KEPERAWATAN JIWA 2
NAMA KELOMPOK :
4. SALSABELLA 21102110
DOSEN PENGAMPU:
Halaman Depan
Daftar Isi ...............................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi Perilaku Kekerasan...............................................................
2.2 Faktor Predisposisi .............................................................................
2.3 Faktor Presipitasi ...............................................................................
2.4 Rentan Respon ...............................................................................
2.5 Mekanisme Koping ............................................................................
2.6 Pohon Masalah ...............................................................................
2.7 Strategi Pelaksanaan...........................................................................
Bab III Penutup
3.1 Simpulan ...............................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
(Purba, dkk: 2008). Menurut Stuart dan Sundeen (2005), perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
Pada pasien perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara fluktuasi
sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan
sebagai ancaman (Stuart & Sundeen: 2005). Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-
ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang
sangat kuat. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, menghancurkan atau
melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka
akan terjadi perilaku agresif (Purba, dkk: 2008).
Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat menimbulkan
respon asertif yang merupakan kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
dan akan memberikan kelegaan pada individu serta tidak akan menimbulkan masalah.
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri
atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan respon
yang maladaptif yaitu agresi-kekerasan (Purba dkk: 2008).
Perilaku kekerasan
Pertemuan ke-2
1. Proses Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan:
Resiko Perilaku Kekerasan
b. Tujuan khusus:
Klien dapat Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
c. Tindakan keperawatan: Komunikasi BHSP
2. Strategi Komunikasi
a. Fase Orientasi
1) Salam
P : “Assalamu’alaikum Wr.,wb, Selamat Pagi Bu.”
P : “Bertemu lagi dengan saya ya bu, Ns.A selaku Perawat yang akan
mendampingi ibu selama proses perawatan berlangsung ”
2) Evaluasi validasi
P : “Bagaimana kedaan ibu hari ini apa ada keluhan ?”
2. Evaluasi objektif
P : “jadi disini ibu melakukan hal-hal ini didasari oleh rasa jengkel ya ?”
P : “ Berarti Sejauh ini ibu sudah tau ya alasan kenapa
ibu ingin melakukan tindak kekerasan”
9.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba,
dkk: 2008). Pada pasien perilaku kekerasan mengungkapkan rasa kemarahan secara fluktuasi
sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan
sebagai ancaman (Stuart & Sundeen: 2005). Keberhasilan individu dalam berespon terhadap
kemarahan dapat menimbulkan respon asertif yang merupakan kemarahan yang diungkapkan
tanpa menyakiti orang lain dan akan memberikan kelegaan pada individu serta tidak akan
menimbulkan masalah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik,
teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Townsend (2005) adalah: Teori
biologik meliputi neurobiologik, genetik, biogimia ganguan otak sedangkan teori psikologi
meliputi teori psikonalitik, teori pembelajaran dan taori sosiokultural.
Tentang respon perilaku kekerasa diantaranya asertif, frustasi, pasif, agresif dan mengamuk.
Mekanisme koping dalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33). Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti: sublimasi yaitu menerima suatu sasaran pengganti
artinya saat mengalami suatu dorongan, penyalurannya ke arah lain, proyeksi yaitu
menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik, represi
yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar, reaksi
formasi yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan digunakannya sebagai rintangan, dan
diplacement yaitu melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada obyek yang tidak
begitu berbahaya yang membangkitkan emosi itu.
Daftar Pustaka