BULLYING
JAKARTA
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
dicapai melalui kelompok tersebut. Di sisi lain, tidak semua individu maupun
dengan berbagai situasi yang dapat mengganggu hubungan dan tercapainya suatu
Sama halnya dengan bullying. Ini tidak lagi menjadi suatu hal yang tabu
dilakukan oleh senior kepada junior dengan berbagai macam alasan, salah satunya
adalah tradisi. Namun, dari sekian banyak kasus, jarang sekali korban melakukan
laporan kepada pihak-pihak tertentu untuk menyelesaikan masalah ini. sehingga aksi
bullying makin menjamur. Padahal hal ini akan menimbulkan konflik yang lebih
besar karena korban yang merasa tertindas akan melakukan hal yang sama kepada
A. Bagaimana praktek peran dari setiap unsur yang terlibat atau berkaitan?
1
1.3 State of The Art
kehidupan manusia, hal ini dikarenakan kelompok merupakan bagian yang tidak
Kelompok, yakni:
2. Storming, tahap ini mulai banyak kegiatan dan pembentukan norma, konflik
4. Tahap terakhir adalah performing, tahap ini kerjasama yang efektif dalam
2
B. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya oleh
komunikasi pun beragam, salah satunya adalah kontek komunikasi yang terjadi
dalam satu kelompok social tatap muka. Misalnya lingkungan kerja, lingkungan
orang tak dikenal sekalipun. Pada kelompok ini, sering muncul istilah bully,
dimana bully mengarah kepada perilaku negatif yang didalamnya terdapat unsur
komunikasi. Kata Bully erat kaitannya dengan kontek pesan dalam komunikasi
yang disampaikan oleh pelaku komunikasi, dimana dalam hal ini pelaku
komunikasi bully dikategori menjadi pelaku bully dan objek yang di bully yang
pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima yang terlibat sebagai pelaku
orang lain adalah cara yang harus ditempuh dalam memenuhi keinginannya. Hal
ini akan mendorong sifat premanisme yang akan terbawa hingga dewasa. Anak
3
yang menjadi korban bullying akan menderita secara fisik, tertekan, tidak dapat
berkonsentrasi dengan baik di sekolah atau bahkan menarik diri dari lingkungan
dalam belajar.
Bullying ini bisa dicegah apabila semua yang terkait dalam institusi
tersebut memiliki andil dan kepedulian untuk mengubah dan mencegah persoalan
tersebut. Sesungguhnya bullying ini bisa dicegah baik bagi pelaku maupun
antar sesama. Agar tidak ada lagi kekerasan yang berlanjut baik di rumah,
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
5
3. Komunikan Bully, orang yang menerima pesan dari komunikator, dan memiliki
pandangan dan sudut pandangan yang sama terkait dengan pesan yang
mengandung objek yang akan di bully. Kesamaan pandangan antara komunkator
dan komunikan inilah yang kemudian menimbulkan komunikasi bully.
4. Objek Bully, seseorang yang menjadi bahan “bully” oleh pelaku komunikasi
bully (yakni komunikator dan komunikan), yang menjadi objek bully ini
biasanya dianggap “berbeda”. Ntah dari segi perilaku, identitas diri, bentuk
wajah, gesture, kehidupan sosial, atau yang lainnya.
2.2 Pembahasan
6
Kasus ini merupakan bentuk nyata atau representasi kecil dari bentuk
bullying “atau penindasan” yang dilakukan oleh pelaku komunikasi bully. Dalam
menjalankan aksi bully, antara pelaku komunikasi bully terdapat kesamaan
makna/maksud atau pun tujuan dalam memandang objek yang akan di bully. Dalam
kasus ini terjadi Bullying Fisik dan Bullying Verbal. Dimana para pengirim
melakukan permainan kata terhadap para penerima yang bersifat memojokan serta
menghina. Penindasan verbal diteriakkan di ruangan terbuka dengan hingar bingar
dan diabaikan karena dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik
diantara teman-teman sebayanya (Bullying Verbal).
Pelaku komunikasi bully ini juga melakukan Bullying Fisik, dimana mereka
menyampaikan emosi mereka melalui tindakan, perilaku gerak, gerakan tubuh,
simbol dan lain sebagainya yang dapat dimaknai sama baik oleh objek yang di bully
atau subjek yang membully. Hal ini sudah jelas dilakukan oleh para pelaku
komunikasi bully, siswi senior SMAN 3 Jakarta, dimana mereka melakukan
penindasan fisik melalui mendorong murid lain, disiram air dan abu rokok hingga
objek yang dibully merasa tersakiti dan terpojok.
Dari proses komunikasinya dapat dilihat bahwa kasus ini memenuhi unsur-
unsur dalam komunikasi bully. Yang pertama adalah komunikator bully, yaitu siswi
senior. Kemudian pesan bully, terdapat 2 pesan, yaitu pesan verbal dimana para
siswi senior memaki siswi junior dengan kata-kata “perek perek perek”. Pesan yang
kedua yaitu pesan nonverbal, dimana siswi senior memaksa siswi junior untuk
memakai bra di luar baju sekolah dan merokok, juga mengguyur kepala siswi junior
dengan air. Yang ketiga adalah komunikan bully, yaitu siswi senior lain yang tidak
terlibat langsung namun mendukung aksi bullying tersebut. Dalam kasus ini yaitu
siswi yang merekam video. Terakhir adalah objek bully, yaitu siswi junior.
7
BAB III
PENUTUP
Siswi senior SMA 3 Jakarta yang melakukan pembullyan pada adik kelasnya,
dengan melakukan penghinaan berupa kata – kata “perek perek perek” dan
penindasan berupa serangan fisik dengan menyiramnya dengan air dan
menyuruhnya untuk merokok. Terdapat Pembullyan Fisik dan Pembullyan Verbal,
dan dapat dikategorikan dengan Pembullyan Relasional karena memberikan cibiran
dan hal-hal yang agresif).
8
DAFTAR PUSTAKA
Coloroso, barbara. (2007). Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari
Pra Sekolah hingga SMU). Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi.
Widodo, Aan. (2016). Komunikasi Bully. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. 6 No. 1.
https://m.detik.com/news/berita/3202269/bullying-terjadi-di-sma-3-jakarta-siswi-
dipaksa-pakai-bra-dan-merokok