menurut syariat Islam maupun peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Kata kunci: Bullying, Studi Islam, Penanganan Bullying, Hukum Islam,

Abstract
In social life, we often encounter bad actions by a person or group of people where
these actions can be categorized as acts of bullying. Bullying can take the form of
ridicule, intimidation, or oppression of people who are physically or mentally weak.
In Islamic law this act is absolutely not justified and is included in the act of sin. In
this regard, in this paper we would like to describe the problem of bullying and how
to handle it from the perspective of Islamic law. From some of the literacy obtained,
it shows that bullying is a crime born of dishonourable actions from one person to
another which can have a negative impact on both the perpetrator and the victim. If
it is carried out continuously for the perpetrator, it can potentially commit criminal
acts, and for the victim it will have an impact in the form of physicaland mental. In
the study of Islamic law, bullying is included in criminal acts or violations of the law
(Jarimah Ta’zir) which can be subject to legal sanctions (Uqubat Ta’zir), by the
authorities judges. Efforts to legally protect against acts of bullying have been
properly regulated according ti Islamic as well as applicable laws and regulations.

Keywords:Bullying, Islamic studies, Handling bullying, Islamic law

PENDAHULUAN
Tindakan penindasan sering kita dengar dalam masyarakat kita baik dilingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Bahkan mungkin dari kita ada yang
menjadi korban penindasan baik bersifat fisik maupun mental. Perlakuan yang tidak
baik itu sering kita kenal dengan istilah bullying yaitu suatu tindakan tidak terpuji
yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang maupun secara bersama-sama
untuk menyakiti orang lain yang diangap lemah dan dilakukan secara terus
menerus.
Aksi ini hampir terjadi pada setiap lingkungan sosial, baik di masyarakat umum,
keluarga terlebih lagi di lingkungan sekolah atau di perguruan tinggi. Dari
cnnindonesia.com, (2019) di Indonesia berdasarkan data OECD (Organsation of
Economic Co-operation and Depelovment) tahun 2018 menyatakan bahwa 41%
siswa Indonesia di laporkan pernah mengalami perundungan. Rahayu, et al (2019)
mengungkapakan dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) pada tahun
2018 terdapat 161 kasus dengan indikasi bulliying. Dari jumlah tersebut diketahui 36
kasus (22,4%) adalah anak sebagai korban kekerasan dan bullying dan 41 kasus
(25,5%) adalah anak sebagai pelaku kekerasan dan bullying. Dari data tersebut
dapat dikatakan bahwa kasus bulyying sudah berada pada tingkat yang
memprihatinkan.
Tindakan bullying merupakan salah satu konflik dalam interaksi sosial yang harus
dihindari, karena dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi korban
perundungan. Dampak yang dapat ditimbulkan bagi korban bullying antara lain;
kurangnya rasa percaya diri, merusak psikologis seperti frustasi, dan bahkan
dampak yang lebih buruk dapat menimbulkan tindakan bunuh diri. Bagi pelaku
bullying, berdampak pada gangguan emosional seperti menjadi pembangkang, dan
dalam jangka panjang dapat membuat sesorang menjadi pelaku kriminal baik di
lingkungan sosial maupun dalam rumah tangga.
Martiniadi, (2020) menyatakan bullying ialah suatu keadaan adanya tindakan
penyalahgunaan kekuasaan atau kekuatan oleh seseorang atau kelompok dengan
menyerang orang yang dianggap lemah sebagai korban. Bullying berakibat pada
proses perkembangan seseorang yang korbannya berpotensi menjadi pendiam dan
tidak lagi mampu berinteraksi sosial dengan baik.
Aksi kekerasan berupa penindasan atau perundungan merupakan dampak dari
lunturnya nilai-nilai agama. Perilaku buruk pada seseorang akan cenderung
bertindak bengis, pemarah, brutal, merusak dan dan dapat merugikan orang lain.
Islam selalu mengajarkan konsep akidah dan ahklakulkarimah. Berkenaan dengan
ini yang menjadi tolak ukur bagi umat Islam adalah ahklak Nabi Muhammad SAW.,
yang mana diutus untuk memnyempurnakan akhlak manusia. Sebagai mana
diteangkana dalam Q.S Al Ahazab ayat 21 Allah berfirman: “Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”.
Dalam syariat Islam ditekankan untuk selalu menjaga akidah dengan berahklak
mulia. Dalam hadits yang diriwayatkan At. Tirmidzi Rasulullah SAW bersabda
“orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang baik akhlaknya”.
Islam adalah agama yang sangat teguh dalam menegakkan kesamaan derajad dan
kemulyaan martabat manusia. Islam menegaskan manusia Allah ciptakan dari suku
bangsa yang berbeda untuk saling mengenal dan berbuat baik antara sesama.
(Suseno, n.d.)
Dalam Q.S. Al Hujurat ayat 13 Allah SWT. berfirman, “wahai orang-orang yang
beriman! Sesungguhnya Kami telah jadikan kamu dari kalangan lelaki dan
perempuan dan Kami telah jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu semua saling kenal mengenal”
Dari latar belakang itulah maka penulis dalam uraian singkat ini ingin membahas
tentang tindakan bullying, termasuk dampak yang ditimbulkan serta konsep
penanganan dari perspektif hukum Islam.

PEMBAHASAN
A.Pengertian Bulyying
Secara bahasa bullying dimaknai sebagai perundungan dengan kata dasar
rundung, berarti mengganggu, mengusik terus menerus, dan menyusahkan.
Selanjutnya berdasarkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), perundungan
ialah kekerasan fisik dan psikologis dengan jangka panjang secara sendiri atau
bersama-sama kepada orang lain yang lemah atau tidak mampu mempertahankan
diri. Selanjutnya, dikutip dari Helen C. & Dawn J., menyatakan bullying sebagai
perilaku arogan dimana pelaku kejahatan melakukan sesuatu untuk menciptakan
masalah yang membuat tidak nyaman pada orang lain hingga menimbulkan cidera
fisik maupun mental. Selanjutnya secara bahasa dijelaskan kata bullying berasal
dari kata bull yang berarti Banteng dan secara makna kata bully berarti penggertak
atau pengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut "menyakat"
yang artinya menggoda, membuat kekacauan, atau membuat tidaknyaman orang
lain. (Studi et al., 2020)
Perundungan atau bullying ialah suatu situasi terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan untuk menindas orang yang lemah secara fisik ataupun mental, sebagai
korban penindasan, sehingga menimbulkan dampak buruk bagi orang tersebut.
Contoh seseorang menganiaya atau mengejek orang lain dengan kasar, dan
membuat orang tersebut merasa terintimidasi, apabila tindakan itu dilakukan secara
berulang maka dapat diidentifikasikan bahwa tindakan bullying telah terjadi. Namun
apabila orang yang dijejek tidak merasa terintimidasi maka perbuatan tersebut
belum bisa disebut sebagai tindak perundungan (bullying). (Martiniadi, 2020)
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa bullying ialah suatu tindakan
intimidasi yang dilancarkan baik langsung maupun tidak langsung untuk
menciptakan situasi permusuhan dengan secara sadar dan disengaja. Tindakan
bullying merupakan sebuah hasrat untuk menindas orang lain seperti menakuti dan
menimbulkan terror yang dilakukan secara terus-menerus. Animo ini ditnjukkankan
dalam aksi, sehingga membuat korban mengalami penyiksaan baik secara jasmani
maupun rohani (mental).

B.Bentuk dan Jenis-jenis Bullying


Secara umum tindakan bullying dapat dilihat dari frekuensi yang dilakukan, yang
secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga bentuk atau jenis, yaitu bullying
verbal, relasional dan fisik. Bullying jenis verbal dapat berupa ejekan, penamaan
buruk, memprovokasi atau mengancam. Sedangkan bullying dalam bentuk fisik
berupa melukai, memukul, mengambil barang, dan dan lain-lain. Selanjutya bentuk
bullying relasional dapat berupa memfitnah dan mengucilkan. (Mangkuyudan et al.,
2011)
Lebih lanjut secara rinci Ela, dkk (2017), menjelaskan bentuk atau jenis bullying
sebagai berikut;
1.Bullying secara verbal, yaitu perlakuan yang tidak nyaman terhadap orang lain
dengan perkataan atau pernyataan yang kurang mengenakkan seperti julukan
nama yang buruk, hinaan, fitnah, pelecehan seksual, terror yang mengintimidatif,
dan lain sebagainya. Bullying dalam bentuk verbal ini paling mudah dilakukan dan
dapat memicu bullying yang lainnya dan tindakan kekejaman yang lebih jauh.
2.Bullying secara fisik atau jasmani; ialah penindasan secara fisik yang membuat
korban menjadi takut, trauma dan bahkan sakit dan cacat secara fisik. Perilaku ini
cenderung pada tindakan kriminal seperti melakukan kekerasan dengan memukul,
menendang, menampar, mencekik, serta merusak atau menghancurkan barang
milik korban yang ditindas. Umumnya bullying jenis ini cukup mudah dikenali,
meskipun jumlah nya lebih kecil disbanding dengan bullying dalam bentuk lain,
namun tindakan bullying secara fisik dilakuakan terus-menerus, maka dapat
menyebabkan kecenderung untuk berbuat kriminal yang lebih lanjut.
3.Bullying secara relasional; ialah perlakuan tidak senang terhadap orang lain untuk
menciptakan merendahkan hargadiri seseorang secara sistematis melalui
pengabaian atau pengucilan, sehingga korban merasa dirinya menjadi orang yang
tidak berguna. Perilaku ini dapat berupa sikap sisnistis seperti cibiran, tawa serta
gerakan yang mencela. Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku yang paling
sulit dideteksi dari luar, karena sifatnya seringkali tersembunyi. Bullying secara
relasional sering kali terjadi diawal masa remaja atau puber, karena pada masa ini
fisik, mental, emosional serta seksual mengalami perubahan. Remaja pada fase ini
adalah masa untuk mendapatkan jatidiri.
4.Bullying elektronik; selain tiga jenis bulliying diatas dengan maraknya penggunaan
media sosial, maka tindakan bullying dapat pula dilakukan melalui sarana elektronik
khususnya di media sosial. Tindakan bullying umumnya dilakukan untuk membuat
korban merasa diteror atau terintimidasi dengan menggunakan tulisan, animasi,
gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengancam, menyakiti atau
menyudutkan.
Dari beberapa kasus atas pengamatan yang di dapatkan berbagai sumber sebagian
besar bullying secara fisik banyak dilakukan laki-laki sedangkan bullying jenis
relasional atau emosional sering dilakukan oleh wanita, namun keduanya di awali
dan sama-sama menggunakan bullying verbal.

C.Penomena Bulying di Sekolah dan Masyarakat


Perilaku bullying dapat dilatarbelakangi kekuasaan atau kekuatan yang tidak
sebanding, yang membuat korban penindasan dalam keadaan yang dilemahkan
dan tidak dapat melawan tindakan negatif yang ia terima. Tindakan bullying
berpengaruh terhadap korban, baik untuk jangka pendek maupun dalam waktu yang
lama. Dalam jangka pendek dapat mempengaruhi mental korban seperti depresi,
menurunnya minat belajar, tidak mau mengerjakan tugas dan mengikuti kegiatan
sekolah. Untuk waktu yang lama dapat membuat korban mengalami kesulitan dalam
interaksi sosial, yang disebabkan kecemasan yang berlebih atas perlakuan buruk
dari teman-temannya. (Studi et al., 2020).
Mengutip pernyataan Weber bahwa terdapat Empat faktor penyebab tindaka
bullying dapat terjadi yaitu; faktor individu, keluarga, lingkungan, dan teman sebaya.
Selanjutnya dijelaskan bahwa bullying dapat dihindari jika adanya tindakan tegas,
dapat berupa denda atau hukuman apabila perbuatan bullying terjadi. Selain itu
tindakan bullying dapat juga ditanggulangi dengan membuat sebuah program yang
salah satunya terbukti efektif ialah the bully busters program. Selanjutnya dijelaskan
bahwa tindakan bullying dapat diredam dengan melakukan kemampuan verbal,
yaitu; (Lina Muntasiroh., 2019).
1.Menyetujui atas penyampaian pelaku.
2.Melemahkan pelaku dengan cara humoris.
3.Memberikan pertanyaan-pertanyaan sampai pelaku merasa bosan.
4.Membuat pelaku menjadi bosan atas jawaban-jawaban yang sama.
5.Menjawab dengan ketenangan dan penuh keyakinan.
6.Mengintensifkan komunikasi yang asertif.
7.Ganti keadaan yang bernuansa negatif menjadi positif.
Keluarga mejadi faktor utama dalam pembentukan karakter anak yang akan
mempengaruhi perkembangan ahklak anak. Dari banyak penelitian, pelaku bullying
sering diakibatkan perlakuan buruk yang dialaminya. Sikap kasar, sering dimarahi,
membiarkan dan membela anak ketika berbuat salah, hal ini dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya tindakan bullying. Pola asuh terhadap anak yang kurang
cermat dapat mempengaruhi anak berperilaku kasar. Anak yang dengan
pengasuhan yang terkesan bebas cenderung akan membuat anak akan bersikap
agresif dan orang tua dengan pola pengasuhan yang ketat dan bahkan terkesan
otoriter, justru akan menjurus perbuatan perundungan (Kaufman dkk dalam
Georgiou & Stavinides, 2013)
Pengawasan orang tua dan keterlibatannya dalam permasalahan anak sangat
penting, hal ini dikarenakan anak atau remaja seringkali dihadapkan dengan situasi
yang kurang baik dalam pergaulannya. Orang tua hendaknya dapat menjadi
motivator utama dan mampu berkonsultasi secara aktif kepada guru untuk
mengetahui kondisi anaknya. Kerjasama antara orang tua dan guru sangat
dibutuhkan untuk memantau dan membimbing anaknya supaya tidak terjatuh pada
perilaku perundungan. Selain itu faktor teman sebaya juga dapat mempengaruhi
psikologi anak. Hal ini dapat berupa pengalaman masa lalu dimana yang menjadi
korban perundungan selalu dikucilkan. (Zahra et al., n.d.)
Selanjutnya Zahra (2019) menjelaskan bahwa faktor dilingkungan sekolah salah
satunya guru juga dapat mempengaruhi kepribadian anak. Kemampuan guru,
pepemahaman dan kesanggupan guru untuk merespon tindakan bullying sangat lah
dibutuhkan agar bullying dapat dicegah. Guru seharusnya mampu untuk dapat
melakukan penanganan terhadap tindakan perundungan, namun dalam banyak
kasus ada juga oknum guru yang justru membiarkan tindakan salah serta perlakuan
yang tidak adil terhadap siswa hingga membuat tindakan perundungan terjadi.
Berkenaan dengan hal ini Sari & Azwar, (2017 ) dalam studinya tentang motif
perilaku bullying, ia menyimpukan bahwa sebagian besar pelaku perundungan
adalah korban perundungan sebelumnya yang ia terima. Beberapa alasannya ialah
untuk mendapatkan kekuatan mental dan membuat rasa aman pada diri sendiri dari
lingkungannya dan juga adanya motif balas dendam. Tindakan balas dendam sering
kali mencontohkan perbutan yang pernah diterimanya.

D.Cara Mengatasi Bullying dengan Hukum Islam


Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa tindakan bullying
merupakan perilaku buruk dalam kehidupan sosial masyarakat. Perilaku dari
tindakan bullying tentunya sangat betentangan dengan syriat Islam yang
mengajarkan untuk selalu menjaga dan memuliakan martabat manusia. Agama
Islam sangat menganjurkan untuk selalu menghargai dan menjamin kehidupan,
serta memberikan rasa aman atas harta-benda yang dimiliki oleh manusia.
Tindakan tercela seperti melakukan penghinaan, pengrusakan, melukai,
membunuh, serta merampas hak orang lain secara tidak sah, sangatlah tidak
dibenarkan baik secara hukum Islam maupun secara positif (Hukum Negara)
Dalam hukum pidana Islam (jinayah) orang yang melakukan perundungan (bullying)
dapat dikenakan jinayah hudud, qisas, dan ta'zir. Jika perundungan dilakukan
dengan tindakan penganiayaan atau mengambil hak orang lain (korban) maka
pelaku dapat dikenakan jinayah hudud (hukuman dengan ketentuan yang jelas),
apabila perundungan dilakukan dengan tindakan penganiayaan yang dapat
mengakibatkan luka-luka atau hilangnya nyawa seseorang (korban), pelaku dapat
dapat dikenai sanksi sebagai jinayah qisas (hukuman berdasarkan kesetaraan dan
kesamaan). Selanjutnya jika perbuatan perundungan mengakibatkan korban
ketakutan, depresi, atau tertekan secara psikologi maka yang berlaku padanya
pelaku adalah jinayah ta'zir atau hukuman yang tidak ada ketentuan dalam alqur’an
(Fitri, 2021)
Dalam Q.S. al-Isra’ ayat 70 Allah SWT. berfirman “Dan sesungguhnya telah kami
muliakan anak-anak adam, kami angkat mereka di daratan dan di lautan, kami beri
mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah kami ciptakan”
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW. bersabda “Sesungguhnya darah kalian, harta
benda kalian, kehormatan kalian, haram atas kalian seperti terlarangnya di hari ini,
bulan ini dan negeri ini. Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak
hadir” (H.R. Bukhari).
Dari dalil di atas, Hatta, (2017) menjelaskan bahwa setiap orang wajib untuk
menjaga serta menghormati kehidupan orang lain. Manusia adalah mahluk
sempurna dari ciptaan Allah SWT., sehinggga berhak untuk mendapatkan
kemulyaan dan derajat yang sama. Perbuatan yang bersifat mencela merendahkan
orang lain sangat dilarang, dan termasukdalam perbuatan munkar. Selain itu
membunuh, menghina, merusak dan melukai orang lain tanpa alasan yang
dibenarkan, adalah perbuatan keji dengan imbalan dosa dan akan mendapatkan
hukuman baik didunia, maupun di akhirat.
Melihat setiap tindakan bullying yang terjadi, tidak terlepas dari perilaku yang
melekat pada diri seseorang, yang mana perilaku tersebut dalam Islam disebut
dengan ahklak. Berkenaan dengan ini (Rahayu et al., 2019) dari penelitiannya
menyatakan, siswa atau orang yang berkualitas secara religius dan kecerdasan
secara kognitif dan memiliki akhlak yang terpuji, cenderung mampu menjaga
hubungan dengan Allah SWT (Hablum Minnallah), dan mampu menjaga hubungan
sesama manusia (Hablum Minannaas) serta menjadikan mereka sebagai manusia
yang berguna.
Dalam Islam ahklak erat kaitannya dengan akidah, yang mana akidah yang kuat
dan benar tercermin dari ahklak terpuji yang dimilikinya atau sebaliknya. Akidah
merupakan prinsip kepercayaan dan keteguhan hati yang harus diyakini
kebenarannya oleh setiap muslim, sedangkan ahklak merupakan budi pekerti atau
prilaku.
Kepribadian dengan akhlak terpuji harus dibekali dengan pendidikan yang benar
diawali dari keluarga, lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sosial.
Lingkungan dengan kontrol yang baik dalam masyarakat akan memberikan dampak
positif terhadap perilaku khususnya kepada anak dan remaja. Secara umum
pencegahan atau pun penanganan agar tidak terjadinya tindakan bullying adalah
dengan menanamkan nilai-nilai akidah agar dapat selalu ta’at terhadap ajaran
agama yang di syriatkan dan menghindari perbuatan tercela.
Untuk mengatasi tindakan bullying dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu;
1.Tahap pencegahan, dapat dilakukan secara inklusif dan terpadu, diawali dari
anak, keluarga, sekolah dan masyarakat.
a.Pencegahan melalui anak dapat dilakukan dengan memberdayakan anak, antara
lain; menganjurkan untuk melakukan kegiatan positif seperti, belajar agama
(mengaji), saling menyayangi, membiasakan anak untuk bersedekah, membiarkan
anak untuk berinteraksi sosial (dengan pengawasan), lain sebagainya.
b.Pencegahan melalui keluarga, Keluarga adalah tempat pertama dalam
mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu keluarga hendaknya hendaknya dapat
menjadi contoh dan tauladan bagi anak, seperti menghidupkan nilai-nilai
keagamaan dalam rumah tangga, memberikan pendidikan ahklak terhadap sesama
(membiasakan untuk peduli dan saling menghormati), memberikan pendampingan
khususnya kepada anak untuk mendapatkan informasi terutama dari media
elektronik (televisi, internet, HP dan sebagainaya), selalu memberikan teguran yang
mendidik apabila anak melakukan kesalahan.
c.Pencegahan melalui sekolah, untuk melakukan pencegahan tindakan bullying
melalui sekolah dapat dilakukan dengan merancang, serta membuat kebijakan anti
bullying, menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan
kondusif, serta membagun komunikasi secara efektif antara guru dan murid (dapat
berupa diskusi),
d.Dilingkungan masyarakat, pencegahan atas perbuatan buliyying dapat dilakukan
dengan membuat kelompok atau organisasi masyarakat yang yang diarahkan untuk
peduli terhadap perlindungan anak khususnya pada perbuatan perundungan.
2.Penanganan tindakan bullying.
Apabila melihat suatu tindakan bullying maka penanganan yang dapat dilakukan
menggunakan pemulihan sosial (rehabilitasi), yaitu suatu proses intervensi yang
memberikan pengajaran bahwa tindakan bullying adalah perbuatan tidak terpuji
yang dapat merugikan orang lain, yang memiliki konsekuensi hukum baik secara
agama maupun Negara. Sedangkan bagi korban bullying dapat dilakukan dengan
memberikan pendampingan dalam hal pengembalian kepercayaan diri sehingga
dapat berinteraksi di kehidupan sosial, serta tunduk dan patuh atas norma dan
aturan yang berlaku.
Secara hukum Islam dan hukum Nasional upaya perlindungan terhadap berbuatan
bullying bagi pelaku dan korban dapat dilakukan dua sarana perlindungan hukum,
yaitu hukum preventif dan hukum refresif. Philipus Hadjon dalam teorinya,
menjelaskan; perlindungan hukum secara preventif, berupa peraturan tentang
perundungan online dalam peraturan perundang-undangan sebagai sarana untuk
mencegah terjadinya perbuatan perundungan online, Sedangkan Perlindungan
hukum represif, dilakukan dengan menggunakan lembaga hukum dan peradilan,
korban dapat memproses perkaranya kepada pihak yang berwenang. (Fitri, 2021)

KESIMPULAN
Bullying merupakan perbuatan tidak terpuji dengan melakukan segala bentuk
penganiayaan kepada orang lain, dilakukan secara sadar dan sengaja dilakukan
terus-menerus untuk menciptakan situasi dan kondisi tidak nyaman baik secara
jasmani maupun rohani (mental).
Dari berbagai sumber hukum Islam (Al-qur’an, Al-hadis, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas),
tindakan bullying dapat dikategorikan sebagai perbuatan zalim dan munkar. Yang
secara hukumanya adalah perbuatan dosa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya,
yang tentunya akan mendapatkan azab bagi yang melakukannya. Dalam Islam,
perbuatan perundungan berupa penghinaan, mengejek, mengitimidasi orang lain
adalah merupakan sifat tidak terpuji yang akan menimbulkan dampak buruk baik
bagi pelaku maupun korban. Maka dari itu sebagai umat muslim diwajibkan untuk
selalu menjaga akidah sehingga terhindar dari perbuatan maksiat.

SARAN
Untuk mengurangi dan menghilangkan tindakan bullying dibutuhkan kontrol sosial
yang baik. Selain itu pendidikan akidah ahklak juga sangat di butuhkan agar nialai-
nilai agama dapat tumbuh didalam lingkungan, baik dalam keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Untuk menjaga moral yang baik, dalam proses perkembangan
dan pembentukan kepribadian dibutuhkan dukungan dari semua pihak agar
terbentuknya kematangan diri yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan
dalam kehidupannya di masa mendatang, terutama dari proses pendidikan.

Daftar Pustaka

Jurnal:
Fitri, W. (2021). KAJIAN HUKUM ISLAM ATAS PERBUATAN PERUNDUNGAN (
BULLYING ) SECARA ONLINE DI MEDIA SOSIAL. 9(1), 143–157.
Hatta, M. (2017). TINDAKAN PERUNDUNGAN ( BULLYING ) DALAM DUNIA
PENDIDIKAN DITINJAU BERDASARKAN. XLI(2), 280–301.
Mangkuyudan, S. D. N., Bumi, S. D. N., Muhammadiyah, S. D., Mangkuyudan, S. D.
N., Bumi, S. D. N., Muhammadiyah, S. D., & Bullying, S. B. (2011). No Title.
450–458.Man, K. M. M. (2013). Pengalaman anak usia dini dalam psikologi.
International Journal of Management and Innovation,5(2), 1106–1117. doi:
10.1007/s10964-011-9684-0.
Martiniadi, N. I. (2020). SANKSI TINDAK PIDANA PERUNDUNGAN ( BULLYING )
DALAM HUKUM PIDANA ISLAM JURUSAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS
SYARI ’ AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PURWOKERTO.
Nomor, V., Juni, E., Pgsd, P., & Slamet, U. (2019). JENIS-JENIS BULLYING DAN
PENANGANANNYA DI SD N MANGONHARJO KOTA SEMARANG: 106-116. 2,
106–116.
Rahayu, B. A., Permana, I., Keperawatan, M., & Muhammadiyah, U. (2019).
BULLYING DI SEKOLAH : KURANGNYA EMPATI PELAKU BUlLYING DAN LACK
OF BULLIES EMPATHY AND PREVENTION AT SCHOOL. 7(3), 237–246.Sari, Y.
P. and Azwar, W. (2017) „Bullying bullying‟, 10(November), pp. 333–367.
Studi, P., Hukum, I., Hukum, F., & Magelang, U. M. (2020). BULLYING DALAM
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA.
Suseno, E. (n.d.). TINDAKAN ( BULLYING ) DALAM DUNIA PENDIDIKAN
DITINJAU DARI PERSFEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM. 1(1), 29–35.
Yang, F., Remaja, M., & Melakukan, D. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja
dalam melakukan. 4, 324–330.
Zahra, A. A., Liana, A., & Haq, A. (n.d.). Aning Az Zahra 1 Ahmad Liana Amrul Haq
2. 2016, 67–76.
Hatta, M. (2017). TINDAKAN PERUNDUNGAN ( BULLYING ) DALAM DUNIA
PENDIDIKAN DITINJAU BERDASARKAN. XLI(2), 280–301.
Mangkuyudan, S. D. N., Bumi, S. D. N., Muhammadiyah, S. D., Mangkuyudan, S. D.
N., Bumi, S. D. N., Muhammadiyah, S. D., & Bullying, S. B. (2011). No Title.
450–458.
Man, K. M. M. (2013). Pengalaman anak usia dini dalam psikologi. International
Journal of Management and Innovation,5(2), 1106–1117. doi: 10.1007/s10964-011-
9684-0.
Martiniadi, N. I. (2020). SANKSI TINDAK PIDANA PERUNDUNGAN ( BULLYING )
DALAM HUKUM PIDANA ISLAM JURUSAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS
SYARI ’ AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PURWOKERTO.
Nomor, V., Juni, E., Pgsd, P., & Slamet, U. (2019). JENIS-JENIS BULLYING DAN
PENANGANANNYA DI SD N MANGONHARJO KOTA SEMARANG: 106-116. 2,
106–116.
Rahayu, B. A., Permana, I., Keperawatan, M., & Muhammadiyah, U. (2019).
BULLYING DI SEKOLAH : KURANGNYA EMPATI PELAKU BUlLYING DAN LACK
OF BULLIES EMPATHY AND PREVENTION AT SCHOOL. 7(3), 237–246.
Sari, Y. P. and Azwar, W. (2017) „Bullying bullying‟, 10(November), pp. 333–367.
Studi, P., Hukum, I., Hukum, F., & Magelang, U. M. (2020). BULLYING DALAM
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA.
Suseno, E. (n.d.). TINDAKAN ( BULLYING ) DALAM DUNIA PENDIDIKAN
DITINJAU DARI PERSFEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM. 1(1), 29–35.
Yang, F., Remaja, M., & Melakukan, D. (2017). Faktor yang mempengaruhi remaja
dalam melakukan. 4, 324–330.
Zahra, A. A., Liana, A., & Haq, A. (n.d.). Aning Az Zahra 1 Ahmad Liana Amrul Haq
2. 2016, 67–76.

Website;
https://www.ccnnindonesia.com/gaya-hidup/41-persen-siswa-di-indonesia-pernah-
jadi-korban-bullying (​https:​/​/​www.ccnnindonesia.com​/​gaya-hidup​/​41-persen-siswa-
di-indonesia-pernah-jadi-korban-bullying​). Akses tanggal 05 Des 2019

https://www.pesantrenkhirunnas.schd.id/pengertian-akidah-ahklak/&ved (​https:​/​ /​
www.pesantrenkhirunnas.schd.id​/​pengertian-akidah-ahklak​/​&ved​). Akses tanggal 1
Okt 2020

Anda mungkin juga menyukai