PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO 2021
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
kekurangan karena keterbatasan waktu dan latar belakang keilmuan yang kami
miliki, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Sexual Abuse.............................................................................................4
2.2 Kekerasan Dalam Rumah Tangga...........................................................21
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................28
3.1 Asuhan Keperawatan Korban Pemerkosaan...........................................28
3.2 Asuhan Keperawatan KDRT...................................................................37
BAB IV PENUTUP...............................................................................................45
4.1 Kesimpulan..............................................................................................45
4.2 Saran........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49
ii
BAB I
BAB I PENDAHULUAN
Pelecehan yang berulang sering ditemui pada lebih dari setengah kasus
pelecehan seksual di kommunitas dan terdapat pada 75% kaum yang ditemukan
diklinik. Sexual abuse (kekerasan seksual) dikenal pada tahun 70 an dan 80-an.
Penelitian lain telah mengarah pada perkiraan kekerasan pada anak yang lebih
anak, ada 481 kasus kekerasan anak (2003). Jumlah ini menjadi 547 kasus pada
tahun 2004. Dari situ, ada 140 kasus kekerasan fisik, 80 kasus kekerasan psikis,
106 kusus kekerasan lainnya, dan 221 kasus kekerasan seksual. Kekerasan seksual
(sexual abuse) merupakan kasus yang menonjol yang terjadi pada anak-anak.
Dalam catatan Yayasan Kesejahteran Anak Indonesia (YKAI) pada tahun 1992-
2002 terdapat 2.611 kasus (65,8 persen) dari 3.969 kasus kekerasan seksual
perempuan. Ada juga kekerasan dalam rumah tangga yang disingkat menjadi
1
KDRT. Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua
dengan anak merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah
tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam
rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah
seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
2
7) Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dari seksual abuse
11) Untuk mengetahui tentang intervensi dan rasional dari seksual abuse
12) Menjelaskan apa saja pengertian dari kekerasan dalam rumah tangga
3
BAB II
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
aktivitas seksual lainnya antar individu yang mempunyai hubungan dekat, yang
perkawinan di antara mereka dilarang, baik oleh hukum, kultur, maupun agama
seksual secara fisik maupun non fisik oleh orang yang lebih tua atau memiliki
pelakunya. Korban mungkin saja belum atau tidak memahami perlakuan yang
dilakukan terhadap dirinya, mereka hanya merasa tidak nyaman, sakit, takut
4
merasa bersalah, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan [ CITATION Pen15 \l
1033 ].
seksualsecara fisik dan non fisik. Kekerasan fisik antara lain menyentuh alat
kelamin ataubagian tubuh lain yang bersifat pribadi, seks oral, penetrasi
aktivitas seksual orang dewasa, eksploitasi anak dalam pornografi (gambar, foto,
B. Klasifikasi
Klasifikasi dari sexual abuse pada anak menurut [ CITATION Sud15 \l 1033 ]
adalah :
1) Perkosaan
Untuk di Amerika saja, setiap 2 menit terjadi satu orang diperkosa Hanya 1 dari 6
5
dilaporkan mendapat perlakuan atau mengalami kekerasan seksual pada masa
orang yang memiliki hubungan dekat, atau teman Mereka yang menjadi pelaku
kekerasan seksual terhadap anak biasanya adalah korban kekerasan seksual pada
masa kanak-kanak.
karena sang korban adalah perempuan. Istilah untuk ini adalah kekerasan berbasis
4) Kekerasan Fisik
6
6) Ketergantungan Finansial
7) Isolasi Sosial
8) Kekerasan Seksual
9) Pengabaian / Penolakan
C. Etiologi
a) Faktor Kelalaian Orang Tua. Kelalaian orang tua yang tidak memperhatikan
tumbuh kembang dan pergaulan anak yang membuat subyek menjadi korban
kekerasan seksual.
7
b) Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku Moralitas dan mentalitas
yang tidak dapat bertumbuh dengan baik, membuat pelaku tidak dapat
bersalah dan menyalahkan diri sendiri, bayangan kejadian dimana anak menerima
kekerasan seksual, mimpi buruk, insomnia, takut hal yang berhubungan dengan
masalah harga diri, disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh
diri ceders, bunuh diri, keluhan somatik, depresi (Roosa, Reinholtz., Angelini,
1) Teori Biologis
8
b. Pengaruh biokimia, bermacam-macam neurotransmitter (misalnya
impulsimpuls agresif.
2) Teori Psikologis
9
Pengaruh sosial. Ilmuwan social yakin bahwa perilaku agresif terutama
merupakan hasil dari struktur budaya dan social seseorang. Pengaruh- pengaruh
social dapat berperan pada kekerasan saat individu menyadari bahwa kebutuhan
dan hasrat mereka tidak dapat dipenuhi melalui cara-cara yang lazim dan mereka
kekerasan seksual yang dilakukan dalam keluarga inti atau majemuk, dan
dapat melibatkan teman dari anggota keluarga, atau orang yang tinggal
sepengetahuan keluarga. Kekerasan pada anak adopsi ataupun anak tiri juga
kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa yang kenal dengan anak
tersebut dari berbagai sumber, seperti tetangga, teman, orangtua dari teman
sekolah.
untuk mendapatkan ilmu gaib atau ilmu hitam demi keperluan pribadinya.
10
5. Kekerasan seksual oleh orang yang tidak dikenal (Street or stranger abuse)
Pertama, pelaku tidak bisa lagi melakukan hubungan dengan istri karena alasan
ilmu kebatinan yang sedang ditekuninya. 3. Ketiga, pelaku tidak tahan melihat
D. Patofisiologis
Menurut Tower (2002) dalam Maria (2008) kekerasan seksual pada anak
dapat terjadi satu kali, beberapa kali dalam periode berdekatan, bahkan menahun.
11
Walaupun berbeda-beda pada setiap kasus, kekerasan seksual tidak terjadi begitu
bahwa apa yang dilakukannya "tidak salah" secara moral. Pelaku mencoba
menyentuh sisi kebutuhan anak akan kasih saying dan perhatian, penerimaan
2. Tahap kedua, adalah interaksi seksual. Perilaku yang terjadi bisa saja hanya
mengancam korban agar merahasiakan apa yang terjadi kepada orang lain.
bagian lainnya
12
f. Masturbasi, dilakukan oleh pelaku sendiri atau pelaku dan korban saling
menstimulasi
h. Sodomi
i. Petting
anak-anak yang biasa ditinggalkan sendiri dan tidak mendapat pengawasan dari
orang yanglebih dewasa, terutama ibu. Tidak hanya kehadiran secara fisik,
kedekatan emosional antara ibu dan anak pun merupakan faktor yang penting
[ CITATION Mar08 \l 1033 ] . Menurut Maria (2008) dampak kekerasan seksual pada
jangka pendek maupun jangka panjang bagi korbannya. Pada anak lainnya, ada
kemungkinan gangguan tersebut di 'tekan' sehingga tidak teramati dari luar sampai
ada pemicu yang menampilkan gejolak emosi mereka, misalnya saat anak
memasuki usia remaja dan mulai dekat dengan lawan jenis, atau pada saat mereka
akan menikah. selain itu, sangat mungkin anak yang menjadi korban kekerasan
seksual kemudian justru malah menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak
13
lain (Maria, 2008). Menghadapi anak yang mengalami kekerasan seksual, kata
posisi anak sebagai korban, yang tentunya berisiko mengalami stres bahkan
trauma, tapi juga perlu penanganan yang baik pada anak sebagai pelaku
adalah korban dari kekerasan seksual yang dilakukan oleh pelaku lain.
memuaskan rasa ingin tahu, atau menirukan kejadian yang dialami sebelumnya,
baik dari perlakuan langsung maupun dari media yang dilihatnya. Dengan adanya
azas praduga tak bersalah, hendaknya ditelusuri dengan mendalam faktor yang
mendorong anak menjadi pelakukekerasan seksual, agar anak tidak dua kali
masyarakat kepada laki-laki. Laki-laki harus jantan menangani sektor publik dan
maupun psikologis. Akibatnya, harga diri mereka dalam keluarga dan masyarakat
mengalami goncangan. Begitu pula hubungan seksual mereka dengan istrinya bisa
terganggu. Kondisi ini bisa diperparah lagi karena usia tua, impotensi, ejakulasi
14
dini, kekhawatiran ukuran dan fungsi penis, dan lainnya. Ini menimbulkan rasa
1. Kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga. Dilakukan oleh ayah, ibu
atau saudara kandung. Selain itu, kekerasan seksual mungkin pula dilakukan
oleh orang tua angkat/tiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan
korban.
Kekerasan seksual dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak dibatasi perbedaan
orang yang cukup dikenal oleh korban, misalnya tetangga, guru, sopir, baby-
orang lain. salah satu penyebabnya adalah untuk mengatasi trauma akibat
kekesaran seksual yang dialaminya, atau sekedar memenuhi rasa ingin tahu.
Efek klinis pencabulan berkisar dari pendarahan pada genital dan anus, fisur
15
tak Iman, kebingungan, ketakutan, kesedihan, dan perubahan perilaku baik
menjadi buruk.
E. Manifest
yang dialami oleh subyek dapat digolongkan. menjadi tiga bagian, yaitu gangguan
hari.
Patricia A Moran dalam buku Slayer of the Soul, 1991 dalam Minangsari
(2007), mengatakan, menurut riset, korban pelecehan seksual adalah anak laki-
laki dan perempuan berusia bayi sampai usia 18 tahun. Kebanyakan pelakunya
adalah orang yang mereka kenal dan percaya. Gejala seorang anak yang
mengalami pelecehan seksual tidak selalu jelas. Ada anak-anak yang menyimpan
rahasia pelecehan seksual yang dialaminya dengan bersikap "manis" dan patuh,
bawah ini tampak pada anak dan terlihat terus menerus dalam jangka waktu
16
panjang, kiranya perlu segera mempertimbang.kan kemungkinan anak telah
Tanda dan indikasi ini diambil Jeanne Wess dari buku yang sama:
1. Balita
a. Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi
b. Tanda perilaku emosional dan sosial, antara lain sangat takut kepada
siapa saja atau pada tempat tertentu atau orang tertentu, perubahan
kelakuan yang tiba-tiba, gangguan tidur (susah tidur, mimpi buruk, dan
terangan pada saudara atau teman sebaya, tahu banyak tentang aktivitas
17
Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan belajar,
seperti susah konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan
teman terganggu, tidak percaya kepada orang dewasa, depresi, menarik diri,
sedih, lesu, gangguan tidur, mimpi buruk, tak suka disentuh, serta
4. Remaja
Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak diri sendiri,
seks di luar nikah, atau kelakuan seksual lain yang tak biasa. Sedangkan
4. Sering muntah
sebelum waktunya
F. Penatalaksanaan
18
Cholidah (2005) menyatakan bahwa diantara tujuan terapi bermain adalah
dimiliki secara optimal. Terkait dengan kasus kekerasan seksual pada anak,
Jongsma, Peterson dan Mclnnis (2000) menyatakan bahwa terapi bermain (play
perasaan anak korban kekerasan seksual. Melalui terapi bermain selain kasus
dapat diidentifikasi apa yang terjadi pada diri anak, anak juga dapat
mengekpresikan perasaan atas kasus yang terjadi pada dirinya. Menurut Suda
(2006) ada beberapa model program counseling yang dapat diberikan kepada anak
kesalahan dan tanggung jawab berada pada pelaku bukan pada korban. Anak
sesuai dengan usia. Pelatihan anak prasekolah dapat dibatasi; berkata tidak
orang yang kelihatan sebagai abusive person; melaporkan pada orangtua atau
c. Survivor/self-esteem counseling
19
Artinya, menyadarkan anak-anak yang menjadi korban bahwa mereka
yang telah menyakitinya, atau kepada orang tua, polisi, pekerja sosial, atau
d. Cognitif terapy
G. Pemeriksaan Penunjang
anak dengan sexual abuse bergantung pada situasi dan kebutuhan individu. Uji
skrining (misalnya Daftar Periksa Perilaku Anak), peningkatan nilai pada skala
20
2.2 Kekerasan Dalam Rumah Tangga
A. Definisi
hukum dalam lingkup rumah tangga. Masalah kekerasan dalam rumah tangga
1. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari
martabat kemanusiaan.
21
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b,
merupakan unsur yang berat dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP
(kitab undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis besar isi pasal
yang berbunyi:
“Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri atau
1. Kekerasan Fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara
bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada
22
merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau
f. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat
seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan
atau secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun
23
dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban.
pelacuran
24
Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan
pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak,
maka suami akan menyalahkan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah
tangga.
segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk
25
suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni
keluarga.
cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering
merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas
penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang
jelas. Jika anda membaca gejalagejaladi atas, tentu anda akan menyadari bahwa
akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak kondisi psikologis yang waktu
Secara umum kekerasan dalam rumah tangga mengikuti suatu siklus, yang
F. Penatalaksanaan
Pencegahan :
1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh
pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan
26
2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena
didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak,
saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling
3. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah
tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak,
itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling
percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk
melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul
adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga
berlebih-lebihan.
27
BAB III
A. Pengkajian
1. Aktivitas atau istirahat: Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi burukm, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing,
keletihan.
2. Integritas ego
c. Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak
berdaya.
3. Eliminasi
28
a. Enuresisi, enkopresis.
5. Higiene
kotor/tidak terpelihara
6. Neurosensori
atau pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia.
29
e. Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah
(korban selamat).
inses dewasa).
eksternal.
8. Keamanan
a. Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas,
rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak wajar,
9. Seksualitas
30
a. Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi
anak).
Melarikan diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal
B. Pohon Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
2. Isolasi Sosial
D. Intervensi Keperawatan
31
Pasien Keluarga
No SPIP SPIK
1. Identifikasi kemampuan melakukan Diskusikan masalah yang
kegiatan dan aspek positif pasien dirasakan keluarga dalam merawat
(buat dafatar kegiatan) pasien
2. Bantu pasien menialani kegiatan Jelaskan pengertian, tanda dan
yang dapat dilakukan saat ini (pilih gejala, proses terjadinya harga diri
dari daftar kegiatan): buat daftar rendah (gunakan booklet).
kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini
3 Bantu pasien memilih salah satu Diskusikan kemampuan atau aspek
kegiatan yang dapat dilakukan saat positif pasien yang pernah dimiliki
ini untuk dilatih sebelum dan setelah sakit.
4 Latih kegaitan yang dipilih (alat Jelaskan cara merawat harga diri
dan cara melakukannya) rendah terutama berikan pujian
semua hal yang positif pasien
5 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih keluarga memberi tanggung
untuk latihan du kali per hari jawab kegiatan pertama yang
dipilih pasien : bombing dan beri
pujian
6 Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
SPIIP SPIIk
1. Evaluasi kegiatan pertama yang Evaluasi kegiatan keluarga dalam
telah dilatih dan berikan pujian membimbing pasien melaksanakan
kegiatan pertama yang dipilih dan
dilatih pasien. Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien
kedua yang akan dilatih dalam melakukan kegiatan kedua
yang dipilih pasien
3. Latih kegiatan kedua(alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan beri pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk. latihan tiga kegiatan masing-
32
masing dua kali perhari.
SPIIIP SPIIIk
1. Evaluasi kegiatan pertama dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kedua yang telah dilatih dan membimbing pasien melaksanakan
berikan pujian. kegiatan pertama dan kedua yang
telah dilatih. Beri pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien
ketiga yang akan dilatih. melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan tiga kegiatan, masing-
masing dua kali perhari
SPIVP SPIVk
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan ketiga yang telah dilatih dan mebimbing pasien melaksanakan
berikan pujian. kegiatan pertama, kedua dan
ketiga. Beri pujian.
2. Bantu pasien memilih kegiatan Bersama keluarga melatih pasien
keempat yang akan dilatih melakukan kegiatan keempat yang
dipilih rujukan
3. Latih kegiatan keempat (alat dan Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
cara) tanda kambuh
4. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan empat kegiatan jadwal dan memberikan pujian.
masing-masing dua kali perhari.
SPVP SPVk
1. Evaluasi kegiatan pujian latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan berikan pujian membimbing pasien melakukan
kegiatan yang dipilih oleh pasien.
Beri pujian
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai Nilai kemampuan keluarga
tak terhingga
3. Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga me-
33
mandiri. lakukan membimbing pasien
kontrol ke RSJ/PKM
4. Nilai apakah harga diri pasien
meningkat
2. Isolasi Sosial
Pasien Keluarga
No SPIP SPIK
1. Identifikasi penyebab isolasi sosial Diskusikan masalah yang
siapa yang serumah, siapa yang dirasakan dalam merawat pasien
dekat, dan apa sebabnya
2. Keuntungan Punya teman dan Jelaskan pengertian, tanda &
bercakap-cakap gejala dan proses terjadinya isolasi
sosial (gunakan) booklet)
3 Kerugian tidak punya teman dan Jelaskan cara merawat isolasi
tidak bercakap-cakap. sosial
4 Latihan cara berkenalan dengan Latih dua cara merawat
pasien dan perawat atau tamu berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
5 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan berkenalan jadwal dan memberikan pujian
besuk
SPIIP SPIIk
1. Evaluasi kegiatan berkenalan yang Evaluasi kegiatan keluarga dalam
telah dilatih dan berikan pujian merawat / melatih pasien
berkenalan dan berbicara saat
kegiatan harian. Beri pujian
2 Latih cara berbicara saat melakukan Jelaskan kegiatan rumah tangga
kegiatan harian (latih 2 kegiatan) yang dapat melibatkan pasien
berbicara (makan, sholat,bersama)
di rumah
3. Masukan pada jadwal kegiatan Latih cara membimbing pasien
untuk latihan berkenalan 2-3 orang, berbicara dan beri pujian
pasien, perawat dan tamu, berbicara
34
saat melakukan kegiatan harian
SPIIIP SPIIIk
1. Evaluasi kegiatan Latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan (berapa orang) & merawat / melatih pasien ber-
berbicara saat melakukan dua kenalan berbicara saat melakukan
kegiatan harian. Berikan pujian. kegiatan harian. Beri pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan harian (2 kegiatan baru) melakukan kegiatan sosial seperti
berbelanja, meminta sesuatu dll
3. Masukan pada jadwal kegiatan Latih keluarga mengajak pasien
untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbelanja saat besuk.
berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal kegiatan dan berikan pujian
SPIVP SPIVk
1. Evaluasi kegiatan Latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan berbicara saat merawat / melatih pasien ber-
melakukan 4 kegiatan harian. kenalan berbicara saat melakukan
Berikan pujian. kegiatan harian / RT, berbelanja.
Beri pujian.
2. Latih cara bicara sosial : meminta Jelaskan follow up ke RSJ / PKM,
sesuatu, menjawab pertanyaan tanda kambuh, rujukan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk Latihan berkenalan > 5 jadwal kegiatan dan berikan pujian
orang, orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan
sosialisi
SPVP SPVk
1. Evaluasi kegiatan Latihan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berkenalan berbicara saat merawat / melatih pasien ber-
melakukan kegiatan harian. Berikan kenalan berbicara saat melakukan
pujian kegiatan harian / RT, berbelanja
dan kegiatan lain dan follow up.
35
Beri pujian
2. Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3. Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga me-
mandiri. lakukan kontrol ke RSJ/PKM
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi
Kasus:
pertanyaan dengan singkat. Saat ditanya tentang suaminya dia hanya diam dan
meneteskan air mata. Menurut kakak Ny. C, Ny. C sedang hamil 4 minggu, suami
Ny.C tidak bekerja, Ny.C bekerja sebagai karyawan di bank swasta. Tadi malam
Ny.C dan suaminya bertengkar karena Ny. C terlambat pulang karena rapat. Ny.C
percaya, karena marah Ny.C didorong hingga jatuh dan pipinya terbentur kujung
A. Pengkajian
Data Demografi :
Biodata klien :
Nama : Ny. C
Umur : 36 tahun
36
Agama : islam
Pengumpulan Data :
3. Pandangan kosong
5. Saat ditanyai tentang suaminya klien hanya diam dan meneteskan air
mata
terbentur ujung
meja
kebidanan
Data Fokus :
DS :
37
1. Kakak Ny, C mengatakan klien sedang hamil 4 bulan
kebidanan
DO :
3. Pandangan kosong
5. Saat ditanyai tentang suaminya klien hanya diam dan meneteskan air
mata
38
B. Analisis Data
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Isolasi sosial yang
1. Kakak klien mengatakan
berhubungan
karena merasa khawatir de-
ngan kandungannya se- dengan kecemasan
hingga klien memeriksakan yang ekstrem,
kandungannya ke poli depresi
kebidanan
DO :
1. Ny, C nampak sering
melamun
2. Pandangan kosong
3. Hanya menjawab
pertanyaan dengan singkat
4. Saat ditanyai tentang
suaminya klien hanya
diam dan meneteskan air
mata
39
3 DS : Ketidakefektifan
1. Kakak Ny, C mengatakan
koping keluarga
klien sedang hamil 4
bulan (dengan perilaku
2. Kakak klien mengatakan merusak)
suami klien tidak bekerja
3. Kakak klien mengatakan
klien bekerja sebagai
karyawan di Bank
DO :
1. Ny. C nampak memar pada
pipi kiri
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi
Tujuan &
No Diagnosa Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Isolasi sosial 1. Bina rasa 1. Membangun
yang percaya, hubungan saling
berhubungan tunjukkan percaya
dengan penerimaan dan
kecemasan penghargaan yang
yang ekstrem, positif
depresi
2. Bantu memahami 2. Memberdayakan
keputusan/pilihan klien
3. Melakukan 3. membantu
konseling suportif korban
seperti penganiayaan
40
memberikan dalam
penenangan dan membangun
penyuluhan kembali rasa
dalam perawatan pengendalian
terhadap
kehidupannya
dan merasa
cukup aman
untuk hidup
normal kembali
4. Mendengarkan 4. Membantu klien
dengan empati dalam
dan memperlihat- mengungkapkan
kan sikap perasaanya dan
menciptakan
situasi/ kondisi
konseling yang
efektif
2 Risiko cedera 1. Atasi cedera 1. Mencegah
yang berhubu- komplikasi dan
ngan dengan membantu
trauma fisik pemulihan
2. Berikan tindakan 2. Mengurangi
kenyamanan nyeri
3. Bantu klien untuk 3. Mencegah cedera
menentukan lebih lanjut
seberapa besar
risiko mengalami
kekerasan yang
lebih hebat diri
sendiri
4. Motivasi klien 4. Mencegah
untuk mencari terjadinya risiko
layanan tempat sangat besar
perlindungan untu
diri jika risikonya
sangat besar
3 Ketidakefektif 1. Menyediakan 1. Membantu
-an koping lingkungan yang menciptakan
keluarga tenang dimana situasi/ kondisi
(dengan korban dapat konseling yang
41
prilaku mengungkapkan efektif
merusak) perasaannya
2. Mengkaji dan 2. perawat harus
membantu klien megerti kondisi
dalam melewati ambivalensi
situasi yang terutama wanita
dihadapinya terhadap pelaku
penganiayaan,
seorang wanita
tidak akan
bertahan dalam
situasi siklus
kekerasan
kecuali telah
mendapatkan
ikatan yang kuat
terhadap suami
atau
pasangannnya
3. Perawat mampu 3. mampu
mengklarisifikasi meningkatkan
kan kesalah- harga diri dan
pahaman dan mengeksplorasi
mendukung keyakinan diri
kemampuan yang dapat
korban untuk membuat korban
berubah, terlepas dari
membantu siklus kekerasan
mengambil serta seperti perasaan
menjalani bersalah, putus
keptutusan asa dan
mengklarifikasi menyalahkan diri
nilai-nilai dan sendiri
kepercayaannya
4. Libatkan pelaku 4. strategi terapi
dan korban untuk difokuskan pada
menciptakan dan pengendalian
mempertahankan rasa marah,
hubungan, dengan pelaku
memberikan penganiayaan,
42
terapi pasangan penghentian
kekerasan dan
belajar teknik
tanpa bertengkar
saat mengatasi
konflik dan
membantu
memberikan
kesempatan
penggalian
dinamika
hubungan dan
peran
43
BAB IV
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
belakangan ini semakin banyak muncul dipermukaan. Hal ini belum tentu
adalah fenomena gunung es, jumlah yang terlihat belum tentu menunjukkan fakta
seksual yang mencakup tetapi tidak dibatas pada insiden membuka pakaian,
menyentuh dengan cara yang tidak pantas dan penetrasi (koitus seksual), yang
dilakukan dengan seorang anak untuk kesenangan seksual orang dewasa. Insest
telah didefinisikan sebagai eksploitasi seksual pada seorang anak di bawah usia 18
tahun oleh kerabat atau buka kerabat yang merupakan orang dipercaya dalam
adalah korban dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh pelaku lain.
memuaskan rasa ingin tahu, atau menirukan kejadian yang dialami sebelumnya,
baik dari perlakuan langsung maupun dari media yang dilihatnya. Dengan adanya
44
mendorong anak menjadi pelakukekerasan seksual, agar anak tidak dua kali
Efek klinis pencabulan berkisar dari pendarahan pada genital dan anus,
fisur pada anus, pembesaran liang vagina dan anus, dan penipisan/kerusakan
berjangka panjang, antara lain kemarahan, kecemasan, mimpi buruk, rasa tak
buruk.
Adapun untuk kasus KDRT, seharusnya seorang suami dan istri harus
banyak bertanya dan belajar, seperti membaca buku yang memang isi bukunya itu
mawaddah dan warahmah. Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang
baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan
harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan
kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya
kekerasan dalam rumah tangga. Seharusnya seorang suami dan istri bisa
keinginan kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri harus
pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah
tangga harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling
percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa
45
kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan
rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang
sifat seperti itu, terkadang suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar
rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil orang atau yang lainnya. jika sudah
begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang bergaul dan berbaur dengan
orang lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang suami yang memiliki sifat
cemburu yang terlalu tinggi. Banyak contoh yang kita lihat dilingkungan kita,
kajadian seperti itu. Sifat rasa cemburu bisa menimbukan kekerasan dalam rumah
tangga.
4.2 Saran
dengan seksual abuse dapat melibatkan anak dalam brain Gym untuk
penganiayaan seksual.
2. Sekolah Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter
3. Keluarga/Orang tua Keluarga atau orang tua dalam membantu anak yang
Oleh karena itu hendaknya orang tua atau keluarga menyusun kegiatan
sehingga anak mempunyai rutinitas yang sama tiap hari, mengatur kegiatan
46
harian, menggunakan jadwal untuk pekerjaan rumah, dan memperpertahankan
Adapun untuk KDRT, Dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak
harus sama-sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan
kekerasan. Tidak hanya satu pihak yang bisa memicu konflik di dalam rumah
tangga, bisa suami maupun istri. Sebelum kita melihat kesalahan orang lain,
marilah kita berkaca pada diri kita sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri
kita, sehingga menimbulkan perubahan sifat yang terjadi pada pasangan kita
masing-masing.
47
DAFTAR PUSTAKA
FKUI. (2015, Februari 28). Pendahuluan Sebuah TInjauan. Diambil kembali dari
Freewebs: http://www.freewebs.com/childabusea1/.htm
48