Anda di halaman 1dari 10

PERAN INDIVIDU DAN KELOMPOK TERHADAP

BULLYING

Disusun Oleh : 1. Desy Ramadhani (1710411016)

2. Heti Aprilianti (1710411038)

3. Naufalia Reskiana Saktika (1710411123)

4. Dimas Andriyanto (1710411156)

5. Dandi Ramadhan Ar-Rasyid (1710411239)

Dosen Pengampu : Intan Putri Cahyani, S.Ikom M.Ikom.

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

JAKARTA

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan berkelompok, setiap individu dan kelmpok bahu-

membahu membangun kelompok sebagaimana maksud dan tujuan yang ingin

dicapai melalui kelompok tersebut. Di sisi lain, tidak semua individu maupun

kelompok dapat membangun keseimbangan dengan baik. Kadangkala dihadapkan

dengan berbagai situasi yang dapat mengganggu hubungan dan tercapainya suatu

tujuan dalam kelompok. Sehingga menimbulkan berbagai problematika dalam

kelompok tersebut bahkan masyarakat.

Sama halnya dengan bullying. Ini tidak lagi menjadi suatu hal yang tabu

dan banyak terjadi terutama di kalangan pelajar di Indonesia. Umumnya bullying

dilakukan oleh senior kepada junior dengan berbagai macam alasan, salah satunya

adalah tradisi. Namun, dari sekian banyak kasus, jarang sekali korban melakukan

laporan kepada pihak-pihak tertentu untuk menyelesaikan masalah ini. sehingga aksi

bullying makin menjamur. Padahal hal ini akan menimbulkan konflik yang lebih

besar karena korban yang merasa tertindas akan melakukan hal yang sama kepada

juniornya di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana praktek peran dari setiap unsur yang terlibat atau berkaitan?

1
1.3 State of The Art

A. Jurnal Program studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Vol. 4 no. 1, April 2016, Hal. 81-90

Kelompok membutuhkan komunikasi untuk menunjang kekompakan

dalam suatu kelompok. Kenapa komunikasi kelompok penting didalam

kehidupan manusia, hal ini dikarenakan kelompok merupakan bagian yang tidak

dapat dilepaskan dari aktivitas seharihari kita. Disamping itu Kelompok

memungikinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, pengetahuan kita

dengan anggota lainnya.

Dalam perkembangan kelompok ada 4 Tahap Perkembangan Suatu

Kelompok, yakni:

1. Forming adalah tahapan yang para anggota mulai menempatkan diri

berhubungan secara interpersonal, mereka saling memperhatikan, bersahabat,

dan mencoba melihat manfaat serta biaya menjadi anggota kelompok.

2. Storming, tahap ini mulai banyak kegiatan dan pembentukan norma, konflik

mulai terjadi karena masalah keppemiminan, tujuan, norma atau perilaku

interpersonal, namun konflik belum tentu terjadi manakala kelompok dapat

bekerja efektif dan mampu mengatasi problem.

3. Norming, tahap ketiga ini anggota kelompok belajar bekerjasama,

mengembangkan norma dan kekompakan. Kerjaasama dan rasa tanggung

jawab berkembang pada tahap ini.

4. Tahap terakhir adalah performing, tahap ini kerjasama yang efektif dalam

menjalankan tugas. Dari tahap ini beberapa keolmpok dapat terus

berkembang, adapula yang kemudian mengalami kemunduran.

2
B. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya oleh

Aan Widodo Volume VI No. 1 / Juni 2016

Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan. Kontek

komunikasi pun beragam, salah satunya adalah kontek komunikasi yang terjadi

dalam satu kelompok social tatap muka. Misalnya lingkungan kerja, lingkungan

sekolah, kelompok social, kelompok pertemanan, teman sebaya atau bahkan

orang tak dikenal sekalipun. Pada kelompok ini, sering muncul istilah bully,

dimana bully mengarah kepada perilaku negatif yang didalamnya terdapat unsur

komunikasi. Kata Bully erat kaitannya dengan kontek pesan dalam komunikasi

yang disampaikan oleh pelaku komunikasi, dimana dalam hal ini pelaku

komunikasi bully dikategori menjadi pelaku bully dan objek yang di bully yang

dalam prosesnya penulis namai “komunikasi Bully”. Dalam kajian komunikasi,

pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima yang terlibat sebagai pelaku

komunikasi. Maka, dalam pandangan komunikasi bully, akan ada pelaku

komunikasi bully dan objek komunikasi bully.

C. Jurnal Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten oleh

Umayah, S. Psi, M.MPd Vol. 06. No. 01 / Januari-Juni 2015

Bullying berasal dari bahasa Inggris yaitu “bully” yang artinya

menggertak atau menggangu. Mereka bisa mengganggu secara fisik atau

emosional. Karakter Bully memunculkan rasa takut orang-orang disekitarnya,

serta cendrung membuat tidak nyaman. Pelaku bullying akan mengganggap

bahwa penyelesaian masalah dengan cara-cara kekerasan atau mengintimidasi

orang lain adalah cara yang harus ditempuh dalam memenuhi keinginannya. Hal

ini akan mendorong sifat premanisme yang akan terbawa hingga dewasa. Anak

3
yang menjadi korban bullying akan menderita secara fisik, tertekan, tidak dapat

berkonsentrasi dengan baik di sekolah atau bahkan menarik diri dari lingkungan

sosialnya. Perilaku bullying dapat menghambat prestasi dan motivasi siswa

dalam belajar.

Bullying ini bisa dicegah apabila semua yang terkait dalam institusi

tersebut memiliki andil dan kepedulian untuk mengubah dan mencegah persoalan

tersebut. Sesungguhnya bullying ini bisa dicegah baik bagi pelaku maupun

korban, yaitu dengan meningkatkan setidaknya perasaan empati dan kepedulian

antar sesama. Agar tidak ada lagi kekerasan yang berlanjut baik di rumah,

institusi pendidikan, pekerjaan dan tempat lainnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori

Sebelum membahas tentang peran individu dan kelompok terhadap bullying


kita perlu memahami teori-teori yang berkaitan dengan bullying, yaitu ;
1. Pengertian Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy
Mulyana, 2005).
2. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari kata bully, yang dalam bahasa Inggris berarti penggertak,
orang yang mengganggu orang lemah, menggertak, mengganggu. Olweus
(1994: 9) mendefinisikan bullying merupakan tindakan negatif yang dilakukan
seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke
waktu.
3. Komunikasi Bully
Komunikasi bully merupakan satu betuk komunikasi yang dilihat dari pesan
komunikasi. Komunikasi bully adalah sebuah proses penyampaian pesan yang
bersifat “penindasan” diantara para pelaku komunikasi.
Dalam komunikasi bully terdapat unsur-unsur komunikasi bully, yaitu;
1. Komunikator Bully, terdiri dari sekumpulan orang/ perorangan yang memiliki
motif negatif. Bisa disebut sebagai pelaku komunikasi bully, dimana ide atau
gagasan, tindakan berawal dari dirinya, sehingga akan menyebar kepada orang
laian yang ada disekitar
2. Pesan Bully, dapat dikategorikan menjadi 2 klasifikasi:
a) Pesan verbal, berupa kata kata yang dilontarkan secara lisan kepada objek/
orang/ manusia / perilaku yang menjadi bahan bully (penindasan).
b) Pesan nonverbal, disampaikan melalui tindakan, perilaku gerak, gerakan
tubuh, simbol dan lain sebagainya yang dapat dimaknai sama baik oleh
objek yang di bully atau subjek yang membully.

5
3. Komunikan Bully, orang yang menerima pesan dari komunikator, dan memiliki
pandangan dan sudut pandangan yang sama terkait dengan pesan yang
mengandung objek yang akan di bully. Kesamaan pandangan antara komunkator
dan komunikan inilah yang kemudian menimbulkan komunikasi bully.
4. Objek Bully, seseorang yang menjadi bahan “bully” oleh pelaku komunikasi
bully (yakni komunikator dan komunikan), yang menjadi objek bully ini
biasanya dianggap “berbeda”. Ntah dari segi perilaku, identitas diri, bentuk
wajah, gesture, kehidupan sosial, atau yang lainnya.

Gambar 1. Diagram hubungan pelaku dan objek bully

2.2 Pembahasan

Menganalisis kasus Bullying yang terjadi di SMAN 3 Jakarta. Sebuah video


beredar dan banyak diperbincangkan dimana dalam video tersebut beberapa siswi
SMA berkumpul dan berjongkok. Mereka dikumpulkan siswi senior. Video
berdurasi 37 detik itu tersebar sejak, Senin (2/5). Video diduga diambil siswi senior,
tidak diketahui kapan diambilnya. Tapi dari video itu terucap kata-kata makian ke
para siswi junior. "Perek perek perek," demikian kata yang terucap. Tidak lama
terlihat ada siswi yang diguyur kepalanya dengan air di botol. Setelah itu ada siswi
memakai bra di luar baju sekolah, dan dipaksa merokok. Siswi itu terlihat menunduk
dan mengusap matanya. Belum diketahui motif siswi senior itu melakukan bullying. 

6
Kasus ini merupakan bentuk nyata atau representasi kecil dari bentuk
bullying “atau penindasan” yang dilakukan oleh pelaku komunikasi bully. Dalam
menjalankan aksi bully, antara pelaku komunikasi bully terdapat kesamaan
makna/maksud atau pun tujuan dalam memandang objek yang akan di bully. Dalam
kasus ini terjadi Bullying Fisik dan Bullying Verbal. Dimana para pengirim
melakukan permainan kata terhadap para penerima yang bersifat memojokan serta
menghina. Penindasan verbal diteriakkan di ruangan terbuka dengan hingar bingar
dan diabaikan karena dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik
diantara teman-teman sebayanya (Bullying Verbal).

Pelaku komunikasi bully ini juga melakukan Bullying Fisik, dimana mereka
menyampaikan emosi mereka melalui tindakan, perilaku gerak, gerakan tubuh,
simbol dan lain sebagainya yang dapat dimaknai sama baik oleh objek yang di bully
atau subjek yang membully. Hal ini sudah jelas dilakukan oleh para pelaku
komunikasi bully, siswi senior SMAN 3 Jakarta, dimana mereka melakukan
penindasan fisik melalui mendorong murid lain, disiram air dan abu rokok hingga
objek yang dibully merasa tersakiti dan terpojok.

Dari proses komunikasinya dapat dilihat bahwa kasus ini memenuhi unsur-
unsur dalam komunikasi bully. Yang pertama adalah komunikator bully, yaitu siswi
senior. Kemudian pesan bully, terdapat 2 pesan, yaitu pesan verbal dimana para
siswi senior memaki siswi junior dengan kata-kata “perek perek perek”. Pesan yang
kedua yaitu pesan nonverbal, dimana siswi senior memaksa siswi junior untuk
memakai bra di luar baju sekolah dan merokok, juga mengguyur kepala siswi junior
dengan air. Yang ketiga adalah komunikan bully, yaitu siswi senior lain yang tidak
terlibat langsung namun mendukung aksi bullying tersebut. Dalam kasus ini yaitu
siswi yang merekam video. Terakhir adalah objek bully, yaitu siswi junior.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Rekomendasi

Komunikasi bully merupakan satu bentuk komunikasi yang dilihat dari


pesan komunikasi. Komunikasi bully merupakan komunikasi yang isi serta cara
penyampaiannya bersifat menindas atau memojokan lawan bicaranya, entah
menggunakan unsur fisik maupun verbal. Target atau korban Bully ini biasanya
cenderung menargetkan orang – orang yang lemah atau dapat di targetkan karena
aspek yang “berbeda” dalam dirinya. Komunikasi Bully ini merupakan dampak dan
efek dari adanya konflik komunikasi yang dapat terjadi di berbagai kalangan dan
dalam berbagai bentuk konflik. Komunikasi Bully juga merupakan komunikasi yang
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan menyerang berbagai aspek dari target
mereka. Bully menjadi hal yang biasa manakala antara pelaku dan objek bully
memiliki pandangan yang sama terkait “bully”, namun sebaliknya Bully menjadi
hal yang tidak biasa manakala antara orang-orang yang ada dalam situasi atau
konteks tertentu tidak memiliki pandangan yang sama mengenai bully, sehingga
menimbulkan konflik.

Siswi senior SMA 3 Jakarta yang melakukan pembullyan pada adik kelasnya,
dengan melakukan penghinaan berupa kata – kata “perek perek perek” dan
penindasan berupa serangan fisik dengan menyiramnya dengan air dan
menyuruhnya untuk merokok. Terdapat Pembullyan Fisik dan Pembullyan Verbal,
dan dapat dikategorikan dengan Pembullyan Relasional karena memberikan cibiran
dan hal-hal yang agresif).

8
DAFTAR PUSTAKA

Tutiasri, Ririn Puspita. (2016). Komunikasi dalam Komunikasi Kelompok. Jurnal


Program studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 4, 81-90.

Coloroso, barbara. (2007). Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari
Pra Sekolah hingga SMU). Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.

Widodo, Aan. (2016). Komunikasi Bully. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. 6 No. 1.

Umayah. (2015). Perilaku Bullying di Sekolah. Jurnal Universitas Islam Negeri


Sultan Maulana Hasanuddin Banten. 6 No. 1.

https://m.detik.com/news/berita/3202269/bullying-terjadi-di-sma-3-jakarta-siswi-
dipaksa-pakai-bra-dan-merokok

Anda mungkin juga menyukai